Anda di halaman 1dari 8

3.

Tinjauan Aksiologi Materi Respirasi Seluler


a. Konsep Aksiologi dalam Filsafat Ilmu
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang menekankan pembahasannya di
sekitar nilai guna atau manfaat suatu ilmu pengetahuan. Di antara kegunaan ilmu
pengetahuan adalah memberikan kemaslahatan dan berbagai kemudahan bagi kelangsungan
hidup manusia itu sendiri (Juhari, 2019). Filsafat ilmu dari konsep aksiologi bertujuan
untuk membahas nilai-nilai, manfaat, kegunaan, serta kaitan ilmu tersebut dengan
kehidupan yang tercakup dalam kegiatan ilmiah (Nasution, 2016). Menurut Wahana
(2016), nilai merupakan pembahasan yang sangat penting dalam konteks ilmu pengetahuan,
karena akan selalu menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tujuan.
Hakikat yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat manfaat yang terdapat dalam
suatu pengetahuan. Aksiologi mengkaji objek yang menyangkut masalah nilai kegunaan
ilmu yang disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral sehingga nilai kegunaan ilmu
itu dapat dirasakan oleh masyarakat. Pada dasarnya ilmu pengetahuan harus digunakan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.

b. Tinjauan Aksiologi dalam konteks Respirasi Seluler


Pembahasan tentang hakikat respirasi seluler secara ontologi dan epistemologi
pada akhirnya akan bermuara pada pemikiran terkait implikasinya dalam kehidupan
manusia. Sebagai makhluk hidup, manusia membutuhkan energi sebagai sumber utama
proses fisiologi. Hal ini menjadikan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembentukan
energi di dalam respirasi menjadi hal penting untuk ditelaah dalam penerapan di
kehidupan sehari-hari. Beberapa hal hasil tinjauan aksiologi dalam proses respirasi
seluler makhluk hidup adalah:
1) Makna Penting Glikolisis
- Peran glukosa sebagai bahan bakar bagi respirasi seluler
Respirasi seluler, khususnya respirasi aerob terjadi melalui beberapa tahapan
yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus asam sitrat, dan fosforilasi oksidatif.
Proses ini menghasilkan fungsi ATP yang dapat digunakan untuk memberi daya pada
fungsi penopang kehidupan lainnya, seperti aksi pompa natrium kalium yang
memungkinkan kita dapat melakukan aktivitas berpikir, bergerak, aksi enzim, aksi
protein, dan aktivitas lainnya yang dapat menopang kehidupan makhluk hidup.
Tahapan awal dari respirasi aerob yaitu glikolisis. Proses ini dimulai ketika
glukosa yang berdifusi ke dalam sel menerima fosfat dari ATP dan berubah menjadi
glukosa-6-fosfat dan dilanjutkan dengan perubahan menjadi isomernya berupa fruktosa-
6-fosfat. Tahap ini menjadi gambaran bahwa tubuh kita memerlukan gula sederhana
untuk dapat menghasilkan energi. Namun, molekul glukosa bebas tidaklah umum
ditemukan dalam menu makanan manusia dan hewan lain. Sebagian besar kalori dapat
diperoleh dalam bentuk lemak, protein, polisakarida, ataupun disakarida. Semua molekul
organik dalam makanan ini dapat dimanfaatkan oleh respirasi seluler untuk membuat
ATP (Campbell, ...)
Saat seseorang mengonsumsi glukosa, maka proses penyerapan akan terjadi lebih
cepat dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tubuh untuk melakukan proses respirasi.
Adapun seseorang yang mengonsumsi gula kompleks seperti amilum, ataupun zat
makanan lain seperti lemak dan protein, harus melalui serangkaian proses yang panjang
sebelum akhirnya tubuh kita dapat memanfaatkan zat tersebut untuk menghasilkan
energi. Hal ini menjadikan kita memerlukan gula sederhana saat tubuh kita memerlukan
pasokan energi dalam waktu singkat.
Kebutuhan dalam bentuk gula sederhana dibutuhkan ketika melakukan ibadah
puasa. Untuk memperoleh energi lebih cepat, kita dianjurkan mengkonsumsi sesuatu
yang manis daripada sesuatu yang berat atau bahkan berminyak seperti nasi atau
gorengan. Mengkonsumsi sesuatu yang berat akan membuat tubuh kita lebih lama
menghasilkan energi, bahkan memerlukan energi tambahan untuk memecah dan memulai
aktivitas pembentukan energi. Konsumsi gula kompleks seperti karbohidrat yang
terkandung dalam bahan makanan seperti beras, gandum, kentang, sagu, dll bisa
dilakukan saat aktivitas dan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehari-hari.
- Glikolisis dalam Evolusi
Peran glikolisis dalam fermentasi maupun respirasi memiliki dasar evolusi.
Prokarita purba mungkin menggunakan glikolisis untuk membuat ATP lama sebelum
oksigen ada di atmosfer bumi. Fosil bakteri tertua yang diketahui berasal dari 3,5 miliar
tahun lalu, namun kuantitas oksigen yang memadai mungkin belum terakumulasi di
atmosfer sampai sekitar 2,7 miliar tahun silam. Sianobakteri menghasilkan oksigen ini
sebagai produk sampingan fotosintesis. Oleh karena itu, prokariota awal mungkin
membuat ATP semata dari glikolisis. Fakta bahwa glikolisis ini merupakan jalur
metabolik yang paling tersebar luas diantara organisme bumi menyiratkan bahwa
glikolisis berevolusi sangat awal dalam sejarah kehidupan. Lokasi glikolisis juga di
sitosol juga menyiratkan usia yang amat tua; jalur tersebut tidak membutuhkan organel
terselubung membran apapun pada sel eukariot, yang berevolusi sekitar 1 miliar tahun
setelah sel prokariot. Glikolisis merupakan warisan metabolik dari sel-sel awal yang terus
berfungsi dalam fermentasi dan sebagai tahap pertama dalam penguraian molekul organik
melalui respirasi (Campbell, …)

2) Makna Penting Siklus Krebs


Pada siklus krebs atau asam sitrat ini penting dalam mengurai karbohidrat, lipid,
dan protein yang akan menjadi NAPDH dan FADH guna menghasilkan banyak energi
(ATP) yang nantinya akan digunakan dalam kontraksi otot jadi Apabila tidak ada siklus
kreb maka yang terjadi energi yang akan dihasilkan dalam respirasi seluler akan sangat
sedikit. Pada siklus ini juga menghasilkan CO2 yang berguna untuk mengembalikan
siklus karbondioksida ke udara bebas yang akan digunakan makhluk berklorofil untuk
melakukan fotosintesis dan menghasilkan O2, dimana oksigen akan digunakan kembali
oleh makhluk hidup tersebut untuk menghasilkan energi khususnya pada tahap fosforilasi
oksidatif. Hal ini tentu menjadikan manusia berupaya untuk melestarikan tumbuhan dan
melakukan konservasi lingkungan.

3) Makna Penting Transpor Elektron


Oksidasi sempurna satu mol glukosa melepaskan energi 686 kkal. Fosforilasi
ADP untuk membentuk ATP menyimpan sedikitnya 7,3 kkal per mol ATP. Oleh sebab
itu, efisiensi respirasi ialah 7,3 kali 38 (hasil ATP maksimun per glukosa) dibagi dengan
686, atau kira-kira 40%. Sisa energi simpanan hilang sebagai panas, kita menggunakan
sebagian panas ini untuk mempertahankan suhu tubuh kita yang relatif tinggi (37°C), dan
kita menghamburkan sisanya melalui keringat dan mekanisme pendingan lainnya.
Respirasi seluler ini sangat efisien dalam pengubahan energinyan sebagai perbandingan,
mobil yang paling efisien mengubah energi kira-kira hanya 25% dari energi yang
tersimpan dalam bensin untuk pergerakan mobil (Campbell, 2002, hlm 174). Hal ini
menjelaskan bahwa panas yang dihasilkan dari efek samping metabolisme juga sangat
berguna agar menjaga suhu tubu manusia tetap stabil dengan menjaga agar enzim-enzim
di dalam tubuh berfungsi sebagai mana mestinya. Hingga saat ini, ciptaan manusia
manusia terkait efisien energi masih belum mampu melampaui sang pencipta.

4) Respirasi memerlukan vitamin B untuk dikonsumsi


Dalam proses respirasi seluler, banyak komponen-komponen yang terlibat dalam
prosesnya, diantaranya yaitu NAD+ dan koenzim A. NAD+ (nikotinamida adenina
dinukleotida) merupakan koenzim yang peran sebagai pembawa elektron dan proton
selama proses respirasi. Selain tersusun oleh dinukleotida, NAD+ juga tersusun memiliki
struktur yang tersusun dari vitamin niacin atau yang biasa kita kenal sebagai vitamin B3
(Campbell, 2012). Komponen lainnya yaitu FAD, seperti halnya NAD+, FAD (flavin
adenina dinukleotida) merupakan koenzim yang juga berperan sebagai pembawa elektron
dan proton selama proses respirasi. FAD tersusun atas dinukleotida dan juga riboflavin
atau disebut sebagai vitamin B2 (Campbell, 2012). Jenis komponen lainnya yaitu
koenzim A yang memiliki peranan dalam siklus asam sitrat. Koenzim A tersusun dari
pantothenic acid atau disebut juga dengan vitamin B5 (Campbell, 2012).
Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat 3 komponen dalam proses respirasi
yang membutuhkan vitamin B untuk proses pembentukannya. Untuk itu, kita perlu
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin B yang cukup, misalnya daging,
biji-bijian, serta buah dan sayur.

5) Anjuran untuk berolahraga untuk mencegah obesitas

ATP (energi) dan asam sitrat menjadi inhibitor terhadap enzim fosfofruktokinase. Enzim
tersebut memiliki peranan pada salah satu tahapan pada glikolisis. Berarti jika energi
dalam tubuh kita tidak digunakan karena tidak ada aktivitas rutin seperti olahraga ataupun
belajar, maka glukosa yang ada tidak akan diubah menjadi energi. Glukosa yang tidak
diubah menjadi energi inilah yang nantinya akan disimpan dalam tubuh. Hal ini dapat
berakibat pada penyimpanan glukosa yang terlalu banyak. Kondisi tersebut, berpotensi
membuat seseorang berakhir pada obesitas. Dari penjelasan sebelumnya, kita dianjurkan
untuk banyak berolahraga ataupun aktivitas berpikir yang akan membuat ATP di dalam
tubuh kita digunakan, sehingga glukosa yang kita konsumsi dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi.

6) Mengontrol aktivitas tubuh

Fermentasi merupakan salah satu proses respirasi yang terjadi ketika tidak adanya
oksigen. Pada sel otot, pergantian antara respirasi aerob menjadi fermentasi asam laktat
terjadi ketika kadar oksigen menurun yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang berlebih.
Semakin tinggi atau berat aktivitas yang kita lakukan, maka penumpukan asam laktat di
otot akan semakin banyak. Hal ini akan direspon oleh otak kita sebagai rasa pegal, yang
mengindikasikan tubuh sudah kelelahan dan membutuhkan istirahat. Dengan mengetahui
proses fermentasi asam laktat dan dampaknya terhadap tubuh, kita diharapkan bisa
menyadari kapasitas dan kapabilitas tubuh serta mengontrol aktivitas yang kita lakukan
agar tubuh tetap sehat.
7) Pemanfaatan proses respirasi dalam produksi makanan

Pada fermentasi alkohol, piruvat diubah menjadi etanol (etil alkohol) dalam dua langkah.
Langkah pertama yaitu dengan melepaskan karbondioksida dari piruvat untuk selanjutnya
diubah menjadi senyawa asetaldehid berkarbon dua. Langkah kedua yaitu asetaldehid
direduksi oleh NADH menjadi etanol (Campbell, 2012). Proses fermentasi akan semakin
maksimal terjadi dalam kondisi panas dan tertutup. Hal ini dimanfaatkan manusia dalam
pembuatan serta pengolahan makanan dan minuman seperti roti dan alkohol.

8) Peran respirasi sebagai penghasil energi


Respirasi merupakan proses metabolisme yang menghasilkan energi. Energi adalah
katalis utama untuk berlangsungnya proses fisiologis. Tanpa adanya respirasi seluler
yang mampu menghasilkan energi, tubuh akan mengalami kemunduran fisiologis.
Sehingga dapat dikatakan, respirasi merupakan proses yang vital bagi kehidupan dan saat
proses ini terhambat, suatu organisme akan terganggu pertumbuhan, perkembangan, serta
reproduksinya, bahkan diakhiri dengan kematian.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Filsafat ilmu merupakan
suatu kajian yang ingin menjawab pertanyaan tentang hakikat ilmu, yang ditinjau dari
ontologi, epistemologi, dan aksiologi serta dilakukan secara sistematis dan mendalam dan
bertujuan mencari hakikat atau inti dari suatu hal. Kajian filsafat yang dibahas dalam
makalah ini adalah kajian filsafat dalam konteks respirasi sel yang sangat perlu untuk
dipahami.
1. Kajian Ontologi merupakan cabang ilmu filsafat yang mengkaji hakikat sebenarnya
suatu ilmu. Ditinjau dari aspek ontologi, Respirasi berasal dari kata latin respirare, yang
secara harfiah berarti bernapas. Semua sel yang aktif terus menerus melakukan respirasi.
Respirasi bukan hanya sekedar pertukaran gas, tetapi merupakan reaksi oksidasi-reduksi
yaitu senyawa (substrat respirasi) dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap
direduksi membentuk H2O. Respirasi seluler merupakan aktivitas reaksi kimia yang
berlangsung dalam sel hidup. Aspek ini membimbing siswa untuk memahami realita
dunia dan memahami kebenaran tentang suatu ilmu, sehingga siswa mengerti kebenaran
ilmu tersebut dari sejak awal.
2. Kajian Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menekankan pada kajian
bagaimana proses atau cara mendapatkan pengetahuan. Ditinjau dari aspek epistemologi,
tahapan respirasi aerob glukosa melalui 4 tahapan yaitu glikolisis, reaksi antara
(dekarboksilasi oksidatif / oksidasi piruvat), siklus Krebs, dan transpor elektron. (1)
Glikolisis adalah oksidasi glukosa atau glikogen menjadi piruvat. (2) Pada tahapan
dekarboksilasi oksidatif, molekul piruvat akan teroksidasi terlebih dahulu di dalam
mitokondria menjadi Acetyl-CoA dan CO₂. (3) Siklus Krebs merupakan reaksi yang
mengubah asetil-KoA dari glikolisis glukosa dan hidrolisis beta asam lemak untuk
menghasilkan energi langsung ATP/GTP dan elektron berenergi tinggi dalam bentuk
NADH dan FADH2. Elektron berenergi tinggi ini akan digunakan dalam fosforilasi
oksidatif untuk menghasilkan lebih banyak ATP. Secara keseluruhan reaksi respirasi
seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu glukosa. Dalam aspek ini proses respirasi
dapat berlangsung melalui pemeriksaan dan penyelidikan yang telah dilakukan oleh para
ahli biologi, bagaimana proses katabolisme dapat membentuk ATP dan mengeluarkan
CO2 dan air, sehingga dalam proses pembelajaran seorang guru dapat memberikan
kepercayaan dan kebenaran kepada siswanya.
3. Kajian aksiologi yang membahas nilai kegunaan dan manfaat dari ilmu serta
kaitannya dengan kehidupan. Biologi masih eksis hingga saat ini dikarenakan masih
memberikan kebermanfaatan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemahaman mengenai apa manfaat dari mempelajari materi tersebut, yang dipelajari
dalam kajian aksiologi, juga sangat perlu diketahui oleh guru dan kemudian dijelaskan
kepada siswa dalam pembelajaran agar materi respirasi sel menjadi kontekstual dan siswa
mengetahui bagaimana implementasi atau manfaat mempelajari materi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari aspek aksiologi, Respirasi sel memiliki banyak nilai
kehidupan yang bisa diambil yaitu: Pentingnya gula sederhana sebagai bahan dasar
metabolisme, perlunya melestarikan Tumbuhan dan konservasi lingkungan karena
pentingnya peran oksigen dan tumbuhan dalam respirasi, pentingnya mengkonsumsi
makanan bervitamin karena respirasi memerlukan vitamin B, sebaiknya mengurangi
konsumsi lemak untuk seseorang yang melakukan diet.

Daftar Pustaka
Campbell et al. (2012). Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Juhari (2019). Aksiologi Ilmu Pengetahuan (Telaah Tentang Manfaat Ilmu Pengetahuan
dalam Konteks Ilmu Dakwah). Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi
Islam. Vol. 3, No. 1, pp. 95 – 108.
Nasution, A. T. (2016). Filsafat ilmu: Hakikat mencari pengetahuan. Yogyakarta:
Deepublish.
Wahana, Paulus. (2016). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Diamond.

Anda mungkin juga menyukai