Anda di halaman 1dari 12

GAGALNYA SISTEM PEREKONOMIAN

KAPITALISME

Diajukan untuk memenuhi Tugas Individu Etika Bisnis Islami


Dosen pengampu: Bapak Safri Haliding, SE., M.Sc. ACC

Disusun oleh:
R. BARINOV PUTRA
0311519230
MJ19N

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Al Azhar Indonesia
2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah
dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga
penyusunan tugas individu mata kuliah Etika Bisnis Islami dapat terselesaikan.

Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah
kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, keluarga
dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan Semoga syafa’atnya selalu menyertai
kehidupan ini.

Setitik harapan dari penulis, semoga dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang
berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu, penulis
mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, Juli 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dilansir dari buku Das Kapital volume I (1867) & volume II (1885) hasil karya Karl Heindrich
Marx disebutkan bahwa sistem liberal itu sangat buruk, jika melihat dari sisi ekonomi bahwa
akumulasi kapital di tangan kaum kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, akan tetapi dalam sisi lain pembangunan dalam sistem kapitalis sangat bias
terhadap pemilik modal. Marx meramal bahwa pada suatu saat sistem kapitalis akan hancur,
yang disebabkan oleh keberhasilannya sendiri. Sistem kapitalis dinilai oleh Marx mewarisi
daya self-destruction, yaitu suatu daya dari dalam yang akan membawa kehancuran bagi sistem
perekonomian liberal itu sendiri.

Sistem ekonomi kapitalis telah hadir dalam kurun waktu cukup panjang untuk merealisasikan
ideologinya. Sampai detik ini sistem ekonomi kapitalisme masih sangat mendominasi
perekonomian hamper diseluruh penjuru dunia walaupun berjalan dengan segala
kekurangannya. Kondisi yang rentan dari terpaan spekulasi sektor non riil sebagai basis
perekonomian, siap mengancam kapan saja. Krisis terjadi secara berulang begitu nyata,
walaupun bisa diredam krisis akan datang lagi dengan waktu yang lebih pendek dan lebih keras
hantamannya. Sistem ekonomi kapitalisme menjadikan mekanisme pasar bebas sebagai solusi
dalam menyelesaikan persoalan, termasuk dalam penguasaan sumber daya. Sehingga
memberikan kebebasan pada setiap orang dalam menguasai sumber daya yang pada akhirnya
menimbulkan kesenjangan karena modal menjadi penentu keberhasilan. Dampaknya yang
kaya akan menjadi semakin kaya dan yang miskin akan terus miskin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu kiranya penulis untuk merumuskan beberapa
masalah yang berkaitan dengan gagalnya sistem perekonomian kapitalisme sebagai berikut:
1. Globalisasi dan Perdagangan Bebas.
2. Kegagalan sistem perekonomian kapitalisme dampak dari kegagalan globalisasi.
3. Sistem perekonomian islami sebagai alternatif dalam mengatasi krisis.
BAB II
PEMBAHASAN

Globalisasi dan Perdagangan Bebas

Menurut Qodri Azizy pada prinsipnya globalisasi mengacu pada perkembangan-


perkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa
membawa bagian-bagian dunia yang jauh, menjadi hal-hal yang bisa dijangkau dengan mudah.
Globalisasi akan menghilangkan batas-batas wilayah dan waktu. Sehingga antara satu negara
dengan negara lain tidak dibatasi lagi oleh jarak dan waktu. Bagaimana mobilisasi barang, jasa,
faktor produksi, bahkan budaya antara satu negara dengan negara lain bisa terjalin semakin
semakin intens, yang akhirnya dikenal sebagai globalisasi.

Dengan adanya globalisasi, dunia praktis menjadi pasar dan komunitas yang terintegrasi,
sehingga ada kecenderungan hanya terdapat satu pasar yaitu pasar dunia, baik untuk barang-
barang perdagangan maupun jasa. Dampak lain dari globalisasi adalah semakin tajamnya
kompetisi. Konsep kompetisi dalam dunia bisnis saat ini sudah bergeser dari kompetisi antar
perusahaan menjadi kompetisi antar negara yang berkaitan public sector, taxation, and quality
of bureaucracy, dsb. Termasuk juga kompetisi dalam menghadapi hukum alam, dimana yang
kuat akan menang sedangkan yang lemah akan tergilas.

Globalisasi merupakan hal yang tak bisa dipisahkan dengan Pasar Bebas, karena dengan
adanya pasar bebas, ekonomi satu negara tidak lagi bersifat tidak terpengaruh oleh ekonomi
negara lain. Akibatnya ekonomi suatu negara terutama negara berkembang sangat tergantung
pada ekonomi negara lain terutama pada ekonomi negara-negara kuat seperti Amerika Serikat.
Ali Yafie dan Marsuki Usman mengemukakan bahwa perdagangan bebas lahir untuk
mengatasi hambatan perdagangan, sedangkan globalisasi merupakan konsekuensi yang harus
dihadapi seiring dengan makin berkembangnya teknologi, informasi, dan komunikasi, yang
juga berdampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Menurut Stigliz,
kelemahan globalisasi terletak dari sifat Amerika Serikat yang hipokrit, yang mengakibatkan
terjadinya ketidakadilan, ketidakjujuran dan imperialism ekonomi. Kemunculan ekonomi baru
neo-liberalisme (globalisasi ekonomi) disejajarkan dengan revolusi industri 2 abad yang lalu
yang telah merubah atau mentransformasi perekonomian dari sektor primer ke sektor industri.
Kegagalan sistem perekonomian kapitalisme dampak dari kegagalan globalisasi

Ciri-ciri dari kapitalisme dan globalisasi adalah keserakahan, yang merupakan cerminan dari
sifat dasar manusia pada umumnya yaitu memiliki sifat serakah, rakus, egoistis, selalu ingin
mementingkan diri sendiri. Joseph E. Stiglitz menuturkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi
di negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, merupakan akibat dari gelembung ekonomi
karena pengaruh globalisasi pada awal tahun 90-an. Yang pada kenyataan bisa dibuktikan saat
ini bahwa dengan adanya globalisasi ekonomi, kondisi perekonomian dunia tidak menjadikan
masyarakat dunia lebih sejahtera, makmur dan mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan
kapitalisme yang menjelma menjadi neo-liberalisme.

John Perkins mengemukakan bahwa dalam rangka membangun imperium global, maka
berbagai korporasi besar, bank, dan pemerintahan bergabung menyatukan kekuatan finansial
dan politiknya untuk menuju kekuasaan global dan memaksa masyarakat dunia mengikuti
kehendak mereka. Hal tersebut membuktikan bahwa imperealisme tidak pernah berakhir.
Globalisasi dan energinya pada mekanisme pasar yang gagal menggeliat bersama dalam faham
neoliberalisme yang telah terbentuk sejak awal tahun 1990-an. Kapitalisme beserta globalisasi
menciptakan ekonomi gelembung yang sangat berpotensi pecah dan berakibat kehacuran
ekonomi banyak negara khususnya negara-negara kecil dan negara-negara berkembang
termasuk Amerika Serikat yang merupakan negara pertama yang menggunakan kapitalis
sebagai suatu sistem ekonomi. Amerika Serikat sebagai negara superpower khususnya dalam
bidang politik dan ekonomi, mencetuskan globalisasi dengan konsep kapitalis yang pada
akhirnya menjelma menjadi neo-liberalisme berkedok korporasi yang telah terbukti lebih
banyak menyengsarakan masyarakat diseluruh dunia.

Runtuhnya bursa efek di seluruh dunia saat Amerika Serikat mengalami krisis keuangan dipicu
oleh kredit macet yang merupakan dampak dari naiknya tingkat bunga yang harus dibayarkan
kepada perusahaan Fannie Mae dan Freddie Mac di bidang properti (subprime mortgage), yaitu
dari 1% menjadi 5,25%. Krisis ekonomi yang besar sebelumnya juga pernah terjadi pada tahun
1929 yang dikenal dengan Great Depression, selanjutnya juga terdapat krisis ekonomi lainnya
yang terjadi pada tahun 80an dan tahun 90an. Sehingga bisa disimpulkan dari fakta-fakta
tersebut, bahwa krisis ekonomi merupakan siklus berulang, dengan kecenderungan makin
kesini jarak antar siklus terus terpangkas.
Keuntungan berlebihan yang diambil oleh perusahaan-perusahaan properti di Amerika Serikat
juga menjadi penyeban besarnya besarnya potensi kredit macet yang akan terjadi disamping
tingkat bunga yang tinggi. banyaknya spekulasi yang tinggi akan menyebabkan munculnya
ekonomi biaya tinggi. Contohnya saat harga minyak yang mencapai 140 dollar AS per barelnya
terjadi bukan karena adanya peningkatan pada permintaan atau turunnya penawaran tetapi lebih
disebabkan adanya spekulasi. Sehingga terbukti bahwa spekulasi juga berperan besar dalam
krisis ekonomi yang terjadi.

Dalam sistem perekonomian kapitalis, kegiatan ekonomi bersandar kepada mekanisme pasar,
yang mana secara konsep jika kegiatan ekonomi mengikuti mekanisme pasar merupakan
sesuatu hal yang sudah tepat untuk dilakukan. Hanya saja dalam pelaksanaannya, mekanisme
pasar terjadi bukan dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran secara aktual, tetapi sering
kali disebabkan oleh spekulasi yang berlebihan (rakus & tamak) dalam memperoleh
keuntungan yang dilakukan oleh para kapitalis. Hal ini juag merupakan cerminan dari prinsip
dasar dan filosofi sistem perekonomi kapitalis, yaitu filosofis individualistis yang mendorong
orang bahkan sampai bisa mendorong sebuah negara bersikap untuk mengutamakan
kepentingan diri sendiri diatas kepentingan orang atau negara lain.

Kapitalisme dan globalisasi juga memiliki kelemahan lainnya yaitu menjadikan uang sebagai
komoditi dan alat spekulasi dalam perekonomian. Oleh karena uang menjadi komoditi maka,
nilai uang menjadi tidak sesuai lagi dengan nilai riilnya. Selain itu uang juag difungsikan
sebagai alat produksi yaitu uang dapat menghasilkan uang melalui bunga yang dilakukan oleh
bank. Bank sendiri merupakan hal yang sangat krusial dalam sistem perekonomi kapitalis
karena menjadi mesin utama. Kemudian yang menjadi mesin kedua adalah pasar modal yang
notabene lebih bersifat spekulatif yang mana nilai saham dalam pasar modal tersebut lebih
banyak ditentukan oleh opini atau spekulasi dari pemilik modal. Pasar modal atau bursa saham
selama ini tidak menghasilkan kontribusi yang nyata terhadap sektor riil, bahkan memiliki
kecenderung bersifat semu, sehingga pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh pasar modal
dan bursa saham menjadikan pertumbuhan ekonomi seperti balon yang setiap saat bisa pecah.

Dari fakta-fakta yang sudah diungkap di atas, mulai dari macetnya kredit subprime mortgage,
tingginya suku bunga, spekulasi yang tinggi sampai kepada pasar modal dan bursa saham yang
bersifat seperti gelembung merupakan bukti bahwa kapitalis bukanlah suatu sistem ekonomi
yang sempurna karena banyak menghasilkan kegagalan perekonomian.
Sistem perekonomian islami sebagai alternatif dalam mengatasi krisis

Dalam sistem perekonomian islami persoalan utamanya adalah pada aspek distribusi yang
menjadi pembeda sistem perekonomian islami dalam memandang suatu permasalahan. Jika
pada sistem perekonomian kapitalis didasari oleh terbatasnya akal manusia, maka sistem
perekonomian islami dibangun berdasarkan wahyu ilahi sebagai azas yang paling utama. Bisnis
yang diperbolehkan dalam sistem kapitalis walaupun terdapat nilai manfaat tapi dianggap ilegal
jika bertentangan dengan hukum atau syariat Islam.

Fakta yang terjadi dalam kehidupan nyata menunjukkan bahwa tidak semua barang dan jasa
yang diproduksi untuk dikonsumsi sendiri. Karena sebagian besar barang dan jasa yang
diproduksi adalah untuk kepentingan dan kebutuhan masyarakat luas. Misalnya seperti petani
yang menanam padi atau produsen baju yang menghasilkan baju, yang utamanya
diperuntukkan bagi orang lain.

Transaksi yang mendominasi kegiataan perekonomian pada prakteknya paling banyak


menimbulkan masalah ekonomi, Adapun transaksi yang dilakukan dapat berupa jual beli,
barter, sewa menyewa, pinjaman, hutang, memberi dan meminta. Transaksi inilah yang
menjadi sumber konflik, baik berupa kezaliman, keserakahan, penyimpangan, penindasan dan
ketidakadilan lainnya. Yang terjadi saat ini produksi barang dan jasa sangat melimpah, tapi
tidak terdistribusi secara adil dan merata kepada seluruh lapisan masyarakat.

Kesejahteraan dalam sudut pandang Islam tidak dinilai dari aspek materi saja tapi juga spiritual,
yaitu bisa terpelihara dengan baik nilai-nilai moral dan etika yang berujung kepada
terwujudnya keharmonisan sosial. Oleh karena itu, masyarakat bisa dikatakan sejahtera jika
bisa terpenuhi kebutuhan pokoknya, baik berupa pangan, sandang, papan, pendidikan dan yang
utama kesehatannya. Selain itu hal-hal yang bersifat non-fisik seperti agama, harta, jiwa, akal
dan kehormatan juga perlu dijaga dengan baik. Sehingga sistem perekonomian yang
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan juag berkaitan dengan sistem hukum, politik, sosial dan
budaya. Saat ini taraf hidup sebagian besar masyarakat masih cukup rendah karena kapitalis
yang mendominasi sampai saat ini cenderung menimbulkan perbedaan yang makin besar antara
yang kaya dengan yang miskin serta melanggengkan kemiskinan. Hal inilah yang menjadi
tantangan untuk sistem perekonomian islami dalam mengatasi bobroknya sistem
perekonomian kapitalisme yang sudah terlanjur menggurita diseluruh dunia.
Secara definitif Ekonomi Islam (‫( االقتصاد‬menurut literatur Arab adalah:
1 ‫ )القصد‬ekonomis) berarti kelurusan cara, dan ‫ )القصد‬ekonomis) juga bermakna
adil/keseimbangan. Ekonomis dalam satu aktivitas merupakan lawan kata dari pemborosan,
yaitu sikap antara perilaku konsumtif dan penghematan yang berlebihan. Sikap ekonomis
berarti tidak terlalu boros dan juga tidak terlalu kikir.

Adapun arti Islam, literatur Arab menyebutkan:


2 Syari‟at Islam berarti ketundukan untuk merealisasikan aturan serta kewajiban yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW. Ungkapan “seseorang adalah muslim” berarti seorang yang
berserah diri terhadap perintah Allah dan ikhlas karena-Nya dalam beribadah.

Secara istilah, para pakar Ekonomi Islam mendefinisikannya secara beragam, antara lain:
1. Dr. Muhammad bin Abdullah al Arabi mendefinisikan bahwa Ekonomi Islam adalah
kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang kita ambil dari al-Qur‟an, sunnah, dan
pondasi ekonomi yang kita bangun atas dasar pokok-pokok itu dengan mempertimbangkan
kondisi lingkungan dan waktu.
2. Dr. Muhammad Syauki al Fanjari mendefinisikan bahwa Ekonomi Islam adalah segala
sesuatu yang mengendalikan dan mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan pokok-pokok
Islam dan politik ekonominya.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa ekonomi Islam adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat
aplikatif yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci tentang persoalan yang terkait dengan
mencari, membelanjakan, dan cara-cara mengembangkan harta. Dengan kata lain, secara
otoritatif ilmu hukum yang bersumber pada syariat Islam adalah mandiri, bersifat aplikatif atau
amaliyah dengan petunjuk dalil secara langsung spesifik.

Dalam Sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW, menempatkan dan mensejajarkan para
pedagang bersama dengan Nabi, Syuhada dan Sholihin. Oleh karena itu Islam mendorong
umatnya untuk bisa menguasai sektor perdagangan dan memberikan penghormatan yang tinggi
kepada para pedagang. Menurut Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, perdagangan memiliki
kedudukan yang krusial dalam membangun peradaban Islam. Akan tetapi, masalah
perdagangan kurang mendapat perhatian dalam gerakan membangun peradaban Islam. Padahal
sektor perdagangan sangat penting untuk direalisasikan oleh kaum muslimin dalam rangkan
mencapai kembali kejayaan Islam di masa yang akan datang.
Kita sebagai muslim yang beriman hendaknya mengetahui dan terus mengingat bahwa aspek-
aspek dalam bisnis dan transaksi menurut Islam berlandaskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
syariah yang bersumber dari Al Quran dan Hadits serta dilengkapi dengan Al Ijma dan Al
Qiyas. Sistem perekonomian Islam, saat ini lebih dikenal dengan istilah Sistem Ekonomi
Syariah, yang pada prinsipnya bertujuan:
1. Kesejahteraan Ekonomi dalam kerangka norma moral Islam.
2. Membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid, berdasarkan keadilan dan
persaudaraan yang universal.
3. Mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan merata.
4. Menciptakan kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial.

Karakteristik dan kelebihan dari sistem ekonomi Syariah, antara lain:


1. Bersumber dari Tuhan dan Agama.
2. Ekonomi Pertengahan dan Berimbang.
3. Ekonomi Berkecukupan dan Berkeadilan.
4. Ekonomi Pertumbuhan dan Barakah.

Pilar-pilar yang menjadi landasan dalam studi ekonomi Islam:


1. Kepemilikan Ganda (kepemilikan khusus dan kepemilikan umum).
2. Kebebasan Ekonomi yang Terikat.
3. Jaminan Sosial.

Sistem perekonomian Islami sangat berbeda dengan sistem perekonomian kapitalis yang
memberikan kebebasan mutlak dan menciptakan individu dengan kebebasan tanpa batas dalam
pencarian dan penggunaan kekayaan. Sehingga Aturan-aturan syariat hadir untuk mengarahkan
kebebasan pada tiga hal, yaitu:
1. Kegiatan ekonomi legal secara hukum dan sesuai dengan asas halal, haram, dan nilai-nilai
moral dan etika islam.
2. Jaminan hak negara untuk melakukan intervensi demi menjaga dan memelihara
kepentingan umum dengan membatasi kebebasan-kebebasan personal dalam praktek
kegiatan ekonomi yang tidak sesuai dengan tuntutan dan ajaran Islam.
3. Sebagai pendidikan bagi kaum muslim untuk mengutamakan kepentingan orang lain atas
kepentingan pribadi. Seorang muslim harus menghentikan kegiatan yang mendatangkan
keuntungan materi jika hanya akan juga mendatangkan kerugian bagi orang lain.
Pada saat sistem perekonomi kapitalisme runtuh, maka peluang besar bagi sistem perekonomi
yang berlandaskan syariat Islam untuk berkembang dan menjadi solusi sistem perekonomian
dunia. Realita yang terjadi saat ini sistem ekonomi dan keuangan Islam telah dipraktekan oleh
75 negara, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia. Tidak ketinggalan dalam bidang
akademis, dimana beberapa universitas terkemuka di dunia sangat giat mengembangkan kajian
akademis tentang ekonomi syariah.

Tapi sangat disayangkan justru di Indonesia malah sebaliknya. Banyak pakar ekonomi dari
kaum muslimin yang masih memiliki paradigma sekuler sehingga belum tertarik kepada
ekonomi Islam karena belum mempelajari dan belum mengerti tentang ekonomi Islam tersebut.
Seandainya pakar ekonomi dari kaum muslimin bisa berpikiran terbuka, niscaya mereka akan
tertarik dan berdecak kagum melihat keunggulan ekonomi ilahiyah ini.

Ketika sistem perekonomi kapitalisme mengalami keruntuhan, ekonomi syariah yang


notabennya baru menunjukan eksistensinya serta tumbuh dalam tiga dekade terakhir, memiliki
prospek yang cukup cerah. Ekonomi Syariah bisa dikatakan saat ini merupakan sistem ekonomi
post-capitalist yang berperan sebagi solusi ekonomi dunia. Semoga kedepannya bisa lebih
banyak para pelaku ekonomi bisa memanfaatkan peluang besar dan strategis dengan ijtihad
ekonomi yang lebih kreatif dan inovatif berdasarkan nilai-nilai syariah untuk mewujudkan tata
ekonomi dunia yang jauh lebih baik.

Disaat kegagalan perekonomian kapitalis dalam membangun kesejahteran umat manusia.


Banyak pakar yang secara khusus menulis buku tentang apak yang dikenal sebagai The Death
of Economics, antara lain Paul Omerod, Umar Ibrahim Vadillo, Critovan Buarque, dsb. Dikutip
buku The Death of Economics (1994) karya Paul Omerod, bahwa ahli ekonomi terjebak pada
ideologi kapitalisme yang mekanistik yang ternyata tidak memiliki kekuatan dalam membantu
dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia.

Mekanisme pasar yang merupakan bentuk dari sistem yang diterapkan kapitalis cenderung
pada pemusatan kekayaan pada kelompok orang tertentu. Sama halnya dengan Umar Vadillo
dari Scotlandia melalui buku The Ends of Economics menuliskan kritik yang sangat terhadap
ketidakadilan sistem moneter kapitalisme. Kapitalisme justru telah melakukan “perampokan”
terhadap kekayaan negara-negara berkembang melalui sistem moneter fiat money yang
sesungguhnya adalah riba.
BAB III
KESIMPULAN

Terdapat beberapa alasan dari runtuhnya sistem perekonomian kapitalis berdasarkan analisa
dan paparan dari para pelaku ekonomi sebagai berikut:
1. Sistem perekonomian kapitalis yang banyak dianut mayoritas negara barat telah
menimbulkan jurang ketidakadilan ekonomi yang sangat dalam, khususnya karena sistem
moneter yang hanya menguntungkan negara barat melalui hegemoni mata uang kertas dan
sistem ribawi.
2. Sistem perekonomian kapitalis tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan.
3. Paradigmanya tidak mengacu kepada kepentingan masyarakat secara menyeluruh,
sehingga ada dikotomi antara individu, masyarakat dan negara.
4. Teori ekonomi kapitalisme pada prakteknya tidak mampu menyelaraskan hubungan antara
negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara maju dan negara berkembang.
5. Pelestarian sumber daya alam yang terabaikan karena terjadi eksploitasi besar-besaran.

Kondisi terkini menunjukkan bahwa kesenjangan yang terjadi antara negara-negara


berpendapatan tinggi dan negara-negara berpendapatan rendah, menunjukan bahwa globalisasi
belum menunjukkan kinerja yang menguntungkan bagi negara miskin. Karena berbagai
kegagalan dari sistem perekonomian kapitalisme inilah yang membuat Joseph Schumpeter dari
awal sudah meragukan Teori Ekonomi Kapitalisme dengan memprediksi tidak akan
bertahannya kapitalisme karena terhentinya tanggung jawabnya untuk kesejahteraan. Pakar
ekonomi Fritjop Chapra juga mengungkapkan bahwa ekonomi kapitalisme yang berlandaskan
sistem ribawi, memiliki kelemahan dan kekeliruan yang besar dalam sejumlah premisnya,
terutama rasionalitas ekonomi yang telah mengabaikan moral. Hal inilah yang menyebabkan
sistem perekonomi kapitalis tidak berhasil menciptakan keadilan ekonomi dan kesejahteraan
bagi umat manusia. Karena kapitalisme justru menghasilkan ketimpangan yang semakin tajam
antara negara-negara dan masyarakat yang miskin dengan negara-negara dan masyarakat yang
kaya, demikian pula antara sesama anggota masyarakat di dalam suatu negeri. Sebagai solusi
dari buruknya kondisi perekonomian saat ini, yang perlu dilakukan untuk memperbaiknya
adalah dengan membangun dan mengembangkan sistem ekonomi dengan nilai dan norma yang
bisa dipertanggungjawabkan yang bisa diwujudkan oleh sistem perekonomian Islami.
DAFTAR PUSTAKA

• Azizy, A. Qodri. 2004. Melawan Globalisasi. Pustaka Pelajar. Jogjakarta.


• Bank Indonesia. 2008. Kajian Ekonomi Regional Triwulan III. Jakarta.
• Deliarnov. 1997. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Rajawali Press. Jakarta.
• Perkins, John. 2005. Confessions of an Economic Hit Man. Terjemahan Bahasa Indonesia.
PT Dinastindo Adiperkasa Internasional.
• Rais, M. Amien. 2008. Agenda Mendesak Bangsa, Selamatkan Indonesia. PPSK Press.
Jakarta.
• Stiglitz, Joeph E. 2006. Dekade Keserakahan, Era ’90-an dan Awal Mula Petaka Ekonomi
Dunia. PT Cipta Lintas Wacana. Tangerang.
• Agustianto dalam Makalah berjudul: a. Politik Hukum dalam Ekonomi Syariah; b.
Membangun Sinergi Untuk Kebangkitan Ekonomi Indonesia; c. Kematian Ilmu Ekonomi
Kapitalisme dan peluang Ekonomi Syariah; d. Ekonomi Syariah dan Peradilan Agama.
• A.K, Syakmin, Mengkritisi Pandangan Mochtar Kusuma Atmaja Yang Mengintrodusir
Hukum Sebagai Sarana Pembaharuan Masyarakat di Indonesia, Draft Makalah, Tidak
diterbitkan, Palembang, tanpa tahun.
• Azlan Khalil Shamsudin dan Siti Khursiah Mohd Mansor, Pengantar Ekonomi Islam,
iBook, 2006.
• Darmodiharjo, Darji dan Sidharta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1995.
• Kusumaatmadja, Mochtar, dalam Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial Ke
Hukum Nasional: Dinamika Sosial Politik dan Perkembangan Hukum di Indonesia,
Jakarta, Rajawali Press, 1994.

Anda mungkin juga menyukai