Anda di halaman 1dari 7

Tinjauan Pustaka

PEPTIDA ANTIMIKROBIAL

Hendra Gunawan, R.M Rendy Ariezal Effendi

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


FK Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

ABSTRAK
Peptida antimikrobial (PAM) merupakan kelompok peptida di permukaan sel epitel yang bersifat mikro-
bisidal dan sitolitik. Peptida ini berperan dalam respons imun bawaan, sebagai lini pertama dalam pertah-
anan terhadap infeksi dengan cara membunuh langsung bakteri, jamur, atau virus. Dua kelompok besar PAM
yang terdapat pada manusia yaitu defensin dan katelisidin. Defensin diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu
alfa, beta, dan teta defensin. Pada manusia, hanya terdapat satu tipe katelisidin yaitu human cathelicidin
antimicrobial protein 18 (hCAP18), dengan LL-37 sebagai bentuk aktifnya. Tipe PAM lainnya pada manusia
yaitu psoriasin, RNase 7, dan dermsidin. Mekanisme kerja PAM yaitu berikatan dengan membran sel mikroba
dan membentuk sebuah celah, sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran yang mengakibatkan sel
mengalami lisis. Jumlah PAM akan meningkat saat terjadi infeksi dan inflamasi. Perubahan pola ekspresi PAM
terdapat pada beberapa penyakit kulit yang mengalami inflamasi kronik misalnya psoriasis, dermatitis atopik,
rosasea, akne vulgaris, hidradenitis supuratif, infeksi virus, dan lupus eritematosus sistemik. Hingga sat ini
terus dikembangkan penelitian terhadap peranan PAM dalam bidang dermatologi. Beberapa jenis PAM yang
saat ini tersedia di pasaran antara lain Plectasin®, Magainins®, Pexiganan®.

Kata kunci: defensin, katelidisin, peptida antimikrobial

ANTIMICROBIAL PEPTIDES

ABSTRACT
Antimicrobial peptide (AMP) is a group of peptide that can be found in epithelial cells surface, which has
microbicidal and cytolytic properties. This AMP participates in the innate immune response by providing the
first line defense against infection by directly eliminating bacteria, fungi, or virus. Two large groups of AMP
in human are defensin and cathelicidin. The defensins are categorized in three types: alpha, beta, and theta
defensin. In human, the cathelicidin is limited to a single type, referred as human cathelicidin antimicrobial
protein 18 (hCAP18), with its active form named as LL-37. Other types of AMP in human are psoriasin, RNase
7, and dermcidin. The mechanism of action of AMP is thought to relate to their ability to bind membranes of
microbes and form a pore in the membrane, therefore changes in membrane permeability may lead to cell lysis.
AMP will increase in number in response to infection and inflammation. Altered expression of AMP has been
recognized in some chronic inflammatory skin diseases such as psoriasis, atopic dermatitis, rosacea, acne vul-
garis, hidradenitis suppurativa, viral infection, and systemic lupus erythematosus. Until now, the studies of the
role of AMP in dermatology continue to be developed. AMP that is currently commercially available includes
Plectasin®, Magainins®, Pexiganan®.

Key words: antimicrobial peptide, cathelicidin, defensin

Korespondensi:
Jl. Pasteur 38 Bandung 40161
Telp/Fax 022-2032426
Email: endaguna@yahoo.com

50
Gunawan H & Effendi R.M.R.A Peptida Antimikrobial

sebagai lini pertama dalam pertahanan terhadap infeksi2,3 dengan cara membunuh langsung bakteri,
PENDAHULUANjamur, atau virus.4 Dalam makalah ini akan dibahas mengenai struktur
Meskipun keberadaan PAM telah diketahui sejak lebih dari mekanisme
PAM, 20 tahun yang lalu, tetapi
kerjanya fungsinya
terhadap dalam
invasi mikroba, dan
Resistensi antibiotik
respons imun barumerupakan masalah
diketahui yang san-
belakangan ini. Sejumlah PAM telah diidentifikasi berdasarkan
gat penting saat ini. Untuk mengatasi hal tersebut keterlibatannya dalam beberapa
dibu- mikroba patogen. 2 Dua kelompok besar PAM5 yang penyakit inflamasi pada
kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan
tuhkan golongan kulit.
terdapat antibiotik
pada manusia baru.yaitu
Peptida antimikrobial
defensin dan katelisidin. 3,6 Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa
(PAM) merupakan kandidat yang ideal. Peptida antimik-
defensin dan katelisidin berperan sebagai antibiotik alamiah dan sebagai signalling molecules yang dapat
robial (PAM) adalah kelompok
mengaktivasi peptida
sel inang agar yang dalam
berperan terdapat di
pertahanan STRUKTUR
tubuh.2 MekanismePEPTIDA ANTIMIKROBIAL
kerja PAM yaitu dengan cara
7,8
permukaan berikatan
sel epiteldengan membran
(misalnya sel mikroba
epidermis), dan membentuk
yang bersifat sebuah
Peptida pore (celah),
antimikrobial sehingga
dihasilkan olehterjadi
beberapa sel di
7
perubahan
mikrobisidal permeabilitas
dan sitolitik. 1
Peptidamembran, yangdalam
ini berperan pada re-
akhirnya menyebabkan sel mengalami
kulit yaitu keratinosit, lisis.keringat,
kelenjar neutrofil, dan sel
Perubahan
spons imun bawaan, 2 pola ekspresi
sebagai PAM
lini pertama berhubungan
dalam pertah- pulamast.dengan kondisi
Peptida patologis beberapa
antimikrobial (PAM) 4yangpenyakit
diekspresikan
4,7
inflamasi pada kulit misalnya psoriasis,
anan terhadap infeksi dengan cara membunuh langsung
2,3 dermatitis atopik, rosasea, atau akne vulgaris. Berbagai
pada beberapa sel ini berperan sebagai sawar pada per-
penelitian saat ini
bakteri, jamur, atau virus.4 dilakukan untuk mengetahui peranan PAM dalam berbagai penyakit infeksi dan
mukaan kulit.3 Dua kelas PAM utama yang ditemukan
inflamasi, serta menjadikan PAM sebagai salah satu alternatif terapi dalam mengobati penyakit-penyakit
Meskipun keberadaan PAM telah diketahui sejak lebih pada kulit adalah defensin dan katelisidin.7,9,10
tersebut.4
dari 20 tahunDalam
yang lalu, tetapiinifungsinya
makalah dalammengenai
akan dibahas respons struktur PAM, mekanisme kerjanya terhadap invasi
imun barumikroba,
diketahuidanbelakangan
keterlibatannya dalam beberapatelah
ini. Sejumlah PAM Defensinpada kulit.
penyakit inflamasi
diidentifikasi berdasarkan kemampuannya dalam meng- Defensin merupakan peptida yang terdiri atas 28-
hambat pertumbuhan mikroba patogen.2 Dua kelompok 44 asam amino dengan tiga ikatan disulfida.9 Defensin
besar PAM5 yang terdapat
STRUKTUR pada manusia
PEPTIDA yaitu defensin
ANTIMIKROBIAL banyak terdapat pada sel dan jaringan yang terlibat dalam
dan katelisidin.3,6 Beberapa hasil penelitian membuktikan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi6 yaitu ke-
bahwa defensin dan katelisidin berperan sebagai antibi-
Peptida antimikrobial dihasilkan oleh beberapa ratinosit,
sel di kulitmonosit, makrofag,1,9kelenjar
yaitu keratinosit, neutrofil,keringat,
sel Paneth,6 atau
neutrofil, dan sel mast. Peptida antimikrobial
otik alamiah dan sebagai signalling molecules yang dapat (PAM) yang diekspresikan pada beberapa sel ini berperan
sel epitel mukosa dari sistem respirasi, pencernaan, dan
sebagai
mengaktivasi sel sawar
inang pada
agar permukaan
berperan kulit.3pertahanan
dalam Dua kelas PAM utama yang ditemukan
reproduksi. 1,9
Sel Panethpada kulit adalah
berperan dalamdefensin
mekanisme per-
7,9,10
dan katelisidin.
tubuh. Mekanisme kerja PAM yaitu dengan cara berika-
2
tahanan tubuh yang terdapat di usus halus dan dilepaskan
tan dengan membran sel mikroba dan membentuk sebuah setelah mendapat stimulus berupa pajanan bakteri.6
pore (celah),
Defensin
7,8
sehingga terjadi perubahan permeabilitas Defensin disintesis sebagai pro-peptida 93-96 asam
membran, yang pada akhirnya menyebabkan sel menga- amino, terdiri atas regio sinyal N-terminal anionic pro-
9
lami lisis.7 Defensin merupakan peptida yang terdiri atas 28-44 asamdan
segment amino dengan tiga
C-terminal ikatanregion
cationic disulfida.
(Gambar 1).
Defensin
Perubahan banyak terdapat
pola ekspresi pada sel dan
PAM berhubungan pulajaringan
den- yang terlibat dalam
Pelepasan C-terminalmekanisme
region pertahanan tubuh pro-seg-
dari regio sinyal
6 1,9 6
terhadap infeksi yaitu keratinosit, monosit,
gan kondisi patologis beberapa penyakit inflamasi pada makrofag, ment oleh enzim elastase, metaloproteinase,dari
neutrofil, sel Paneth, atau sel epitel mukosa atau enzim
1,9
sistem respirasi, pencernaan, dan reproduksi. Sel Paneth berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh
kulit misalnya psoriasis, dermatitis atopik, rosasea, atau 4,7
proteolitik lainnya akan menimbulkan 6 aktivitas antimik-
yang4 terdapat di usus halus dan dilepaskan setelah mendapat stimulus berupa pajanan bakteri.
akne vulgaris. Berbagai
Defensin penelitian
disintesis saatpro-peptida
sebagai ini dilakukan 93-96 robial terdiri
un- asam amino, (peptida matur).
atas
1,9,10
regio sinyal Defensin memiliki
N-terminal anionicsifat spek-
tuk mengetahui peranan PAM dalam berbagai penyakit trum antibiotik luas yang
pro-segment dan C-terminal cationic region (Gambar 1). Pelepasan C-terminal region dari regio sinyal mampu membunuh bakteri, vi-
infeksi dan inflamasi, serta menjadikan PAM sebagai rus, atau jamur. 2
Defensin
pro-segment oleh enzim elastase, metaloproteinase, atau enzim proteolitik lainnya akan menimbulkan diklasifikasikan menjadi 3 tipe
salah satuaktivitas
alternatif terapi dalam
antimikrobial mengobati
(peptida penyakit-
matur).1,9,10 yaitu alfa,
Defensin memiliki sifatbeta, dan antibiotik
spektrum teta defensin. 2,4,9
luas yang mampu
2
penyakit tersebut.
membunuh bakteri, virus, atau jamur. Defensin diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu alfa, beta, dan teta
4

defensin.2,4,9

Gambar
Gambar 1. Gambar
1. Gambar skematik
skematik defensin
defensin

Alfa-Defensin (HNP)3 dan dua alfa-defensin lainnya yang banyak ter-


Alfa-defensin mempunyai 29-35 residu asam amino dapat pada sel Paneth6 dan sel epitel saluran urogenital2,3
Alfa-Defensin disebut human defensins 5 dan 6 (HD5 dan HD6). 2,6
dengan pola ikatan disulfida 1-6, 2-4, dan 3-5.2 Alfa-
defensin dapat terdeposit mempunyai
Alfa-defensin sebagai pro-peptida (pada
29-35 residu sel amino dengan pola ikatan disulfida 1-6, 2-4, dan 3-5.2
asam
Paneth) atau sebagai peptida Beta-Defensin
Alfa-defensin dapat aktif yang matur
terdeposit (pada
sebagai neu-
pro-peptida (pada sel Paneth) atau sebagai peptida aktif yang
trofil). Neutrofil mengandung
matur (pada neutrofil).kadar defensin
Neutrofil yang tinggi
mengandung kadar defensinBeta-defensin
yang tinggi bilaterdiri atas
terdapat pada36-42 rangkaian
jaringan yang asam
bila terdapat padamengalami
sedang jaringan yang sedang6 mengalami
inflamasi. Hingga saatinfla-
ini terdapatamino
enamdengan ikatan yang
alfa-defensin disulfida
telah1-5, 2-4, 3-6 dan daerah
teridentifikasi.
3
masi.6 Hingga
Empatsaat ini terdapat
alfa-defensin enam
yang alfa-defensin
terdapat di dalam yang N-terminal
neutrofil disebut human yang lebihpeptides
neutrophil panjang(HNP)
dibandingkan
dan dua dengan
telah teridentifikasi. Empat alfa-defensin yang terdapat alfa-defensin. Beta-defensin dapat menarik sel den-
2,9

di dalam neutrofil disebut human neutrophil peptides dritik dan sel T memory sehingga berperan sebagai pen-

2 51
Beta-Defensin

Beta-defensin terdiri atas 36-42 rangkaian asam amino dengan ikatan disulfida 1-5, 2-4, 3-6 dan
daerah N-terminal yang lebih panjang dibandingkan dengan alfa-defensin.2,9 Beta-defensin
dapat menarik sel dendritik dan sel T memory sehingga berperan sebagai penghubung antara sistem imun
bawaan dan didapat.7,11 Pada manusia terdapat empat tipe beta-defensin yaitu human beta defensin
MDVI (HBD)-1, HBD-2, HBD-3, dan HBD-4.2,3 Human beta defensin-1 (HBD-1) banyak Vol.terdapat
45 No. 1pada
Tahun 2018; 50 - 56
ginjal,
sedangkan HBD-2 diekspresikan dalam jumlah sedikit pada epitel kulit normal, tetapi diregulasi dalam
jumlah banyak pada kulit yang mengalami inflamasi.2 Pada keratinosit, HBD-2 disekresikan di dalam
ghubung badan
antaralamelar.
sistem imun
6 bawaan
Sitokin dan didapat.
pro-inflamasi
7,11
berupa Pada menjadi
tumor necrosis stabil (TNF-α)
factor-α oleh tigadan
ikatan disulfida. (IL-1)
interleukin-1 6 Tipe defensin
7
manusia dapat
terdapat empat tipe keratinosit
menstimulasi beta-defensin yaitu
untuk human
menghasilkan ini terdapat
HBD-2. pada primata,
Ekspresi sedangkan pula
HBD-2 distimulasi pada oleh
manusia tidak
mikroba
beta defensin misalnya
(HBD)-1, Pseudomonas
HBD-2, HBD-3,aeruginosa
dan HBD-4.2,3(P.aeruginosa), Staphylococcus
teraktivasi akibat prosesaureus 4 aureus), dan
mutasi.(S.
Candida
Human beta albicans
defensin-1 (C. albicans).
(HBD-1) banyakHBD-3
terdapatdipurifikasi
pada 2 dari skuama pasien psoriasis, sedangkan HBD-4
banyak terdapat pada sel epitel sistem
ginjal, sedangkan HBD-2 diekspresikan dalam jumlah pernapasan. Katelisidin
sedikit pada epitel kulit normal, tetapi diregulasi dalam Katelisidin merupakan PAM kedua terbesar yang
jumlah banyak pada kulit yang mengalami inflamasi.2
Teta-Defensin diproduksi oleh mamalia.1 Katelisidin disintesis sebagai
Pada keratinosit, HBD-2 disekresikan di dalam badan pro-peptida dan diproses menjadi peptida yang aktif oleh
Teta-defensin
lamelar.6 Sitokin dibentuk
pro-inflamasi dari ligasi
berupa tumordua rangkaian 9 beberapa
necrosis residu asam aminoproteolitik.
enzim yang berasal dari prekursor
Manusia dan tikus hanya
factor-α alfa-defensin.
(TNF-α) dan Teta-defensin
interleukin-1 merupakan
(IL-1) dapatpeptida
men-matur yang menjadi stabil oleh tiga ikatan disulfida. 6
mempunyai satu gen katelisidin, sedangkan mamalia lain
stimulasiTipe defensinuntuk
keratinosit ini terdapat pada primata,
menghasilkan sedangkan
HBD-2. 7
Ek- pada manusia tidak teraktivasi akibat proses mutasi. 4
misalnya babi mempunyai beberapa variasi gen katelisi-
spresi HBD-2 distimulasi pula oleh mikroba misalnya din. Katelisidin merupakan PAM pertama pada mamalia
Pseudomonas aeruginosa (P.aeruginosa), Staphylococcus
Katelisidin yang mempunyai aktivitas antimikrobial spektrum luas
aureus (S. aureus), dan Candida albicans (C. albicans). dan poten.2 Katelisidin pada manusia hanya mempunyai
Katelisidin
HBD-3 dipurifikasi darimerupakan
skuama pasien PAMpsoriasis,
kedua terbesar
sedan- yang diproduksi oleh mamalia. 1 Katelisidin disintesis
satu tipe yaitu human cathelicidin antimicrobial protein
gkan HBD-4sebagai pro-peptida
banyak terdapatdanpadadiproses menjadi
sel epitel peptida
sistem per- yang 18aktif oleh beberapa enzim proteolitik. Manusia
(hCAP18). Human cathelicidin antimicrobial protein
2dan tikus hanya mempunyai satu gen katelisidin, sedangkan mamalia lain misalnya babi mempunyai
napasan.
beberapa variasi gen katelisidin. Katelisidin merupakan PAM pertamadiproses
18 (hCAP18) oleh proteinase
pada mamalia 3 di neutrofil untuk
yang mempunyai
aktivitas antimikrobial spektrum luas dan poten. Katelisidin pada manusia hanya mempunyai satu (Gambar
2 melepaskan bentuk aktifnya yaitu LL-37 tipe 2).2,7
Teta-Defensin
yaitu human cathelicidin antimicrobial protein 18 (hCAP18). LL-37Human
merupakan dua residu
cathelicidin leusin danprotein
antimicrobial 37 asam amino
Teta-defensin
18 (hCAP18) dibentuk darioleh
diproses ligasi dua rangkaian
proteinase panjang.
3 di neutrofil untuk LL-37 berperan
melepaskan dalam respons
bentuk aktifnya imun bawaan,
yaitu LL-37
9 residu (Gambar
asam amino 2).2,7yang
LL-37berasal
merupakandari prekursor
dua residu alfa-
leusin dan baik
37 asammelalui
aminoaktivitas antimikrobial
panjang. LL-37 berperansecara
dalam langsung
defensin.respons imun bawaan,
Teta-defensin baik peptida
merupakan melalui aktivitas
matur yang antimikrobial secara
maupun langsung
melalui maupunsel-sel
penarikan melalui penarikantubuh.2
pertahanan
sel-sel pertahanan tubuh.2

Gambar 2. Gambar skematik katelisidin pada manusia


Gambar 2. Gambar skematik katelisidin pada manusia
Jenis PAM Lain Propionibacterium acnes (P.acnes), dan P.aeruginosa.4,7
Psoriasin, RNase 7, dan dermsidin merupakan jenis Dermsidin mempunyai aktivitas antimikrobial luas ter-
PAM lain yang terdapat pada manusia. Pada kulit, psoria- hadap S. aureus, E. coli, C.albicans, dan Enterococcus
sin dan RNase 7 dihasilkan oleh keratinosit, sedangkan faecium (E. faecium).7
dermsidin disekresikan oleh kelenjar keringat.7 Psoriasin
mempunyai efek antimikroba dengan cara mengganggu 3 MEKANISME KERJA PAM TERHADAP INVASI
permeabilitas membran bakteri. Peptida antimikrobial MIKROBA
(PAM) tipe ini terdapat pula pada epitel saluran cerna Mekanisme kerja PAM yaitu dengan cara meng-
dan berperan dalam mengeliminasi bakteri di usus mis- ganggu metabolisme dan menghancurkan membran mik-
alnya Escherechia coli (E. coli).4,7,11 RNase 7 diisolasi roba.12 Jumlah PAM akan meningkat saat terjadi infeksi,
dari stratum korneum pada kulit manusia sehat. RNase inflamasi, atau diferensiasi epidermis.4 Interaksi antara
7 mempunyai aktivitas ribonuklease poten dan aktivi- PAM dengan mikroba bersifat elektrostatik, yaitu terjadi
tas antimikrobial terhadap S.aureus, E.coli, C.albicans, interaksi antara PAM yang bersifat kationik dengan kom-

52
antimikrobial terhadap S.aureus, E.coli, C.albicans, Propionibacterium acnes (P.acnes), dan
P.aeruginosa.4,7 Dermsidin mempunyai aktivitas antimikrobial luas terhadap S. aureus, E. coli,
C.albicans, dan Enterococcus faecium (E. faecium).7

MEKANISME KERJA PAM TERHADAP INVASI MIKROBA


Gunawan H & Effendi Peptida Antimikrobial
Mekanisme kerja PAM yaitu dengan cara mengganggu metabolisme dan menghancurkan membran
mikroba.12 Jumlah PAM akan meningkat saat terjadi infeksi, inflamasi, atau diferensiasi epidermis. 4
Interaksi antara PAM dengan mikroba bersifat 3,12
ponen bakteri, jamur, atau virus yang bersifat anionik. elektrostatik, yaitu terjadi interaksi antara PAM yang
negatif akan memisahkan diri menuju lapisan membran
bersifat kationik dengan komponen bakteri, jamur, atau virus yang bersifat anionik. 3,12 Komposisi asam
Komposisi asam amino dan muatan kation memudahkan bagian dalam yang berhadapan dengan sitoplasma.12
amino dan muatan kation memudahkan PAM untuk menempel dan masuk ke dalam sel melalui celah
PAM untuk
yang menempel dan masuk
telah terbentuk ke dalam8,12selPeptida
pada membran. melalui antimikrobialMekanisme
(PAM) dapat kerja
pulaPAM
masukseperti yang sel
ke dalam tampak pada
celah yang telah
secara terbentuk
langsung untukpada membran.
mengikat molekulPeptida
8,12
an- yang penting
intraselular gambarbagi3 memperlihatkan
sel hidup. 12 bahwa (a) PAM akan men-
timikrobialBagian
(PAM)terluar
dapat lapisan
pula masuk ke dalam
membran (outerselleaflet)
secarabakteri,empel di bagian
sebagian terluar membran
besar mengandung mikroba. (b) Integra-
lipid bermuatan
langsung untukSebaliknya,
negatif. mengikat molekul intraselular
pada binatang yang pent-
dan tumbuh-tumbuhan, sibagian
PAM terluar
pada membran menyebabkan
lapisan membran permukaan luar
mengandung
ing bagilipid
sel hidup.
(kolesterol)
12
tanpa disertai muatan positif maupun negatif. membran menipis,
Setelah selanjutnya
berikatan dengan PAM,terjadi peregangan pada
sebagian
besarterluar
Bagian lipid bermuatan negatif (outer
lapisan membran akan memisahkan
leaflet) bak- diri menuju
lapisanlapisan
bilayer. membran
(c) Kemudianbagian dalam celah
terbentuk yang yang bersi-
12
berhadapan
teri, sebagian besardengan sitoplasma.
mengandung lipid bermuatan negatif. fat sementara pada fase transisi. (d) Lipid dan PAM berg-
Sebaliknya, Mekanisme kerjadan
pada binatang PAM seperti yang tampak
tumbuh-tumbuhan, bagianpada gambar
erak 3menuju
memperlihatkan
bagian dalambahwamembran.
(a) PAM (e)akanDifusi PAM
menempel di bagian terluar membran
terluar lapisan membran mengandung lipid (kolesterol) mikroba. (b) Integrasi PAM pada membran menyebabkan
menuju target intraselular. (f) Membran sel target akan
permukaan luar membran menipis, selanjutnya terjadi peregangan pada lapisan bilayer. (c) Kemudian
tanpa disertai muatan positif maupun negatif. Setelah rusak membentuk fragmen-fragmen.12
terbentuk celah yang bersifat sementara pada fase transisi. (d) Lipid dan PAM bergerak menuju bagian
berikatan dengan
dalam PAM, sebagian
membran. (e) Difusibesar
PAM lipid bermuatan
menuju target intraselular. (f) Membran sel target akan rusak
12
membentuk fragmen-fragmen.

Gambar 3. Gambar skematik mekanisme kerja PAM


Gambar 3. Gambar skematik mekanisme kerja PAM
Mekanisme PAM dalam membunuh mikroba meli- Pada mekanisme kerja klasik, PAM (misalnya de-
batkan struktur PAM itu sendiri. Kation PAM berinter- fensin) berikatan dengan membran mikroba dan mem-
aksi dengan komponen anion bakteri, virus, atau jamur bentuk sebuah celah yang besar. Pada mekanisme kerja
sehingga menyebabkan penetrasi PAM.3,6,8 Kandungan alternatif, PAM (misalnya PR-39) tidak membentuk celah
protein yang bersifat bakterisidal berupa amphipatic, al- pada membran, tetapi melakukan penetrasi linear melalui
pha-helical peptides (cecropins dan magainins), dan pep- beberapa lapisan lipid dan berikatan dengan reseptor pro-
tida yang mengandung disulfida (defensin) mampu ber- 4 tein yang terdapat dalam sitoplasma.3,8
ikatan dengan target membran dan membentuk celah.8
Selain LL-37, jenis katelisidin lain adalah prolin/ KETERLIBATAN PAM DALAM PENYAKIT IN-
arginine-rich cathelicidin (PR-39), yang telah terbukti FLAMASI PADA KULIT
berperan dalam membunuh mikroba.8 Peptida antimik- Peptida antimikrobial pada kulit pertama kali dii-
robial (PAM) ini merupakan peptida aktif yang melaku- dentifikasi saat PR-39 8 ditemukan dalam cairan luka
kan penetrasi secara linear pada membran mikroba dan porcine, setelah itu LL-37 ditemukan pada keratinosit.2
tidak membentuk celah dalam mekanisme kerjanya. Set- Pada beberapa penyakit kulit ditemukan perubahan pola
elah berikatan dengan PR-39, mikroba akan mengalami ekspresi PAM. HBD-1 dan HBD-2 dapat ditemukan pada
penurunan sintesis protein, selanjutnya akan mengalami lesi akne vulgaris dan diduga berperan dalam patogenesis
kematian sel.3 Hal ini merupakan jalur alternatif dari me- penyakit ini. HBD-2 dan HBD-3 tidak terdapat pada ku-
kanisme kerja PAM.8 lit normal, tetapi terdapat pada keratinosit lesi psoriasis.

53
MDVI Vol. 45 No. 1 Tahun 2018; 50 - 56

Hal ini menunjukkan peranan kedua PAM ini pada kulit dengan kalsipotriol dapat menurunkan ekspresi HBD-2
yang mengalami inflamasi kronis.2 HBD-3 memiliki efek dan LL-37. Hal ini menunjukkan bahwa kalsipotriol da-
antimikroba kuat terhadap S. aureus dan E. faecium yang pat menghambat ekspresi HBD-2 dan LL-37 yang dis-
resisten terhadap vankomisin. HBD-3 adalah β-defensin timulasi oleh TNF- α.
pertama yang memiliki aktivitas terhadap bakteri gram Psoriasin terlibat dalam patogenesis psoriasis7,21
positif.7 melalui disregulasi diferensiasi keratinosit dan proses
Katelisidin diekspresikan pada kulit yang mengalami inflamasi. Ekspresi psoriasin diregulasi oleh interferon
inflamasi.2 LL-37 diekspresikan pada lesi kulit pasien dan berperan dalam menarik limfosit ke lokasi inflamasi.
psoriasis, dermatitis kontak alergi karena nikel, lupus er- Melalui pemeriksaan real-time-PCR, ekspresi psoriasin
itematosus sistemik (SLE), veruka vulgaris, dan kondilo- meningkat pada lesi psoriasis tipe plak.21
ma akuminatum.2,8 Pada penelitian dengan menggunakan
hibridisasi in situ dan reverse transcriptase polymerase Dermatitis Atopik
chain reaction (RT-PCR), ekspresi LL-37 tidak terde- Berbeda dengan psoriasis, pada lesi kulit pasien der-
teksi pada kulit yang tidak mengalami inflamasi. Hal ini matitis atopik didapatkan penurunan ekspresi HBD-2
menunjukkan bahwa katelisidin lebih berperan terutama dan HBD-3.4,11,16 Hasil penelitian yang dilakukan Ong
pada respons inflamasi dibandingkan dengan memodu- dkk.16 menunjukkan penurunan secara signifikan ek-
lasi permukaan epitel utuh yang mengandung kolonisasi spresi HBD-2 dan LL-37 pada lesi kulit pasien dermati-
bakteri.8 tis atopik. Sitokin Th2 yang berperan dalam patogenesis
Dalam keadaan normal, PAM terdapat dalam jum- dermatitis atopik yaitu IL-4 dan IL-13 dapat menekan ek-
lah sedikit di beberapa lokasi yaitu struktur folikular dan spresi mRNA HBD-2 dan HBD-3 yang diinduksi TNF-α
kelenjar keringat.2 Pada saat terjadi infeksi maupun in- pada keratinosit.7,16 Penurunan ekspresi PAM ini menun-
flamasi, keratinosit meningkatkan produksi PAM.4,8 Pada jukkan bahwa pasien dermatitis atopik rentan terhadap
saat yang bersamaan, kandungan PAM meningkat pula di infeksi kulit,4 misalnya terhadap S. aureus atau virus her-
dalam sel mast dan neutrofil. PAM mempunyai aktivitas pes simpleks (VHS).7 Rieg dkk.22 dalam penelitiannya
kemotaktik yang akan mengeliminasi mikroba dan ber- melaporkan penurunan jumlah dermsidin pada keringat
peran dalam proses penyembuhan luka.2 Perubahan pola pasien dermatitis atopik.
ekspresi PAM berperan dalam menentukan kerentanan
seseorang terhadap beberapa penyakit kulit antara lain Rosasea
psoriasis, dermatitis atopik, dan rosasea.4 Pada lesi kulit pasien rosasea, didapatkan ekspresi
katelisidin abnormal dalam jumlah besar.4,16 Hasil anali-
Psoriasis sis spektrometri menunjukkan bahwa pada pasien rosa-
Peptida antimikrobial telah diketahui terlibat dalam sea, katelisidin diproses secara abnormal menjadi bentuk
patogenesis psoriasis. Ekspresi PAM dapat diinduksi peptida yang tidak ditemukan pada kulit normal.4 Abnor-
oleh sitokin pro-inflamasi misalnya TNF-α yang ber- malitas proses katelisidin ini disebabkan meningkatnya
peran penting dalam patogenesis psoriasis.13,14 Harder stratum corneum tryptic enzyme (SCTE).4,7 Berdasarkan
dkk.15 pada tahun 2001 mempublikasikan hasil peneliti- pengamatan tersebut diketahui bahwa abnormalitas PAM
annya mengenai identifikasi HBD-3 pada skuama pasien dapat menyebabkan terjadinya eksaserbasi penyakit in-
psoriasis. Satu tahun kemudian, Ong dkk.16 menemukan flamasi pada kulit.4
peningkatan ekspresi katelisidin dan HBD-2 yang men-
ingkat pada lesi kulit pasien psoriasis, baik tingkat mes- Infeksi Virus
senger ribonucleic acid (mRNA) maupun tingkat protein. Peningkatan ekspresi PAM terhadap infeksi virus
Pada tahun 2005, Harder dkk.17 menemukan ekspresi pada kulit masih belum jelas,1,2 tetapi beberapa peneli-
PAM lainnya pada skuama pasien psoriasis yaitu HNP-1, tian menunjukkan korelasi antara penurunan PAM den-
HNP-2, dan HNP-3. gan peningkatan kejadian infeksi virus pada kulit.2,4 Pada
Pada patogenesis psoriasis telah diketahui keterliba- kulit pasien dermatitis atopik dengan eczema herpeticum
tan sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel T helper (Th) menunjukkan penurunan ekspresi katelisidin, dan pada
17 yaitu IL-17 dan IL-22.18 Sitokin-sitokin ini berperan mencit yang mengalami defisiensi katelisidin memperli-
dalam mencetuskan reaksi inflamasi pada kulit pasien hatkan kadar herpes simplex virus tipe 2 (HSV-2) yang
psoriasis.19 Ekspresi HBD-2 meningkat pada pasien pso- tinggi. Hal tersebut menjelaskan kerentanan pasien der-
riasis karena diregulasi oleh IL-17 dan IL-22.13 matitis atopik terhadap infeksi HSV.4
Katelisidin LL-37 diekspresikan dalam jumlah ban-
yak pada lesi psoriasis.14 Pada penelitian yang dilakukan Penyakit Kulit Lain
oleh Kim dkk.20 diketahui bahwa pengobatan psoriasis Kadar katelisidin yang tinggi dapat ditemukan pada

54
Gunawan H & Effendi R.M.R.A Peptida Antimikrobial

penyakit lupus eritematosus sistemik. Ekspresi HNP-3 diisolasi dari kulit hewan Xaenopus laevis, efektif ter-
yang tinggi dapat ditemukan pada pasien limfoma sel T.4 hadap bakteri, jamur, dan virus.26 Peptida antimikrobial
Peningkatan ekspresi HBD-1 dan HBD-2 terdapat pada (PAM) yang berasal dari hewan dan telah dikembangkan
lesi pasien akne vulgaris yang dicetuskan oleh infeksi P. sebagai bentuk obat antara lain Pexiganan®, yaitu untuk
acnes.4 Hasil penelitian yang dilakukan Hofmann dkk.23 pengobatan topikal ulkus tungkai yang terinfeksi pada
menunjukkan bahwa pada penyakit hidradenitis supu- pasien diabetes melitus. Peptida antimikrobial (PAM)
rativa (akne inversa) didapatkan peningkatan ekspresi lain yang sedang diuji dalam fase praklinik adalah Lacto-
HBD-3 dan penurunan ekspresi RNase 7. ferricin® sebagai antibakteri dan Heliomycin® sebagai
antijamur.12
POTENSI TERAPI
Berdasarkan beberapa hasil penelitian terbukti bah- SIMPULAN
wa PAM efektif terhadap organisme patogen yang re- Peptida antimikrobial bersifat mikrobisidal dan si-
sisten terhadap obat konvensional.24 Peptida antimikro- tolitik, berperan dalam respons imun bawaan sebagai lini
bial (PAM) bersifat bakterisidal dan tidak membutuhkan pertama dalam pertahanan terhadap infeksi dengan cara
waktu kontrol yang lama untuk membunuh bakteri.5,12 membunuh langsung bakteri, jamur, atau virus. Sejum-
Sejumlah peptida dan turunannya telah dikembangkan lah PAM telah diidentifikasi berdasarkan kemampuannya
sebagai terapi antiinfeksi baru untuk berbagai kondisi dalam menghambat pertumbuhan mikroba patogen.
patologis. Plectasin® merupakan turunan defensin yang Penelitian terhadap peranan PAM dalam bidang der-
diisolasi dari jamur saprofit Pseudoplectania nigrella. matologi terus dikembangkan. PAM berpotensi tinggi
Peptida antimikrobial (PAM) ini efektif terhadap Strepto- sebagai salah satu obat antimikroba dan efektif terhadap
coccus pneumonie (S. pneumonie).25 Magainins® yang mikroba yang resisten terhadap antibiotik konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pasupuleti M. Structural, functional and evolutionary stud- 13. Gambichler T, Kobus S, Tigges C, Scola N, Altmeyer P,
ies of antimicrobial peptides. Doctoral dissertation. Lund: Kreuter A, dkk. Expression of antimicrobial peptides and
Lund Faculty of Medicine; 2009. h. 8-14. proteins in etanercept - treated psoriasis patients. Reg Pept.
2. Bardan A, Nizet V, Gallo RL. Antimicrobial peptides and the 2011;167:163-6.
skin. Expert Opin Biol Ther. 2004;4:543-9. 14. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. Dalam: Wolff K, Gold-
3. Izadpanah A, Gallo RL. Antimicrobial peptides. J Am Acad smith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, pe-
Dermatol. 2005;52:381-8. nyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
4. Kenshi Y, Gallo RL. Antimicrobial peptides in human skin Edisi ke-8. New York: Mc-Graw Hill; 2012. h. 197-231.
disease. Eur J Dermatol. 2008;18:11-21. 15. Harder J, Bartels J, Christophers E, Schroder JM. Isola-
5. Schauber J, Gallo RL. Expanding the roles of antimicrobial tion and characterization of human beta-defensin-3, a
peptides in skin: Alarming and arming keratinocytes. J In- novel human inducible peptide antibiotic. J Biol Chem.
vest Dermatol. 2007;127:510-2. 2001;276:5707-13.
6. Ganz T. Defensins: Antimicrobial peptides of innate immu- 16. Ong YP, Ohtake T, Brandt C, Strickland I, Boguniewicz M,
nity. Nat Rev Immunol. 2003;3:710-20. Ganz T, dkk. Endogenous antimicrobial peptides and skin in-
7. Modlin RL, Miller LS, Bangert C, Stingl G. Innate and adap- fections in atopic dermatitis. N Eng J Med. 2002;347:1151-
tive immunity in the skin. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, 60.
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, penyunting. 17. Harder J, Bartels J, Christophers E, Schroder JM. A peptide
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-8. antibiotic from human skin. Nature. 1997;387:861.
New York: Mc-Graw Hill; 2012. h. 107-8. 18. Buchau AS, Gallo RL. Innate immunity and antimicrobial
8. Gallo RL, Huttner KM. Antimicrobial peptides: An emerg- defense systems in psoriasis. Clin Dermatol. 2007;25:616-
ing concept in cutaneous biology. J Invest Dermatol. 24.
1998;111:739-43. 19. Peric M, Koglin S, Dombrowski Y, Grob K, Bradac E, Bu-
9. Vargues T. Antimicrobial peptides - structure, function and chau A, dkk. Vitamin D analogs differentially control an-
resistance. Doctoral dissertation. Edinburgh: University of timicrobial peptide/”alarmin” expression in psoriasis. PloS
Edinburgh; 2009. h. 2-20. ONE. 2009;4(7):755-60.
10. Andersson ML, Karlsson JMT. CRS-Peptides: Unique de- 20. Kim BJ, Rho YK, Lee HI, Jeong MS, Li K, Seo SJ, dkk.
fense peptide of mouse Paneth cell. Mucosal Immunol. The effect of calcipotriol on the expression of human beta
2012;5:367-76. defensin-2 an LL-37 in cultured human keratinocytes. Clin
11. Schwarz T. Immunology. Dalam: Bolognia JL, Jorizzo JL, Dev Immunol. 2009:645:89-7.
Rapini RP, penyunting. Dermatology. Edisi ke-2. New York: 21. Jinquan T, Vorum H, Larsen CG, Madsen P, Rasmussen HH,
Mosby; 2008. h. 63-77. Gesser B, dkk. Psoriasin-a novel chemotactic protein. J In-
12. Zasloff M. Antimicrobial peptides of multicellular organ- vest Dermatol. 1996;107:5-10.
isms. Nature. 2002;425:389-94. 22. Rieg S, Steffen H, Seeber S, Humeny A, Kalbacher H, Di-
etz K, dkk. Deficiency of dermcidin-derived antimicrobial

55
MDVI Vol. 45 No. 1 Tahun 2018; 50 - 56

peptides in sweat of patients with atopic dermatitis corelates 25. Mygind PH, Fischer RL, Schnorr KM, Hansen MT, Raven-
with an impaired innate defense of human skin in vivo. J tos S, Buskov S, dkk. Plectasin is a peptide antibiotic with
Immunol. 2005;174:8003-10. therapeutic potential from a Saprophytic Fungus. Nature.
23. Hofmann SC, Saborowski V, Lange S, Kern WV, Rieg S. 2005;437:975-80.
Expression of innate defense antimicrobial peptides in 26. Zasloff M. Magainins, a class of antimicrobial peptides
hidradenitis supurativa. J Am Acad Dermatol. 2011;66:6. from Xenopus skin: isolation, characterization of two active
24. Aoki W, Kuroda K, Ueda M. Next generation of antimicro- forms, and partial cDNA sequence of a precursor. Proc Nat
bial peptides as molecular targeted medicines. J Biosci Bio- Acad Sci. 1987;84:5449-53.
eng. 2012;114:365-70.

56

Anda mungkin juga menyukai