Anda di halaman 1dari 7

Autonomy

(Kemandirian)
DEFINISI dan INDIKATOR
• Rasa mandiri dalam membuat pilihan dan mengelola
kehidupannya sendiri.
• Skor tinggi: menentukan diri sendiri dan mandiri,
mampu melawan tekanan sosial untuk berpikir dan
bertindak dengan cara tertentu, mengatur perilaku
dari dalam diri sendiri, dan mengevaluasi diri dengan
standar pribadi.
• Skor rendah: mudah mengikuti harapan dan evaluasi
orang lain, bergantung pada penilaian orang lain
untuk membuat keputusan penting, menyesuaikan
diri dengan tekanan sosial untuk berpikir dan
bertindak dengan cara tertentu.
FAKTOR yang MEMPENGARUHI AUTONOMY
• Faktor Internal
– Jenis Kelamin: secara fisik anak laki-laki dan wanita tampak
jelas perbedaan dalam perkembangan kemandiriannya.
Dalam perkembangan kemandirian, laki-laki biasanya lebih
aktif dari pada perempuan.
– Kecerdasan atau Intelegensi: seseorang yang memiliki
intelegensi yang tinggi akan lebih cepat menangkap sesuatu
yang membutuhkan kemampuan berpikir, sehingga orang
yang cerdas cenderung cepat dalam membuat keputusan
untuk bertindak, dibarengi dengan kemampuan
menganalisis yang baik terhadap risiko-risiko yang akan
dihadapi. Intelegensi berhubungan dengan tingkat
kemandirian seseorang, artinya semakin tinggi intelegensi
seorang maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya
FAKTOR yang MEMPENGARUHI AUTONOMY
• Faktor Eksternal
– Pola Asuh: untuk bisa mandiri seseorang membutuhkan
kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga,
untuk itu respon orang tua dan lingkungan keluarga
sangat diperlukan dalam membentuk kemandirian. Pola
asuh yang demokratis lebih mendorong kemandirian.
– Sosial Budaya: nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang
diperoleh dari sosial budaya akan membentuk
kepribadian seseorang, termasuk pula dalam hal
kemandiriannya. Misalnya budaya individualistik vs
kolektivistik.
MANFAAT AUTONOMY
• Meningkatkan Self-efficacy (keyakinan untuk mengerjakantugas dengan baik)
– Semakin besarotonomi maka semakin merasa bebas menentukan pekerjaan tanpa
banyak diatur oleh pihak lain, sehingga hasil kerjanya juga akan dirasakan sebagai
hasil upayanya sendiri (bukan karena intervensi pihak lain). Dengan demikian
semakin besar pula keyakinannya untuk mengerjakan tugasnya dengan baik (self-
efficacy).
• Meningkatkan kepuasan dalam berkaja (dan juga studi)
– Semakin tinggi otonomi seseorang akan semakin bebas menentukan motivasi
intrinsiknya (motivasi dari dalam dirinya), dan semakin bebas dalam bekerja,
sehingga kepuasan kerjanya juga semakin meningkat.
• Meningkatkan performa dalam bekerja (dan juga studi)
– Semakin tinggi otonomi seseorang semakin semakin besar penerimaan dirinya
terhadap kapasitas yang dimiliki, sehingga lebih termotivasi untuk melakukan yang
terbaik dan dapat meningkatkan performanya.
• Menurunkan stres dalam bekerja (dan juga studi)
– Semakin kuat otonomi seseorang, semakin luas kesempatannya untuk memilik
pekerjaan atau tugas yang tingkat stresnya masih dapat diatasi.
CARA MENINGKATKAN
• Kenali Diri Sendiri
– Seseorang akan sulit menjadi otonomi jika belum benar-benar mengenali dan jujur
terhadap dirinya sendiri. Perlu menulusuri kelebihan dan kelemahan diri sendiri. Kemudian
perlu refleksi hal-hal apa yang belum bisa kita integrasikan antara apa yang ada di dalam diri
kita dengan apa yang kita wujudkan di luar (mungkin karena sungkan, takut, dsb.).
• Pertanyakan Keyakinan dan Asumsi Diri Sendiri
– Amati keyakinan-keyakinan atau asumsi-asumsi yang dipegang selama ini, apakah benar
sesuai dengan diri dirirnya atau itu lebih berasal dari orang lain yang semustinya tidak sesuai
dengan diri sendiri. Evaluasi, apakah keyakinan-keyakinan atau asumsi-asumsi itu benar-
benar sudah diyakini diri sendiri, dan bukan hanya karena takut atau sungkan.
• Menjadi Asertif
– Asertif adalah kemampuan untuk mengutarakan pikiran, perasaan dan keinginan secara
jujur pada orang lain, sehingga hak-hak kita bisa dipertahankan tanpa melaggar hak orang
lain. Melalui sikap ini seseorang dapat lebih menjadi diri sendiri sehingga lebih otonom
dalam bertindak.
• Mulai Mengambil Keputusan Anda Sendiri
– Mulai membuat keputusan-keputusan kecil, seperti apa yang akan dilakukan hari ini, sampai
membuat perencanaan yang sesuai hobi dan passion.
REFERENSI
• Ryff, C.D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of
Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57 (6), 1069-
1081.
• Ryff , C.D. & Keyes, C.L.M. (1995). The Structure of Psychological Well-Being
Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69 (4), 719-727.
• Ryff, C.D. & Singer, B. (1996). Psychological Weil-Being: Meaning, Measurement, and
Implications for Psychotherapy Research. Psychother Psychosom, 65 (), 14-23.
• Basri, Hasan, Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996.
• Saragih, S. (2015). The effects of job autonomy on work outcomes: Self efficacy as
an intervening variable. International Research Journal of Business Studies, 4(3).
(17) (PDF) Free enough: Human cognition (and cultural interests) warrant
responsibility. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/351985964_Free_enough_Human_cogn
ition_and_cultural_interests_warrant_responsibility [accessed Sep 08 2021].
• Tartakovsky, M. (2014). 6 Ways to Become More Independent, Less Codependent.
https://psychcentral.com/blog/6-ways-to-become-more-independent-less-
codependent#4
• Dozenpress (2015). 72 Best Drugs for a Broken Heart. Lulu.com.

Anda mungkin juga menyukai