Anda di halaman 1dari 19

MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL

MEMBUAT TEMPAT TISU

Oleh :
Nama : GUSTI AYU YUWITA R., S.Pd
Unit Kerja : SLB Negeri Jember

CABANG DINAS PENDIDIKAN

PROVINSI JAWA TIMUR WILAYAH JEMBER

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Karya Inovasi :

MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL


MEMBUAT TEMPAT TISU

Disusun Oleh :

Nama : Gusti Ayu Yuwita R., S.Pd

NIP : -

Asal Sekolah : SLB NEGERI JEMBER

Laporan ini disahkan untuk digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Jember, Maret 2023


Kepala SLB Negeri Jember,

UMI SALMAH, S.Pd, M.Pd


NIP. 19660430 198811 2 001

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan
hidayah Nya kegiatan dan pelaporan karya inovatif Guru dengan judul MEDIA
PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL MEMBUAT TEMPAT TISU dapat
terlaksana dengan baik.
Dalam penyusunan laporan ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah
Jember
2. Kepala Sekolah SLB Negeri Jember,
3. Dewan guru SLB Negeri Jember, serta
4. Berbagai pihak yang telah membantu demi kelancaran dalam penyusunan
laporan ini.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dalam tulisan ini,
penulis mengharapkan semoga Laporan Penelitian ini dapat berrmanfaat dalam
mendukung peningkatan mutu pendidik yang dapat berimplikasi positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan luar biasa.
Sebagaimana pepatah mengatakan, tiada gading yang tak retak, demikian
pula dengan tulisan ini masih ada yang perlu disempurnakan. Oleh karena itu
saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun demi peningkatan
kebermaknaan tulisan ini, diterima dengan senang hati dan teriring ucapan terima
kasih.

Jember, Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
No Halaman
1. HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
2. HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
3. KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
4. DAFTAR ISI............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Jenis Kegiatan........................................................................... 2
C. Manfaat Kegiatan ..................................................................... 2
BAB II RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
A. Rancangan Media Video Tutorial............................................. 8
B. Alat dan Bahan.......................................................................... 8
BAB III PROSEDUR PEMBUATAN MEDIA
A. Proses Pembuatan..................................................................... 10
B. Penggunaan Media.................................................................... 11
BAB IV PENUTUP
A. SIMPULAN.............................................................................. 12
B. REKOMENDASI..................................................................... 12
5. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 13
LAMPIRAN-LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia, pelaksanaan pendidikan secara formal dipandu oleh
Kurikulum yang dapat disesuaikan muatan serta isinya. Kurikulum
merupakan alat pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
menjadi pribadi serta warga negara yang kreatif, inovatif, beriman ketika dia
berada pada lingkungan masyarakat kelak. Selain itu, kurikulum juga
bertujuan untuk mendidik dan membimbing peserta didik agar dapat
berkontribusi secara positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus pun memiliki
kurikulum khusus sebagai acuan pelaksanaannya. Kurikulum pendidikan
khusus 2013 disusun dan dilaksanakan dengan mengakomodasi hambatan
peserta didik. Dengan kurikulum ini, Pemerintah ingin mewujudkan anak-
anak berkebutuhan khusus di Indonesia tumbuh menjadi generasi yang
produktif, kreatif, dan berkarakter, karena pendidikan pada hakekatnya adalah
sebuah transformasi yang mengubah input menjadi output. Untuk menjadi
output yang baik dan sesuai dengan harapan kita, maka dalam transformasi
tersebut diperlukan suatu proses yang berlangsung secara benar, terjaga serta
sama dengan apa yang telah ditetapkan.
Pada pendidikan, untuk menjamin terjadinya proses yang benar
tersebut, diperlukan adanya kesinambungan antara stakeholder, pendidik serta
peserta didik. Profesionalisme seorang pendidik juga sangat menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Menurut Hamalik (1990), profil
kemampuan dasar pendidik mencakup : (1) kemampuan menguasai bahan, (2)
kemampuan mengelola program belajar mengajar, (3) kemampuan mengelola
kelas, (4) kemampuan menggunakan media dan sumber, (5) kemampuan
menguasai landasan pendidikan, (6) kemampuan menilai prestasi belajar
siswa, (7) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar, dan sebagainya.
Bagi pendidik pada tingkatan sekolah dasar khususnya sekolah dasar luar
4
biasa (SDLB), pendidik yang bertindak sebagai guru kelas kemampuan di
atas belumlah cukup. Guru dituntut pula memiliki keterampilan dalam
mengatasi masalah yang timbul baik itu dalam pembelajaran maupun diluar
pembelajaran.
Permasalahan yang timbul dalam memberikan pendidikan dan/atau
pembelajaran bagi peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus adalah
bermacam-macam bergantung pada kondisi masing-masing peserta didik.
Dan permasalahan utama pada saat ini adalah kegiatan pembelajaran
dilakukan secara Daring (Dalam Jaringan) dan luring (luar jaringan) yang
biasa disebut blended learning.
Untuk peserta didik disekolah-sekolah reguler pada umumnya,
mengikuti kegiatan belajar mengajar secara Daring hambatan yang
dialaminya rata-rata berkisar di jaringan internet, baik terbatasnya jaringan
maupun kuota yang tersedia. Namun bagi peserta didik pendidikan khusus,
masalah yang dihadapi bukan hanya berkaitan dengan jaringan internet (data
maupun kuota) melainkan juga pemilihan media pembelajaran yang tepat
agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik
berkebutuhan khusus tersebut.
Salah satu dari peserta didik berkebutuhan khusus yang berhak
mendapatkan layanan pendidikan khusus ini adalah anak dengan hambatan
berfikir. Anak dengan hambatan berfikir adalah seseorang yang memiliki
kapasitas intelektual (IQ) dibawah 70 yang disertai ketidakmampuan dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga memiliki berbagai masalah
sosial, untuk itu diperlukan layanan dan perlakuan secara khusus. Oleh seab
itu, peneliti memilih media video pemelajaran sebagai sarana untuk
membantu anak dengan hambatan berfikir mengoptimalkan kemampuan
akademiknya dimasa pembelajaran secara Daring ini.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada kemampuan
mengenal bangun ruang anak dengan hambatan berfikir melalui video
pembelajaran, karena materi tersebut membutuhkan benda nyata dan menarik
agar anak dengan hambatan berfikir dapat memahami materi yang
disampaikan. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan secara blended learning,

5
yaitu perpaduan daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan). Penelitian
ini khusus untuk anak tunagrahita atau hambatan berfikir di SLB Negeri
Jember pada jenjang SDLB kelas VI semester I tahun pelajaran 2020 – 2021.

B. JENIS KEGIATAN
Jenis kegiatan adalah penerapan video pembelajaran pada anak
dengan hambatan berfikir. Video pembelajaran yang dimaksud dalam
kegiatan ini adalah mengenal bangun ruang.

C. MANFAAT KEGIATAN
1. Manfaat Teoritik

Diharapkan dapat menerapkan media modifikasi permainan ular tangga

sebagai upaya peningkatan kemampuan membaca anak tunagrahita kelas

I di SLB Negeri Jember.

2. Manfaat Praktis

6
1) Penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

meningkatkan kemampuan membaca anak tunagrahita menggunakan

media permainan ular tangga.

2) Bagi Guru, dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam pemilihan

media pembelajaran dalam meningkatkan kemampuaan membaca

anak tunagrahita kelas I.

3) Bagi Orang tua anak tunagrahita, sebagai bahan rujukan untuk

meingkatkan kemampuan membaca dengan memanfaatkan media

permainan ular tangga untuk anak tunagrahita

7
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Modifikasi Permainan Ular Tangga


Kata modifikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu modification.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia kata Modifikasi berarti 1) perubahan, 2)
pergantian atau penambahan sesuatu (KBBI, hal. 653). Sedangkan permainan
menurut KBBI adalah sesuatu yang digunakan untuk bermain, barang atau
sesuatu yang dipermainkan. Pendapat lain mengatakan, permainan adalah
bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk
aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan
dari aktivitas tersebut. (Desmita, Psikologi perkembangan, 2005). Seorang
ahli psikologi Rusia Ljublinkaja (1961) mamandang permainan sebagai
pencerminan realitas, sebagai bentuk awal memperoleh pengetahuan.
(Monks, 1982). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
bermain atau permainan adalah suatu kegiatan yang menimbulkan keasyikan
dan kesenangan untuk melepaskan energi yang dilakukan secara suka rela
tanpa paksaan dan rasa tanggungjawab, dan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir yang berfungsi sebagai pengembangan potensi dan kreatifitas anak.
Ular tangga adalah permainan permainan papan untuk anak-anak
yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam
kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah "tangga" atau
"ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan
pada tahun 1870 (Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Ular_tangga.
2019). Ratnaningsih (2014: 5) ular tangga adalah permainan yang
menggunakan dadu untuk menentukan berapa langkah yang harus dijalani
bidak. Permainan ini masuk dalam kategori “board game” atau permainan
papan sejenis dengan permainan monopoli, halma, ludo, dan sebagainya.
Sedangkan permainan ular tangga yang dimaksud dalam kegiatan ini
adalah permainan ular tangga yang telah dimodifikasi cara bermainannya.

8
Tidak hanya untuk cepat sampai pada kotak bertuliskan finish, melainkan
juga ada reward dan punishment dalam setiap langkah permainannya.
Anak akan mendapatkan reward apabila dapat menaiki tangga hingga
dapat melompat beberapa nomor dari sebelumnya, reward yang diberikan
berupa anak boleh menunjuk salah satu temannya untuk membaca, namun
sebaliknya, ketika anak tersebut turun melalui ular, maka haruslah membaca
sesuai dengan instruksi guru sebagai punishment nya. Dari kegiatan tersebut,
anak-anak sangat bersemangat mengikuti dan tidak jenuh.

B. Keterampilan Membaca
Keterampilan adalah kemampuan dasar pada diri manusia yang harus
dilatih, diasah, serta dikembangkan secara terus menerus sehingga menjadi
potensial dalam melakukan sesuatu. Secara mendasar, keterampilan
merupakan kemampuan yang ada pada diri seseorang semenjak lahir. Dengan
kata lain, keterampilan merupakan bakat yang melekat sebagai suatu hakikat.
Meskipun ada bakat atau potensi dalam diri sudah semestinya untuk terus
diasah dan dilatih, agar kemampuan menjadi terus berkembang dengan
optimal. Sedangkan menurut para ahli, keterampilan adalah sebagai
sekumpulan kemampuan dalam diri seseorang, yang diimpelementasikan
pada sistem pelaksanaan pekerjaan itu secara lebih mudah serta efektif.
Definisi ini cenderung mengarah ke aspek aktivitas maupun kegiatan, dengan
menekankan pada kemampuan bertindak yang didapatkan setelah seseorang
memiliki suatu pengalaman belajar (Gordon, 1994). Menurut Nadler (1986),
keterampilan dimaknai sebagai sekumpulan proses penggalian dan
pengembangan potensi dalam diri dengan sejumlah aktivitas, serta
diwujudkan dalam praktek secara langsung, yang dilakukan secara
berkelanjutan.
Sedangkan membaca adalah suatu interpretasi simbol – simbol tertulis
atau membaca adalah menangkap makna dari serangkaian simbol – simbol
(Nurhadi, 1995: 34). Membaca menurut Kridalaksana dalam Fajar
Rachmawati (2007: 3) bahwa membaca adalah keterampilan mengenal dan
memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang – lambang grafis dan

9
perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam –
diam atau pengujaran keras – keras. Membaca adalah salah satu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata atau bahasa lisan
(Tarigan, 1990: 7). Sehingga membaca dapat diartikan sebagai
mengidentifikasi simbol–simbol dan mengasosiakannya dengan makna.
Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 83) adalah
mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Dari uraian tersebut, keterampilan
membaca adalah suatu kemampuan memahami simbol dengan mengeja atau
melafalkan apa yang yang tertulis dan harus dilatih atau dilakukan secara
terus-menerus.

C. Anak Tunagrahita
Tunagahita berasal dari kata tuno yang artinya rugi dalam bahasa Jawa.
Sedang grahita dari kata nggrahita, artinya daya pikir atau berpikir.
Tunagrahita dapat diartikan kurang daya pikir. American Association on
Mental Deficiency/ AAMD (Moh. Amin, 2005: 22), mendefinisikan
tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah
rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes dan muncul ssebelum usia 16
tahun. Endang Rochyadi dan Zainal Alimin (2005: 11) menyebutkan bahwa
“tunagrahita berkaitan erat dengan masalah perkembangan kemampuan
kecerdasan yang rendah dan merupakan sebuah kondisi”. Hal ini ditunjang
dengan pernyataan menurut Kirk (Muhammad Effendi, 2006: 88) yaitu
“Mental Retarded is not a disease but acondition”. Dalam Wikipedia,
pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded
(199,p.22) dalam B3PTKSM (p.20-22), yaitu ‘fungsi intelektualnya lamban,
yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes intelegensi baku’. Hal ini berarti bahwa
tunagrahita memang orang yang memiliki kelemahan berpikir. Atau dengan
kata lain, tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata (Somantri,2006:103).
Istilah lain untuk anak tunagrahita adalah dengan sebutan anak dengan
hendaya perkembangan. Diambil dari kata Children with developmental

10
impairment. Kata impairment diartika sebagai hendaya atau penurunan
kemampuan atau berkurangnya kemampauan dalam segi kekuatan, nilai,
kualitas, dan kuantitas (American Heritage Dictionary,1982: 644;
Maslim.R.,2000:119 dalam Delphie:2006:113). Penanganan pada setiap ABK
memiliki cara tersendiri. Mulai dari segi akademik, pribadi dan sosial mereka.
Semuanya disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental mereka.

11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui adanya peningatan
kemampuan membaca anak tunagrahita kelas I melalui media modifikasi
permainan ular tangga di SLB Negeri Jember.
Sedangkan Sasaran kegiatan ini adalah seluruh siswa tunagrahita
jenjang SDLB kelas 1 di SLB Negeri Jember.

B. Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan


Metode yang dilakukan untuk penerapan modifikasi permainan ular
tangga adalah dengan metode eksperimental. Metode eksperimental atau
dapat juga disebut metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan
kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu
proses atau percobaan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000). Metode percobaan
dipilih oleh penulis karena metode ini mengajarkan suatu keterampilan atau
materi ajar tertentu yang dilakukan lebih dari satu kali, sehingga anak dapat
mengingat dengan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode
lainnya. Selain itu juga, kelebihan metode percobaan adalah; 1) metode ini
dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau
buku, 2) anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, 3) dengan metode ini
diharapkan akan terbentuk anak yang dapat membawa terobosan-terobosan
baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan sehingga dapat bermanfaat
bagi kesejahteraan hidup orang lain disekitarnya.
Pada kegiatan ini, anak tunagrahita akan diajarkan pembiasaan
membaca melalui permainan ular tangga yang sudah dimodifikasi secara
perlahan dan berulang-ulang, hal ini karena keterbatasan daya ingat dan daya
tangkap anak tunagrahita sehingga membutuhkan rentan waktu yang lebih
lama dibandingkan anak-anak pada umumnya yang seusianya.
12
C. Alat/Instrumen
Instrumen yang digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan ini
berdasar pada pengamatan selama kegiatan serta hasil yang ditunjukkan oleh
siswa, berupa persentase keaktifan siswa membaca melalui penerapan
modifikaasi permainan ular tangga.

D. Waktu dan Tempat Kegiatan


Waktu pelaksanaan : Januari – Februari 2022
Tempat pelaksanaan : SLB Negeri Jember

13
BAB IV
HASIL KEGIATAN

A. Proses Kegiatan
1. Persiapan Kegiatan
Pada tahap ini siswa serta seluruh warga sekolah dikenalkan
tentang permainan ulartangga. Mulai dari jadwal kegiatan, tata cara
permainan.

2. Pelaksanaan Kegiatan
Pada tahap awal kegiatan, seluruh warga sekolah khususnya siswa
disosialisasikan tentang program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang
memiliki banyak manfaat serta beragam bentuk kegiatannya. Gerakan
lietrasi sekolah tidak hanya berupa membaca di perpustakaan sekolah
saja, melainkan juga banyak alternatif kegiatan yang lain. Membuat
mading sekolah, memberi label pada benda-benda di sekitar sekolah, atau
membuat pojok baca di dalam kelas merupakan salah satu bentuk
kegiatan dari Gerakan Literasi Sekolah.
Tahap selanjutnya, adalah mengenalkan permainan ular tangga,
khususnya pada siswa tunagrahita kelas 1. Selain siswa dikenalkan
bagaimana cara permainannya, siswa juga diberikan pemahaman tentang
pentingnya membaca. Dengan kegiatan ini, diharapkan budaya membaca
di SLB Negeri Jember dapat lebih ditingkatkan.

B. Pemecahan Masalah
Mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah di sekolah penyelenggara
pendidikan layanan khusus tentu tidaklah mudah, ada banyak kendala yang
dihadapi. Hal ini karena, siswa berkebutuhan khusus yang berada di SLB
Negeri Jember adalah siswa yang memiliki hambatan intelektual, sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengajarkan suatu
kemampuan serta perlu pengulangan. Selain itu juga, bentuk penerapan
literasi yang sudah umum, seperti membuat jadwal kunjung ke
14
perpustakaan, membuat pojok baca di kelas, kurang efektif bila diterapkan
dalam jangka waktu yang lama karena kegiatan-kegiatan tersebut sudah
sangat umum dilakukan dan terkadang timbul rasa jenuh khususnya pada
siswa yang notabene mengalami hambatan intelektual, sehingga sekolah
melakukan inovasi untuk menumbuhkan budaya membaca yang lebih
kreatif. Inovasi yang dilakukan SLB Negeri Jember adalah dengan
memodifikasi permainan ular tangga untuk membantu anak dengan
hambatan intelektual belajar membaca.
Metode yang digunakan dalam menilai efektivitas program ini adalah
metode eksperimen. Metode ini dinilai dapat memberi paparan hasil
penerapan kegiatan tersebut dengan baik karena selain subyek (warga
sekolah) dapat terlibat langsung dalam kegiatan, hasil pemaparan juga lebih
rinci. Sedangan kendala dari kegiatan ini, antara lain adalah; 1) keaktifan
siswa masih rendah, 2) Hal ini mengakibatkan kurang optimalnya
pembelajaran. Dari kendala tersebut, maka peneliti membuat alternatif
pemecahan masalah dengan mensosialisasikan permainan ular tangga
modifikasi, sehingga anak-anak menjadi lebih aktif untuk hadir di sekolah.

15
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Kegiatan penerapan permainan ular tangga modifikasi di SLB Negeri Jember
dapat meningkatkan keterampilan membaca warga sekolah khususnya siswa
tunagrahita kelas 1. Hal ini karena, kegiatannya menyenangkan sehingga anak
tidak jenuh untuk belajar. Sedangkan kendala yang dihadapi selama kegiatan
adalah masih rendahnya kehadiran siswa tunagrahita, namun hal tersebut
dapat diatasi dengan lebih digalakkan sosialisasi tentang permainan ular
tangga sehingga anak-anak tertarik dan aktif hadir di sekolah.

B. Rekomendasi
Penerapan permainan ular tangga yang dimodifikasi dapat dijadikan
sebagai salah satu sarana dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.
Penerapan program tersebut dapat meningkatkan budaya membaca seluruh
warga sekolah khususnya siswa tunagrahita kelas 1 karena selain bentuk
kegiatannya yang menarik, juga memudahkan bagi siswa untuk mereka
belajar membaca. Oleh sebab itu penerapan permainan ular tangga yang
dimodifikasi di SLB Negeri Jember dapat dijadikan alternatif contoh kegiatan
untuk sekolah-sekolah pada umumnya dan sekolah luar biasa pada khususnya
dalam meningkatkan kemampuan membaca anak tunagrahita kelas 1.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ary H. Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang


Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000

David Werner, dkk. 2002. Anak – anak Desa Yang Memnyandang Cacat.
Malang : Yayasan Bhakti Luhur

Dwisuka. 2022. Difabel dan Hak untuk Memperoleh Pendidikan : Sebuah


Renungan. http://dwisuka.blogspot.com/2011/12/difabel-dan-hak-
untuk-memperoleh.html

Hadi, S. 1993. Metodologi Research (jilid II). Yogyakarta : Fakultas psikologi


UGM

Soemantri, S. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Depdikbud

-.-. Kamus Bahasa Indonesia Online.


http://kamusbahasaindonesia.org/keterampilan

-. -. Sistem Pendidikan Nasional, http://zkarnain.tripod.com/DIKNAS.HTM

17
LAMPIRAN FOTO DAN KEGIATAN

18

Anda mungkin juga menyukai