Anda di halaman 1dari 40

KATA SAMBUTAN DIREKTUR

RSU Dr H. Koesnadi Bondowoso merupakan rumah sakit rujukan tipe B


non pendidikan di wilayah kabupaten Bondowoso dan sekitarnya, yang akan
selalu menjaga, meningkatkan mutu pelayanan secara profesional, bermutu
sehingga terwujud rumah sakit yang terpercaya dan bermartabat. Oleh
karenanya kita sambut dengan hangat penerbitan buku Pedoman Pelayanan
Instalasi Hemodialisis tahun 2022 yang telah disusun oleh Instalasi
Hemodialisis RSU Dr H. Koesnadi Bondowoso.
Pedoman dan Panduan Pelayanan di Instalasi Hemodialisis ini
berdasarkan undang – undang yang berlaku dan telah diterapkan pada
proses pelayanan hemodialisis di RSU Dr H. Koesnadi Bondowoso. Proses
penyempurnaan Pedoman dan Panduan Pelayanan Hemodialisis ini terus
menerus dilakukan, sehingga diharapkan akan lebih dapat memenuhi
kebutuhan untuk pelayanan hemodialisis yang sesuai dengan prosedur yang
terkini. Pedoman ini menjadi pegangan bagi seluruh komponen pelayanan
hemodialisis, seperti dokter spesialis dan perawat.
Semoga Pedoman dan Panduan Pelayanan Hemodialisis ini dapat
bermanfaat dan digunakan dengan baik, sehingga tujuan untuk mencapai
kepuasan pelanggan dalam menjalankan pelayanan di RSU Dr H. Koesnadi
Bondowoso terwujud.

DIREKTUR
RSU Dr. H. Koenadi Bondowoso

dr. YUS PRIATNA ADRYANTO, Sp.P


Pembina
NIP. 19771002 200604 1 006

i
SAMBUTAN KEPALA INSTALASI HEMODIALISIS
RSU dr.H.KOESNADI BONDOWOSO

Penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) Stadium lanjut memerlukan


terapi pengganti ginjal antara lain pelayanan Hemodialisis (HD), Dialisis
peritoneal maupun Transplantasi ginjal. Diberlakukannya Sistem Kesehatan
Nasional (SKN), saat ini RSU dr.H. Koesnadi Bondowoso hanya menyediakan
pelayanan hemodialisis.
Dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang positif
selama beberapa tahun ini menyebabkan peluang setiap penderita PGK
untuk mendapatkan pelayanan HD juga semakin meningkat, ditambah lagi
dengan fakta bahwa kini para penderita PGK dapat mengakses pelayanan HD
bukan hanya di kota-kota besar saja namun mereka juga dapat mengakses
pelayanan HD di kota-kota kabupaten di wilayah domisilinya.
Kenyataan bahwa akan semakin meluasnya cakupan customer dan
semakin beratnya tantangan yang akan dihadapi di kemudian hari, RSU
dr.H. Koesnadi Bondowoso membuat Buku Pedoman Pelayanan Hemodialisis
untuk digunakan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan HD yang
profesional, berkualitas dan aman bagi pasien di lingkungan Instalasi
Hemodialisis RSU dr.H.Koesnadi Bondowoso.

Bondowoso, 24 Januari 2022


Kepala Instalasi Hemodialisis
RSU Dr. H. Koenadi Bondowoso

Dr. SUHARTO, SpPD


NIP. 19680821 200604 1011

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Pedoman Pelayanan
Instalasi Hemodialisis di RSU Dr H. Koesnadi Bondowoso.
Pelayanan hemodialisis di Rumah Sakit merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang diselenggarakan di rumah
sakit. Peran Rumah sakit selain menyediakan pelayanan hemodialisis dari
ruang rawat inap, juga penanganan kasus rujukan dan rawat jalan.
Dalam melaksanakan pelayanan Hemodialisis ini diperlukan sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai untuk
memenuhi standar yang telah ditetapkan serta mengacu pada Pedoman
Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit. Kami menyadari dalam penyusunan
ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan masukan dalam
penyempurnaan akan sangat kami hargai.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua, Aamiin.

Bondowoso, 24 Januari 2022


Ka. Ur. Yan. Hemodialisis

Syaiful Anwar, S. Kep, Ns


NIP. 19790117 200312 1 004

iii
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN DIREKTUR ……………………………………………………….. i


SAMBUTAN KEPALA INSTALASI HEMODIALISA………………………………… ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
B. TUJUAN ..................................................................................................... 1
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN .................................................................... 1
D. BATASAN OPERASIONAL ............................................................................ 2
E. LANDASAN HUKUM ................................................................................... 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN ........................................................................... 4
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA ...................................................... 4
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN ......................................................................... 4
C. PENGATURAN JAGA................................................................................... 5
BAB III STANDART FASILITAS ............................................................................. 6
A. DENAH RUANG .......................................................................................... 6
B. STANDAR FASILITAS .................................................................................. 6
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN .................................................................... 8
A. PELAYANAN HEMODIALISIS REGULER ...................................................... 8
B. PELAYANAN HEMODIALISIS CITO ............................................................ 17
C. PELAYANAN HEMODIALISIS ISOLASI ....................................................... 19
BAB V LOGISTIK ............................................................................................... 22
A. HEMODIALISA SET .................................................................................. 22
B. LOGISTIK BAHAN HABIS PAKAI ................................................................ 22
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ......................................................................... 23
A. PENGERTIAN ........................................................................................... 23
B. TUJUAN KESELAMATAN PASIEN .............................................................. 23
C. KESALAHAN MEDIS ................................................................................. 23
D. POTENSIAL KESALAHAN .......................................................................... 24
E. PROSEDUR KESELAMATAN PASIEN ......................................................... 24
F. MONITORING PASIEN SAFETY ................................................................. 25
G. PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN.......................................... 25
BAB VII KESELAMATAN KERJA ......................................................................... 27
A. PENGERTIAN ........................................................................................... 27
B. FAKTOR RESIKO AKIBAT KERJA .............................................................. 27
C. MANAJEMEN K-3 ..................................................................................... 28
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ........................................................................ 31
A. INDIKATOR MUTU PELAYANAN ................................................................ 31
B. PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN ......................................... 31
C. PENCATATAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN .......................................... 32

iv
D. PELAPORAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN ............................................ 32
BAB IX PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ........................................ 33
A. KEWASPADAAN UNIVERSAL .................................................................... 33
B. DESINFEKSI MESIN HEMODIALISIS ......................................................... 33
C. RUANG HEMODIALISIS ............................................................................ 33
D. LINEN ...................................................................................................... 34
E. TEMPAT SAMPAH ..................................................................................... 34
BAB IX PENUTUP .............................................................................................. 35
Lampiran

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu. keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa palayanan
kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannva sesuai dengan kode etik dan
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan profesional yang diberikan pada pasien di instalasi
Hemodialisis meliputi kegiatan mengidentifikasi kebutuhan
fisiologis, psikologis. sosial pasien dan mengimplementasikan
asuhan yang bersifat individualistik. mengkoordinasikan semua
kegiatan pelayanan dalam rangka memulihkan dan
mempertahankan derajat kesehatan, kesejahteraan pasien
sebelum, selama dan sesudah tindakan Hemodialisis.
Penyusunan buku pedoman pelayanan hemodialisis ini sangat
penting sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kwalitas
hidup pasien Hemodialisis khususnya, dan peningkatan mutu
pelayanan di Instalasi Hemodialisis pada umumnya.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan Pedoman pelayanan di Instalasi Hemodialisis, adalah :
Sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan kegiatan pelayanan di
Instalasi Hemodialisis.

1
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Pedoman ini diterapkan kepada semua dokter, perawat, dan
semua staff di lingkungan Instalasi Hemodialisis.

D. Batasan Operasional
Untuk membantu lebih mengarahkan tentang isi bahasa buku
ini, perlu kami buatkan istilah penting yang terkait dengan
kerangka pelayanan Instalasi Hemodialisis di RSU dr H Koesnadi
Bondowoso.
1. Instalasi Hemodialisis adalah sebuah instalasi di RSU dr H
Koesnadi Bondowoso yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
utamanya yaitu melaksanakan tindakan hemodialisis
2. Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang
menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksik
uremik dan mengatur cairan, elektrolit tubuh..
3. Kepala Instalasi Hemodialisis adalah seorang dokter spesialis
penyakit dalam yang telah mengikuti pelatihan Hemodialisis yang
diberikan kewenangan dan tanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan pelayanan yang ada di instalasi Hemodialisis RSU dr H
Koesnadi Bondowoso.
4. Kepala Urusan pelayanan Instalasi Hemodialisis adalah seorang
Perawat yang memiliki sertifikat pelatihan hemodialisis yang
diberi tugas membantu Kepala Instalasi Hemodialisis dalam
kegiatan pelayanan yang ada di instalasi Hemodialisis RSU dr H
Koesnadi Bondowoso.
5. Perawat mahir HD adalah perawat yang memiliki sertifikat
pelatihan hemodialisis yang diberikan tugas dan kewenangan
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien hemodialisis.

2
E. Landasan hukum
Sebagai acuan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan
pelayanan Instalasi Hemodialisis RSU dr H Koesnadi Bondowoso
sesuai dengan :
1. Undang – Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang – Undang No. 29 tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran
4. PERMENKES No 812/MENKES/PER/VII/2010 Tentang
Penyelenggaraan pelayanan dialisis pada fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. PERMENKES No 24 Tahun 2016 tentang Teknis Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit
6. PERMENKES No 17 Tahun 2013 tentang perubahan atan
peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
HK.02.2/MENKES/148/2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik perawat

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi sumber daya manusia di Instalasi Hemodialisis
RSU dr H Koesnadi Bondowoso adalah :
Sertifikasi
No Nama Jabatan Kualifikasi
Pelatihan
Dokter
Kepala Instalasi spesialis Hemodialisis
1.
Hemodialisis penyakit
dalam
Kepala Ururusan S1 Hemodialisis
2.
Pelayanan Keperawatan ACLS
S1 Hemodialisis
3. Perawat Katim
Keperawatan ACLS
D3 / S1 Hemodialisis
4. Perawat Asociate
Keperawatan BCLS
D3 / S1
5. Administrasi
Administrasi
6. Pekarya Kesehatan SMA Sederajat

B. Distribusi Ketenagaan
Instalasi Hemodialisis RSU dr H Koesnadi Bondowoso
memberikan pelayanan hemodialisis terdiri dari 2 jenis pelayanan
yaitu :
1. Pelayanan HD Reguler : adalah tindakan hemodialisis yang
dilakukan secara rutin, sesuai dengan perintah dokter dan
sudah terjadwal rutin di Instalasi Hemodialisis RSU dr H
Koesnadi Bondowoso.
Untuk pelayanan HD reguler dalam sehari terbagi dalam 3 shift
pelayanan yaitu :
Shift I : Jam 06.00 - 11.00 BBWI
Shift II : Jam 12.00 - 17.00 BBWI
Shift III : Jam 18.00 - 23.00 BBWI

4
2. Pelayanan HD Cito : adalah tindakan hemodialisis yang bersifat
emergency ( membutuhkan tindakan segera ), diluar jadwal
rutin hemodialisis regular.
Pelayanan Tindakan HD Cito adalah 24 jam / hari, bila tindakan
HD cito diatas jam 21.00 atau pada hari minggu, petugas jaga
on call.

C. Pengaturan Jaga
Adapun pengaturan jaga pada pelayanan Instalasi
Hemodialisis RSU dr H Koesnadi Bondowoso adalah terbagi dalam 3
shift petugas yaitu
 Shift pagi : jam 06.00 - 13.00 BBWI
 Shift siang : jam 11.00 - 18.00 BBWI
 Shift sore : jam 17.00 - 24.00 BBWI
 Tindakan Hemodialisis isolasi dikerjakan oleh 2 perawat yang
terjadwal khusus.
 Untuk tindakan cito Hemodialisis dikerjakan oleh 2 perawat (
On Call ) yang dinas sore pada waktu itu.
 Bila diatas jam 21.00 serta hari minggu petugas jaga on call.
 Hari libur nasional diluar hari minggu pelayanan HD tetap
buka.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Terlampir
B. Standar fasilitas
1. Instalasi Hemodialisis secara garis besar memiliki ruangan :.
a. Ruang Tunggu
Adalah dimana keluarga dan pengantar menunggu.
b. Ruang Isolasi
Adalah tempat dimana pasien isolasi dilakukan tindakan
hemodialisis
c. Ruang Tindakan
Adalah tempat dimana pasien dilakukan tindakan
Hemodialisis.
d. Ruang Dokter
Adalah ruangan tempat konsultasi bagi pasien /keluarga
pasien.
e. Nurse Station
Adalah tempat perawat melakukan pengawasan terhadap
pasien Hemodialisis, serta melengkapi dokumen status
pasien
f. Ruang Water treatment.
Ruang tempat pengolahan air RO (Reserver Osmosis / air
yang dimurnikan)
g. Ruang ganti perawat.
Ruang dimana tempat perawat ganti baju dinas dengan baju
kerja
h. Gudang obat
Tempat menyimpan hd set, penunjang hd dan alat alat habis
pakai
i. Ruang Linen

6
Ruang tempat menyimpan linen bersih yang digunakan
untuk pasien
j. Pantry
Tempat dimana petugas Hd melakukan kegiatan makan dan
minum
k. Kamar mandi pasien
l. Kamar Mandi Keluarga Pasien
m. Kamar mandi petugas.
n. Spool hook

2. Fasilitas penunjang yang tersedia antara lain :


a. Mesin HD
b. Monitor EKG
c. Oksigen tabung
d. Syring pump
e. tensimeter
f. termometer
g. stetoscope
h. tempat tidur pasien
i. Timbangan Berat badan
j. Trolley emergency
k. Kursi roda
l. Meja dan kursi petugas dan pasien
m. Almari alat kesehatan
n. Televisi
o. Air Conditioner ( AC )
p. Kulkas.

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Hemodialisis Reguler


Pelayanan pada pasien HD reguler adalah sebagai berikut :
1. Penjadwalan pasien HD Reguler
 Pasien yang menjalani HD Reguler ditetapkan oleh dokter
penanggung jawab HD ( Kepala Instalasi Hemodialisis ) dengan
bukti surat perintah HD Reguler.
 Penjadwalan pasien regular diatur oleh kepala urusan
pelayanan Hemodialisis
 Bila ada perubahan jadwal pasien, berlaku sistem perubahan
jadwal yang harus dikomunikasikan sebelumnya.
 Bila kapasitas mesin HD ( Jadwal pasien reguler ) sudah
penuh, maka pasien yang belum bisa dilayani akan didaftar di
catatan daftar tunggu dan Rumah Sakit bisa merujuk ke
Rumah Sakit yang ada fasilitas HD nya
 Bila sudah ada tempat yang kosong untuk mesin HD reguler
maka pasien daftar tunggu akan dihubungi petugas HD sesuai
dengan daftar nomer urut pasien.

2. Persiapan pasien HD Reguler


 Setiap pasien baru HD Reguler dilakukan pemeriksaan
laboratorium HbsAg, Anti HCV Dan Anti HIV
 Bila ada pasien dengan hasil pemeriksaan laboratorium HbaAg
(+) pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang melayani pasien
dengan HbsAg (+).
 Pasien HD Reguler yang pertama kali menjalani HD
mendapatkan penjelasan manfaat, tujuan, tata cara, resiko
dari tindakan HD dan menanda tangani persetujuan tindakan
medis / informed consent.

8
 Untuk persetujuan tindakan medis / informed consent
selanjutnya pasien / keluarga menandatangani setiap 3 bulan.
 Dokter / perawat yang bertugas menerangkan dan meminta
persetujuan tindakan medis.
 Pasien HD reguler yang berasal dari Rumah Sakit lain wajib
menyertakan surat travelling dari rumah sakit asal dan
mendaftar 1 minggu sebelum traveling.

3. Pendaftaran Pasien HD reguler


 Pasien HD Reguler mendaftar diloket admition, dibantu
pendaftarannya oleh petugas administrasi HD dan dilakukan
finger print.
 Pasien menunggu diruang tunggu.
 Perawat memanggil pasien
 Perawat melakukan identifikasi pasien

4. Persiapan HD
Persiapan Pasien :
 Status rekam medis pasien,
 Keadaan umum pasien
 Keadaan psikososial pasien
 Keadaan fisik seperti status cairan, tanda-tanda vital, Berat
badan,suara nafas, extremitas oedema, perdarahan, dll
 Data penunjang : Laboratorium ( bila diperlukan )
Persiapan Mesin :
a. Listrik
b. Air yang sudah diolah dengan cara :
 Filtrasi
 Softening
 Diionisasi
 Reverse osmosis

9
c. Sistem sirkulasi dialisat
 Proportioning sytem
 Asetat / bikarboat:
d. Sirkulasi darah :
 Dialyzer / hollow fiber
 Priming
Persiapan peralatan :
a. Dialyzer
b. AV blood line
c. AV fistula / Iv chat no 16
d. Cairan / powder dialisat
e. NaCI 0,9%
f. Infus set
g. Spuit 20 cc ( 3cc, 5 cc bila diperlukan )
h. Heparin
i. Lidocain / Chlorasyl spray ( bila perlu )
j. Kassa steril
k. Doek
l. Sarung tangan
m. Desinfektan (alkohol/betadine)
n. Matcan
o. Timbangan
p. Tensimeter
q. Termometer
r. torniquet
s. Plester / hipavix
t. Perlak kecil
u. APD ( masker,mitella,goggle,skort)

5. Pelaksanaan tindakan HD
1) Setting dan Priming

10
a. Perawat cuci tangan
b. Perawat memakai APD
c. Perawat memakai sarung tangan
d. Perawat menghidupkan mesin HD
e. Perawat melakukan setting dengan cara:
1. Perawat mengeluarkan dialyzer dan AV Bloodline (AVBL)
dari bungkusnya, juga slang infus set dan NaCI-nya
(perhatikan sterilitasnya)
2. Perawat menghubungkan ujung AVBL pada dialyzer
3. Perawat memasang alat tersebut pada mesin HD sesuai
dengan tempatnya
4. Perawat menghubungkan NaCI melalui infus set bebas
dari udara dengan mengisinya terlebih dahulu
5. Perawat menempatkan ujung Vena Blood Line (VBL)
dalam menampung, hindarkan kontaminasi dengan
penampung dan jangan terendam dengan air yang keluar
f. Perawat melakukan Priming dengan posisi dialyzer biru
diatas (outlet) dan yang merah (inlet) di bawah, caranya:
1. Perawat mengalirkan NaCI ke dalam sirkulasi dengan
kecepatan 100 cc/menit
2. Perawat mengeluarkan udara dari sirkulasi
3. Perawat mematikan pompa darah setelah semua sirkuit
terisi dan bebas dari udara, klem kedua ujung AVBL,
hubungkan ujung Arteri Blood Line (ABL) dan Vena Blood
Line (VBL) dengan memakai konektor dan klem dibuka
kembali
4. Perawat menyambungkan cairan dialisat dengan dialyzer
dengan posisi outlet di bawah dan inlet diatas
5. Perawat melakukan sirkulasi 5-10 menit dengan QB 100
cc/mnt
6. Perawat memasukkan Heparin 5000 iu dalam sirkulasi
7. Perawat merapikan alat alat

11
8. Perawat cuci tangan
2) Punksi vaskuler askes
a. Perawat memberi salam dan memperkenalkan diri kepada
pasien
b. Perawat identifikasi pasien
c. Perawat cuci tangan
d. Perawat menentukan tempat punksi atau periksa tempat
shunt
e. Perawat meletakkan perlak kecil dan atur posisi
f. Perawat membawa alat-alat ke dekat tempat tidur pasien.
g. Perawat cuci tangan
h. Perawat memakai sarung tangan.
i. Perawat memberitahu pasien bila akan dilakukan punksi
j. Perawat melakukan desinfeksi daerah yang akan dipunksi
dengan alkohol
k. Perawat mengambil fistula dan punksi outlet terlebih dahulu
bila perlu lakukan anastesi lokal, kemudian desinfeksi
l. Perawat mengambil darah untuk pemeriksaan laboratorium
(bila diperlukan)
Memulai Hemodialisis
Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisis, ukur
tanda-tanda vital dan berat badan pre hemodialisis.
Pelaksanaannya:
1. Perawat menghentikan sirkulasi, pompa dimatikan, ujung
AVBL diklem
2. Perawat melepas sambungan AVBL, kemudian ABL
dihubungkan dengan punksi outlet. Ujung VBL
ditempatkan ke matcan
3. Perawat membuka semua klem dan putar pompa
perlahan-lahan sampai  100 cc/mnt untuk mengalirkan
darah, mengawasi apakah ada penyulit. Biarkan darah
memasuki sirkulasi sampai pada bubble trap VBL,

12
kemudian pompa dimatikan dan VBL diklem. Ujung VBL
dihubungkan dengan punksi inlet, klem dibuka (pastikan
sambungan bebas dari udara)
4. Perawat memutar pompa dengan QB 100 cc/mnt
kemudian naikkan perlahan-lahan antara 150-200 cc/mnt
5. Perawat melakukan fiksasi AVBL agar tidak mengganggu
pergerakan
6. Perawat menghidupkan heparin pump sesuai dengan
lamanya hemodialisis
7. Perawat membuka klem slang monitor AV pressure
8. Perawat mengukur tekanan darah, nadi dan pernafasan
9. Perawat mengecek mesin dan sirkulasi dialisat
10. Perawat mengecek posisi dialyzer (merah di atas, biru di
bawah)
11. Perawat mengobservasi kesadaran dan keluhan pasien
12. Perawat memprogram hemodialisis
13. Perawat merapikan peralatan
14. Perawat cuci tangan.
Penatalaksanaan Selama Hemodialisis
1. Perawat memprogram dan memonitor mesin hemodialisis
a. Lamanya hemodialisis 4 jam
b. QB (kecepatan aliran darah) = 100 – 250 cc/mnt
c. QD (kecepatan aliran dialisat) = 500 cc/mnt
d. Temperatur dialisat 37o C – 40o C
e. TMP dan UFR
f. Heparinisasi
g. Pemeriksaan ( bila diperlukan laboratorium, ECG, dll)
h. Pemberian obat-obatan, transfusi, dll.
i. Monitoring tekanan:
1) fistula pressure
2) arterial pressure
3) venous pressure

13
4) dialisat pressure
j. Detektor (udara, blood leak detector)

Heparinisasi
a. Dosis heparin
1) dosis awal = 25 – 50 iu/kg BB
 untuk priming = 5000 iu diberikan pada waktu
sirkulasi AVBL
2) dosis maintenance (pemeliharaan) = 500 – 2.000 iu/jam
diberikan pada waktu hemodialisis berlangsung
b. Cara pemberian dosis maintenance
1) kontinu : diberikan secara terus menerus dengan
bantuan pompa dari awal hemodialisis sampai dengan 1
jam sebelum hemodialisis berakhir
2) intermiten : diberikan 1 jam setelah hemodialisis
berlangsung dan pemberian selanjutnya dimasukkan
tiap selang 1 jam. Untuk 1 jam terakhir tidak diberikan
c. Minimal heparin : heparin dosis awal  2.000 iu selanjutnya
diberikan bila perlu
Mengakhiri Hemodialisis
1. Persiapan alat :
a. Deppers
b. Verband
c. Alkohol
d. Sarung tangan
e. Plester / hipavix
f. Bengkok
g. Antibiotik powder ( bila perlu )
h. APD
i. Tempat sampah infeksius
j. Safety box
2. Pelaksanaan

14
a. Perawat cuci tangan
b. Perawat memberi salam dan memperkenalkan diri
kepada pasien.
c. Perawat identifikasi pasien.
d. Perawat mendekatkan alat alat .
e. Perawat mengukur tekanan darah dan nadi
f. Perawat cuci tangan
g. Perawat memakai APD
h. Perawat memakai sarung tangan.
i. Perawat menurunkan QB lima menit sebelum
hemodialisis berakhir, TMP dinolkan
j. Perawat menurunkan QB sampai nol, ujung arteri line
dan fistula punctie diklem kemudian sambungan
dilepas
k. Perawat menghubungkan fistula dengan spuit, darah
didorong masuk memakai udara
l. Perawat menghubungkan ujung arteri line dengan
NaCl 0,9%, klem dibuka dan QB diputar 100 cc/mnt
untuk mendorong darah dalam blood line masuk ke
dalam tubuh
m. Perawat mematikan pompa darah, ujung venous line
dan fistula diklem, sambungan dilepas
n. Perawat mengukur tekanan darah dan diobservasijika
hasil bagus, jarum punksi dicabut, bekas punksi
ditekan dengan kassa  10 menit.jika darah sudah
tidak keluar, tutup dengan hipavix
o. Perawat memasang balutan dengan verban gulung
sebagai penekan (jangan terlalu kencang)
p. Perawat cuci tangan.
q. Perawat menimbang berat badan pasien
r. Perawat mengisi formulir hemodialisis
s. Perawat merapikan tempat tidur dan alat-alat

15
t. Perawat membersihkan mesin dan didesinfektan
setelah proses pembersihan selesai, mesin dimatikan,
lepaskan steker mesin dari stop kontak dan tutup kran
air
u. Perawat cuci tangan.
3. Observasi pasien:
a. Tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu, pernafasan,
kesadaran)
b. Fisik
c. Perdarahan
d. Sarana hubungan sirkulasi
e. Posisi dan aktifitas
f. Keluhan dan komplikasi hemodialisis
g. Observasi pasien post HD 15 -30 menit, bila kondisi
pasienstabil pasien diperbolehkan pulang.
h. Melepas ID card pasien .
i. Pasien pulang.

6. Pelayanan di administrasi
Management pelayanan di ruang administrasi yaitu :
 Melakukan entry data ke SIM RS
 Melakukan finger print untuk pasien HD reguler
 Melakukan tugas kegiatan surat menyurat, notulensi rapat
dan pertemuan
 Melakukan tugas terkait pelaporan jumlah pasien harian,
bulanan, tahunan

7. Catatan :
 Perawat mendokumentasikan seluruh Kegiatannya di status
rekam medis pasien.

16
 Pemakaian dializer untuk pasien hemodialisis diberlakukan
pemakaian dializer single use atau baru.
 Pemeriksaan rutin yang dilakukan adalah : cek Hb tiap
bulan, Cek bun, s.creatinin setiap 3 bulan ( pre dan post HD
), cek Hbs Ag, anti hcv, anti HIV tiap 6 bulan.
 Pasien HD dengan hasil Hb ≤ 7 gr/dl akan dilakukan
transfusi darah saat durante HD.
 Pasien HD dengan transfusi darah, harus opname di ruang
rawat inap RSU dr H Koesnadi Bondowoso.
 Pasien hemodialisis dengan Hb > 8gr/dl mendapatkan
injeksi eritropoetin.
 Pasien hanya boleh ditunggu oleh satu orang keluarga di
instalasi Hemodialisis.
 Jika kondisi pasien mengalami kegawat daruratan dalam
proses hemodialisis maka dilakukan penanganan
kegawatdaruratannya.
 Bila kondisi pasien kembali stabil maka hemodialisis akan
dilanjutkan kembali.
 Bila kondisi pasien tidak stabil maka dihentikan pasien
akan diopnamekan di ruang rawat inap/intensif/IGD.

B. Pelayanan Hemodialisis Cito


Instalasi Hemodialisis melakukan pelayanan HD cito yang bersifat
emergency(cito) selama 24 jam, mekanisme pelayanannya adalah :
1. Pendaftaran pasien
 Pasien yang akan dilakukan tindakan cito HD harus atas
instruksi dokter penanggung jawab HD.( prescription dokter )
 Pasien / keluarga menandatangani surat persetujuan
tindakan ( informed concent )
 Pasien pro HD cito dilakukan skrining, pemeriksaan
laboratorium HbsAg, Anti HCV, dan Anti HIV.

17
 Pasien didaftarkan oleh perawat dari Ruang rawat Inap, IGD
atau Ruang Intensif
 Apabila di waktu yang bersamaan terjadi pendaftaran yang
melebihi kapasitas, Perawat HD akan melakukan pendataan
dan akan dilakukan pelayanan cito HD dengan melihat kondisi
pasien. ( Kondisi pasien kritis akan didahulukan )
2. Mekanisme pelayanan HD Cito
 Perawat ruang rawat inap /IGD /Intensif mendaftarkan pasien
cito HD ke Instalasi Hemodialisis melalui aiphone ( Ext 206 )
 Perawat HD mencatat daftar pasien cito
 Perawat mempersiapkan mesin HD dan peralatan untuk
tindakan HD
 Perawat HD menghubungi petugas ruang rawat inap / IGD /
Intensif untuk mengirim pasiennya.
 Perawat melakukan serah terima kondisi pasien
 Serah terima tersebut meliputi :identifikasi pasien, kondisi
fisik pasien, hemodinamik pasien, tanda tanda vital.
 Skrining /pemeriksaan laboratorium HbsAg, anti hcv, anti hiv
 Informed concent tindakan hemodialisis cito
 Perawat melakukan tindakan Hemodialisis sesuai instruksi
dokter ( Prescrip dokter )
 Pendokumentasian di rekam medis pasien
 Pencatatan dibuku laporan HD dan billing sistem RS ( SIM RS )
 Perawat HD menghubungi perawat ruang rawat inap / IGD /
Intensif untuk pengambilan kembali pasien
3. Catatan :
 Bila tindakan HD cito diatas jam 21.00 atau pada hari minggu
maka dokter penanggung jawab HD akan menghubungi kepala
ruang HD selanjutnya kepala ruang Hd menghubungi petugas
jaga on call HD
 Petugas jaga HD akan datang ke ruang HD dan

18
mempersiapkan mesin, dan peralatan HD.
 Petugas HD menghubungi Petugas Ruang Rawat Inap / IGD /
Intensif untuk mengirim pasien.
 Pasien hemodialisis cito, maka perawat ruangan tempat asal
pasien yang akan mengantar dan menjemput pasien
 Apabila disaat dilakukan tindakan hemodailsis cito mengalami
kagawatdaruratan maka dilakukan penanganan kegawat
daruratannya. Bila kondisi pasien kembali stabil maka HD
akan dilanjutkan kembali.bila kondisi pasien tidak stabil maka
HD dihentikan, pasien akan dikembalikan ke tempat asal
ruang, atau dipindah ke ruang intensif.

C. Pelayanan Hemodialisis Isolasi

Instalasi Hemodialisis melakukan pelayanan HD isolasi yang


bersifat regular dan emergency(cito) selama 24 jam, mekanisme
pelayanannya adalah :
1. Pendaftaran pasien
 Pasien yang akan dilakukan tindakan harus atas instruksi
dokter penanggung jawab HD.( prescription dokter )
 Pasien / keluarga menandatangani surat persetujuan
tindakan ( informed concent )
 Pasien pro HD cito dilakukan skrining, pemeriksaan
laboratorium HbsAg, Anti HCV, dan Anti HIV dan Swab PCR.
 Pasien didaftarkan oleh perawat dari Ruang rawat Inap
isolasi, IGD atau Ruang Intensif
 Apabila di waktu yang bersamaan terjadi pendaftaran yang
melebihi kapasitas, Perawat HD akan melakukan pendataan
dan akan dilakukan pelayanan cito HD dengan melihat
kondisi pasien. ( Kondisi pasien kritis akan didahulukan )
2. Mekanisme pelayanan HD isolasi regular dan Cito
 Perawat ruang rawat inap isolasi /IGD /Intensif

19
mendaftarkan pasien ke Instalasi Hemodialisis melalui
airphone ( Ext 206 )
 Perawat HD mencatat daftar pasien isolasi
 Perawat mempersiapkan mesin HD dan peralatan untuk
tindakan HD
 Perawat HD menghubungi petugas ruang rawat inap / IGD /
Intensif untuk mengirim pasiennya.
 Perawat melakukan serah terima kondisi pasien
 Serah terima tersebut meliputi :identifikasi pasien, kondisi
fisik pasien, hemodinamik pasien, tanda tanda vital.
 Skrining /pemeriksaan laboratorium HbsAg, anti hcv, anti
hiv dan swab PCR
 Informed concent tindakan hemodialisis
 Perawat melakukan tindakan Hemodialisis sesuai instruksi
dokter ( Prescrip dokter )
 Pendokumentasian di rekam medis pasien
 Pencatatan dibuku laporan HD dan billing sistem RS ( SIM
RS )
 Perawat HD menghubungi perawat ruang rawat inap isolasi /
IGD / Intensif untuk pengambilan kembali pasien
3. Catatan :
 Bila tindakan HD isolasi cito diatas jam 21.00 atau pada hari
minggu maka dokter penanggung jawab HD akan
menghubungi kepala ruang HD selanjutnya kepala ruang Hd
menghubungi petugas jaga on call HD
 Petugas jaga HD akan datang ke ruang HD dan
mempersiapkan mesin, dan peralatan HD.
 Petugas HD menghubungi Petugas Ruang Rawat Inap / IGD
/ Intensif untuk mengirim pasien.
 Pasien hemodialisis isolasi, maka perawat ruangan tempat
asal pasien yang akan mengantar dan menjemput pasien

20
 Apabila disaat dilakukan tindakan hemodalisis mengalami
kagawatdaruratan maka dilakukan penanganan kegawat
daruratannya. Bila kondisi pasien kembali stabil maka HD
akan dilanjutkan kembali.bila kondisi pasien tidak stabil
maka HD dihentikan, pasien akan dikembalikan ke tempat
asal ruang, atau dipindah ke ruang intensif.

21
BAB V
LOGISTIK

A. Hemodialisis set
Hemodialisis set, terdiri dari :
a. Blood line ( AVBL )
b. Dializer ( Hollow fiber )
c. Fistulla
d. Cairan / powder dialisat
B. Logistic BHP ( bahan habis pakai )
1. Kebutuhan Kassa dan Linen steril
 Kebutuhan kassa dan linen di sentralisasi di CSSD (
Central Sterile Supply Department )
 Kassa, dan produk steril lainnya di lakukan penyeterilan di
CSSD
 Produk steril di simpan di almari dimana selalu terkontrol
suhu & kelembaban
2. Kebutuhan penunjang HD
Kebutuhan penunjang HD seperti verband, alkohol, plester dll
dipasok dari gudang farmasi, dengan sistem bon setiap bulan.
3. Kebutuhan Alkes dan obat obatan
Kebutuhan alkes dan obat obatan dipasok dari apotik 1 dengan
sistem peresepan

22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
 Patient safety adalah pencegahan terhadap faktor-faktor yang
dapat menyebabkan bahaya pada pasien. (American Medical
Assosiation)
 Patient safety adalah suatu sistem yang mendorong rumah
sakit membuat asuhan pasien menjadi lebih aman. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya di ambil

B. Tujuan dilakukan keselamatan pasien di Instalasi Hemodialisis


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan KTD

C. Kesalahan Medis (medical error) yang mungkin terjadi di


Instalasi Hemodialisis
Kesalahan medis (medical error) merupakan kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan tersebut termasuk
gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya,
dapat sebagai akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil
(omission).
Kesalahan medis yang mungkin terjadi di Instalasi Hemodialisis

23
meliputi :
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD)/Adverse Event
Yaitu suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission)
atau karena tidak bertindak (ommission), dan bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien
2. Nyaris Cedera (NC)/ Near Miss
Yaitu suatu kejadian akibat malaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tindakan mengambil tindakan yang
seharusnya di ambil (omission), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi.

D. Potensial kesalahan (human potencial error)


1. Kesalahan pada pasien yang dilakukan dialisis
2. Kesalahan pada prosedur hemodialisis
3. Kesalahan dalam memberikan tranfusi darah
4. Kesalahan memberikan obat – obatan
5. Terjadinya infeksi dan atau sepsis akibat penusukan

E. Prosedur di Instalasi Hemodialisis untuk menerapkan


keselamatan pasien
1. Pemberian Informed consent sebelum dilakukan tindakan HD
Informed concent adalah persetujuan tertulis dari pasien
atau yang sah mewakilinya atas rencana tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter
gigi, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat
membuat persetujuan.
Persetujuan diberikan oleh individu yang kompeten.
Ditinjau dari segi usia,maka seseorang dianggap kompeten
apabila telah berusia 16 tahun atau lebih atau telah pernah
menikah. Sedangkan pada individu yang tidak kompeten maka

24
persetujuan dapat dilakukan oleh keluarga pasien (suami,
istri, anak, orang tua, saudara kandung)
2. Patient identification
Identifikasi pasien Hemodialisis dilakukan dengan cara
verbal dan visual. Cara verbal yaitu pasien disuruh
menyebutkan nama, tanggal lahir / umur). Cara visual yaitu
perawat melihat pada gelang identitas

F. Monitoring Pelaksanaan Pasien Safety


Dalam pelaksanaan pasien safety perlu dilakukan monitoring
yang berkelanjutan. Monitoring tersebut antara lain :
1. Pemasangan gelang identitas Pasien
2. Penempelan stiker Identitas Pasien

G. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien


Insiden keselamatan pasien merupakan salah satu kejadian
yang terkait dengan KTD, KNC, KPC atau kejadian sentinel di
Instalasi Hemodialisis.. Kejadian atau insiden tersebut harus
dilakukan pelaporan ke komite keselamatan pasien supaya
insiden tersebut tidak kembali berulang. Mekanisme pelaporan
terkait insiden keselamatan pasien di Instalasi Hemodialisis
adalah :
1. Apabila terjadi insiden keselamatan pasien (KTD, KNC, KPC,
Sentinen) kepala ruangan atau case manajer melakukan
penanganan insiden terlebih dahulu
2. Kepala ruangan membuat laporan terkait insiden tersebut
3. Kepala ruangan melakukan investigasi sederhana dan
melakukan grading risk sesuai tingkat / derajat insiden
4. Kepala ruangan melaporkan kejadian insiden ke komite
keselamatan pasien
5. Komite keselamatan pasien melakukan investigasi dan

25
melakukan pengumpulan data terkait insiden
6. Komite keselamatan pasien melakukan analisa data, dan
melakukan pengambilan kesimpulan terkait insiden
7. Komite kesemalatan pasien dapat memberikan rekomendasi –
rekomendasi ke pihak yang terkait untuk mengatasi insiden
supaya insiden tersebut tidak terulang kembali

26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah suatu upaya untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi. Instalasi hemodialisis adalah suatu
Instalasi khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan
tindakan dialisis, baik reguler maupun cito, yang mana didalam
pelaksanaan pelayanannya bisa terjadi risiko – risiko yang tinggi
akibat dari berbagai factor resiko yang terjadi.

B. Faktor resiko yang terjadi akibat bekerja di Instalasi


Hemodialisis
Faktor resiko yang terjadi di instalasi Hemodialisis adalah :
1. Bahaya / insiden kecelakaan
 Cedera kaki dan jari kaki yang disebabkan oleh benda yang
jatuh, misalnya, peralatan medis.
 Slip, perjalanan, dan jatuh di lantai basah, khususnya
selama situasi darurat.
 Tertusuk oleh benda tajam, terutama tusukan jarum..
 Listrik kejut dari peralatan yang rusak.
2. Chemical hazard / bahaya kimia.
 Iritasi kulit dan penyakit kulit karena sering menggunakan
sabun, deterjen, desinfektan, dll
 Iritasi mata, hidung, akibat menghirup / percikan cairan
bayclin, cairan dialisat dll..
 Alergi lateks yang disebabkan oleh paparan pada sarung
tangan lateks alam dan lateks lainnya

27
3. Biological hazard / bahaya biologi
 Karena paparan terhadap darah, cairan tubuh atau
spesimen jaringan mungkin mengarah ke penyakit melalui
darah seperti HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C.
 Risiko tertular penyakit nosokomial akibat tusukan dari
jarum suntik (misalnya hepatitis infeksius, sifilis, malaria,
TBC).
4. Ergonomic, psychosocial and organizational / Factors
Ergonomis, psikososial dan faktor organisasi
 Stres psikologis yang disebabkan oleh perasaan tanggung
jawab yang berat terhadap pasien.
 Masalah hubungan interpersonal antar petugas di instalasi
Hemodialisis

C. Management K-3 di Insatalasi Hemodialisis


1. Management risiko bekerja di instalasi Hemodialisis
Penggunaan alat pelindung diri (APD). Selain membersihkan
tangan dengan cuci tangan yang harus selalu dilakukan
petugas kesehatan juga harus mengenakan alat pelindung diri
sesuai dengan prosedur yang mereka
lakukan dan tingkat kontak dengan pasien yang diperlukan
untuk menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh.
APD untuk keperluan kewaspadaan standar terdiri atas sarung
tangan,gaun pelindung, pelindung mata, dan masker.
Peralatan tambahan,seperti penutup kepala untuk melindungi
rambut, tidak dianggap APD, tetapi dapat digunakan demi
kenyamanan petugas kesehatan. Begitu pula,sepatu bot juga
dapat digunakan untuk keperluan praktis, misalnya bila
diperlukan sepatu yang tertutup rapat dan kuat untuk
menghindari kecelakaan akibat benda tajam. Bila digunakan
dengan benar, APD akan melindungi petugas kesehatan dari

28
pajanan terhadap jenis penyakit menular tertentu. APD
transmisi adalah alat pelindung diri yang digunakan untuk
pasien yang infeksius (HIV-AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C) yang
menggunakan peralatan disposible untuk linen, Alkes, jarum,
dll
2. Management penanggulangan bencana (disaster plan) di
Instalasi Hemodialisis
Penanggulangan bencana di Instalasi Hemodialisis terdiri dari :
 Bahaya kebakaran
Apabila terjadi kebakaran, segera megaktifkan code red
dengan menekan telepon exstension 123. Tim pemadam
kebakaran di instalasi Hemodialisis terdiri dari 4 orang
yang berjaga pada setiap hari. Dimana setiap orang
mempunyai tugas yang berbeda – beda. Helm merah
dipakai untuk memadamkan api, helm putih untuk
evakuasi document, helm kuning untuk evacuasi pasien,
helm biru untuk keamanan. Semua personel yang berada
di ruangan untuk berkumpul di titik kumpul di depan
PKRS.
 Bahaya gempa bumi (earthquake)
Apabila terjadi gempa bumi, segera berlindung di bawah
meja dan menjahui peralatan dari kaca. Lindungi kepala
dengan tangan dan benda keras lainnya. Dengan
menelusuri panah evakuasi, semua berkumpul di titik
kumpul depan PKRS. Tim yang bertugas selalu siap sedia
apabila terjadi bencana alam
3. Pemeriksaan berkala
 Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin
dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan

29
meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap
pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini maka penatalaksanaan
kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan
mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas
masyarakat pekerja.
 Pengajuan pemeriksaan secara berkala setiap 1 tahun
Pengajuan tersebut meliputi jenis pemeriksaan skrining
HBSAg, Laboratorium lengkap, foto thorax .
4. Pelaporan insiden
 Apabila terjadi insiden yang terkait keselamatan kerja,
kepala ruangan sebagai case manager melakukan
pembuatan pelaporan terkait insiden keselamatan kerja.
Kemudian case manager melakukan identifikasi
sederhana dan melakukan koordinasi dengan tim K-3 RSU
dr H Koesnadi Bondowoso.
 Tim K-3 melakukan identifikasi lanjutan dan melakukan
pemecahan solusi dan tindak lanjut terhadap insiden
tersebut. Apabila dipandang perlu dilakukan, tim K-3 RS
dapat melakukan permintaan pemeriksaan penunjang
yang terkait dengan insiden tersebut

30
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit adalah


suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
terpantau dan aman. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan
pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses – proses
pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak –
pihak yang berkepentingan.
A. Indikator Mutu Pelayanan
Indikator mutu layanan di instalasiI hemodialisis adalah
suatu cara yang dilakukan instalasi untuk mempertahankan dan
memaksimalkan mutu pelayanan yang telah ditetapkan. Indikator
mutu pelayanan di Instalasi Hemodialisis adalah :
1. Adekuasi Hemodialisis
2. Manajemen akses vaskuler av shunt
3. Insiden tertukarnya HF / Dialiser pakai ulang
4. Sertifikat perawat mahir Hemodialisis
5. Pemakaian gelang identitas.

B. Pemantauan Indikator Mutu Pelayanan


Pemantauan indikator mutu layanan di Instalasi
Hemodialisis dilakukan secara terus menerus. Pemantauan
tersebut adalah :
1. Adekuasi Hemodialisis
 Pelaksanaan pemantauan kepada seluruh pasien
hemodialysis, dengan target minimal URR ≥ 65%
 Pengambilan sample darah dilakukan di ruang Hemodialisis
sesuai dengan jadwal (setiap 3 bulan)
2. Manajemen akses vaskuler av shunt
 Pelaksanaan pemantauan kepada seluruh pasien CKD
stadium 5 dengan HD regular yang memakai av shunt setiap

31
bulan
 Manajemen pada akses vascular pasien optimal apabila
memakai av shunt ( target 100% )
3. Insiden tertukarnya HF / Dialiser pakai ulang
 Pemantauan proses identifikasi dialiser pakai ulang sebelum
dipakai oleh pasien
 Pelaporan pemantauan dilakukan setiap bulan
4. Sertifikat perawat mahir Hemodialisis.
 Pemantauan jumlah tenaga perawat dengan sertifikat
perawat mahir hemodialisis yang melakukan pelayanan
Dialisis ( target 100% )
 Pelaporan dilakukan setiap 3 bulan
5. Identifikasi pasien dan pemakaian gelang identitas
 Pemantauan pemakaian gelang identitas saat pasien datang
( observasi langsung ).
 Pelaporan pemantauan dilakukan di setiap bulan.

C. Pencatatan Indikator Mutu Pelayanan


Pencatatan hasil pemantauan indikator mutu layanan
dilakukan oleh PIC Instalasi Hemodialisis. Data yang terkumpul
dilakukan tabulasi data, dilakukan verifikasi data oleh verifikator
ruangan kemudian data tersebut dilakukan analisa data. Hasil
dari analisa data kemudian dilaporkan ke komite PMKP RSU dr H
Koesnadi Bondowoso.

D. Pelaporan Indikator Mutu Pelayanan


Analisa mutu dilaporkan setiap bulan ke komite PMKP RSU dr
H Koesnadi Bondowoso, data tersebut dilakukan analisa ulang dan
hasilnya di lakukan evaluasi. Dalam pelaksanaan evaluasi komite
PMKP RS dapat memberikan saran atau rekomendasi ke pihak
manajement rumah sakit untuk perbaikan mutu layanan tersebut.

32
BAB IX
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. Kewaspadaan Universal
1. Seluruh karyawan di instalasi hemodialisis wajib menerapkan
cuci tangan 6 langkah 5 moment.
2. Setiap perawat yang melakukan tindakan HD wajib
mengenakan APD (sarung tangan, apron)
3. Setiap staf di instalsi Hemodialisis dilakukan general chek up
setiap 1 tahun sekali.
4. Setiap staf di instalasi Hemodialisis mendapatkan imunisasi
vaksin hepatitis B.

B. Desinfeksi mesin Hemodialisis


Setiap kali prosedur dialisis selesai, dilakukan dekontaminasi
pada mesin dialisis, baik pada bagian permukaan luar maupun
bagian dalam mesin dengan menggunakan desinfektan kimia
sesuai panduan dari masing masing pabriknya.
1. Bagian dalam mesin HD harus didesinfeksi setiap prosedur
selesai ( prosedur rutin meliputi draining, desinfection, rinsing
) sesuai dengan protokol yang dianjurkan pabrik.
2. Bila terjadi kebocoran darah pada sirkulasi, dilakukan
prosedur rutin desinfeksi dan pembilasan sebanyak 2 kali
sebelum mesin tersebut dipakai kembali.
3. Desinfeksi permukaan luar :
- Desinfeksi luar terutama ditujukan pada bagian panel
kontrol mesin dialisis, seperti dialisat port, bicarbonate
port,,heparin pump, blood pump, pada setiap kali prosedur
HD selesai dilakukan.
- Cairan desinfektan ditempatkan pada botol, semprotkan
pada bagian permukaan mesin, lalu lap dengan lap
khusus, /kain flannel.

33
- Bila terjadi percikan darah pada daerah mesin harus segera
dibersihkan dengan cairan clorin 0,5 %.
C. Ruang Hemodialisis
1. Jarak antara masing masing tempat tidur dan mesin HD tidak
terlalu rapat.
2. Memiliki penerangan dan sirkulasi udara yang memadai
3. Ruang HD dilengkapi dengan AC
4. Lantai ruang HD dibersihkan dengan cairan desinfectant pagi
dan siang

D. Linen
1. Sprei dan sarung bantal pasien harus diganti setelah selesai
dialisis.
2. Linen kotor ditempatkan di tempat khusus : linen infeksius (
terkena percikan darah) dimasukkan plastik

E. Tempat Sampah
Pemilahan Sampah terdiri dari :
1. Sampah non medis / Non infeksius : dimasukkan kedalam
kantong plastik warna hitam
2. Sampah medis / infeksius : Dimasukkan kantong plastik
warna kuning, terdiri dari :
a. Golongan A : sampah medis berupa botol kaca
b. Golongan B : sampah medis berupa verband, handschoen,
sisa jaringan tubuh dll.
c. Safety box : Sampah tajam berupa jarum suntik, fistulla,

34
BAB X
PENUTUP

Pedoman pelayanan Instalasi Hemodialisis ini mempunyai


peranan penting karena bermanfaat untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan dialisis di rumah sakit. Hendaknya pedoman
pelayanan yang bersiat teknis dan praktis, ini dapat dimanfaatkan
serta berfungsi sebagai pedoman kerja bagi tenaga perawat di Instalasi
Hemodialisis. Penyusunan rancangan pedoman pelayanan ini adalah
langkah awal suatu proses yang panjang sehingga memerlukan
dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannya
untuk mencapai tujuan.

DIREKTUR RSU dr.KOESNADI


KABUPATEN BONDOWOSO

dr. YUS PRIATNA ADRYANTO, Sp.P


Pembina
NIP. 19771002 200604 1 006

35

Anda mungkin juga menyukai