Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AL-QUR’AN, AS-SUNNAH DAN IJTIHAD


SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

DISUSUN OLEH :

1. ANDRE ARDIANSYAH ( 502022092 )


2. JOLAN MARNANTA SAPUTRA ( 502022097 )
3. PUTRA NANDA HANELSA ( 502022061 )
4. M RISKY SAPUTRA ( 502022067 )

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022

Page | i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang


telah melimpahkan rahmat serta karunianya sehingga penyusunan makalah “Al
Qur’an, As-Sunnah dan Ijtihad Sebagai Sumber Hukum Islam ” dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah
ini.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mengenalkan dan
membahas sumber-sumber hukum yang dijadikan pedoman dan landasan oleh
umat islam. Dengan makalah ini diharapkan baik penulis sendiri maupun pembaca
dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai sumber hokum islam.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Palembang, 02 Oktober 2022

Penulis

Page | ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Maksud danTujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Macam-macam Sumber Hukum Islam 6
2.2 Al-Qur’an 7
2.2.1 Pengertian Al-Qur’an 7
2.2.2 Fungsi dan Peranan Al-Qur’an 8
2.2.3 Nama-nama Al-Qur’an 9
2.2.4 Cara Turun Al-Qur’an 10
2.2.5 Sejarah Pengumpulan Al-Qur’an 10
2.3 As-Sunnah 11
2.3.1 Pengertian As-Sunnah 11
2.3.2 Macam-macam As-Sunnah 11
2.3.3 Kedudukan dan Fungsi As-Sunnah 14

2.4 Ijtihad 16
2.4.1 Pengertian Ijtihad 16
2.4.2 Metode Ijtihad 17

BAB III PENUTUP 20


4.1 Kesimpulan 20
4.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21

Page | iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala


untuk mengatur hidup umatnya dengan dasar hukum yang jelas melalui Nabi
Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam. Ini lah cara Allah menjadikan agama
Islam sebagai pegangan manusia untuk mencapai tujuan hidup menurut islam.
Agar manusia yang ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi bisa menjaga
dan merawat kehidupan yang selamat dunia dan akirat serta tercapai tujuan
penciptaan manusia dalam islam.

Islam berkembang sangat pesat ke seluruh penjuru dunia


dengankecepatan yang menakjubkan Banyak sumber-sumber ajaran Islam
yang digunakan mulai zaman muncul pertama kalinya Islam pada masa
rasulullah sampai pada zaman modern sekarang ini. Sumber-sumber yang
berasal dari agama Islam merupakan sumber ajaran yang sudah dibuktikan
kebenarannya.

Sumber-sumber ajaran Islam merupakan sumber ajaran yang sangat


luas dalam mengatasi berbagai permasalahan seperti bidang akhidah, sosial,
ekonomi,sains, teknologi dan sebagainya. Dengan demikian tujuan dari
sumber ajaran tersebut adalah untuk kemaslahatan umat manusia

Islam sangat mendukung umatnya untuk mempelajari ilmu


pengetahuan,terutama yang bersumber dari sumber ajaran Islam yaitu Al-
Qur’an, Sunah, Ijma’, Qiyas dan juga ijtihad. Begitu sempurna dan
lengkapnya sumber -sumber ajaran Islam. Namun permasalahan disini adalah
banyak umat Islam yang belum mengetahui betapa luas dan lengkapnya
sumber-sumber ajaranIslam guna mendukung umat Islam untuk maju dalam
bidang pengetahuan.

Page | iv
 1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian AL-QUR’AN?


2. Apa saja Fungsi dan Peranan AL-QUR’AN?
3. Apa saja nama-nama AL-QUR’AN?
4. Bagaimana cara turunnya AL-QUR’AN?
5. Bagaimana sejarah Pengumpulan AL-QUR’AN?
6. Apa pengertian AS-SUNNAH?
7. Apa saja macam-macam AS-SUNNAH?
8. Bagaimana kedudukan AS-SUNNAH?
9. Apa Pengertian IJTIHAD ?
10. Bagaimana Metode IJTIHAD?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah antara lain


1. Untuk memenuhi tugas AlK ( Islam dan Kemuhammadiyahan) I
2. Untuk membahas Sumber Hukum Islam,sehingga pembaca pada
umumnya dan khususnya penulis bisa lebih memahami tentang sumber-
sumber hukum yang dijadikan landasan umat Islam.

Page | v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Macam-macam sumber Hukum Islam


Sumber adalah tempat pengambilan, rujukan atau acuan
dalam penyelenggaraan ajaran Islam, karena itulah sumber memiliki
peranan yang sangat penting bagi pelaksanaan ajaran islam. Dari sumber
inilah umat Islam dapat memiliki pedoman-pedoman tertentu untuk
melaksanakan proses ajaran Islam, tanpa adanya suatu sumber maka umat
Islam akan terombang-ambingdalam menghadapi ideologi dan bisa jadi
akan berahir pada kesesatan ataukenistaan.Dalam pembahasan disini akan
diuraikan macam-macam sumber ajaran Islamyang diantaranya meliputi :
a) Al-Quran
b) Sunnah
c) Ijtihad
2.2 Al-Quran
2.2.1 Pengertian Al-Quran
Al-Qur'an atau Qur'an (bahasaArab: ‫رآن‬II‫الق‬, translit. al-Qurʾān, 
har. 'bacaan'; /kɔːrˈɑːn/ kor-AHN), atau Alquran dan Quran dalam
bentuk baku Ejaan bahasa Indonesia, adalah sebuah kitab suci utama
dalam agama Islam, yang umat Muslim percaya bahwa kitab ini
diturunkan oleh Tuhan, (bahasa Arab: ‫هللا‬, yakni Allah) kepada Nabi
Muhammad. Kitab ini terbagi ke dalam beberapa surah (bab) dan setiap
surahnya terbagi ke dalam beberapa ayat.
Umat Muslim percaya bahwa Al-Qur'an difirmankan langsung
oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, berangsur-
angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau rata-rata selama 23
tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan, saat Nabi Muhammad
berumur 40 tahun hingga wafat pada tahun 632. Umat Muslim
menghormati Al-Qur'an sebagai sebuah mukjizat terbesar Nabi
Muhammad,dan sebagai salah satu tanda dari kenabian.

Page | vi
2.2.2 Fungsi dan Peranan Al-Qur’an

Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam merupakan kumpulan


firmanAllah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang
mengandung petunjuk bagi umat manusia. 
Menurut Dr. M. Quraish Shihab dalam “wawasan Al Qur’an
menyebutkan delapan tujuan diturunkannya Al-Qur’an:
a. Untuk menbersihkan dan menyucikan jiwa dari segala bentuk
syirik sertamementapkan keyakinan tentang keesaan yang
sempurna bagi tuhan semesta alam.
b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni
bahwa umat manusia merupakan umat yang seharusnya dapat
bekerja samadalam pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan
tugas kekhalifahan.
c. Untuk menciptakan perstuan dan kesatuan.
d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerja sama dalam
bidangkehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual,
kebodohan, penyakit dan penderitaan hidup,serta pemerasan manus
ia atas manusiadalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan juga
agama.
f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan
kasih sayang.
g. Untuk memberikan jalan tengah antara falsafah monopoli
kapitalisme dengan falsafah kolektif komunisme, menciptakan
ummatan wasathan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
h. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan
suatu peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan pand
uan dan panduan Nur Ilahi.

Page | vii
2.2.3 Nama-Nama Al-Qur’an

a. Al-huda (petunjuk). Dalam al-quran terdapat 3 kategori tentang posisi


al-quran sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara
umum.Kedua, al-quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang
bertaqwa.Ketiga, petunjuk bagi orang-orang beriman.
b. Al-furqan (pemisah). Dalam al-quran dikatakan bahwa ia adalah
ugeranuntuk membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak
dan batil.
c. Asy-syifa (obat). Al-quran dikatakan berfungsi sebagai obat
bagi penyakit-penyakit dalam dada. Yang dimaksud penyakit dalam d
adaadalah penyakit-penyakit psikologis.
d. Al-mauizhah (nasihat). Al-quran berfungsi sebagai nasihat orang-
orangyang bertakwa.

2.2.4 Cara Turunnya Al-Qur’an


Alqur’an diturunkan kepada  nabi Muhammad kurang lebih selama
23 tahun, penurunan Al-Qur’an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-
Qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu
periode Mekkah dan periode Madinah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian
Rasulullah dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat
Makkiyyah.
Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah
berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini
disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur’an yang membahas mengenai
latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur’an
diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)
Isi Al-Qur’an terdiri dari 114 surat, 6236 ayat, 74437 kalimat, dan
325345 huruf. Proporsi masing-masing fase tersebut adalah 86 surat
untuk ayat-ayat Makiyah dan 28 surat untuk ayat-ayat Madaniyah.

Page | viii
2.2.5 Sejarah Pengumpulan Al-Qur’an
Penulisan Al-Qur’an dan perkembangannya  Penulisan (pencatatan
dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi teks yang sudah
dibundel menjadi satu seperti yang dijumpai saat ini, telah dilakukan
pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Masa Nabi Muhammad Pada masa ketika Nabi Muhammad masih
hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al
Qur’an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu
Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan
wahyu tersebut walau tidak diperintahkan.
Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma,
lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan
tulang belulang binatang.
Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung
menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.
Masa Khulafaur Rasyidin Pemerintahan Abu Bakar Pada masa
kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang
yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan
tewasnya beberapa penghafal Al-Qur’an dalam jumlah yang signifikan.
Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan
tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan
seluruh tulisan Al-Qur’an yang saat itu tersebar di antara para sahabat.
Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator
pelaksanaan tugas tersebut.
Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur’an tersusun secara
rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu
Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf
tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya,
selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah

Page | ix
Pemerintahan Utsman bin Affan Pada masa pemerintahan khalifah
ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara
pembacaan Al-Qur’an (qira’at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan
dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil
kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf
yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang
baku.
Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara
penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan
dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar
yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar).
Menurut Syaikh Manna’ Al-Qaththan dalam Mahabits fi ‘Ulum Al
Qur’an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan
Utsman telah disepakati oleh para sahabat.
Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah
untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman
memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu
Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-
Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan
memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan
ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish
karena Al Qur’an turun dalam dialek bahasa mereka.
Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia
mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman,
Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-
Imam)

2.3 As-Sunnah
2.3.1 Pengertian Sunnah

Page | x
Sunnah (Arab: ‫سنة‬ sunnah, artinya "arus yang lancar dan mudah"
atau "jalur aliran langsung") dalam Islam mengacu kepada sikap,
tindakan, ucapan dan cara rasulullah menjalani hidupnya atau garis-
garis perjuangan (tradisi) yang dilaksanakan oleh rasulullah.

Sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam Islam,


setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang disampaikan oleh
para sahabat tentang sikap, tindakan, ucapan dan cara rasulullah disebut
sebagai hadis. Sunnah yang diperintahkan oleh Allah
disebut sunnatullah (hukum alam).

Sunnah (‫ˈ سنة‬sunnah, plural ‫ سنن‬sunan) adalah kata Arab yang


berarti "kebiasaan" atau "biasa dilakukan".Secara istilah sunnah adalah
jalan yang di tempuh oleh rasulullah dan para sahabatnya, baik ilmu,
keyakinan, ucapan, perbuatan, maupun penetapan. Para
penganut Sunni juga disebut sebagai Ahl as-Sunnah wa'l-
Jamā'ah ("orang-orang dari tradisi dan pengikut (dari Muhammad)")
atau Ahlussunnah untuk singkatnya saja.

2.3.2 Macam-macam As-Sunnah

1. Sunnah Qauliyah

Sunnah qauliyah merupakan bentuk perkataan atau ucapan yang


disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang berisi berbagai
tuntunan dan petunjuk syarak.

Peristiwa-peristiwa atau kisah-kisah baik yang berkenaan dengan


aspek akidah syariah maupun akhlak. Dengan kata lain, Sunnah Qauliyah
yaitu sunnah Nabi saw yang hanya berupa ucapannya saja baik dalam
bentuk pernyataan, anjuran, perintah cegahan maupun larangan.

Yang dimaksud dengan pernyataan Nabi SAW adalah sabda Nabi dalam
merespon keadaan yang berlaku pada masa lalu. Masa kininya dan masa
depannya Kadang-kadang dalam bentuk dialog dengan para sahabat atau
jawaban yang diajukan oleh sahabat atau bentuk-bentuk ain seperti
khutbah.

Page | xi
Hadits tentang membaca al-fatihah saat shalat wajib:

“Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca surat al Fatihah.” (HR.
Bukhari-Muslim)

Hadits tentang makan dan minum:

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca


‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya
sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi.”
(HR. At-Tirmidzi)

Contoh: 

Terjemahan Hadits tentang doa Nabi Muhammad saw kepada orang yang
mendengar, menghafal dan menyampaikan ilmu.

“Dari Zaid bin dabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw.


bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadits
dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa
banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan
berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR. Abu Dawud)

2. Sunnah Fi’liyaha

Pengertian sunnah filiyah merupakan segala perbuatan yang di


sandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kualitas sunnah filiyah
menduduki tingkat kedua setelah sunnah qauliyah.

Filiyah juga dapat dimaknakan sunnah Nabi SAW yang berupa perbuatan
Nabi yang diberitakan oleh para sahabat mengenai perihal ibadah dan lain-
lain.

Hadits tentang shalat sunnah:

“Nabi SAW melakukan shalat sejumlah sebelas rakaat. Itulah shalat


beliau.” dan “Beliau melaksanakan shalat malam sebanyak tiga belas
rakaat.”(Hadits riwayat Bukhari)

Seperti melaksanakan shalat manasik Haji dan lain-lain. Untuk


mengetahui hadits yang termasuk kategori ini terdapat beberapa jadis
mengenai sunnah filiyah diantaranya:

Terjemahan Hadits tentang tata cara shalat di atas kendaraan:

“Dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah saw. shalat diatas


tunggangannya menghadap ke mana arah tunggangannya menghadap. Jika

Page | xii
Beliau hendak melaksanakan shalat yang fardhu, maka beliau turun lalu
shalat menghadap kiblat. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

3. Sunnah Taqririyaha

Pengertian sunnah Taqririyah merupakan sunnah yang berupa


ketetatapan Nabi Muhammad SAW terhadap apa yang datang atau
dilakukan para sahabatnya. Nabi SAW tidak menegur atau melarangnya.

Bahkan Nabi SAW cenderung mendiamkannya. Beliau


membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan para
sahabatnya tanpa memberikan penegasan apakah beliau membenarkan
atau menyalahkan.

Contoh- Terjemahan Hadits tentang Tayamum

“Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata: “Pernah ada dua orang
bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba,
sedang mereka tidak membawa air. Kemudian, mereka berdua
bertayamum dengan debu yang bersih dan melakukan shalat, keduanya
mendapati air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari
keduanya kembali mengulanginya.

4. Sunnah Hammiyaha

Pengertian sunnah hammiyah merupakan suatu yang dikehendaki Nabi


akan tetapi belum dikerjakan. Sebagai ulama hadits ada yang
menambahkan perincian sunnah tersebut dengan sunnah hammiyah.

Hal tersebut di karenakan dalam diri Nabi SAW terdapat sufat-sifat himma
hasrat untuk melakukan sesuatu.

Contoh Terjemahan Hadits mengenai puasa sunnah di bulan Muharram


tanggal 9 Asyura:

“Saya mendengar Abdullah bin Abbas ra. berkata saat Rasulullah saw.
berpuasa pada hari ‘Asyura`dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk
berpuasa; Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang
sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani.” Maka Rasulullah saw.
bersabda: “Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke
sembilan (Muharram).” Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga
Rasulullah saw. wafat..” (HR Muslim)

2.3.3 Kedudukan dan Fungsi As-Sunnah

Page | xiii
Umat Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan sumber
hukum kedua setelah Al-Qur’an. Dan tidak boleh seorang muslim
hanya mencukupkan diri dengan salah satu dari kedua sumber Islam
tersebut. Al-Qur’an dan hadits merupakan dua sumber hukum Islam
yang tetap. Umat Islam tidak mungkin dapat memahami tentang
syari’at Islam dengan benar sesuai dengan tanpa Al Qur’an dan Hadits.

Banyak dari ayat Al-Qur’an yang menerangkan bahwa hadits


merupakan sumber hukum Islam selain Al-Qur’an yang wajib diikuti.
Baik itu dalam hal perintah ataupun larangan. Al-Syatibiy dalam kaitan
ini mengajukan tiga argumen. Pertama, sunnah merupakan penjabaran
dari Al-Qur’an. Secara rasional, sunnah sebagai penjabaran (bayan)
harus menempati posisi lebih rendah dari yang dijabarkan (mubayyan)
yakni Al-Qur’an. Apabila Al- Qur’an sebagai mubayyan tidak ada,
maka hadits sebagai bayyan tidak diperlukan. Akan tetapi jika tidak ada
bayyan, maka mubayyan tidak hilang.Kedua, Al-Qur’an bersifat qat’iy
al-subut, sedangkan sunnah bersifat zanniy al-subut. Ketiga, secara
tekstual terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan kedudukan
sunnah setelah Al-Qur’an seprti hadits yang sangat popular mengenai
pengutusan Mu’az Ibn Jabal menjadi hakim di Yaman. Semuanya
menunjukan subordinasi sunnah sebagai dalil terhadap Al-Qur’an.

Berikut uraian sedikit tentang kedudukan hadits sebagai sumber


hukum Islam:

a. Dalil Al-Qur’an
Banyak dari ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang kewajiban untuk dapat mempercayai dan
menerima apa saja yang telah disampaikan oleh Rasul kepada umat
beliau untuk dijadikan sebuah pedoman hidup.Selain Allah SWT
memerintahkan agar umatnya percaya kepada Rasul juga dapat
menaati semua perintah atau peraturan yang telah ditetapkan atau
dibawa oleh beliau. Taat kepada Rasul sama denga taat kepada
Allah.Sebagaimana firman Allah QS. Al-‘Imran:32 yang berbunyi:
Page | xiv
Artinya: “"Katakanlah: 'Taatilah Allah dan Rasul  -Nya; Jika
kamuberpaling, maka sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-
orangkafir'."– (QS. Al-‘Imran 3:32)
Dari banyaknya ayat Al-Qur’an ini membuktikan bahwa
dimana setiap ada perintah taat kepada Allah, pasti ada perintah taat
kepada Rasul.
Demikian pula mengenai ancaman. Ini menunjukkan betapa 
pentingnya kedudukan dalam penetapan untuk taat kepada semua
yang diperintah Rasulullah SAW.
b. Dalil al-hadits
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW. Berkenaan dengan
keharusan menjadikan hadits sebagai pedoman hidup, disamping Al-
Qur;an sebagai pedoman utamanya, beliau bersabda:
 Rasulullah SAW bersabda: “Telah ku tinggalkan kepada
kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang
teguh denga dua perkara ini, yaitu Kitab Allah (Alqur’an) dan
Sunnah Nabi SAW (Al -Hadist) Masih banyak lagi hadits-hadits
yang menerangkan tentang pedoman hidup maupun penetapan
hokum . Hadits-hadits tersebut menunjukkan terhadap kita bahwa
berpegang teguh kepada hadits sebagai pedoman hidupi itu wajib,
sebagaimana wajib pada Al- Qur’an.
c. Kesepakatan ulama (ijma’)
Banyak peristiwa yang menunjukan adanya kesepakatan
menggunakanhadits sebagai sumber hukum Islam, antara lain:
a) Ketika abu bakar di baiat menjadi kholifah, ia pernahberkata
“saya tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang
diamalkan/dilaksanakan oleh Rasulullah, sesungguhnya saya
takut tersesat bila meninggalkan perintahnya”.

Page | xv
b) Saat umar berada di hajar aswad ia
berkata: “saya tahu bahwa engkau adalah batu. Seandainya saya
tidak melihat Rasulullah menciummu, saya tidak akan
menciummu”.
c) Diceritakan dari Sa’i bin Musayyab bahwa ‘usman bin ‘affan
berkata: ”saya duduk sebagaimana duduknya Rasulullah, saya
makan sebagaimanamakannya Rasulullah dan saya sholat
sebagaimana Sholatnya Rasulullah Untuk mengukuhkan
validitas sunnah sebagai otoritatif hukum Islam.Al- syafi’i
mengajukan analisis terhadap kata al-hikmah dalam Al-Qur’an.

2.4 Ijtihad
2.4.1 Pengertian Ijtihad
Ijtihad (bahasa Arab: ‫ )اجتهاد‬adalah sebuah usaha yang sungguh-
sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah
berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan
akal sehat dan pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa
ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam. Tujuan ijtihad
adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup
dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu
waktu tertentu. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap,
tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail
oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan
pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga
setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-
aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan
beragama sehari-hari.

Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu


tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan
Page | xvi
tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas
ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada
maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada
sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun
jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak
ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka
umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat
Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al
Hadist.

2.4.3 Metode-metode Ijtihad


a) Ijmak
Ijmak artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama
dalam menetapkan suatu hukum-hukum dalam agama berdasarkan
Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah
keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara
ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma
adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama
yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
b) Qiyâs
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya
menetapkan suatu hukum atau suatu perkara yang baru yang belum
ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab,
manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya
darurat, bila memang terdapat hal-hal yang ternyata belum
ditetapkan pada masa-masa sebelumnya. Beberapa
definisi qiyâs (analogi)
1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada
cabangnya, berdasarkan titik persamaan di antara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya,
melalui suatu persamaan di antaranya.

Page | xvii
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di
dalam [Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang
memiliki persamaan sebab (iladh).
4. menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg belum di
terangkan oleh al-qur'an dan hadits.

c) Istihsân

Istihsan merupakan berpindahnya mujtahid dari satu ketentuan


hukum ke hukum lainnya karena terdapat dalil yang menuntutnya.
Contohnya adalah wasiat. Meski secara qiyas tidak diperbolehan,
namun karena terdapat dalam Alquran, maka wasiat diperbolehkan
Beberapa definisi Istihsân
1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya
karena dia merasa hal itu adalah benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa
diekspresikan secara lisan olehnya
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk
maslahat orang banyak.
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah
kemudharatan.
5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap
perkara yang ada sebelumnya..

d) Maslahah murshalah
Maslahah mursalah merupakan hukum yang didasarkan pada
kemaslahatan yang lebih besar dibandingkan mengesampingkan
kemudaratan karena tidak ada dalil yang menganjurkan maupun
melarangnya. Contohnya adalah membuat akta nikah, akta kelahiran,
dan sebagainya.

e) Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi
makruh atau haram demi kepentingan umat. Sadzzudz dzariah
Page | xviii
merupakan sesuatu yang secara lahiriah boleh, tetapi bisa mengarah
ke kemaksiatan. Contohnya bermain kuis yang mengarah ke
perjudian

f) Istishab
Istishab merupakan metode yang dilakukan dengan
menetapkan hukum yang sudah ada sebelumnya sampai ada dalil
yang merubahnya. Contohnya adalah setiap makanan boleh
dikonsumsi hingga ada dalil yang mengharamkannya.

g) Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-
istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat yang dilakukan secara
turun temurun selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan
aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis., Contohnya halal
bihalal saat hari raya

BAB III
PENUTUP

Page | xix
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber
ajaran islam ada tiga macam, yaitu Al-Qur’an, hadits dan ijtihad. Al-Qur’an
sebagai sumber hukum Islam yang pertama yaitu Al-Qur’an berisi tentang
semua kehidupan yang ada di alam, perintah, akidah dan kepercayaan, akhlak
yang murni, mengenai syari’at dan hukum dan sebagai petunjuk umat Islam.
Sedangkan Hadits itu sebagai sumber ajaran islam karena dalam Dalil al-
Qur’an mengajarkan kita untuk mempercayai dan menerima apa yang telah
disampaikan oleh Rasul untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Selain itu
dalam hadits juga terdapat pertnyataan bahwa berpedoman pada hadits itu
wajib, bahkan juga terdapat dalam salah satu pesan Rasulullah berkenaan
menjadikan hadist sebagai pedoman hidupsetelah Al-Qur’an sebagai sumber
yang pertama. Ijtihad sebagai sumber ajaran karena melalui konsep ijtihad,
setiap peristiwa baru akan didapatkan ketentuan hukumnya.

3.2 Saran
Begitu lengkap dan jelaskan sumber hukum islam. Sungguh luar biasa
mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw, dimana dengan
mukjizat tersebut terdapat segala solusi dari setiap permasalahan didunia ini.
Oleh karena itu, umat islam diharapkan dan diharuskan menjadikan ketiganya
sebagai pedoman hidup. Dengan demikian hidup kita akan senantiasa terarah
dan tidak ada kekacauan yang lebih.

Page | xx
DAFTAR PUSTAKA

http://irmansiswantoaceh.blogspot.com/2018/02/sumber-sumber-hukum-islam-al-
quran.html

https://dalamislam.com/landasan-agama/dasar-hukum-islam

https://www.academia.edu/35816109/MAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM

http://sansantisusanti.blogspot.com/2015/03/al-quran-hadits-dan-ijtihad-
sebagai.html

https://kumpulanmakalah4.blogspot.com/2016/10/makalah-tentang-sunna-dan-
ijtihad.html

http://mymakalahku.blogspot.com/

https://www.pelajaran.co.id/2016/26/ijtihad-sebagai-sumber-hukum-
islam.html#kedudukan-dan-fungsi-ijtihad

https://id.wikipedia.org/wiki/Hadis

https://id.wikipedia.org/wiki/Ijtihad

Page | xxi

Anda mungkin juga menyukai