DISUSUN OLEH :
Page | i
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mengenalkan dan
membahas sumber-sumber hukum yang dijadikan pedoman dan landasan oleh
umat islam. Dengan makalah ini diharapkan baik penulis sendiri maupun pembaca
dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai sumber hokum islam.
Penulis
Page | ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Maksud danTujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Macam-macam Sumber Hukum Islam 6
2.2 Al-Qur’an 7
2.2.1 Pengertian Al-Qur’an 7
2.2.2 Fungsi dan Peranan Al-Qur’an 8
2.2.3 Nama-nama Al-Qur’an 9
2.2.4 Cara Turun Al-Qur’an 10
2.2.5 Sejarah Pengumpulan Al-Qur’an 10
2.3 As-Sunnah 11
2.3.1 Pengertian As-Sunnah 11
2.3.2 Macam-macam As-Sunnah 11
2.3.3 Kedudukan dan Fungsi As-Sunnah 14
2.4 Ijtihad 16
2.4.1 Pengertian Ijtihad 16
2.4.2 Metode Ijtihad 17
Page | iii
BAB I
PENDAHULUAN
Page | iv
1.2 Rumusan Masalah
Page | v
BAB II
PEMBAHASAN
Page | vi
2.2.2 Fungsi dan Peranan Al-Qur’an
Page | vii
2.2.3 Nama-Nama Al-Qur’an
Page | viii
2.2.5 Sejarah Pengumpulan Al-Qur’an
Penulisan Al-Qur’an dan perkembangannya Penulisan (pencatatan
dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi teks yang sudah
dibundel menjadi satu seperti yang dijumpai saat ini, telah dilakukan
pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Masa Nabi Muhammad Pada masa ketika Nabi Muhammad masih
hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al
Qur’an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu
Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan
wahyu tersebut walau tidak diperintahkan.
Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma,
lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan
tulang belulang binatang.
Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung
menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.
Masa Khulafaur Rasyidin Pemerintahan Abu Bakar Pada masa
kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang
yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan
tewasnya beberapa penghafal Al-Qur’an dalam jumlah yang signifikan.
Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan
tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan
seluruh tulisan Al-Qur’an yang saat itu tersebar di antara para sahabat.
Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator
pelaksanaan tugas tersebut.
Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur’an tersusun secara
rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu
Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf
tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya,
selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah
Page | ix
Pemerintahan Utsman bin Affan Pada masa pemerintahan khalifah
ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara
pembacaan Al-Qur’an (qira’at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan
dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil
kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf
yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang
baku.
Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara
penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan
dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar
yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar).
Menurut Syaikh Manna’ Al-Qaththan dalam Mahabits fi ‘Ulum Al
Qur’an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan
Utsman telah disepakati oleh para sahabat.
Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah
untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman
memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu
Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-
Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan
memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan
ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish
karena Al Qur’an turun dalam dialek bahasa mereka.
Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia
mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman,
Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-
Imam)
2.3 As-Sunnah
2.3.1 Pengertian Sunnah
Page | x
Sunnah (Arab: سنة sunnah, artinya "arus yang lancar dan mudah"
atau "jalur aliran langsung") dalam Islam mengacu kepada sikap,
tindakan, ucapan dan cara rasulullah menjalani hidupnya atau garis-
garis perjuangan (tradisi) yang dilaksanakan oleh rasulullah.
1. Sunnah Qauliyah
Yang dimaksud dengan pernyataan Nabi SAW adalah sabda Nabi dalam
merespon keadaan yang berlaku pada masa lalu. Masa kininya dan masa
depannya Kadang-kadang dalam bentuk dialog dengan para sahabat atau
jawaban yang diajukan oleh sahabat atau bentuk-bentuk ain seperti
khutbah.
Page | xi
Hadits tentang membaca al-fatihah saat shalat wajib:
“Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca surat al Fatihah.” (HR.
Bukhari-Muslim)
Contoh:
Terjemahan Hadits tentang doa Nabi Muhammad saw kepada orang yang
mendengar, menghafal dan menyampaikan ilmu.
2. Sunnah Fi’liyaha
Filiyah juga dapat dimaknakan sunnah Nabi SAW yang berupa perbuatan
Nabi yang diberitakan oleh para sahabat mengenai perihal ibadah dan lain-
lain.
Page | xii
Beliau hendak melaksanakan shalat yang fardhu, maka beliau turun lalu
shalat menghadap kiblat. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
3. Sunnah Taqririyaha
“Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata: “Pernah ada dua orang
bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba,
sedang mereka tidak membawa air. Kemudian, mereka berdua
bertayamum dengan debu yang bersih dan melakukan shalat, keduanya
mendapati air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari
keduanya kembali mengulanginya.
4. Sunnah Hammiyaha
Hal tersebut di karenakan dalam diri Nabi SAW terdapat sufat-sifat himma
hasrat untuk melakukan sesuatu.
“Saya mendengar Abdullah bin Abbas ra. berkata saat Rasulullah saw.
berpuasa pada hari ‘Asyura`dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk
berpuasa; Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang
sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani.” Maka Rasulullah saw.
bersabda: “Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke
sembilan (Muharram).” Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga
Rasulullah saw. wafat..” (HR Muslim)
Page | xiii
Umat Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan sumber
hukum kedua setelah Al-Qur’an. Dan tidak boleh seorang muslim
hanya mencukupkan diri dengan salah satu dari kedua sumber Islam
tersebut. Al-Qur’an dan hadits merupakan dua sumber hukum Islam
yang tetap. Umat Islam tidak mungkin dapat memahami tentang
syari’at Islam dengan benar sesuai dengan tanpa Al Qur’an dan Hadits.
a. Dalil Al-Qur’an
Banyak dari ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang kewajiban untuk dapat mempercayai dan
menerima apa saja yang telah disampaikan oleh Rasul kepada umat
beliau untuk dijadikan sebuah pedoman hidup.Selain Allah SWT
memerintahkan agar umatnya percaya kepada Rasul juga dapat
menaati semua perintah atau peraturan yang telah ditetapkan atau
dibawa oleh beliau. Taat kepada Rasul sama denga taat kepada
Allah.Sebagaimana firman Allah QS. Al-‘Imran:32 yang berbunyi:
Page | xiv
Artinya: “"Katakanlah: 'Taatilah Allah dan Rasul -Nya; Jika
kamuberpaling, maka sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-
orangkafir'."– (QS. Al-‘Imran 3:32)
Dari banyaknya ayat Al-Qur’an ini membuktikan bahwa
dimana setiap ada perintah taat kepada Allah, pasti ada perintah taat
kepada Rasul.
Demikian pula mengenai ancaman. Ini menunjukkan betapa
pentingnya kedudukan dalam penetapan untuk taat kepada semua
yang diperintah Rasulullah SAW.
b. Dalil al-hadits
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW. Berkenaan dengan
keharusan menjadikan hadits sebagai pedoman hidup, disamping Al-
Qur;an sebagai pedoman utamanya, beliau bersabda:
Rasulullah SAW bersabda: “Telah ku tinggalkan kepada
kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang
teguh denga dua perkara ini, yaitu Kitab Allah (Alqur’an) dan
Sunnah Nabi SAW (Al -Hadist) Masih banyak lagi hadits-hadits
yang menerangkan tentang pedoman hidup maupun penetapan
hokum . Hadits-hadits tersebut menunjukkan terhadap kita bahwa
berpegang teguh kepada hadits sebagai pedoman hidupi itu wajib,
sebagaimana wajib pada Al- Qur’an.
c. Kesepakatan ulama (ijma’)
Banyak peristiwa yang menunjukan adanya kesepakatan
menggunakanhadits sebagai sumber hukum Islam, antara lain:
a) Ketika abu bakar di baiat menjadi kholifah, ia pernahberkata
“saya tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang
diamalkan/dilaksanakan oleh Rasulullah, sesungguhnya saya
takut tersesat bila meninggalkan perintahnya”.
Page | xv
b) Saat umar berada di hajar aswad ia
berkata: “saya tahu bahwa engkau adalah batu. Seandainya saya
tidak melihat Rasulullah menciummu, saya tidak akan
menciummu”.
c) Diceritakan dari Sa’i bin Musayyab bahwa ‘usman bin ‘affan
berkata: ”saya duduk sebagaimana duduknya Rasulullah, saya
makan sebagaimanamakannya Rasulullah dan saya sholat
sebagaimana Sholatnya Rasulullah Untuk mengukuhkan
validitas sunnah sebagai otoritatif hukum Islam.Al- syafi’i
mengajukan analisis terhadap kata al-hikmah dalam Al-Qur’an.
2.4 Ijtihad
2.4.1 Pengertian Ijtihad
Ijtihad (bahasa Arab: )اجتهادadalah sebuah usaha yang sungguh-
sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah
berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan
akal sehat dan pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa
ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam. Tujuan ijtihad
adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup
dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu
waktu tertentu. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap,
tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail
oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan
pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga
setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-
aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan
beragama sehari-hari.
Page | xvii
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di
dalam [Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang
memiliki persamaan sebab (iladh).
4. menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg belum di
terangkan oleh al-qur'an dan hadits.
c) Istihsân
d) Maslahah murshalah
Maslahah mursalah merupakan hukum yang didasarkan pada
kemaslahatan yang lebih besar dibandingkan mengesampingkan
kemudaratan karena tidak ada dalil yang menganjurkan maupun
melarangnya. Contohnya adalah membuat akta nikah, akta kelahiran,
dan sebagainya.
e) Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi
makruh atau haram demi kepentingan umat. Sadzzudz dzariah
Page | xviii
merupakan sesuatu yang secara lahiriah boleh, tetapi bisa mengarah
ke kemaksiatan. Contohnya bermain kuis yang mengarah ke
perjudian
f) Istishab
Istishab merupakan metode yang dilakukan dengan
menetapkan hukum yang sudah ada sebelumnya sampai ada dalil
yang merubahnya. Contohnya adalah setiap makanan boleh
dikonsumsi hingga ada dalil yang mengharamkannya.
g) Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-
istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat yang dilakukan secara
turun temurun selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan
aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis., Contohnya halal
bihalal saat hari raya
BAB III
PENUTUP
Page | xix
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber
ajaran islam ada tiga macam, yaitu Al-Qur’an, hadits dan ijtihad. Al-Qur’an
sebagai sumber hukum Islam yang pertama yaitu Al-Qur’an berisi tentang
semua kehidupan yang ada di alam, perintah, akidah dan kepercayaan, akhlak
yang murni, mengenai syari’at dan hukum dan sebagai petunjuk umat Islam.
Sedangkan Hadits itu sebagai sumber ajaran islam karena dalam Dalil al-
Qur’an mengajarkan kita untuk mempercayai dan menerima apa yang telah
disampaikan oleh Rasul untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Selain itu
dalam hadits juga terdapat pertnyataan bahwa berpedoman pada hadits itu
wajib, bahkan juga terdapat dalam salah satu pesan Rasulullah berkenaan
menjadikan hadist sebagai pedoman hidupsetelah Al-Qur’an sebagai sumber
yang pertama. Ijtihad sebagai sumber ajaran karena melalui konsep ijtihad,
setiap peristiwa baru akan didapatkan ketentuan hukumnya.
3.2 Saran
Begitu lengkap dan jelaskan sumber hukum islam. Sungguh luar biasa
mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw, dimana dengan
mukjizat tersebut terdapat segala solusi dari setiap permasalahan didunia ini.
Oleh karena itu, umat islam diharapkan dan diharuskan menjadikan ketiganya
sebagai pedoman hidup. Dengan demikian hidup kita akan senantiasa terarah
dan tidak ada kekacauan yang lebih.
Page | xx
DAFTAR PUSTAKA
http://irmansiswantoaceh.blogspot.com/2018/02/sumber-sumber-hukum-islam-al-
quran.html
https://dalamislam.com/landasan-agama/dasar-hukum-islam
https://www.academia.edu/35816109/MAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM
http://sansantisusanti.blogspot.com/2015/03/al-quran-hadits-dan-ijtihad-
sebagai.html
https://kumpulanmakalah4.blogspot.com/2016/10/makalah-tentang-sunna-dan-
ijtihad.html
http://mymakalahku.blogspot.com/
https://www.pelajaran.co.id/2016/26/ijtihad-sebagai-sumber-hukum-
islam.html#kedudukan-dan-fungsi-ijtihad
https://id.wikipedia.org/wiki/Hadis
https://id.wikipedia.org/wiki/Ijtihad
Page | xxi