Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

PRAKTIKUM VI
UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIK : PENENTUAN KADAR
HAMBAT MINIMAL (KHM) ANTIBIOTIK SECARA DILUSI PADAT

Oleh:
Anak Agung Ayu Trisna Diantari (161200011)
A. A. Nila Cahya Putri (161200012)
Angga Mahendra Putra (161200013)
Ayu Mega Mustika Dewi (161200014)
Dewa Ketut Kharisma Pratama (161200015)

A1A Farmasi Klinis


Kelompok I
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 10 Januari 2018
1
Dosen Pengampu : I Wayan Martadi Santika, S. Farm., M. Sc., Apt.

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI


PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2018
PRAKTIKUM VI
UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIK: PENENTUAN KADAR HAMBAT MINIMAL (KHM)
ANTIBIOTIK SECARA DILUSI PADAT

I. TUJUAN
Menentukan Kadar Hambat Minimal (KHM) dari suatu antibiotik secara dilusi padat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Meskipun sejak awal abad 20 antibiotik sebagai agen kemoterapi telah sukses dalam
memerangi penyakit infeksi oleh bakteri, namun penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama
kematian di seluruh dunia. Bakteri penyebab infeksi telah mengembangkan perlindungan
terhadap senyawa biokimia lingkungan, dan untuk resisten terhadap antibiotic yang berbahaya
bagi mereka. Resistensi mikroorganisme pathogen tersebut memberikan perlindungan terhadap
intervensi kemoterapi antibiotic dan dapat menyebabkan infeksi yang menjadi lebih sulit untuk
disembuhkan (Tri Umiana, 2015).
Bakteri merupakan mikroba uniseluler. Bakteri umumnya berukuran kecil dengan berat jenis
1,05 – 1,1 g cm-3 dan berat sekitar 10-12 g sebagai paktikel kering. Umumnya, bakteri berukuran
lebar 0,5 – 1 mikron dan panjang hingga 10 mikron ( 1 mikron = 10-3 mm). Dinding sel bakteri
mengandung kompleks karbohidrat dan protein yang disebut peptidoglikan. Bakteri bereproduksi
dengan cara membelah diri menjadi dua sel yang berukuran sama yang disebut dengan
pembelahan biner. (Rosana, Ika Rinda. 2015)

Kadar Hambat Minimal (KHM) adalah konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat
menghambat pertumbuhan organisme tertentu. Prosedur ini digunakan untuk menentukan
konsentrasi antibiotik yang masih efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan
mengindikasikan dosis antibiotik yang efektif untuk mengontrol infeksi pada pasien. Inokulum
mikroorganisme yang telah distandarisasi ditambahkan ke dalam tabung yang mengandung seri
enceran suatu antibiotika, dan pertumbuhan mikroorganisme akan termonitor dengan perubahan
kekeruhan. Dengan cara ini, KHM antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme secara in vitro dapat ditentukan (Rahayu, 2013). Kadar Bunuh Minimal (KBM)
adalah kadar atau konsentrasi minimal yang mampu membunuh bakteri uji, yang ditunjukkan
dengan tidak adanya koloni atau jumlah koloni < 0,1% dari Original Inoculum. Original
Inoculum adalah control kuman yang berisi bakteri uji dan media. Selain control kuman
digunakan juga control bahan yang berisi bahan uji dan aquades steril untuk mengetahui ada
tidaknya mikroba yang tumbuh pada bahan uji. (Rosana, Ika Rinda. 2015)
Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri
dengan cara mengganggu metabolism mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat
menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak
bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri. Kemampuan antimikroba tergantung pada konsentrai, pH, molaritas dan
konsentrasi dalam bentuk tidak terdisosiasi. (Juniawati, 2014)
Antibiotik adalah bahan hayati yang pada kadar rendah dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Dengan demikian, antibiotik merupakan salah satu jenis antibacterial. Apapun
mekanisme kerja antibakteri yaitu (Juniawati, 2014) :
1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri,
2. Mengganggu permeabilitas membrane sel bakteri,
3. Membawa fungsi transport aktif dan kemudian mengkontrol komposisi internal sel,
4. Menghambat sintesis protein sel bakteri,
5. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat bakteri.
Berdasarkan aktivitasnya, antibakteri digolongkan sebagai berikut :
1. Bakteriostatik, merupakan zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat
pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan populasi bakteri) namun tidak dimatikan,
2. Bakterisida, merupakan zat antibakteri yang memiliki aktivitas membunuh bakteri.
3
Namun, ada beberapa zat antibakteri yang bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan
bersifat bakterisida pada konsentrasi tinggi (Juniawati, 2014)
Mekanisme resistensi bakteri dapat terjadi dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Pengurangan akses antibiotik ke target porin pada membran luar
2. Inaktivasi enzimatis laktamase-ß (ß-laktamase)
3. Modifikasi/proteksi target resistensi terhadap ß-laktam, tetrasiklin, dan kuinolon
4. Kegagalan aktivasi antibiotik
5. Efluks aktif antibiotik
Pada prinsipnya tes kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan terhadap bakteri
penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap suatu antimikroba atau
kemampuan suatu antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh in vitro,
sehingga dapat dipilih sebagai antimikroba yang berpotensi untuk pengobatan. Uji kepekaan
antimikroba (antimicrobial susceptibility testing) dilakukan pada isolat mikroba yang
didapatkan dari spesimen pasien untuk mendapatkan agen antimikroba yang tepat untuk
mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba tersebut. Pengujian dilakukan di
bawah kondisi standar, dimana kondisi standar berpedoman kepada Clinical and Laboratory
Standards Institute (CLSI). Standar yang harus dipenuhi yaitu konsentrasi inokulum bakteri,
media perbenihan (Muller Hinton) dengan memperhatikan pH, konsentrasi kation, tambahan
darah dan serum, kandungan timidin, suhu inkubasi, lamanya inkubasi, dan konsentrasi
antimikroba (Tri Umiana, 2015)
Walaupun kondisi penting untuk pemeriksaan in vitro telah distandarkan, namun tidak ada
kondisi in vitro yang mengambarkan kondisi yang sama dengan keadaan in vivo tempat yang
sebenarnya bakteri tersebut menginfeksi. Dengan demikian ada beberapa faktor yang
memegang peranan penting dari pasien disamping hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil uji
kepekaan yang telah diperhitungkan pada metode uji. Faktor tersebut antara lain, yaitu (Tri
Umiana, 2015):
1. Difusi antimikroba pada sel dan jaringan hospes
2. Protein serum pengikat antimikroba
3. Gangguan dan interaksi obat
4. Status daya tahan dan sistem imun pasien
5. Mengidap beberapa penyakit secara bersamaan
6. Virulensi dan patogenitas bakteri yang menginfeksi
7. Tempat infeksi dan keparahan penyakit.
Kemampuan antimikroba dalam melawan bakteri dapat diukur menggunakan metode yang
biasa dilakukan, yaitu:
1. Metode Dilusi
4
Metode ini menggunakan antibakteri dengan konsentrasi yang berbeda-beda dimasukkan
pada media cair (Rosana, Ika Rinda. 2015). Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan,
yaitu teknik dilusi perbenihan cair dan teknik dilusi agar yang bertujuan untuk penentuan
aktivitas antimikroba secara kuantitatif, antimikroba dilarutkan kedalam media agar atau
kaldu, yang kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi semalam,
konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut dengan MIC
(minimal inhibitory concentration). Nilai MIC dapat pula dibandingkan dengan konsentrasi
obat yang didapat di serum dan cairan tubuh lainnya untuk mendapatkan perkiraan respon
klinik (Tri Umiana, 2015).
a. Dilusi perbenihan cair
Dilusi perbenihan cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi. Pada prinsipnya
pengerjaannya sama hanya berbeda dalam volume. Untuk makrodilusi volume yang
digunakan lebih dari 1 ml, sedangkan mikrodilusi volume yang digunakan 0,05 ml
sampai 0,1 ml. Antimikroba yang digunakan disediakan pada berbagai macam
pengenceran biasanya dalam satuan µg/ml, konsentrasi bervariasi tergantung jenis dan
sifat antibiotik, misalnya sefotaksim untuk uji kepekaan terhadap Streptococcus
pneumonia, pengenceran tidak melebihi 2 μg/ml, sedangkan untuk Escherichia coli
pengenceran dilakukan pada 16 µg/ml atau lebih.
Secara umum untuk penentuan MIC, pengenceran antimikroba dilakukan penurunan
konsentrasi setengahnya misalnya mulai dari 16, 8, 4, 2, 1, 0,5, 0,25 µg/ml konsentrasi
terendah yang menunjukkan hambatan pertumbuhan dengan jelas baik dilihat secara
visual atau alat semiotomatis dan otomatis, disebut dengan konsentrasi daya hambat
minimum/MIC (minimal inhibitory concentration) (Tri Umiana, 2015).
b. Dilusi agar
Pada teknik dilusi agar, antibiotik sesuai dengan pengenceran akan ditambahkan ke
dalam agar, sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai jumlah pengenceran
ditambah satu perbenihan agar untuk kontrol tanpa penambahan antibiotik, konsentrasi
terendah antibiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri merupakan MIC
antibiotik yang diuji. Salah satu kelebihan metode agar dilusi untuk penentuan MIC.
Dasar penentuan antimikroba secara in vitro adalah MIC (minimum inhibition
concentration) dan MBC (minimum bactericidal concentration). MIC merupakan
konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil
yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kekeruhan pada pembiakan cair.
Sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah antimikroba yang dapat membunuh
5
99,9% pada biakan selama waktu yang ditentukan. Absorpsi obat dan distribusi
antimikroba akan mempengaruhi dosis, rute dan frekuensi pemberian antimikroba untuk
mendapatkan dosis efektif di tempat terjadinya infeksi.
Penentuan konsentrasi minimum antibiotik yang dapat membunuh bakteri/ minimum
bactericidal concentration (MBC) dilakukan dengan menanam bakteri pada perbenihan
cair yang digunakan untuk MIC ke dalam agar kemudian diinkubasi semalam pada
37⁰C. MBC adalah ketika tidak terjadi pertumbuhan lagi pada agar.
Keuntungan dan kerugian metode dilusi memungkinkan penentuan kualitatif dan
kuantitatif dilakukan bersama-sama. MIC dapat membantu dalam penentuan tingkat
resistensi dan dapat menjadi petunjuk penggunaan antimikroba. Kerugiannya metode
ini tidak efisien karena pengerjaannya yang rumit, memerlukan banyak alat-alat dan
bahan serta memerlukan ketelitian dalam proses pengerjaannya termasuk persiapan
konsentrasi antimikroba yang bervariasi (Tri Umiana, 2015).
2. Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring ,
yang berisi sejumlah obat tertentu ditempatkan pada permukaan medium padat yang
sebelumnya telah diinokulasikan bakteri uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter
zona hambat sekitar cakram dihitung sebagai ukuran kemampuan penghambatan obat
terhadap organism uji (Rosana, Ika Rinda. 2015). Tingginya konsentrasi dari antimikroba
ditentukan oleh difusi dari cakram dan pertumbuhan organisme uji dihambat penyebarannya
sepanjang difusi antimikroba (terbentuk zona jernih disekitar cakram), sehingga bakteri
tersebut merupakan bakteri yang sensitif terhadap antimikroba. Ada hubungan persamaan
yang hampir linear (berbanding lurus) antara log MIC, seperti yang diukur oleh metode dilusi
dan diameter zona daya hambat pada metode difusi. Ukuran zona jernih tergantung kepada
kecepatan difusi antimikroba, derajat sensitifitas mikroorganisme, dan kecepatan
pertumbuhan bakteri (Tri Umiana, 2015). Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambat
pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang besifat sebagai antibakteri didalam
media padat (Rosana, Ika Rinda. 2015).
Zona hambat cakram antimikroba pada metode difusi berbanding terbalik dengan MIC.
Semakin luas zona hambat, maka semakin kecil konsentrasi daya hambat minimum MIC.
Untuk derajat kategori bakteri dibandingkan terhadap diameter zona hambat yang berbeda-
beda setiap antimikroba, sehingga dapat ditentukan kategori resisten, intermediate atau
sensitif terhadap antimikroba uji (Tri Umiana, 2015).

6
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1) Cawan Petri sebanyak 6 buah
2) Mikropipet
3) Tabung reaksi
4) Erlemeyer
5) Beaker glass
6) Batang Pengaduk
7) Lampu bunsen
Bahan :
1) Media NA
2) Larutan suspensi bakteri uji
3) Antibiotik Ampicilin dengan konsentrasi 6,25 mg/ml
;3,125 mg/ml;1,5625 mg/ml
4) Aqua Destilata
5) Alumunium Foil

IV. SKEMA KERJA


1. Pembuatan Larutan antibiotic dengan variasi konsentrasi

Untuk konsentrasi 6,25 mg/ml. Siapkan serbuk ampicillin, kemudian ditimbang sesuai
bobot yang diperlukan.

Dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian ditambahkan aqua destilata sebanyak 10


ml, aduk hingga larut
7
Ulangi langkah tersebut untuk konsentrasi selanjutnya (3,125 mg/ml dan
1,5625mg/ml)

2. Pembuatan Media NA (Nutrien Agar)

Timbang serbuk NA sebanyak 3,36 gram. Siapkan aqua destilata 120 ml.

Masukkan NA ke dalam erlemeyer dan aqua destilata, di larutkan. Kemudian dipanaskan.


3. Pembuatan Kontrol Kontaminasi Media

Secara aseptis ambilah 15 ml NA, tuangkanlah ke dalam cawan petri dan ratakan secara
merata digoyangkan cawan perti di atas meja. Biarkan memadat dan berikan label atau
keterangan

Bungkus dengan alumunium foil, diinkubasikan di inkubator selama 24 jam

4. Pembuatan Kontrol Pertumbuhan Bakteri Uji

Secara aseptis ambilah 15 ml NA, tuangkanlah ke dalam tabung reaksi, ambil 1 ml


suspensi bakteri uji menggunakan mikropipet lalu tuangkanlah ke dalam tabung reaksi
yang mengandung media NA, goyangkan tabung agar campuran merata

Tuangkanlah larutan dalam tabung reaksi ke cawan petri, dan ratakan secara merata
dengan di goyangkan cawan perti di atas meja. Biarkan memadat dan berikan label atau
keterangan

Bungkus dengan alumunium foil, diinkubasikan di inkubator selama 24 jam

5. Pembuatan Kontrol Negatif

Secara aseptis ambilah 15 ml NA, tuangkanlah ke dalam tabung reaksi, ambil 1 ml


8
suspensi bakteri uji menggunakan mikropipet lalu tuangkanlah ke dalam tabung reaksi
yang mengandung media NA, goyangkan tabung agar campuran merata

Tambahkan 1 ml aqua destilata steril pelarut antibiotik ke dalam tabung tersebut.

Tuangkanlah larutan dalam tabung reaksi ke cawan petri, dan ratakan secara merata
dengan di goyangkan cawan perti di atas meja. Biarkan memadat dan berikan label atau
keterangan
Bungkus dengan alumunium foil, diinkubasikan di inkubator selama 24 jam

6. Pengujian Potensi Antibiotik secara dilusi padat.

Secara aseptis, siapkan 3 tabung reaksi, tuangkanlah 15 ml NA pada masing-masing


tabung reaksi, ambil 1 ml suspensi bakteri uji menggunakan mikropipet lalu tuangkanlah
pada masing-masing tabung reaksi yang mengandung media NA, goyangkan tabung agar
campuran merata

Tambahkan tiap larutan antibiotik yang telah dibuat sesuai dengan konsentrasi, Dimana
Tabung I untuk konsentrasi 6,25 mg/ml; Tabung II untuk 3,125 mg/ml dan Tabung II
untuk konsentrasi 1,5625mg/ml.

Tuangkanlah 3 larutan dalam tabung reaksi ke 3 cawan petri, dan ratakan secara merata
dengan di goyangkan cawan perti di atas meja. Biarkan memadat dan berikan label atau
keterangan

Bungkus dengan alumunium foil, diinkubasikan di inkubator selama 24 jam

7. Pembacaan Hasil

Setelah masa inkubasi, kekeruhan media yang menunjukkan kepadatan


pertumbuhan bakteri uji diamati dan diberi penilaian menggunakan notasi (+) untuk
media yang tampak keruh dan (-) jika tidak ada kekeruhan yang berarti tidak ada
pertumbuhan bakteri uji dalam media agar tersebut.
9

Hasil pengamatan dianalisis untuk mendapatkan konsentrasi atau kadar hambat


minimal senyawa antibiotik. Kadar Hambat Minimal (KHM) adalah konsentrasi minimal
senyawa antibiotik yang menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri uji
Perhitungan Bahan
1. Perhitungan NA ( Nutrient Agar ) =
2,8/1000ml = x/ 120 ml
x ( NA) = 3,36 gram
2. Masaa antibiotik yang ditimbang
Konsentrasi 6,25 mg/ml = 6,25 mg/ml x 10 ml = 62,5 mg
Konsentrasi 3,125 mg/ml = 3,125 mg/ml x 10 ml = 31,25 mg
Konsentrasi 1,5625 mg/ml = 1,5625 mg/ml x 10 ml = 15,625 mg

V. HASIL PENGAMATAN

NO HASIL PENGAMATAN KETERANGAN

1. Pengamatan Kontrol
Kontaminasi Media

Terdapat bakteri tumbuh pada


kontrol kontaminasi media
sehingga menandakan bahwa
media yang digunakan telah
terkontaminasi.

2. Pengamatan control
pertumbuhan bakteri uji.
Terdapat banyak pertumbuhan
10
Bakteri pada media.
Hasil : +++ (sangat keruh)

3. Pengamatan Uji Kontrol


Negatif
Terdapat banyak pertumbuhan
bakteri.
Hasil : ++ (keruh)

4. Pengamatan Uji Potensi


Antibiotik (Petri I) dengan
konsentrasi 6,25 mg/ml
Terdapat sedikit pertumbuhan
bakteri.
Hasil : + (agak keruh)

5. Pengamatan Uji Potensi


Antibiotik (Petri II) dengan
konsentrasi 3,125 mg/ml
Terdapat sedikit pertumbuhan
bakteri.
Hasil : ++ (keruh)
11

6. Pengamatan Uji Potensi


Antibiotik (Petri III) dengan
konsentrasi 1,5625 mg/ml
Terdapat sedikit pertumbuhan
bakteri.
Hasil : + (agak keruh)
VI. PEMBAHASAN
Praktikum mikrobiologi yang telah dilakukan uji kepekaan antibiotik dengan penentuan kadar
hambat minimal (KHM) antibiotik secara dilusi padat. Prinsip dari pratikum ini yaitu untuk
mengetahui konsentrasi terendah antibiotik untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Sebelum
melaksanakan pratikum, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pratikum seperti
cawan petri steril, tabung reaksi steril, gelas ukur steril, mikro pipet steril, baker glass (semua alat
disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit dibungkus menggunakan aluminium
foil), dan penangas air. Media agar yang digunakan yaitu media agar NA yang dibuat dengan cara
menimbang NA sebanyak 3,36 gram dilarutkan dalam 120 ml aqua destilata dalam erlenmeyer,
panaskan di penangas air aduk sampai larut. Media NA yang sudah larut dimasukan kedalam 6 tabung
reaksi masing-masing tabung berisi 15 ml NA selanjutnya tutup mulut tabung menggunakan kapas
dan bungkus dengan aluminium foil (disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit).
Pembuatan kontrol kontaminasi media yaitu dengan cara ambil tabung reaksi yang
mengandung media NA yang sudah s teril, jika suhu sudah hangat kuku 45-50OC masukan kedalam

12
cawan petri steril secara aseptis dan biarkan hingga memadat. Inkubasi didalam incubator dengan
O
suhu 37 C selama 24 jam. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji yaitu dengan cara ambil
tabung media NA yang sudah steril, jika suhu sudah hangat kuku 45-50OC masukan 1 ml suspensi
bakteri uji kedalam tabung tersebut lalu di goyangkan sedikit agar tercampur. Tuang kedalam petri
steril secara aseptis, goyangkan petri agar bakteri uji merata dalam cawan petri dan biarkan memadat..
Pembuatan kontrol negatif yaitu dengan cara ambil tabung yang mengandung media NA yang
sudah steril, jika suhu sudah hangat kuku 45-50OC masukan 1 ml suspensi bakteri uji kedalam tabung
tersebut serta menambahkan 1 ml air steril dan goyangkan sedikit tabung agar tercampur. Tuang
kedalam petri steril secara aseptis, goyangkan petri agar bakteri uji merata dalam cawan petri dan
biarkan memadat.
Pengujian Potensi Antibiotik secara dilusi padat. Antibiotik yang digunakan pada praktikum
ini yaitu penisilin yang merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam dan memiliki spectrum luas.
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan pengenceran antibiotic, secara aseptis timbang 62,5 mg
ampicillin serbuk dilarutkan dalam 10 ml air steril (beaker glass 1 konsentrasi antibiotik 6,25 mg/ml),
ditimbang 31,25 mg ampicillin serbuk dilarutkan dalam 10 ml air steril, konsentrasi (beaker glass 2
antibiotik 3,125 mg/ml) dan ditimbang 15,625 mg ampicillin serbuk dilarutkan dalam 10 ml air steril,
konsentrasi (beaker glass 3 antibiotik 1,5625 mg/ml). Ambil 3 tabung media NA yang sudah steril
tambahkan 1 ml suspensi bakteri uji ke masing-masing tabung tambahkan larutan antibiotik yang
sudah dibuat sebelumnya masing-masing sebanyak 1 ml dengan konsentrasi 6,25 mg/ml (beaker glass
1), 3,125 mg/ml (beaker glass 2), 1,5625 mg/ml (beaker glass 3). Tuang masing-masing preparat
kedalam cawan petri steril, goyangkan petri agar bakteri uji merata dalam cawan petri dan biarkan
memadat.

Setelah seluruh perlakuan percobaan pratikum dalam cawan petri memadat, kemudian
seluruh cawan petri dibungkus dengan alumunium foil. Kemudian diinkubasikan dalam inkubator
dengan suhu 37OC selama 24 jam. Setelah 24 jam, hasil perlakuan dalam cwan petri dikeluarkan dari
inkubator dan langsung melaukan pengamatan,

Hasil yang didapat setelah pengamatan uji diinkubasi selama 24 jam, yaitu pada uji
Penggamatan Kontrol Kontaninasi Media terdapat bakteri yang tumbuh pada petridish
sehungga menandakan media yang digunakan telah terkontaminasi bakteri, pada
Pengamatan Kontrol Pertumbuhan Bakteri Uji hasil yang didapat positif karena media

13
yang ditananami bakteri terlihat sangat keruh sehingga menandakan adanya bakteri
yang tumbuh pada media, pada Pengamatan Uji Kontrol Negatif hasil yang didapat
positif karena media yang ditanami terlihat keruh yang menandakan adanya bakteri
yang tumbuh pada media, selaanjutnya pada Pengamatan Uji Potensi Antibiotik pada
petri I (Konsentrasi antibiotik 6,25 mg/ml) hasil yang didapat positif karena media yang
ditanami bakteri dan senyawa uji terlihhat sedikit keruh sehungga disimpulkan adanya
sedikit pertumbuhan bakteri, pada petri II (Konsentrasi antibiotik 3,125 mg/ml) hasil
yang didapat positif karena media yang ditanami bakteri dan senyawa uji terlihat keruh
sehingga disimpulkan adanya sedikit pertumbuhan bakteri, pada petri III (Konsentrasi
antibiotik 1,5625 mg/ml) hasil yang didapat positif karena media yang ditanami bakteri
dan senyawa uji terlihhat sedikit keruh sehingga disimpulkan adanya sedikit
pertumbuhan bakteri

VII. KESIMPULAN

1.Antibiotic adalah suatu zat yang berasal dari bakteri, jamur, fungi, yang
dilemahkan yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

2.KHM adalah kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat


pertumbuhan mikroba.

3. Metode yang digunakan adalah metode difusi yaitu merupakan metode


paling sering digunakan untuk menentukan kepekaan antimikroba

4. Hasil pengamatan yang didapat pada pengamatan senyawa uji rata-rata memiliki hasil
posittif karena media yaang ditanami bakteri dan senyawa uji terlihat sedikit adanya
pertumbauhan bakteri

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Panduan Pratikum Mikrobiologi. Denpasar: Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada
Bali.

Juniawati, Miskiyah. 2014. Kemampuan Cuka Air Kelapa Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. Bogor : Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Rahayu, Wisti. 2013. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Buah Melur (Brucea
javanica L. Merr) Terhadap Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus Secara In
Vitro. Sumatera Barat : Universitas Negeri Padang

Rosana, Ika Rinda. 2015. Aktivitas Antibakteri Jamu “Empot Super” Terhadap Bakteri
Staphylococcus saprophyticus Dan Escherichia coli. Malang : Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.

Soleha, Tri Umiana. 2015. “Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik” Volume 5. Jurnal Kesehatan
Universitas Lampung. Lampung

15
LAMPIRAN

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
LAMPIRAN JURNAL

32
33
34
35
36
37
38
39

Anda mungkin juga menyukai