MODUL 1
Konsep Dasar Mendongeng
PENULIS
Iis Sumiyati Shalihat
Saparudin
PENELAAH
PENYUNTING
Kusumo
DESAIN SAMPUL
Firda Arifiyaturrohmah
2022
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Direktorat Guru
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan dapat menyelesaikan Modul Diklat Teknis Mendongeng.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi
dalam pengembangan modul “Diklat Teknis Mendongeng”, sehingga dapat dipergunakan
oleh pendidik dan tenaga kependidikan sebagai acuan maupun referensi untuk
pengembangan kapasitas diri, baik secara daring maupun luring. Semoga modul ini
menginspirasi dan dapat diterapkan oleh pendidik PAUD. Mendongeng dilakukan oleh
pendidik kepada anak sebagai salah satu stimulus untuk mengoptimalkan seluruh aspek
perkembangan anak.
iii
Petunjuk Penggunaan Modul
Agar bahan ajar Diklat teknis mendongeng daring ini menjadi lebih efektif dan
dikuasai Bapak/Ibu, maka sebelum menpelajarinya, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain:
1. Baca dan pahami uraian materi sesuai dengan urutannya. Modul/Bahan Ajar ini
terdiri dari tiga bab yang disajikan secara berurutan. Jadi Bapak/Ibu dianjurkan
mempelajarinya mulai dari bagian pertama sampai bagian akhir secara bertahap,
terutama bagi Bapak/Ibu yang baru pertama kali mempelajarinya.
3. Lakukan evaluasi diri setelah selesai membaca materi. Setiap bahan disertakan
soal test sebagai bahan uji sejauh mana Bapak/Ibu memahami materi yang
telah dipelajari.
5. Laporan hasil latihan tugas mandiri dilakukan dengan cara mengunggah pada
kanal aplikasi yang telah disediakan.
7. Jika Bapak/Ibu mendapat kesulitan dalam memahami isi atau substansi, silakan
bertanya atau berkonsultasi pada tim penulis melalui media komunikasi dalam
kolom komentar sesuai yang dicantumkan dalam aplikasi.
iv
Daftar Isi
v
Daftar Gambar
vi
Tujuan Modul/Bahan Ajar
Bahan ajar ini ditujukan untuk pelatih, pendidik PAUD (TK/KB/TPA/SPS), pendidik
pendamping, guru, dan pengelola PAUD. Secara umum setelah mempelajari modul/
bahan ajar ini peserta diharapkan mampu memahami konsep mendongeng dalam
pembelajaran untuk membantu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dalam
rangka menerapkan dan mengembangkan nilai Profil Pelajar Pancasila.
vii
BAB I
KONSEP MENDONGENG
BAB I
KONSEP MENDONGENG
A. Tujuan
Adapun tujuan dari Modul/Bahan Ajar ini adalah:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian mendongeng
2. Peserta dapat memahami tujuan mendongeng
3. Peserta mengetahui fungsi mendongeng
4. Peserta mengetahui manfaat mendongeng
5. Peserta mengetahui istilah dongeng, mendongeng, bercerita dan berkisah
6. Peserta mengetahui ciri-ciri dongeng
7. Peserta mengetahui klasifikasi dongeng berdasarkan perubahan zaman
B. Uraian Materi
1. Pengertian Mendongeng
Mendongeng merupakan salah satu bentuk tradisi lisan sebagai
sarana komunikasi dan merekam peristiwa-peristiwa kehidupan, sudah ada
berabad-abad yang lalu. Tradisi lisan ini terus berkembang, dan pernah
menjadi primadona bagi ibu atau nenek dalam mengantar tidur anak atau
cucu mereka. Namun seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin
pesat dan faktor kesibukan yang semakin meningkat tradisi mendongeng
banyak ditinggalkan orang. Televisi, film, dan gadget (gawai) lebih
menarik perhatian dibanding
mendongeng. Seorang ibu yang
biasanya mendongeng saat anak-
nya menjelang tidur seringkali
tidak mengetahui bahwa anak-
nya sudah berangkat tidur karena
asyik dengan acara televisi atau
handphone (gawai)-nya.
3. Fungsi Dongeng
Dongeng sebagai salah satu dari sastra anak, berfungsi untuk
memberikan hiburan, juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya oleh masyarakat pada waktu itu. Dongeng dipandang
sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai, dan untuk masyarakat lama
itu dapat dipandang sebagai satu-satunya cara. Sesuai dengan keberadaan
misi tersebut, dongeng mengandung ajaran moral. Dongeng sering
mengisahkan penderitaan tokoh, namun karena kejujuran dan tahan uji,
tokoh tersebut mendapat imbalan yang menyenangkan. Sebaliknya tokoh
jahat pasti mendapat hukuman. (Nurgiyantoro, 2005:200).
c. Menambah pengetahuan.
Cerita-cerita di dalam dongeng memberi pengetahuan baru
bagi anak. Cerita legenda terjadinya suatu tempat misalnya akan
memberi pengetahuan tentang nama-nama tempat dan nama-nama
tokoh. Cerita tentang binatang mengenalkan nama-nama binatang.
b. Mendongeng
Mendongeng adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan
tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan
dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada
orang lain (Bachri, 2005;10). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa mendongeng adalah suatu keterampilan berbahasa lisan
yang bersifat produktif. Mendongeng merupakan bagian dari
keterampilan berbicara yang bukan hanya sekedar keterampilan
berkomunikasi, tetapi juga sebagai seni. Mendongeng merupakan
salah satu warisan tradisi lisan yang menjadi bagian sangat penting
dari sebuah budaya bangsa Indonesia. Mendongeng adalah sebuah
metodologi mendidik atau mengajari sesuatu yang disampaikan
tanpa kesan menggurui.
c. Bercerita
Tarigan (1981: 35) menyatakan bahwa bercerita merupakan
salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan
informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena bercerita
termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian-
pengertian atau makna-makna menjadi jelas. Dengan bercerita,
seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan
berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan,
dilihat, dibaca, dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan
pengalaman yang diperolehnya. Dengan kata lain, bercerita adalah
salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan
d. Berkisah
Selain mendongeng dan bercerita ada istilah lain yang
sempat muncul mengiringi pekembangan aktivitas mendongeng,
yaitu berkisah. Pengertian metode berkisah perlu diperjelas
pemahamannya pada kajian ini, kata kisah dalam bahasa Inggris
adalah narrative, story, dan tale sedangkan dalam bahasa Indonesia
berarti “Cerita tentang kejadian (riwayat dan sebagainya) dalam
kehidupan seseorang dan sebagainya; kejadian (riwayat dan
sebagainya)”, mendapatkan awalan ber menjadi berkisah berarti
memberikan kisah atau cerita kepada orang lain.
7. Klasifikasi Dongeng
a. Berdasarkan Perubahan Zaman
b. Berdasarkan Isinya
D. TUGAS
Identifikasi dongeng/cerita rakyat setempat yang sesuai untuk anak usia dini.
A. Tujuan
Setelah membaca materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami tahapan mendongeng
2. Memahami langkah-langkah mendongeng
3. Menjelaskan pentingnya media dalam mendongeng
4. Menjelaskan pemilihan bahan mendongeng
B. Uraian Materi
1. Tahapan Mendongeng
Mendongeng adalah bagian dari storytelling yang memiliki
kesamaan dalam tahapan pelaksanaanya. Geisler (1997) menyebutkan ada
tiga tahapan dalam storytelling yaitu, persiapan sebelum acara storytelling
dimulai, saat proses storytelling berlangsung, hingga kegiatan storytelling
selesai. Untuk lebih jelasnya berikut ini langkah-langkahnya:
a. Kegiatan Pembuka
Pada awal kegiatan, storyteller akan menarik fokus anak-
anak dengan sebuah permainan konsentrasi, sehingga tercipta
kontak dua arah antara storyteller dan audience. Hal ini karena
Geisler mensyaratkan adanya kontak mata antara storyteller dan
audience.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti yaitu storytelling.
Storyteller akan membawakan cerita dengan memperhatikan
kata-kata, gesture, dan permainan suara sehingga menampilkan
gambaran visual pada anak-anak sebagai audience. Cerita yang akan
diberikan adalah satu judul cerita yang akan diberikan selama satu
hari. Intensitas pemberian cerita ini, dikaitkan dengan pengalaman
guru. Bahwasanya anak untuk mengingat satu materi atau tema
pelajaran saja membutuhkan 4 sampai 6 kali pertemuan. Oleh
karena itu, pemberian cerita sebanyak satu kali dan satu hari adalah
untuk menghindari bias pengaruh selain treatment storytelling,
karena perkembangan anak di usia tersebut sangat cepat.
2. Langkah-langkah Mendongeng
Abdul Aziz Abdul Majid (dalam Eka Ratnawati, 2010: 20-24)
menjelaskan langkah-langkah mendongeng dalam proses pembelajaran
yaitu:
a. Pemilihan Cerita
Sebagian orang piawai menceritakan satu bentuk cerita
tertentu dengan baik dibandingkan jenis cerita lain. Seperti
penguasaan terhadap cerita-cerita humor, binatang, misteri, dan
sebagainya. Memang sebaiknya, pendongeng memilih jenis cerita
yang sangat ia kuasai. Tetapi lain halnya untuk seorang pendidik,
tampaknya ia agak sulit jika membatasi diri pada satu bentuk cerita.
Sebab cerita yang akan disampaikan, khususnya apabila diambil
dari buku, memuat cerita dengan aneka bentuk. Namun, seorang
pendidik tetap dituntut untuk menguasai penceritaan berbagai jenis
dongeng agar siswa tidak jenuh saat mendengar cerita dari pendidik.
Tentunya penguasaan tersebut dapat dicapai dengan latihan yang
dilakukan terus-menerus.
1) Fungsi Komunikatif
Media atau alat peraga digunakan untuk memudah-
kan komunikasi antara pendidik sebagai penutur dan anak-
anak sebagai audience. Penggunaannya dapat meminimalisir
kesalahpahaman atau kesalahan persepsi pada anak,
sehingga anak-anak memiliki pandangan yang sama atas
informasi melalui cerita yang disampaikan.
3) Fungsi Kebermaknaan
Penggunaan media dan alat peraga menjadikan
dongeng yang disampaikan lebih bermakna. Dengan kata lain,
kegiatan mendongeng bukan hanya sekadar penambahan
informasi, tetapi dapat meningkatkan kemampuan anak
dalam menganalisis dan mencipta.
4) Fungsi Individualitas
Anak-anak memiliki latar belakang dan kemampuan
yang beragam dari sisi pengalaman dan gaya belajarnya.
Penggunaan media atau alat peraga yang bervariasi saat
mendongeng memungkinkan pendidik atau penutur dapat
melayani kebutuhan setiap individu anak sesuai dengan
minat dan gaya belajar masing-masing.
Gambar 2.3
Media audiovisual (alat musik)
Tujuan kedua lebih diorientasikan pada isi dongeng. Isi dongeng yang
baik haruslah bermuatan moral, pengetahuan, dan ilmu bagi anak. Melalui isi
dongeng inilah nantinya anak diharapkan memperoleh berbagai pengaruh
positif sehingga akan mencapai berbagai kematangan sesuai dengan
standar perkembangan mereka. Lebih lanjut isi dongeng juga haruslah
sesuai dengan latar belakang anak agar isinya lebih mudah dipahami dan
a. Isi
Sebuah dongeng yang baik haruslah dongeng yang
isinya mengajarkan karakter, moral, dan pengetahuan keilmuan.
Aspek moral dalam dongeng hendaknya tidak menyiratkan kesan
ambiguitas moralitas. Beberapa dongeng seperti ini banyak ditemui
dalam konteks ke-Indonesiaan, misalnya dongeng tentang kancil
dan buaya, cerita anak yang membangkitkan dendam, dan cerita
tentang ibu tiri yang kejam, dongeng semacam ini hendaknya tidak
dipilih pendidik sebagai bahan ajar mendongeng. Selain itu dongeng
yang baik adalah dongeng yang menarik bagi anak sehingga mereka
akan termotivasi untuk menyimak dongeng tersebut. Berdasarkan
hal ini dongeng yang dipilih hendaknya bukan dongeng yang
sudah dikenal anak melainkan dongeng baru yang mungkin belum
diketahui anak. Bertemali dengan hal ini, pendidik dituntut pula
menyusun dongeng karyanya sendiri.
b. Struktur
Dongeng yang baik haruslah memiliki struktur yang jelas
dan lengkap. Artinya, dongeng tersebut harus memiliki tokoh yang
memiliki daya hidup, alur yang memiliki sifat plausibilitas, suspensi,
surprise, dan misterius; seting yang mengandung metafora dan
bukan hanya sekedar atmosfer cerita, dan sudut pandang yang
jelas (Abidin, 2012). Selain itu, struktur dongeng secara utuh
juga hendaknya dapat dikembangkan melalui kegiatan lain pasca
mendongeng semisal bermain peran, games, ataupun kegiatan lain
(Abidin, 2010).
c. Keterpahaman
Dongeng yang dipilih juga hendaknya dongeng yang
dapat dipahami anak. Ini berarti dongeng haruslah sesuai
dengan perkembangan psikologis anak dan sesuai pula dengan
latar belakang anak. Dongeng-dongeng yang terlalu bersifat
dewasa, jauh dari daya jangkau anak, dan memiliki jalan cerita
Ada tiga tahapan utama dalam mendongeng yaitu kegiatan pembuka, inti
dan penutup. Adapun langkah-langlah mendongeng dalam proses pembelajaran
yang dijelaskan oleh Abdul Aziz Abdul Majid (dalam Eka Ratnawati, 2010: 20-
24) yaitu: pemilihan cerita, persiapan masuk kelas dan perhatian posisi duduk
siswa. Dalam mendongeng media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi yang memiliki fungsi sebagai memudahkan dalam
komunikasi, memotivasi anak, kebermaknaan, dan individualisme. Ada berbagai
jenis media dan alat peraga yang dapat digunakan oleh pendidik sebagai penutur
saat mendongeng yaitu: dilihat dari sifatnya media terbagi 3 yaitu media auditif,
visual, dan audiovisual. Sedangkan menurut bentuknya media terbagi menjadi
media grafis, objek, dan realistis. Selain media dongeng, bahan mendongeng juga
menjadi hal yang utama dalam persiapan mendongeng. Untuk mencapai tujuan
mendongeng dalam mengembangkan berbagai potensi anak usia dini, ada tiga hal
yang harus dijadikan landasan utama pemilihan bahan dongeng yaitu isi, struktur,
dan keterpahaman dongeng.
D. TUGAS
A. Tujuan
Setelah mempelajari Modul/Bahan ajar ini, peserta dapat:
1. Mendongeng sesuai tahapan usia
2. Mendongeng sesuai dengan aspek perkembangan anak usia dini
3. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan saat mendongeng dalam
proses pembelajaran
4. Mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam mendongeng
B. Uraian Materi
a. Di dalam Kandungan
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa mendongeng
pada anak merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Bahkan
mendongeng telah dilakukan sejak anak dalam kandungan. Ketika
sang ibu bercerita pada si anak dan mengusap perut, janin akan
memberikan reaksi berupa tendangan. Meskipun bayi belum bisa
memahami betul apa yang diceritakan, tapi dengan perubahan
ekspresi dan intonasi dapat memancingnya untuk mengeksplorasi
lebih lanjut dongeng yang diceritakan. Jadi ketika janin berfungsi
indera pendengarannya dalam kandungan, sejak itu janin sudah
dapat merasakan kasih sayang orang tuanya lewat cerita dongeng
sehingga anak merasakannya meski belum memahami.
Rasa ragu dan kurangnya kepercayaan diri; merasa diri tidak mampu
adalah keadaan yang kerap muncul setiap kali kita tidak menguasai satu
bidang, termasuk mendongeng. Artinya, jika hal-hal yang dibutuhkan dalam
proses mendongeng, seperti bahan cerita dan media yang akan digunakan,
sudah kita persiapkan dan kita kuasai, maka seharusnya rasa ragu dan sikap
pesimis seperti itu hilang dengan sendirinya.
D. TUGAS
A. Kesimpulan
B. Soal
1. Dongeng adalah cerita khayalan atau cerita yang mengada-ada serta tidak
masuk akal dan dapat ditarik manfaatnya. Pernyataan tersebut adalah…
a. Pengertian dongeng
b. Manfaat dongeng
c. Fungsi dongeng
d. Tujuan dongeng
e. Langkah-langkah dongeng
PENUTUP | BAB 4 33
3. Dongeng Burung Merak yang Sombong dan Singa Berpendidik pada Kucing
merupakan jenis dongeng…
a. tradisional d. pendidikan
b. fabel e. sejarah
c. futuristik
(3) Penggunaan media dan alat peraga menjadikan dongeng yang disampaikan
lebih bermakna
(4) Menangkap pesan dengan mudah atas cerita yang disampaikan dengan
situasi yang menyenangkan
(5) Media atau alat peraga memungkinkan pendidik atau penutur untuk dapat
melayani kebutuhan setiap individu anak sesuai dengan minat dan gaya
belajar
(6) Media atau alat peraga untuk memudahkan komunikasi antara pendidik
sebagai penutur dan anak-anak
6. Boneka dengan berbagai macam bentuknya, balok cerita, wayang, dan benda-
benda di sekitar yang dapat digunakan sebagai peraga dalam dongeng.
Termasuk ke dalam media dongeng...
a. grafis d. visual
b. objek e. nyata
c. realistis
8. Dongeng yang dipilih hendaknya dongeng yang dapat dipahami anak. Ini berarti
dongeng haruslah sesuai dengan perkembangan psikologis anak dan sesuai
pula dengan latar belakang anak. Hal tersebut merupakan salah satu landasan
utama dalam pemilihan bahan dongeng yaitu...
a. Keterpahaman d. Strategi
b. Isi e. Pendekatan
c. Struktur
PENUTUP | BAB 4 35
C. JAWABAN
1. a. 6. b.
2. c. 7. e.
3. b. 8. a.
4. d. 9. d.
5. c. 10. c.
Al-Qudsy, Muhaimin dan Nurhidayah, Ulfah. 2010. Mendidik anak Lewat Dongeng.
Yogyakarta: Madania.
https://www.google.com/search?q=tujuan+dan+manfaat+mendongeng&oq=TU&aqs=chr
ome.1.69i57j35i39l2j0i395i512l3j69i61l2.4771j1j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
http://repository.unjani.ac.id/repository/6267cac44f3a6158fb4481dbbfedb5d7.pdf
Hana, J. (2011). Terapi Kecerdasan Anak Dengan Mendongeng. Yogyakarta: Berlian Media
Musfiroh, T. (2011) Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Subur. (2015). Pembelajaran Ajaran Nilai Moral Berbasis Kisah. Yogyakarta: Kalimedia.