Anda di halaman 1dari 13

Negara dan Hukum

Files

Record

Status

Week

A. Pendahuluan
Negara dan hukum adalah dua kata yang dalam literatur teori kenegaraan yang
digabung menjadi istilah negara hukum.

Terdapat beberapa teori yakni:

Teori pertama yaitu negara berada di atas hukum, bahkan hukum diciptakan
oleh negar.

Negara dalam hal iniyaitu Raja yang terkenal dengan semboyan L`etat Cest
Moi (negara adalah saya)

Raja/Penguasa tidak tunduk pada hukum karena tidak mungkin Raja tunduk
pada perintahnya sendiri.

Raja sukarela menundukkan diri pada hukum disebut "Selbsbindungs theorie"

Pada zaman modern teori ini tidak banyak dianut.

Adanya lembaga "forum preveligiatum: yang merupakan forum khusus untuk


mengadili para pejabat negara.

Teori kedua menyatakan bahwa hukum lebih tinggdi dari negara, hukumlah
yang berdaulat karena bersumber pada kesadaran hukum/rasa keadilan
rakyat.

Karena itu siappaun harus tinduk pada hukum, termasuk penguasa.

Teori ketiga menyatakan negara adalah sama dengan hukum, karena


hakekatnya merupakan wujud dari tata hukum nasional.

Masalah yang mempengaruhi pelaksanaan negara hukum adalah:

1. Konsep Negara sebagai Pelindung Hak Asasi.

2. Masalah sistem hukum mencapai kemakmuran dan keadilan.

Negara dan Hukum 1


3. Negara sebagai penjelmaan tata hukum nasional.

B. Konsep Negara Sebagai Alat Untuk Melindungi


Hak Asasi
Sejak lahir manusia memiliki hak asasi terlepas dari adanya perbedaan agama,
kebudayaan dan jenis kelamin sehingga hak asasi merupakan hal yang
universal.

Setiap manusia harus diberi kesempatan yang sama dalam mengembangkan diri
sesuai kemampuan dan cita-citanya yang merupakan dasar dari hak asasi itu
sendiri.

Pembentukan Naskah Internasional

Perumusan naskah internasional yang mengatur masalah hak asasi secara


universal setelah Perang Dunia ke-II yaitu:

1. Magna Charta (piagam Agung, 1215) di Inggris: dokumen berisi hak yang
diberikan Raja John kepada para bangsawan sebagai tuntutan untuk
membatasi Raja John.

2. Bill of Rights (Undang-Undang Hak, 1689) di Inggris: undang-undang yang


disetujui oleh parlemen sebagai hasil dari revolusi tidak berdarah terhadap
Raja James II dari Inggris.

3. Declaration des droits de l`homme et du Citoyen (Pernyataan hak-hak manusia


dan warga negara, 1789): naskah hasil revolusi Prancis sebagai perlawanan
dari kesewenangan rezim yang lama.

4. Bill of Rights (Undang-Undang Hak, 1789): naskah yang disusun oleh rakyat
Amerika, yanng kemudian menjadi bagian dari konstitusi negara Amerika
Serikat tahun 1791.

Dokumen ini bersifat politis seperti: hak akan kebebasan, hak untuk memilih,
persamaan hak, dan sebagainya.

The Four Freedom

Rumusan dari Franklin D. Roosevelr selaku Presiden AS pada awal Perang


Dunia II sebagai perlawanan terhadap agresi Nazi-Jerman yang mengabaikan
HAM. Berisi sebagai berikut:

1. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (Freedom of Speech)

2. Kebebasan beragama (Freedom of Religion)

Negara dan Hukum 2


3. Kebebasan dari ketakutan (Freed of Fear)

4. Kebebasan dari kemelaratan (Freedom of Want)

Komisi Hak Asasi Manusia

Pada tahun 1946 PBB membentuk Komisi Hak Asasi yang merumuskan hak-
hak politik, sosial, dan ekonomi.

Pada tahun 1948 PBB negara-negara yang tergabung dalam PBB berhasil
mencapai suatu kesepkatan untuk membuat suatu perjanjian internasional
mengenai HAM. Akan tetapi untuk mencapai suatu tujuan perjanjian
internasional mengenai HAM yang mengikat secara yuridis negara-negara
anggota, ternyata memerlukan waktu cukup lama karena mencakup
masalah kedaulatan, kedudukan individu dalam hukum internasional dan
domestic jurisdiction.

Pada akhir tahun 1966 Sidang Umum PBB menyetujui secara aklamasi
Perjanjian/Covenant mengenai Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Disetujui pula Perjanjian tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

Pada tahun 1976 berlaku Hak Sosial, konomi, dan Budaya yang diratifikasi
35 negara.

Selesai diratifikasi, berlaku Perjanjian tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

Tahap ratifikasi atas perjanjian internasional tentang hak-hak asasi


manysia yang mengikat secara yuridis tidak mudah karena, implementasi
hak asasi harus berhadapan dengan hukum internasional yang rumit
(misalnya masalah kedaulatan, kedudukan individu sebagai subyek hukum
internasional, dan masalah domestic jurisdication.

Hambatan terbesar adalah pelaksanaan hak asasi harus disesuaikan dengan


situasi dan kondisi masing-masing negara.

Meski ratifikasi membutuhkan waktu yang lama, nemun beberapa negara di


tingkat regional (Eropa Barat) telah memiliki beberapa kesepakatan dengan
bergabung dalam Majelis Eropa (Coucil of Europe)

Pada tahun 1950 telah menandatangani Convention for the Protection of


Human Rights and Fundamental Freedoms di Roma.

Majelis Eropa membentuk beberapa lembaga seperti Mahkamah Eropa Hak


Asasi yang bekerja pada tahun 1959.

Jaminan Hak Asasi di Indonesia

Negara dan Hukum 3


Jaminan hak asasi di Indonesia tidak dituangkan dalam suatu piagam
tersendiri, tetapi dicantumkan dalam pasal-pasal UUD 1945.

Pasal-pasalnya memang terbatas serta rumusannya juga singkat karena


kondisi yang tidak mendukung untuk membahas masalah hak asasi secara
mendalam pada akhir masa pendudukan Jelang.

UUD 1945 dibuat sebelum pernyataan hak asasi direrima oleh PBB karena
itu konstitusi Republik Indonesia Serikat dan UUD 1950, menambah serta
melengkapi rumusan mengenai masalah hak asasi.

Pada tahun 1968 pada masa pemerintahan Orde Baru, Majelis


Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) menyusun Piagam tentang
HAM dan Hak-Hak serta Kewajiban Warga Negara namun tidak berhasil.

Pasal-Pasal UUD 1945 yang mengatur masalah hak asasi (sebelum


amandemen)

Pasal 27:1 (hak atas kedudukan yang sarna didalam hukum)

Pasal 27:2 (hak atas penghidupan yang layak)

Pasal 29 (hak beragama)

Pasal 30 (hak ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara)

Pasal 31 (hak mendapat pendidikan)

Pasal 32 (hak memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya)

Pasal 33 (hak untuk berpartisipasi dalam perekonomian berdasarkan


asas kekeluargaan)

Pasal 34 (hak atas jaminan sosial dan fasilitas umum)

Pasal-Pasal UUD 1945 yang mengatur masalah hak asasi (setelah


amandemen)
UUD 1945 mengatur masalah HAM dalam bab tersendiri yaitu Bab XA

Pasal 28A-28J (hak asasi manusia)

C. Masalah Sistem Hukum Untuk Mencapai


Kemakmuran dan Keadilan
Berikut masalah sistem hukum untuk mencapai kemakmuran dan keadilan yaitu
pembahasan mengenai:

Negara dan Hukum 4


Sistem Hukum yang efisien untuk mencapai kemakmuran
Tujuan negara di zaman modern adalah untuk membatasi kekuasaan penguasa,
melindungi hak asasi dan materi ketentuan hukum terutama melindungi
kepentingan umum untuk mencapai kemakmuran.

Terdapat dua konsep negara hukum yaitu Rule of Law dari negara-negara Anglo-
Saxon dan konsep Rechtsstaat dari negara-negara Eropa Kontinental.

1. Rule of Law dan Rechtsstaat

Rule of Law:

Negara Anglo-Saxon hanya mengenal satu macam sistem hukum yaitu Rule
of Law dalam mencapai kemakmuran.

Unsur-unsurnya adalah supremasi hukum, persamaan dalam hukum dan


konstitusi berdasarkan hak asasi.

Adanya unsur persamaan dalam hukum, maka mereka hanya megenal satu
sistem hukum yang berlaku karena baik baik bagi seluruh warga mauoun
bagi para pejabat negara.

Apapun pangkat dan kedudukannya akan menerima yuridiksi pengadilan


biasa yang sama.

Rechtsstaat:

Berlaku di negara Eropa Kontinental yang menggunakan dua sistem hukum:

Pertama, berlaku secara umum untuk seluruh warga dalam mencapai


kemakmuran yaitu Hukum Perdata, Hukum Pidana serta Hukum Acara.

Kedua yaitu Hukum Administrasi yang merupakan bagian Hukum


Publik untuk meyelesaikan perselisihan antara pejabat negara dan
rakyat, dan diadii oleh lembaga peradilan berupa Peradilan
Administrasi Negara.

2. Negara Kesejahteraan

Konsep negara hukum Indonesia berbeda dengan Anglo Saxon dan Eropa
Kontinental yang berdasarkan paham liberal individualisme

Perbedaan ini dipengaruhi latar belakang sejarah bangsa Indonesia yang


cukup lama mengalami penjajahan

Berdasarkan Alinea ke-2 UUD 1945, Indonesia adalah negara kesejahteraan.


Berbeda dengan Negara Hukum Material yang bertujuan mencapai

Negara dan Hukum 5


kemakmuran material semata, Negara Kesejahteraan bertujuan memperoleh
kemakmuran material dan kesejahteraan spiritual.

Negara Hukum Indonesia menurut Prof. Azhary S.H. dan Prof. Padmo
Wahjono, S.H. konsep negara hukum Indonesia dapat dilihat dari rumusan
pengertian negara serta rumusan hukum dalam penjelasan Umum Bagian
III UUD 1945.

Jika kedua rumusan digabungkan, maka rumusan negara hukum Indonesia


yaitu: Keadaan kehidupan berkelompok bangsa Indonesa berdasarkan
rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong keinginan luhur untuk suatu
kehidupan kebangsaan yang bebas berdasarkan ketertiban dan
kesejahteraan sosial. Disebutkan sebagai negara Pancasila.

Ciri khas atau unsur-unsur negara hukum Indonesia:


a. Hukum bersumber pada Pancasila.

b. Berkedaulatan Rakyat.
c. Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi.

d. Persamaan kedudukan didalam hukum dan pemerintahan.


e. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain.

f. Pembentukan UU oleh Presiden bersama dengan DPR.


g. Menganut sistem MPR.

Dahulu dalam penjelasan UUD 1945 menetapkan bahwa negara Indonesia


berdarakan hukum (rechtstaat) tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(machtstaat), tetapi dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945, maka
ketentuan dalam Pasal 1 ayat (3)-nya menyatakan Negara Indonesia
adalah negara hukum.

Menurut Prof. Oemar Seno Adji, negara hukum Indonesia memiliki ciri-ciri
khas Indonesia melalui Pancasila debagai sumber hukum. Berikut ciri-ciri
pokokya:

Adanya jaminan freedom of religion/kebebasan beragama: memiliki


konotasi positif, artinya tidak ada tempat bagi propaganda agama
(atheisme). Berbeda dengan AS yang memiliki konotasi positif dan
negatif, atau di Uni SOviet dan negara komunis lain yang enjamin
konstitusional terhadap propaganda anti agama.

Negara dan Hukum 6


Tidak ada pemisahan yang rigid dan mutlak antara agama dan negara
karena keduanya saling berhubungan secara harmonis.

Prof. Padmo Wahyono, S.H., berpendapat behwa negara yang bertitik tolak
pada asas kekeluargaan yang terdapat dalam UUD 1945 yaitu
mengutamakan rakyat banyak tapi harkat dan martabat manusia dihargai.
Sedangkan pengertian hukum dilihat dari sudut asas kekeluargaan adalah
alat/wahana untuk menyelenggarakan kehidupan negara.ketertiban dan
menyelenggarakan kesejahteraan sosial.

Negara hukum Pancasila berbeda dengan negara hukum eropa Kontinantal


dan Anglo Saxon.

Ciri negara hukum Pancasila:

Adanya hubungan agama dan negara.

Bertumpu kepada Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Kebebasan agama dalam arti positif.

Atheisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang.

Asas kekeluargaan dan kerukunan.

Unsur pokok negara hukum Indonesia:

Pancasila.

MPR.

Sistem Konstitusi.

Persamaan.

Peradilan yang bebas.

Hukum sebagai mekanisme mencapai keadilan


1. Masalah Bentuk Hukum

Setiap negara hukum mendambakan keamanan dan ketertiban dalam


negara (Rust and Orde)

Tugas Rust and Orde kemudian dilengkapi dengan menyelenggarakan


kepentingan umum dalam bentuk UU yang bertujuan untuk mencapai
kemakmuran.

Negara dan Hukum 7


Meski UU merupakan bentuk hukum yang mencerminkan keinginan rakyat,
namun pelaksanaannya menghambar jalannya roda organisasi negara.

Sehingga diperlukan bentuk hukum lain yang bersumber pada kekuasaan


rakyat.

2. Pentaatan Hukum

Dalam teori kenegaraan terdapat teori kedaulatan hukum yaitu kekuasaan


tertinggi dalam negara adalah hukum (supremasi hukum)

Seluruh rakyat (warga serta penguasa) harus tunduk pada huum yang
bersumber pada kesadaran hukum atau rasa keadilan dari rakyat.

Kesadaran rakyat membentuk legislative power melalui lembaga parlemen


akan mewujudkan kesadaran hukum rakyat dalam bentuk UU.

Rakyat yang patuh pada hukum berarti patuh pada kesadaran hukumnya
sendiri.

Penguasa yang menundukkan diri pada hukum yang dibuatnya sendiri


disebut → selbsbindung theorie.

Salah satu wujud prinsip kedaulatan rakyat/supremasi hukum yaitu adanya


jaminan kepatuhan pada hukum tanpa kecuali.

Diperlukan adanya penegak hukum yang meningkatkan keterampilan dan


kewibawaannya serta masyarakat harus turut aktif dalam penataan hukum
melalui organisasi profesi.

3. Pertingkatan Hukum

Sistem hukum bertujuan untuk kemakmuran rakyat.

Terdapat bentuk pertingkatan hukum yang bersumber kekuasaan tertinggi


dari rakyat, disebut dengan norma dasar (grundnorm)

Berdasarkan TAP/MPRS/No.XXII 1966, di Indonesia terdapat pertingkatan


hukum yaitu:

a. Pancasila

b. UUD 1945

c. Ketetapan MPR
d. Undang-Undang

e. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)

Negara dan Hukum 8


f. Peraturan Pemerintah

g. Keputusan Presiden
h. Keputusan Mentri

4. Wewenang Pembentuk Hukum

Dalam teori kenegaraan pada umumnya tugas untuk membentuk hukum


berada pada lembaga legislatif.

Di Indonesia sendiri mekanisme pembentukan produk legislatif diawali


oleh pengajuan RUU oleh DPR atau Dpeartemen lalu mendapatkan
persetujuan dari DPR, kemudian disahkan oleh Presiden menjadi UU.

Sedangkan di negara lain sepert Swiss, lembaga legislatif langsung diawasi


oleh rakyat melalui referentuk dalam proses pembuatan produk hukum yang
menyangkut rakyat maka sifat pengawasannya wajib.

Menurut Prof. Padmo Wahyono, S.H., perlu dibuat pedoman pokok


mengenai materi yang akan diatur dalam undang-undang. Pola yang
menyeluruh tentang produk-produk hukum yang akan dihasilkan secara
bertahap, sesuai kebutuhan pembangunan dengan perencanaan yang baik.

Jellinek mengemukakan ajaran berupa "die normative kraft faktischen,"


artinya suaru kenyataan lama kelamaan memiliki kekuatan menjadi norma
hukum yang harus ditaati (misalnya keputusan dari Kepala Adat atau
konvensi ketatanegaraan yang terus digunakan)

5. Lembaga/Badan Penentu Keadilan

Lembaga yang menjadi penentu keadilan adalah lembaga yudikatif.

Dua sistem enentu keadilan:

Sistem Common Law: negara Anglo Saxon.

Sistem Civil Law: hukum perdata ummum dari negara Eropa


Kontinental.

Sistem Hukum Anglo Saxon: Asas Precedent, Case Law, dan Judge Made
The Law

Sistem Hukum Eropa Kontinental: Mahzab Legisme dan Kodifikasi

Common Law:

Sistem common law berprinsip bahwa selain ada undang-undang yang


dibuat badan legislatif (statute law), ada juga peraturan lain disebut common

Negara dan Hukum 9


law yang merupakan keputusan pengadilan yang telah dirumuskan oleh
hakim, sehingga hakim telah turut menciptakan hukum.

Kondisi ini disebut asas case law atau judge made law (hukum buatan hakim)

Strong menyatakan bahwa prinsip judge made law didasarkan atas


precedent yaitu keputusan-keputusan para hakim terdahulu mengikat
hakim-hakim berikutnya untuk perkara yang serupa, biarpun variasi dari
keputusan-keputusan ini tergantung pada waktu sehingga, keputusan
hanya sebagai pedoman.

Keputusan hakim telah menciptakan hukum meskipun berbeda dengan


hukum yang dibuat oleh badan legislatif.

Asas Case Law adalah karakteristik dari negara Anglo Saxon dengan sistem
common law karena tidak mengenal sitem kodifikasi hukum yang terdapat
pada negara-negara dengan sistem civil law.

Civil Law

Eropa Kontinental mengenal Civil Law karena sudah ada kodifikasi yang
tersusun rapi sejak zaman Napoleon.

Para hakin dilarang untuk menciptakan hukum (case law), sehingga hakim
hanya mengadili perkara berdasarkan peraturan hukum yang dimuat dalam
kodifikasi dan dikenal sebagai positivisme/legalisme yang berpendapat
bahwa undang-undang merupakan sumber hukum satu-satunya.

Pada civil law, hakim menadi lebih bebas membuat keputusan dan tidak
terikat pada keputusan hakim terdahuu bahkan dapat melakukan
interpretasi terhadap undang-undang yang lama sebagai perkembangan
hukum yang baru.

Yang enjadi pedoman hakin adalah kodifikasi, untuk menguatkan


keputusannya hakim seringkali menyebutkan keputusan hakim terdahulu
untuk perkara yang sama → disebut dengan yuriprudensi.

Sistem Korps: Sistem Juri (Peradilan Awam yang memutuskan bersalah atau
tidak terdakwa melalui keputusan tim juri) dan Arbitase Perdamaian
(Lembaga peradilan swasta yang merupakan alternatif bagi pihak yang
bersengketa)

Pada ketentuan hukum berada pada masa peralihan, pada masa ini
ketentuan huum dari masa penjajahan dapat berlaku sepanjang tidka
bertentangnan dengan ketentuan hukum dari negara yang beru merdeka.

Negara dan Hukum 10


Dalam masa transisi, negara yang baru merdeka membutuhkan hakim/korps
hakim yang dapat melepaskan diri dan pikirannya dari peraturan hukum
yang berasal dari negara bekas penjajahnya.

Sistem juri dalam badan pengadilan dapat dijumpai di negara AS, yang
menggunakan sistem common law.

Beberapa sarjana menyebutkan sistem juri dengan sitilah peradilan


awam/lay man.

Pada lembaga Arbitrasi perdamaian, merupakan lembaga semacam wasit


biasanya berjumlah ganjil, akan mendamaikan pihak yang bersengketa.

Sistem ini disebut sebagai lembaga peradilan swasta yng merupakan


lembaga alternatif bagi pihak yang bersengketa.

Tujuan arbitrasi adalah untuk menghindari birokrasi yang rumit dari badan
peradilan yang resmi, juga mempersingkat waktu.

Arbiter dari lembaga arbitrase perdamaian ini adalah para mantan hakim
dan pengacara terkenal yang dipilih oleh para pihak sengketa.

Umumnya yang menggunakan lembaga Arbitrasi perdamaian adalah para


kontrakstor karena memerlukan penyelesaian masalah dalam waktu
singkat.

Di negar lain, keputusan lembaga arbitrase perdamaian langsung mengikat


para pihak.

Di Indonesia harus disahkan dahulu oleh lembaga peradilan yang resmi.

Indonesia juga memiliki lembaga Arbitrase Nasional yang disebut Badan


Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)

Lembaga penentu keadilan diatur dalam Bab IX Pasal 24A, 24B, 24C, dan
Pasal 25 UUD 1945. Dalam masalah kekuasaan kehakiman UUD 1945
membagi tiga hal:

Adanya lembaga Mahkamah Adung yang melaksanakan kekuasaan


kehakiman bersama badan-badan kehakiman lainnya berdasarkan
undang-undang.

Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman diatur dalam undang-


undang.

Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim


ditetapkan dengan undang-undang

Negara dan Hukum 11


Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh badan-badan pengadilan dalam
lingkungan, badan peradilan umum, peradilan Agama, peradilan Militer,
dan peradilan Tata Usaha Negara.

D. Negara Sebagai Penjelmaan Tata Hukum Nasional


Negara merupakan wadah yuridis dalam mencapai tujuan negara.

Sebagai suatu penjelmaan tata hukum nasional dalam ketentuan hukumnya


harus mengatur masalah hak dan kewajiban.

Setiap negara bertujuan untuk membatasi kekuasaan penguasa dan melindungi


hak-hak dasar warganya. Hal ini menimbulkan masalah seprti konsep negara
untuk melindungi hak asasi dan masalah sistem hukum yang digunakan untuk
mencapai kemakmuran dan keadilan.

Sistem tata hukum nasional merupakan wadah yuridis formal dalam mencapai
tujuan negara yang telah ditetapkan.

Sebagai satu sistem tata hukum nasional, negara juga menghadapi masalah
tertib hukum, masalah pembuat hukum, dan masalah hak dan kewajiban
negara.

Teori status warga negara menurut Jellinek:

Status positif: hak mendapat hal positif yang berkaitan dengan masalah
kesejahteraan.

Status negatif: hak atau jaminan bahwa negar tidak mengganggu hak asasi.

Status pasif: kewajiban warga negara untuk patuh pada penyelenggara


negara dan ketentuan hukum negara.

Status positif: hak warga untuk turut aktif dalam kegiatan kenegaraan.

Sistem Tata Hukum Nasional Indonesia diatur dalam UUD 1945 setelah
amandemen yang meliputi pokok-pokok sebagai berikut:

1. Negara berdasarkan atas hukum (diatur dalam Pasal 1 ayat 3)

2. Segala warga bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan


tanpa terkecuali (diatur dalam Pasal 28D ayat 1 dan ayat 3). Rumusan ini
mencerminkan adanya supremacy of law dan equality before the law.

3. Masalah pengakuan hak asasi (diatur dalam Bab XA Pasal 28A-28J)

Negara dan Hukum 12


4. Pemerintahan berdasar sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan tidak terbatas) rumusan ini menunjukkan
supremacy of the constitution sebagai konsekwensi dari supremacy of law.

5. Ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman yang merdeka diatur dalam Bab


IX, Pasal 24A-24B,24C, menunjukkan pengarahan dalam bidang lembaga-
lembaga penentu keadilan menurut hukum di masyarakat.

6. Ketentuan engenai kewenangan lembaga untuk membuat peraturan umum


diatur dalam Pasal 5, 20, 20A, 21, 22, 22A dan 22C.

7. Dalam penegakan/pelaksanaan hukum, Presiden selain dibantu Mentri


sesuai dengan ketentuan UUD 1945, juga dibantu oleh Tentara Nasional
dan Kepolisian diatur dalam Pasl 17 dan Pasal 30.

Negara dan Hukum 13

Anda mungkin juga menyukai