Modul Ilmu Komunikasi Edisi 19 - 20
Modul Ilmu Komunikasi Edisi 19 - 20
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
1
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
FOTO
4 X 6 CM
NAMA :
NIM :
KELAS :
i
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya saya
dapat menyelesaikan Modul Praktikum Ilmu Komunikasi. Adapun tujuan
dari pembuatan modul ini adalah sebagai bahan ajar dan referensi bagi para
pembaca, khususnya mahasiswa Prodi D-III Farmasi. Mudah-mudahan buku ini
dapat membantu para pembaca yang berminat untuk mengembangkan diri,
memperkaya wawasan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan.
ii
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
Daftar Isi
Halaman
BAB I. Komunikasi…………………………………………………………………… 1
Daftar Pustaka…………….………………………………………….…………….. 30
iii
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
BAB I
KOMUNIKASI
2
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
3
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
4
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
BAB II
KOMUNIKASI VERBAL
5
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
6
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
D. Praktik Simulasi
1. Pembagian Kelompok (2-3 orang/kelompok)
2. Masing-masing kelompok berdiskusikan tentang tema studi kasus yang telah
ditentukan oleh dosen pengampuh, adapun temanya :
a. Komunikasi dengan atasan dan bawahan
b. Komunikasi dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
c. Komunikasi dengan media
3. Masing-masing kelompok memperagakan cara berkomunikasi verbal
didepan kelas
E. Laporan
1. Masing-masing kelompok membuat video simulasi berkomunikasi verbal
7
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
BAB III
KOMUNIKASI NONVERBAL
8
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
9
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
10
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
11
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
12
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
Dari komunikasi yang kita lakukan, komunikasi verbal hanya memiliki porsi
35% , sisanya 65% adalah komunikasi nonverbal. Bahasa yang umum
digunakan dalam komunikasi verbal itu memiliki lebih banyak
keterbatasan dibandingkan dengan komunikasi nonverbal. Keterbatasan
tersebut dipengaruhi oleh faktor integritas, faktor, budaya, faktor
pengetahuan, faktor kepribadian, faktor biologis dan faktor pengalaman.
Komunikasi verbal dan nonverbal itu saling melengkapi satu sama lain.
Meskipun beda cara maupun bentuk tetap saja tujuan utama dari
komunikasi verbal dan nonverbal itu sama yaitu bertujuan untuk
menyampaikan pesan untuk mendapatkan respon, timbal balik maupun
efek.
D. Praktik Simulasi
1. Pembagian Kelompok (2-3 orang/kelompok)
2. Masing-masing kelompok berdiskusikan tentang tema studi kasus yang telah
ditentukan oleh dosen pengampuh, adapun tema :
a. Komunikasi dengan atasan dan bawahan
b. Komunikasi dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
c. Komunikasi dengan media
3. Masing-masing kelompok memperagakan cara berkomunikasi nonverbal
didepan kelas
4. Penilaia
E. Laporan
1. Masing-masing kelompok membuat video simulasi berkomunikasi nonverbal
13
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
BAB IV
PERBEDAAN KOMUNIKASI VERBAL
DAN NONVERBAL
14
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
1. Kesengajaan (intentionality)
Perbedaan utama komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi
mengenai niat (intent). Niat menjadi lebih penting ketika kita
membicarakan lambang atau kode verbal. Michael Burgoon dan
Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal adalah
komunikasi kalau pesan tersebut dikirimkan oleh sumber dengan sengaja
dan diterima oleh penerima secara sengaja pula. Komunikasi nonverbal
tidak banyak dibatasi oleh niat. Komunikasi nonverbal cenderung
dilakukan dengan tidak sengaja. Komunikasi nonverbal juga mengarah
pada norma-norma yang berlaku. Sebagai contoh, norma- norma untuk
penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun berapa sering kita
dengan sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu? Berapa kali
seorang teman memberi komentar terhadap penampilan kita? Persepsi
receiver mengenai niat ini sudah cukup untuk memenuhi persyaratan
guna mendefinisikan komunikasi nonverbal.
2. Perbedaan simbolik (symbolic differences)
Niat dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari
komunikasi. Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model
tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang lain
(misalnya berpakaian dengan warna merah akan diberi makna sebagai
orang yang berani). Komunikasi verbal merupakan sebuah bentuk
komunikasi yang diantarai. Pada komunikasi verbal kita mencoba
mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan pada
suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang
telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat
intensional dan harus 'dibagi' di antara orang-orang yang terlibat
didalammnya. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, sebagai
perilaku yang didasarkan pada norma.
Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih
eksplisit dibanding bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Isyarat-
isyarat verbal dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit
dan lewat aturan-aturan, namun komunikasi nonverbal hanya memiliki
penjelasan yang samar-samar dan informal.
Berdasarkan hal tersebut dapat kita lihat bahwa ada ketidaksamaan
antara tanda (sign) dengan lambang (simbol). Tanda merupakan
representasi alami dari suatu kejadian atau tindakan. Tanda adalah
apa yang kita lihat atau rasakan. Lambang merupakan sesuatu yang
ditempatkan pada sesuatu yang lain. Lambang merepresentasikan
15
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
tanda melalui abstraksi. Apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah
tanda (sign) dan bagaimana menciptakan perbedaan yang berubah-
ubah untuk menunjukkan derajat ketertarikan tersebut adalah
lambang (simbol). Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa
nonverbal, karena dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang
sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah. Bahasa nonverbal lebih
mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.[12]
3. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak,
kemudian otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang
berfungsi mengendalikan perilaku-perilaku fisiologis (refleks) dan
sosiologis (perilaku yang dipelajari dan perilaku sosial). Satu perbedaan
utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe informasi pada setiap
belahan otak. Belahan otak kiri adalah tipe informasi yang lebih tidak
berkesinambungan dan berubah-ubah, sedangkan belahan otak kanan,
tipe informasinya Iebih berkesinambungan dan alami. Pesan-pesan
verbal dan nonverbal juga berbeda dalam konteks struktur pesannya.
Komunikasi nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan ketika kita
berkomunikasi secara nonverbal akan lebih sederhana dibanding
komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa
dan kalomat. Komunikasi nonverbal diekspresikan pada saat
komunikasi berlangsung. Bahasa nonverbal tidak bisa mengekspresikan
peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Selain itu,
komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah pemahaman
mengenai konteks di mana interaksi tersebut terjadi, sebaliknya
komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut. [11]
4. Struktur vs Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai aturan-aturan
tata bahasa. Komunikasi nonverbal tidak ada struktur formal yang
mengarahkan komunikasi karena terjadi secara tidak disadari,
tanpa urut-urutan kejadian yang dapat diramalkan sebelumnya.
Perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda pada
saat yang berlainan atau pada tempat yang berbeda
5. Linguistik vs Nonlinguistik
Linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu
sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur pemberian maknanya.
Pada komunikasi nonverbal, sulit untuk memberi makna pada lambang
karena tidak memiliki struktur.
6. Continuous vs Discontinuous
Komunikasi nonverbal dianggap bersifat kontinyu, sementara komunikasi
verbal bersifatterputus-putus. Komunikasi nonverbal baru berhenti bila
16
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
17
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
Praktik Simulasi
Laporan
1. Masing-masing kelompok membuat video simulasi berkomunikasi nonverbal
yang dikombinasi dengan komunikasi verbal
18
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
BAB V
HAMBATAN KOMUNIKASI
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki
setiap manusia. Karyawan dengan status sosial yang lebih rendah
harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Yang
berakibat karyawan tersebut takut mengemukakan pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada
komunikan. Kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan
dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau
penafsiran (misinterpretation) yang bisa menimbulkan salah
komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan
pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh :
pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai
dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Distorsi persepsi disebabkan perbedaan cara pandangan yang sempit
pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang
sempit terhadap orang lain, sehingga dalam komunikasi terjadi
perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu
dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan komunikasi dapat terjadi karena disebabkan adanya
perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Ada beberapa
kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata
“jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku
jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan yaitu sayur.
5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap
proses berlangsungnya komunikasi. Misalnya : kebisingan, suara
hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Gangguan yang disebabkan oleh media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. misalnya sambungan telephone yang
19
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
Praktik Simulasi
Laporan
1. Masing-masing kelompok membuat video simulasi tentang hambatan-
hambatan berkomunikasi nonverbal yang dikombinasi dengan komunikasi
verbal
20
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
BAB VI
STRATEGI MENINGKATKAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
21
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
melihat masalah dari tiga sudut pandang berbeda. Hal ini untuk
membantu kita lebih empati dan berpikir terlebih dahulu sebelum
menilai dan menyertakan emosi. Untuk mempunyai kemampuan ini
kita harus memiliki kemampuan mendengar. Untuk memahami kita
perlu mendengarkan, mendengarkan dengan penuh perhatian.
2. Mendengarkan.
Mendengarkan, yaitu memberikan perhatian terhadap sesuatu.
Pentingnya mendengar dinyatakan dalam berbagai penelitian, salah
satunya menyatakan bahwa kemampuan mendengarkan jauh lebih
penting daripada kemampuan berbicara, kemampuan mendengarkan
harus dimiliki oleh semua orang atau hubungan personal. Alasan kita
untuk mendengarkan adalah:
a. Memahami dan memperoleh informasi. Orang yang menguasai
informasi akan memiliki kesempatan lebih besar untuk sukses.
b. Analisis terhadap kualitas informasi. Kemampuan ini
dibutuhkan agar dapat bertindak lebih tepat. Mendengarkan
dan mendapatkan informasi lebih banyak akan meningkatkan
kualitas pesan yang diterima, kelengkapan data, dan
kemampuan mengolah informasi, sehingga kesimpulan atau
suatu kondisi atau keadaan dapat diambil.
c. Membangun dan memelihara hubungan. Orang yang memiliki
kemampuan mendengarkan dengan baik akan memiliki hubungan
lebih baik dengan sesamanya.
d. Menolong orang lain. Beberapa profesi mewajibkan kompetensi
mendengarkan untuk dimiliki dengan baik, contohnya dokter,
pengacara, psikolog, guru, atau lainnya.
22
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
23
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
24
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
Praktik Simulasi
25
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
BAB VII
KOMUNIKASI TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN
DENGAN PASIEN
26
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
dan dapat menceritakan sakit serta keluhanyang dialaminya secara jujur dan
jelas.
Keinginan pasien yang harus dipenuhi untuk membangun hubungan
yang baik antara d TTK dan pasien adalah:
1. Merasa ada jalinan dengan TTK dan mengetahui bahwa pasien
memperoleh perhatian penuh dari TTK
2. Mengetahui bahwa TTK dapat fokus pada setiap tindakan pengobatan dan
interaksinya
3. Merasa rileks dan bebas dari kekhawatiran pada suasana ruang praktek
kefarmasian
4. Mengetahui bahwa TTK nya dapat diandalkan.
Dari sudut pandang pasien, hubungan yang terjalin akan
meningkatkan kepercayaan dan komunikasi yang efektif. TTK akan tanggap
pada respon pasien atas informasi yang disampaikannya. Pasien akan lebih
terbuka dalam mendengar dan belajar. Pertukaran pandangan yang sama akan
mudah dikembangkan dan pasien lebih bersedia untuk melakukan tindakan
yang sesuai harapannya. Pasien menjadi lebih siap menerima tindakan
pengobatan dan akan menyarankan orang lain ke dokter yang memiliki
hubungan baik dengan
27
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
28
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
Praktik Simulasi
29
TA.
Penuntun Praktik Simulasi Ilmu Komunikasi Prodi D-III Farmasi Polbinhus kendari
2019/2020
Daftar Pustaka
[1] Morrisan dan Andy Corry Wardhany, Teori Komunikasi, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009
[4] Marheni Fajar, Ilmu Komunikasi dan praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009
[5] Onong Uchjana Efendi, Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2006
[8] Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa, 2007
30