Anda di halaman 1dari 34

SISTEMATIKA PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi pada dasarnya hanya terdiri atas satu bagian yang berisi minimal
25 halaman dan maksimal 40 halaman karena sifatnya masih berupa usulan penelitian.
Proposal skripsi ini diketik dengan menggunakan jenis font Times New Roman ukuran 12
point dengan spasi ganda (2.0) pada kertas HVS putih ukuran A4 (21 x 29,7 cm).
Pengetikan naskah proposal skripsi ini dilakukan dengan komputer dengan pengaturan
layout marjin atas 4 cm, marjin kiri 4 cm, marjin bawah 3 cm, marjin kanan 3 cm dari tepi
kertas. Proposal skripsi merupakan rancangan penelitian yang sistematikanya terdiri atas:

PENELITIAN PUSTAKA
1. COVER JUDUL PROPOSAL SKRIPSI yang berisi judul proposal skripsi,
nama penulis dan NPM, logo IAI Darussalam, nama prodi dan fakultas, nama
IAI Darussalam, tahun.
2. DAFTAR ISI.
3. BAB I PENDAHULUAN yang berisi :
a) Latar Belakang Masalah
b) Definisi Operasional / batasan Istilah / Penegasan judul
c) Rumusan Masalah/Fokus Penelitian
d) Alasan memilih judul
e) Tujuan Penelitian
f) Kajian Pustaka / Penelitian Terdahulu (jika diperlukan)
g) Metode Penelitian yang memuat jenis penelitian, subjek dan objek penelitian,
data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data,
teknik analisis data. Prosedur penelitian
h) Signifikansi / Kegunaan Penelitian
i) Sistematika Penulisan
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
CONTOH
PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM DALAM


KITAB-KITAB FIKIH ULAMA BANJAR PRIODE TAHUN 1779
SAMPAI 1955 MASEHI

Oleh:
MUHAMMAD SAUQI
NPM. ……………………………

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) DARUSSALAM
MARTAPURA
2022M/1443 H

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1

B. Definisi Operasional .............................................................. 09

C. Rumusan Masalah ............................................................ 10

D. Alasan memilih Judul ....................................................... 10

E. Tujuan Penelitian ................................................................ 13

F. Penelitian Terdahulu ....................................................... 13

G. Kerangka Teori ............................................................... 16

H. Metode Penelitian ........................................................... 21


1. Jenis Penelitian ........................................................ 21
2. Pendekatan Penelitian .............................................. 21
3. Sumber Data .......................................................... 22
4. Teknik Pengumpulan Data ....................... 23
5. Teknik Analisa Data ................................ 24
6. Prosedur Penelitian .................................................. 24

I. Sistematika Penulisan ..................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan mayoritas yang penduduknya beragama Islam. Oleh

karena itu keberadaan Islam sejak lama telah memperoleh tempat yang layak

dalam kehidupan masyarakat.1Azyumadi Azra mencatat bahwa datangnya Islam

ke Indonesia sejak abad ke dua belas Masehi,2maka pada abad ke tujuh belas

Masehi bermunculan para ulama menyusun berbagai kitab fikih untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam hal aturan dalam beribadah yang sesuai dengan

kondisi, keadaan dan bahasa daerah masing-masing. Walaupun menurut analisis

Martin Van Bruinessen bahwa kitab-kitab berbahasa arab sudah dikenal dan

dipelajari di Indonesia pada abad keenam belas Masehi.3Namun kitab-kitab karya

ulama di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan, karena tidak semua

masyarakat muslim di Indonesia yang dapat memahami bahasa arab. Sehingga

diharapkan bahwa kitab karya ulama Indonesia dapat memudahkan masyarakat

untuk memahami agama dengan baik dan benar. Oleh karena itu Azyumardi Azra

mencatat sejumlah ulama di Indonesia dari abad ke 17 dan 18 mereka adalah

Syekh Yusuf al-Maqassari (1627-1699 M) dan Syekh Abd al-Ra’uf al-Singkili

1
M. fahmi al-Amruzi, Membumikan Hukum Islam di Indonesia, al-Banjari, Volume 14,
Nomor 2 (2015), h. 173
2
Azyumadi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVIII
dan XVIII:Akar Pembaharuan Islam Indonesia (Edisi Revisi), (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2007), h. 3
3
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisi Islam
diIndonesia, (bandung : Mizan, 1999) h. 27

1
2

(1615-1693 M), Syekh Abd al-Samad al-Falimbani (1704-1789) dan Syekh

Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812 M).4

Menariknya, Salah satu dari ulama Indonesia yang menjadi sorotan

Azyumardi Azra adalah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang merupakan

ulama banjar terbesar pada masanya. Kehadiran karyanya, Sabilal Muhtadin yang

ditulis pada tahun 1779-1781 M mendorong muslim kalimantan Selatan

khususnya muslim banjar untuk memperhatikan aspek syariah atau fikih secara

lebih mendalam sehingga lebih mudah untuk diamalkan. Sukarni menyebutkan

bahwa Sabilal Muhtadin diyakini sebagai kitab fikih pertama yang ditulis

Ulama Banjar.5Steenbrink bahkan menjelaskan bahwa tidak ada tokoh yang

mengarang begitu luas dan sistematis di bidang fikih dalam bahasa Indonesia

(Melayu) seperti Muhammad Arsyad al-Banjari. Penulisan ini menghabiskan

waktu sekitar tiga tahun, dimulai tahun 1193 M (tidak disebutkan tanggal dan

bulannya) dan berakhir tanggal 27 Rabi’ al-akhir 1195 M. Kitab Sabilal

Muhtadin ini ditulis menggunakan bahasa banjar dengan huruf Arab

Melayu.6Terdiri dari dua juz yang didalamnya berisi delapan kitab, dua kitab pada

juz pertama berisi tentang at-taharah, dan as-Shalat. Sedangkan pada jilid kedua

4
Azyumadi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVIII
dan XVIII:Akar Pembaharuan Islam Indonesia (Edisi Revisi)..h. 197-297
5
Sukarni menyebutkan bahwa Sabilal Muhtadin dijadikan sebagai titik awal kitab fikih
berbahas melayu dengan pertimbangan bahwa sampai saat ini belum ditemukan data yang jelas
tentang kitab-kitab lain yang ditulis oleh ulama Banjar sebelum itu. Lihat : Sukarni, Kitab Fikih
Ulama Banjar Kesinambungan dan Perubahan Kajian Konsep Fikih Lingkungan, Jurnal Studi
Keislaman, Volume 15, Nomor 2 (2015): h. 444-445
6
Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke-19 (Jakarta:
Bulan Bintang, 1984)., h. 91
3

berisi enam kitab yaitu az-Zakat, as-Shiyam, al-I’tikaf, al-Hajj waa al-Umrah,

dan as-Shaid wa az-Zaba’ih serta al-At’imah.7

Setelah Syekh Muhammad al-Banjari wafat, maka perannya digantikan

oleh keturunannya dan para ulama lainnya yang bertebaran di wilayah

Kalimantan Selatan diantaranya Syekh Jamaluddin bin Syekh Muhammad

Arsyad al-Banjari dengan karyanya Perukunan (1810 M). Tertulis di halaman

pertama bahwa kitab ini adalah ”Karangan bagi al-Alim al-‘Allamah Mufti

Jamal Ad-din Ibn Al-marhum as-Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari”.8 Kitab

ini sangat sederhana, namun paling populer di antara kitab-kitab sejenis. Kitab

perukunan ini terdiri dari dua puluh pasal yang terdiri dari rukun iman melalui

sifat tiga belas, iman kepada malaikat, kitab-kitab, qadha dan qadar. Adapun

mengenai fikih berisi tentang air, najis, buang hajat dan istinja’, mandi, hadas

kecil, tatacara wudhu, shalat, puasa, hukum jenazah serta shalat jama’ dan

qashar.9

Selanjutnya Syekh Abdurrasyid Banjar dengan karyanya Perukunan

Melayu Besar (1850 M). Pada halaman pertama tertulis ”Kitab Parukunan

Melayu Basar bagi Haji Abdurrasyid Banjar diambil dari pada setengah

karangan Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari”. Abu Daudi menjelaskan

bahwa kitab ini dijadikan referensi fikih pada abad ke 19 dan abad sesudahnya

di masyarakat Banjar. Sebagai bahan pelajaran fikih praktis, kitab ini pada

7
Lihat daftar isi Sabil al-Muhtadin Li at-Tafqqquh Fi Amr ad-Din. (Dar al-Fikr, T,th), h.
270
8
Abu Daudi, Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Martapura: YAPIDA,
2003). h. 305.
9
Lihat daftar isi kitab Mufti Jamal ad-Din, Perrukunan, (Surabaya, Syirkah Bankul Indah,
tth)
4

mulanya hanya berupa catatan-catatan bahan pelajaran fikih yang kemudian

dicetak pertama kali di Singapura pada tahun 1907 M atas jasa seorang

pedagang dari Nagara (salah satu kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Provinsi Kalimantan Selatan) yang membawanya ke Singapura.10Kitab ini berisi

tentang keimanan dan ibadah murni seperti tata cara bersuci, tata cara shalat,

puasa, haji dan serta doa-doa.11

Selanjutnya Syekh Abd ar-Rahman Shiddiq bin Muhammad ‘Afif Banjar

dengan karyanya Asrar as-Shalat min ‘iddah Kutub al-Mu’tamidah (bagian

pertama ditulis tahun 1910 M, bagian kedua ditulis tahun 1915 M ). Kitab dalam

bagian pertama ini berisi tentang makna-makna gerakan dan bacaan shalat mulai

dari takbir sampai salam dalam dimensi tasawuf. Sedangakan bagian kedua berisi

tentang dasar-dasar agama Islam bagi anak-anak.12

Selanjutnya Haji Abdurrahman bin Haji Muhammad Ali dari Sungai

Banar Amuntai dengan karyanya Risalah Rasam Perukunan (1938 M).

Disebutkan pada bagian akhir kitab ini bahwa ”Telah selesai hamba

menterjemahkan/menyusun akan kitab ini dengan pertolongan Allah al-‘Aziz

al-Wahhab pada tarikh 10 bulan Muharram tahun 1357 H berbetulan 12

Maret tahun 1938 M”.13 Kitab ini berisi tentang Syahadat dan taubat, shalat,

10
Abu Daudi, Maulana Syekh Muhammad Arsyad, hlm. 124 – 127. Lihat juga:
Abdullah Karim dan Ahdi Makmur, 2006. Ulama Pendiri Pondok Pesantren di Kalimantan
Selatan. Banjarmasin: Comdes, h.,48. Lihat juga : Zafri Zamzam, Syekh Muhammad Arsyad al-
Banjari, Ulama Besar Juru Dakwah. ( Banjarmasin: Karya, 1996). h. 17
11
Lihat daftar isi Haji Abdurrasyid Banjar, Perukunan Melayu Besar, (Surabaya : Dua
Tiga, tth)
12
Lihat : Abdurrahman Shiddiq, Asrar as-Shalat Min Kutub al-Mu’tamidah, (Tp, T.Th.)
13
Haji Abdurrahman bin Haji Muhammad Ali, Risalah Rasam Parukunan (Banjarmasin:
TB Mutiara, n.d.). h. 67.
5

wudhu, shalat wajib dan sunnat, qashar jama’, zakat, jenazah, shalat jum’at, do’a

dan zikir serta rasam (skema fikih).14

Selanjutnya Haji Muhammad Sarni bin Haji Jarmani bin Haji

Muhammad Siddiq dengan karyanya Mabadi’ Ilm al-Fiqh, (1953 M) Kitab ini

terdiri dari tiga jilid yang membahas hampir semua masalah fikih, mulai dari

taharah, shalat, puasa, haji, muamalah, waris, wasiat, perkawinan, jinayat hingga

masalah peradilan dengan pembahasan yang ringkas.15

Selanjutnya K.H. Salim Ma’ruf dengan karyanya “Risalah Tentang

Menyatakan Hukum muamalah didalam agama Islam atas mazhab al-Imam as-

Syafi’i (1955 M),16 Kitab tersebut membahas fiqih muamalah menurut mazhab

Imam Syafi’i yang terdiri dari lima belas pasal yang menjelaskan tentang jual beli

secara umum, jual beli yang haram dan sah akadnya, jual beli yang haram dan

tidak sah akadnya, salam, khiyar, riba, qardh, hibah, wakaf, hiwalah, qirodh,

syirkah, ijarah, wadi’ah, rahn.17

Dengan adanya kitab-kitab fiqh berbahasa melayu, maka masyarakat

muslim banjar akan menjadi lebih mudah memahami tentang bagaimana

mengamalkan hukum Islam yang baik dan benar sesuai tuntunan syariat.

Menariknya kitab-kitab berbahasa melayu ulama Banjar lebih banyak

membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan ritual ibadah saja. Sedangkan

aspek yang bernuansa Ekonomi Islam sangat sedikit dibahas, padahal konsep

14
Ibid. Lihat daftar isi. Risalah Rasam Parukunan.
15
Mawardy Hatta, Pemikiran Tasawuf Haji Muhammad Sarni (Banjarmasin: Tesis
Program Pascasarjana IAIN Antasari, 2004). h. 91 – 92.
16
Tim Penulis, Satu Abad Pondok Pesantren Darussalam Martapura Kalimantan Selatan
(Martapura: t.p, n.d.). h. 57-58
17
Lihat : Salim Ma’ruf, Risalah Mu’amalah (t.t: t.tp, tth)
6

ini merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam hukum Islam dan

merupakan bagian integral dari konsep fikih secara umum yang disebut fikih

muamalah. Walaupun ekonomi Islam bukan hanya berbicara masalah muamalah,

namun fikih muamalah merupakan salah satu kerangka normatif dalam ekonomi

Islam sehingga antara fikih muamalah dan ekonomi Islam sangat berkaitan. Fikih

Muamalah secara terminologi didefinisikan oleh Qal’ah Jie dalam kitab Mu’jam

Lughah al-Fuqaha sebagai berikut :

‫املعامالت يف الفقه االحكام الشرعية املتعلقة اباالمور الدنيوية االحكام الشرعية‬


.18‫املنظومة لتعامل الناس يف الدنيا‬
“Muamalah dalam terminology fikih adalah hukum syara’ yang berkaitan
dengan parsoalan duniawi, hukum syara’ yang mengatur perilaku manusia
didunia”

Dari definisi fikih muamalah tersebut ada dua hal yang perlu dijabarkan

Pertama, seperangkat aturan tentang perilaku yang bermakna bahwa aturan-aturan

yang dirumuskan mengatur hubungan perilaku manusia dalam interaksinya

dengan manusia yang lain yang diwadahi dalam lima hukum yaitu, wajib, sunnat,

haram, makruh, mubah. Oleh karena itu muatan aturan dalam fikih muamalah

tersebut bukan hanya bersifat sosial namun juga spiritual. Sebagaimana ad-

Dimyati menjelaskan dalam kitab I’anat at-Thalibin :

19
.‫التحصيل الدنيوي ليكون سببا لالخر‬
“Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah
ukhrawi”

18
Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughah al-Fuqaha, (Digital Library, al-Maktabah as-
Syamilah al-Isdar al-Sani, 2005), I/438
19
Sayyid Muhammad Shatha ad-Dimyathi, ‘Ianat at-Thalibin, (Semarang : Toha Putera,
tth), h. 2
7

Kedua, dalam penetapan hukum ekonomi Islam harus mengacu kepada

dalil-dalil yang tidak hanya terbatas pada dalil yang disepakati para ulama (al-

Quran, al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas). Namun juga dalil yang diperselisihkan (al-

Istihsan, al-Maslahah Mursalah, al-Istishhab, al-‘Urf, Mazhab Shahabi, dan

hukum umat sebelumnya).20

Dengan demikian, para ulama mujtahid hukum ekonomi Islam harus

bekerja keras menggali dalil-dalil tersebut untuk memecahkan masalah-masalah

yang dibahas oleh ulama sebelumnya, seiring dengan peubahan geografis,

kebudayaan material komposisi penduduk maupun adanya difusi atau penemuan

baru dalam masyarakat.21

Jika melihat dari karya fikih ulama Banjar priode 1779 sampai priode

1938 Masehi maka pembahasan tentang ekonomi Islam hampir tidak terlihat.

Untuk melihat lebih jelas tentang hal tersebut maka di paparkan dengan

menggunakan tabel sebagai berikut

Tabel 1.1

Materi yang menjadi pokok bahasan

No Pokok Sabil Peruku Perukuna Asrar Risalah Mabadi’ Risalah


Bahasan Al- nan n Melayu as- Rasam al-Fiqh Fiqh
Muhtadin Besar Shalat Perukunan Muamalah
(1779) (1810) (1850) (1915) (1938) (1953) (1955)
1 taharah, ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
2 as-Shalat ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
3 az-Zakat ✓ ✓ ✓ ✓
4 as-Shiyam ✓ ✓ ✓
5 al-I’tikaf ✓

20
Mengenai penjelasan lebih lanjut tentang metode Istinbath hukum Islam bisa dilihat
dalam kitab ’Abd al-Wahhab Khallaf, . Ilm Ushul Al-Fiqh. (Kuwait: Dar Al-Qalam, 1978.)
21
Fathurrahman Azhari, Dinamika Perubahan Sosial dan Hukum Islam, at-Tahrir Volume
16, Nomor 1 (2016), h. 199
8

6 al-Hajj ✓ ✓ ✓
7 as-Shaid ✓
8 At’imah ✓
9 Keimanan ✓ ✓
10 air ✓
11 Najis ✓
12 buang ✓
hajat
13 istinja’ ✓
14 Mandi ✓
15 hadas ✓
kecil
16 jenazah ✓ ✓
17 Do’a-doa ✓ ✓
18 Syahadat ✓
19 Taubat ✓
20 Waris ✓
21 Wasiat ✓
22 Nikah ✓
23 Jinayat ✓
24 Muamalah ✓ ✓
Diolah : Muhammad Sauqi, 2019

Dari tabel tersebut terlihat jelas bahwa aspek ibadah yang meliputi

taharah, as-shalah, as-shoum, az-zakat, al-hajj menduduki porsi terbesar

dibanding masalah lain. Masalah ekonomi Islam hanya dibahas oleh dua kitab

yaitu mabadi’ al-Fiqh dan risalah fiqh muamalah. Terkait penjelasan tersebut,

penulis melihat bahwa masalah ini sangat penting dan sangat menarik untuk

dikaji lebih lanjut dan mendalam. Berdasarkan pada hal demikian, maka penulis

tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang akan dituangkan ke dalam

sebuah skripsi dengan judul: ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN

EKONOMI ISLAM DALAM KITAB-KITAB FIKIH ULAMA BANJAR

PRIODE TAHUN 1779 SAMPAI 1955 MASEHI


9

B. Definisi Operasional

Untuk memperkecil kemungkinan perluasan persepsi sehingga dapat

melebar jauh dari rumusan masalah yang dikaji, diperlukan uraian definisi istilah

sebagai berikut:

1. Ulama Banjar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang yang

faham hukum syariah atau ahli dalam bidang fikih atau pelaksana hukum

fikih yang disebut mufti, qadhi, atau hakim. Dalam hal ini ulama yang

dimaksud adalah ulama Banjar priode 1779 sampai 1955 Masehi, seperti

Syekh Muhammad Arsyad al-banjari, Syekh Jamal ad-din, haji abdurrasyid,

Syekh Abdurrahman Shiddiq bin Muhammad Afif, Haji Abdurrahman bin

Haji Muhammad Ali Sungai Banar Amuntai, Haji Muhammad Sari Alabio

dan KH. Salim Ma’ruf.

2. Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah ekonomi

yang diilhami dari nilai-nilai Islam.22Dalam hal ini jika dikaitkan dengan

fikih maka disebut dalam istilah fikih muamalah. Walaupun ekonomi Islam

bukan hanya berbicara masalah muamalah, namun fikih muamalah

merupakan salah satu kerangka normatif dalam ekonomi Islam sehingga

antara fikih muamalah dan ekonomi Islam sangat berkaitan. Adapun yang

menjadi tofik dalam penelitian ini adalah kesinambungan yang terjadi antara

konsep ekonommi Islam dan pemikiran ulama banjar dalam karya fikih

mereka yaitu, kitab Sabilal muhtadin, Perukunan, Perukunan Melayu besar,

Asrar as-Shalat, Risalah Rasam Perukunan, Mabadi’ Al-Fiqh, Risalah Fiqh

Muamalah

22
Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yoyakarta : dana Bakti
Prima Yasa, 1997), h. 19
10

C. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti, dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep ekonomi Islam dalam kitab fikih karya ulama

Banjar?

2. Bagaimanakah kesinambungan dan perubahan yang terjadi dalam dinamika

intelektual ulama banjar dilihat dari aspek referensi dan produk pemikiran

dalam bidang ekonomi Islam.?

D. Alasan Memilih Judul

Dalam konsep pemikiran ekonomi Islam ulama Banjar, masalah ekonomi

Islam hanya dibahas oleh dua kitab yaitu mabadi’ al-Fiqh dan risalah fiqh

muamalah. Hal tersebut memberi gambaran bahwa kajian ekonomi Islam dalam

kitab-kitab fikih ulama banjar sangat sedikit. Apakah ekonomi Islam masih belum

popular dan menjadi problem pada masa itu, padahal ekonomi merupakan mata

rantai yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sehingga memerlukan

aturan yang sejalan dengan syariat Islam untuk mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat. Ataukah ada dimensi lain yang dapat dipahami secara mendalam dari

pemikiran ekonomi Islam ulama Kalsel dalam karya-karya fikih mereka yang

belum pernah terfikirkan oleh pakar-pakar hukum Islam sebelumnya, sehingga

menggunakan metode-metode khusus dalam mengungkapnya.

Menariknya juga, apabila kita telaah dari sisi dinamika perkembangan

intelektual, sebagaimana rahmadi menyebutkan, bahwa perkembangan pemikiran

ulama Banjar tidak terlepas dari interaksi mereka dengan para ulama dikawasan
11

timur tengah seperti haramain, hadramaut dan mesir, sehingga karya-karya ulama

Banjar lebih banyak berkiblat kepada karya-karya ulama Timur Tengah tersebut.23

Namun jika ditelaah lebih lanjut, para ulama Timur Tengah dalam kitab fikih

mereka selalu membahas semua aspek yang berhungan dengan empat bagian yang

wajib dipelajari oleh seluruh umat Islam yaitu Pertama, fiqh ibadah,24Kedua, fiqh

Jinayat,25 Ketiga, Fiqh Munakahat 26Keempat, fiqih Muamalah.27Seharusnya,

ketika yang menjadi rujukan adalah kitab-kitab fikih ulama haramain, maka

konsep-konsep yang dibahas juga mengikuti kitab-kitab tersebut.

Menariknya juga, apabila kita bandingkan antara karya fikih ulama Banjar

dengan fikih ulama Aceh yang lebih dahulu seperti Mir’at at-Thullab fi Tashil

Ma’rifat al-Ahkam al-Syar’iyyah li al- Malik al-Wahhab karya Abdur Rauf as-

Singkili ditulis pada tahun 1663 M.28Dalam kitab tersbut tidak hanya

membicarakan fikih ibadah saja, melainkan tiga cabang ilmu hukum Islam dari

23
Seperi yang dikatakan oleh Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dalam kitab Sabil al-
Muhtadin bahawa penulisan kitab beliau merujuk kepada Syarah Minhaj karya Syekh Zakaria al-
Anshari, Mugni Al-Muhtaj karya Syekh Khatib as-Syarbini, Tuhfat Al-Muhtaj karya Syekh Ibnu
Hajar al-Haitami dan Kitab Nihayah Al-Muhtaj karya Syekh al-Jamal ar-RamliRahmadi, Islam
Banjar Dinamika dan Tipologi Pemikiran Tauhid, Fiqih dan Tasawuf, (Banjarmasin : IAIN
Antasari Press, 2012), h. 1. Lihat juga : Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Sabil al-
Muhtadin,..h. 4
24
Keseluruhan perkara yang wajib diketahui dan dikerjakan oleh mukallaf seperti shalat,
puasa, zakat dan permasalahan-permasalahan yang menjadi kewajiban setiap individu muslim
25
Segala aturan yang berhubungan dengan pidana seperti hukum mencuri, zina dan lain
sebagainya.
26
Segala aturan yang berhubungan dengan pernikahan, waris, dan lain sebagainya.
27
Segala aturan yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia yang lain seperti
jual beli, upah mengupah, sanda menyanda, hutang piutang dan lain-lain. Lihat : Abi Bakar
Utsman bin Muhammad Syata’ Ad-Dimyathi, “I’anat at-Thalibin” Juz III (Surabaya: Dar al-
Jawahir, tth.). h. 253
28As-Sinkili menunjukkan kualitas keilmuannya melalui kitab ini, antara
lain dengan
cara mengupas sebuah permasalahan dengan pola tanya jawab. Isi pertanyaan seputar masalah
keseharian yang dialami oleh masyarakat pada umumnya, dan kemudian dia jawab dengan
menggunakan perangkat keilmuan yang dia miliki, disertai dengan berbagai rujukan kitab
yurisprudensi klasik seperti Fath al-Wahhab karya Imam Zakariyya al-Anshari, Fath al-Jawad
dan Tuhfat al-Muhtaj, dua karya Ibnu Hajar al-Haitami, Nihayat al-Muhtaj karya Syamsuddin
Ar-Ramli, Tafsir al-Baidlawi karya Ibnu Umar al-Baidlawi, Syarh Sahih Muslim karya Imam
an-Nawawi.
12

mazhab Syafi’i, yaitu hukum mengenai perdagangan (muamalah) dan undang-

undang sipil (kewarganegaraan), hukum perkawinan (munakahat), dan hukum

tentang pidana (jinayat). Bahkan tentang ekonomi Islam lebih banyak dibahas

yaitu mencakup urusan jual beli, hukum riba, kemitraan dalam berdagang,

perdagangan buah-buahan, sayuran, utang-piutang, hak milik atau harta anak

kecil, sewa menyewa, wakaf, hukum barang hilang, dan lain-lain. Beliau

menunjukkan kepada kaum muslimin di kepulauan Nusantara bahwa doktrin-

doktrin hukum Islam tidak terbatas pada ibadah, tetapi juga mencakup seluruh

aspek ekonomi Islam.29

Menariknya juga jika melihat dari sisi lingkungan alam dan juga

karakteristik pencaharian masyarakat banjar adalah lebih banyak dalam hal

pertanian, perkebunan, pertambangan dan perdagangan,30maka seharusnya

pembahasan ekonomi Islam juga menjadi hal yang penting dalam kajian fikih

ulama Banjar. Namun kajian ekonomi syariah ini baru muncul pada priode 1953

Masehi.31 Terkait penjelasan tersebut, penulis melihat bahwa masalah ini sangat

penting dan sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut dan mendalam.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui secara mendalam mengenai:

29Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama: Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara
Abad Xvii Dan Xviii : Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam Di Indonesia (Jakarta:
Mizan, 1994).
30
Lihat : Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1997), h.106
31
Lihat : Tabel yang menjadi pokok bahasan dalam karya fikih ulama Banjar, h. 9
13

1. Menganalisa tentang konsep ekonomi Islam dalam kitab fikih karya ulama

Banjar

2. Menganalisa tentang kesinambungan dan perubahan yang terjadi dalam

dinamika intelektual ulama banjar dilihat dari aspek referensi dan produk

pemikiran dalam bidang ekonomi Islam.

F. Penelitian Terdahulu

Dari penulusuran yang dilakukan, penulis menemukan sebagian tulisan yang

dapat menjadi penunjang dalam penelitian ini diantaranya skripsi, tesis dan jurnal

yang menelaah terhadap pemikiran ekonomi Islam para ulama yaitu :

1. Disertasi.

Disertasi (2014) yang diangkat oleh Rahmawati “Metode Istinbath

Hukum (Telaah Pemikiran Teungku Muhammad hasbi Ash-Shiddieqy)

Permasalahannya adalah tentang bagaimana kondisi sosial budaya yang

melatarbelakangi pemikiran hukum hasbi Ash-shiddieqy serta Metode istinbath

yang digunakan. Jenis penelitian ini adalah normatif. Maka Berdasarkan hasil

penelitian ditemukan bahwa TM Hasbi ash-shiddieqy adalah otodidak.

Sedangkan metode istinbath yang digunakan adalah Ijma, qiyas, maslahah

mursalah dan ‘urf. Persamaannya dengan skripsi penulis adalah jenis

penelitian yang digunakan adalah normatif atau kajian pustaka. Sedangkan

Perbedaannya dengan skripsi penulis, di sini lebih menitikberatkan kepada

telaah pemikiran ulama Banjar dalam aspek ekonomi Islam yang tertuang

dalam kitab-kitab fikih karya mereka.

2. Tesis
14

Tesis (2016) yang diangkat oleh Adi “Pendapat K.H. Salim Ma’ruf

Tentang Jual Beli Dalam Risalah Mu’amalah,”. Permasalahannya adalah

penetapan K.H. Salim Ma’ruf tentang jual beli orang mabuk, anak kecil dan

jual beli kepada orang yang bercampur hartanya antara halal dan haram.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pendapat K.H. Salim Ma’ruf

tentang jual beli dalam “Risalah muamalat” adalah hampir sama dengan

pendapat ulama lainnya, tapi memiliki perbedaan yaitu pada masalah jual beli

orang mabuk, jual beli anak-anak dan jual beli kepada orang yang bercampur

hartanya antara halal dan haram. Selain itu juga ditemukan dalil-dalil yang

mendasari pendapatnya, yaitu Alquran dan hadis. Persamaannya dengan skripsi

penulis adalah jenis penelitian yang digunakan adalah normatif atau kajian

pustaka. Sedangkan Perbedaannya dengan skripsi penulis, di sini lebih menitik-

beratkan kepada telaah pemikiran ulama Banjar dalam aspek ekonomi Islam

yang tertuang dalam kitab-kitab fikih karya mereka.

3. Jurnal

Jurnal Sukarni (2015) Institut Agama Islam Negeri Antasari dengan

judul “Kitab Fikih Ulama Banjar Kesinambungan dan perubahan kajian

Konsep Fikih Lingkungan”. Jenis penelitian ini normatif. Masalah yang ingin

ditelaah adalah konsep ulama banjar tentang fikih lingkungan. Hasil penelitian

menyebutkan bahwa Fikih Ulama Banjar meskipun membahas air dan sungai

tetapi keduanya hanya sebagai instrument taharah bukan dalam konteks

ekologi. Persamaannya dengan skripsi penulis adalah metode yang digunakan

adalah normatif atau kajian pustaka. Sedangkan Perbedaannya dengan skripsi

penulis, di sini lebih menitik-beratkan kepada telaah pemikiran ulama Banjar


15

dalam aspek ekonomi Islam yang tertuang dalam kitab-kitab fikih karya

mereka.

Jurnal Rahmadi (2011) Fakultas ushuluddin IAIN Antasari

Banjarmasin dengan judul Dinamika Intelektual Islam Di Kalimantan Selatan :

Studi Genealogi, Referensi dan Produk Pemikiran. Jenis penelian ini adalah

normatif. Sedangkan masalah yang diteliti adalah tentang bagaimana dinamika

intelektual Islam dikalimantan dilihat dari aspek Genealogi, Referensi dan

Produk Pemikiran. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa dinamika

intelektual di Kalimantan Selatan tidak lepas dari dinamika intelektual di timur

tengah seperti haramain, mesir dan hadramaut. Selain itu karya ulama banjar

juga mempengaruhi masyarakat Kalimantan selatan dengan hadirnaya karya al-

banjari dan ulama setelahnya. Persamaannya dengan skripsi penulis adalah

metode yang digunakan adalah normatif atau kajian pustaka. Sedangkan

Perbedaannya dengan skripsi penulis, di sini lebih menitikberatkan kepada

telaah pemikiran ulama Banjar dalam aspek ekonomi Islam yang tertuang

dalam kitab-kitab fikih karya mereka.

G. Kerangka Teori
Menurut Cholil Nafis dalam bukunya “Teori Hukum Ekonomi Syariah”

ada tiga yang menjadi metode dalam kajian ekonomi Islam yaitu, bayani, ta’lili

dan istishlahi.32

32
Cholil Nafis, Teori Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: UI-Press, 2011).h.21
16

1. Metode bayani

Metode bayani adalah cara istinbath hukum yang bertumpu pada

kaidah-kaidah lughawiyyah (bahasa) atau makna lafadz.33Metode ini

menerangkan cara pemahaman suatu nash, baik nash Alquran maupun sunnah

dari berbagai aspek yang mencakup: pertama, makna lafadz yang sesuai

dengan bentuknya; yaitu ‘am (umum), khash (khusus), muthlaq (mutlak/tidak

terbatas), muqayyad (terbatas), ‘amar (perintah), nahy (larangan) serta lafadz

musytarak (bermakna ganda). Kedua, makna lafadz yang sesuai dengan

pemakaiannya, yaitu haqiqah (makna asal/asli) dan majaz (makna metafora).

Ketiga, analisis lafadz yang sesuai dengan kekuatannya dalam menunjukkan

makna (muhakkam, mufassar, nash dan zahir atau mutasyabih, mujmal,

musykil dan khafi). Keempat, analisis dalalah suatu lafadz atas makna.34

Menurut ulama Hanafiyah ada empat bentuk dalalah, yaitu al-‘ibarah,

al-isyarah, an-nash dan al-iqtidho’i. Sedangkan menurut Malikiyah, Syafi’iyah

dan Hanabilah ada dua saja bentuk dalalah, yaitu mantuq dan mafhum yang

masing-masing terbagi menjadi dua, yakni mantuq sharih (jelas) dan mantuq

ghairu sharih (tidak jelas) serta mafhum muwafaqah dan mafhum

mukhalafah.35

Metode bayani diperkenalkan oleh Imam Syafi’i dalam kitabnya al-

Risalah. Kekuatan Imam Syafi’i terletak pada proyeknya yang mendasarkan

prinsip-prinsip penalaran hukum agama pada hukum-hukum bahasa, baik segi

33
Ibid, h. 29
34
Zaidan, Al-Wajiz Fi Ushul Al-Fiqh.., h. 277
35
Musthafa Sa’id Al-Khin, Atsar Al-Ikhtilaf Fi Al-Qawa’id Al-Ushuliyah Fi Ikhtilaf Al-
Fuqaha (Beirut: Mu’assasah Al-Risalah, 1972). h. 127-138
17

semantik maupun gramatika maupun sintaksisnya. Hukum-hukum bahasa ini

dirangkum olehnya dengan kata al-bayan, sebagaimana disebutkannya dalam

kitabnya al-Risalah:36

‫اسم جامع ملعاىن جمتمعة األصول متشعبة الفروع‬


Bayan adalah sebuah nama yang menyeluruh atau memiliki pengertian
yang kompleks yang mencakup kaidah-kaidah dan memiliki banyak cabang
Dalam istilah ilmu ushul fiqih, metode bayani juga disebut dengan

istilah kaidah-kaidah ushuliyyah yang merupakan alat untuk memahami

sumber hukum Islam yang telah disepakati oleh para ulama, yaitu Alquran,

sunnah, ijma’ dan mazhab sahabat. Dari penjelasan di atas dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa dalam melakukan istinbath hukum Islam dengan metode

bayani harus dari sumber hukum yang telah disepakati para ulama.

2. Metode ta’lili

Secara etimologi kata ‘illat adalah bentuk masdar dari kata ‫عل يعل علة‬

yang berarti sakit atau penyakit. Menurut Imam Jurjani, ‘illat dinamakan

penyakit karena ia mengobah kondisi fisik seseorang dari kuat menjadi

lemah.37 Secara terminologi ditemukan sejumlah rumusan pengertian tentang

‘illat hukum yang redaksionalnya berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Ulama ushul fiqih klasik, misalnya al-Ghazali menyebut ‘illat hukum itu

dengan “manath al-hukm” (keterpautan hukum), yaitu keterpautan hukum

dimana syar’i menggantungkan hukum dengannya. Al-Ghazali terkadang

36
Muhammad Idris Al-Syafi’i, Al-Risalah (Mesir: Maktabah Al-Syuruq Al-Dauliyah,
2005). h. 111
37
Fathurrahman Azhari, Pemikiran Ulama Tentang ‘Illat Hukum (Suatu Kajian Ushul
Fiqih), Jurnal Darussalam, Vol. 15, No. 02, Juli-Desember 2014, h. 35
18

menyebut ‘illat dengan “al-Mu’atstsir” (sesuatu yang membawa pengaruh),

terkadang dengan ungkapan “al-‘alamah” (suatu tanda). Rumusan al-Ghazali

ini tidak berbeda dengan rumusan yang dikemukakan oleh al-Subki yang

menyebutkan bahwa ‘illat itu adalah suatu tanda dan petunjuk bagi

ditetapkannya hukum.38 Rumusan tentang ‘illat hukum yang dikemukakan oleh

para ulama klasik di atas berbeda dengan rumusan yang dipaparkan oleh para

ulama kontemporer, misalnya Muhammad Abu Zahrah menyebutkan bahwa

‘illat hukum itu ialah suatu sifat atau keadaan yang jelas dan serasi sebagai

dasar penetapan hukum. Abd. Karim Zaydan merumuskan bahwa ‘illat hukum

itu adalah sesuatu sifat yang jelas dan pasti yang dapat dijadikan sebagai dasar

pembinaan dan pautan hukum, karena ada atau tidak adanya hukum

berhubungan dengan ada dan tidak adanya ‘illat.39

Dari sejumlah pengertian yang dikemukakan oleh para ulama klasik

maupun ulama kontemporer, maka ‘illat itu merupakan sesuatu yang memberi

tahu dan sesuatu yang mendorong yang menjadi landasan hukum. Namun para

ulama kontemporer bukan saja melihat kepada fungsi ‘illat sebagaimana ulama

klasik, tetapi lebih kepada kriterianya. Misalnya Muhammad Abu Zahrah dan

Abd. Karim Zaydan merumuskan ‘illat lebih tegas, rinci dan jelas kriterianya

terhadap sifat-sifat yang dapat dijadikan ‘illat dalam penetapan hukum.40Para

ulama ushuliyyin memandang masalah ‘illat menjadi tiga golongan, sebagai

berikut:

38
Ibid. h. 35
39
Ibid, h. 36
40
Ibid. h. 37
19

a. Golongan pertama (mazhab Hanafiah dan jumhur) berpendapat bahwa


nash-nash hukum pasti memiliki ‘illat. Selanjutnya mereka mengatakan
“sesungguhnya sumber hukum asal adalah ‘illat hukum itu sendiri hingga
ada petunjuk (dalil) yang menentukan lain”.
b. Golongan kedua beranggapan sebaliknya, bahwa nash-nash hukum itu
tidak ber’illat kecuali ada dalil yang menentukan adanya ‘illat.
c. Golongan ketiga ialah ulama yang menentang qiyas (nufatul qiyas)
yang menganggap tidak adanya ‘illat hukum.41

3. Metode istishlahi

Metode ini merupakan metode penemuan hukum yang kasusnya tidak

diatur secara eksplisit oleh nash, hanya saja metode ini lebih menekankan pada

aspek maslahat secara langsung. Secara etimologi, definisi istishlahi adalah ‫طلب‬

‫( اإلصالح‬menuntut perbaikan), adapun secara terminologi para ushuliyyin

mendefinisikan bahwa istishlahi adalah suatu cara penetapan hukum terhadap

kasus-kasus yang tidak dijelaskan hukumnya oleh nash dan ijma’ dengan

mendasarkan pada pemeliharaan al-mashlahat al-mursalah.42 Maksud dari

berdasarkan maslahat tersebut adalah untuk merealisasikan manfaat, menolak

kemudharatan dan menghilangkan kesusahan bagi manusia.43 Al-Ghazali

menetapkan beberapa syarat agar maslahat dapat dijadikan sebagai penemuan

hukum. Pertama, kemaslahatan itu termasuk kategori peringkat dharuriyat.

Artinya, untuk menetapkan suatu kemaslahatan maka tingkat keperluannya

harus diperhatikan, apakah akan sampai mengancam eksistensi lima unsur

pokok maslahat atau belum sampai pada batas tersebut. Kedua, kemaslahatan

41
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, diterjemahkan oleh Saefullah Ma’sum dkk,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2010), h. 365
42
Abd. Wahab Khallaf, Mashadir Al-Tasyri’ Al-Islami Fima La Nash Fihi (Kuwait: Daar
Al-Qalam, 1993).h. 85
43
Umar Syihab, Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum
Dalam Al-Qur’an (Jakarta: Penamadani, 2008). h. 346
20

itu bersifat qath’i. Artinya yang dimaksud dengan maslahat tersebut benar-

benar telah diyakini sebagai maslahat tidak didasarkan pada dugaan (zhanni)

semata-mata. Ketiga, kemaslahatan itu bersifat kulli. Artinya, kemaslahatan itu

berlaku secara umum dan kolektif, tidak bersifat individual. Apabila maslahat

itu bersifat individual maka syarat lain yang harus dipenuhi adalah bahwa

maslahat itu sesuai dengan maqasid al-syari’at.44 Ishtislahi apabila dilihat

secara objektif dewasa ini tidak dapat ditolak sebagai salah satu sumber hukum

Islam. Sebab kenyataan telah menunjukkan bahwa kemaslahatan manusia akan

terus bertambah dan berkembang mengikuti perkembangan kebutuhan manusia

itu sendiri. Sementara itu, nash Alquran dan hadis sangat terbatas. Perubahan

situasi dan kondisi masyarakat dari masa ke masa berdampak pada semakin

kompleksnya permasalahan hidup manusia dan mengubah struktur kebutuhan

dan kemaslahatannya yang pada gilirannya berimplikasi pada penetapan

hukum.45

H. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang

menggunakan data atau informasi dari berbagai macam teori yang diperoleh dari

kepustakaan. Karena penelitian ini lebih mengedepankan pencarian data, maka

seorang peneliti harus memilih metode sesuai dengan karakteristik obyek studi

dan konseptualisasi teoritiknya.46

44
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Al-Mustashfa…., Op cit, h. 421
45
Umar Syihab, Kontekstualitas Al-Qur’an….., Op cit, h. 347-348
46
Noeng Muhajir. Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rakeh Sarasih,
2000), h. 14
21

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari fokus kajiannya, maka Jenis penelitian ini adalah tergolong

library research. Sehingga penelitian ini mengkaji bahan pustaka yang

berkaitan dengan pemikiran ulama Banjar dalam bidang ekonomi Islam

ditinjau dari aspek produk pemikiran yang tertuang dalam kitab-kitab fikih

mereka.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif

yaitu metode penelitian yang menganalisa dan menghasilkan data deskriptif

yang berupa kata-kata tertulis, simbol-simbol atau lisan. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis dengan tidak

menggunakan prosedur analisis statistic atau kuantifikasi lainnya. Dengan

demikian bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak

menghasilkan perhitungan dalam bentuk apapun, akan tetapi merupakan kata-

kata tertulis.47Karena penelitian ini berusaha mengungkap produk pemikiran

pemikiran ulama Banjar dalam bidang ekonomi Islam ditinjau dari aspek

produk pemikiran ulama banjar yang tertuang dalam kitab-kitab fikih mereka,

maka pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan Ushul fiqh, yaitu kajian suatu penelitian yang dilakukan oleh

seorang peneliti dengan berbekal pengetahuan Ushul fiqh (metodologi

pemikiran hukum Islam) dan bertujuan untuk menunjukkan proses pemikiran

47
Sutrisno RS, Nalar Fikih KH. Musthafa Bisri (Analisis Metodologi Pemikiran
Hukum Islam), Ringkasan Desertasi Pogram Doktos S3 Pascasarjana IAIN Sunan Ampel
Surabaya, h. 21
22

ulama Banjar dalam bidang ekonomi Islam ditinjau dari aspek produk

pemikiran yang tertuang dalam kitab-kitab fikih mereka.

3. Sumber data.

Mengingat penelitian ini tergolong penelitian hukum normatif yang

berbentuk library research atau filologi yang merupakan studi tentang teks-

teks sastra dan catatan tertulis, maka analisa datanya tergolong penelitian

kualitatif. Oleh karena itu, sumber data yang digunakan adalah primer,

sekunder.48

a. primer:

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pemikiran ulama

Banjar dalam bidang ekonomi Islam ditinjau dari aspek produk

pemikiran yang tertuang dalam kitab-kitab fikih mereka yang popular

dikalangan masyarakat banjar yaitu, kitab Sabilal muhtadin, Perukunan,

Perukunan Melayu besar, Asrar as-Shalat, Risalah Rasam Perukunan,

Mabadi’ Al-Fiqh, Risalah Fiqh Muamalah.

b. sekunder:

Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah bahan hukum

yang mendukung bahan hukum primer, yaitu buku-buku yang berkaitan

dengan penelitian ini. Demikian juga seperti jurnal-jurnal, makalah-

48
Menurut Soerjono Soekanto, sumber data penelitian hukum terbagi dalam primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat mengenai
perilaku secara empiris. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan. Adapun
data sekunder dari sudut kekuatan mengikatnya digolongkan dalam tiga bahan hukum: primer
bahan hukum yang mengikat seperti norma dasar; preamble UUD 1945, Pancasila, batang tubuh
UUD 1945, Peraturan perundang-undangan, hukum tidak terkodifkasi seperti hukum adat,
yurispruedensi), bahan hukum sekunder (bahan yang memberikan penjelasan bahan primer seperti
hasil penelitian, hasil karya pakar).Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-
Perss, 2010), h. 51-52.
23

makalah seminar dan artikel-artikel ilmiah yang dapat menunjang

terhadap penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang akan dikaji, penulis menggunakan

beberapa teknik yaitu telaah pustaka,49Aplikasi metode ini dengan

mengumpulkan sumber data di perpustakaan dalam bentuk buku, kitab atau

tulisan lainnya yang menjelaskan tentang konsep ekonomi islam yang menjadi

sumber untuk mengutip bagian-bagian yang akan diuraikan sebagai hasil

penelitian. Kemudian, sumber data diklasifikasi berdasarkan kesamaan isi dan

kemudian dibandingkan serta dijabarkan dalam bentuk narasi deskriptif.

5. Teknik Analisa Data


Sumber data tentang ekonomi Islam yang diperoleh dari studi

kepustakaan selanjutnya dianalisis secara deskriptif,50kualitatif dengan metode

content analysist atau analisis isi, yang bertujuan untuk menunjukkan teori apa

saja yang digunakan ulama dalam produk pemikiran mereka. Sedangkan untuk

menganalisis data menyangkut corak pemikiran mereka, akan digunakan

metode deskriptif analitis komperatif yaitu dengan memaparkan pemikiran

mereka yang tertung dalam kitab Sabilal muhtadin, Perukunan, Perukunan

Melayu besar, Asrar as-Shalat, Risalah Rasam Perukunan, Mabadi’ Al-Fiqh,

Risalah Fiqh Muamalah.

49
Adalah metode pengumpulan data dengan bantuan bermacam-macam materi yang ada
di perpustakaan dengan bantuan buku-buku, majalah-majalah, catatan- catatan dan kisah-
kisah sejarah, pengumpulan data diawali dengan mencari teori-teori yang berhubungan dengan
pembahasan yang diambil dari kepustakaan, kemudian di Telaah dan dikaji hingga menjadi data
yang di butuhkan untuk penyelesaian penelitian. Mardalis, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), h. 28.
50
Teknik deskriptif, yaitu memaparkan dan menguraikan apa adanya data yang ditemukan
dari beberapa sumber yang ada.
24

Selanjutnya untuk menarik kesimpulan digunakan metode deduktif,

induktif. Metode deduktif digunakan ketika menganalisis prinsip-prinsip

metodologi pemikiran ulama Banjar dalam bidang ekonomi Islam yang berlaku

secara umum kemudian diteliti persoalan-persoalan yang berlaku secara

khusus. Metode induktif digunakan ketika melacak metode pemikiran ulama

Banjar dalam bidang ekonomi Islam agar dapat diketahui pendapat mereka

secara jelas.

6. Prosedur Penelitian

Dalam prosesnya, penulis meneliti dan menyusun skripsi menempuh

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Pendahuluan

1) Berkonsultasi dengan dosen penasehat.

2) Mengajukan proposal skripsi.

b. Tahap Persiapan

1) Mengikuti seminar proposal skripsi.

c. Tahap Pelaksanaan

1) Mencari data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti

di perpustakaan ataupun tempat-tempat lain.

2) Mengumpulkan dan mengutip data-data yang ada di dalam literatur-

literatur yang didapat.

3) Memaparkan data hasil penelitian dalam bentuk uraian ke dalam

sebuah skripsi serta memberikan analisis terhadap data yang

diuraikan.

d. Tahap Penyusunan Laporan


25

Selanjutnya penulis menyusun laporan berdasarkan sistematika yang

telah disusun dan mengkonsultasikan data hasil penelitian yang diolah

untuk diperiksa oleh pembimbing skripsi dan kemudian setelah

semuanya dapat disetujui, maka dapat diajukan dan dipertahankan pada

sidang munaqasyah skripsi.

I. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, fokus penelitian,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah, penelitian terdahulu,

kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Biografi Ulama Banjar priode 1779 sampai 1955 Mahehi. yang

berisi riwayat hidup, pendidikan, pengalaman pekerjaan, karya Tulis dan wafat.

Bab III Penyajian data yang berisi Semua Produk pemikiran Ulama banjar

uang tertuang dalam kitab-kitab berbahasa Melayu dalam aspek ekonomi Islam.

Dari priode 1779 sampai 1955 Mahehi.

Bab IV Analisis konsep ekonomi Islam dalam kitab fikih karya ulama

Banjar dan kesinambungan serta perubahan yang terjadi dalam dinamika

intelektual ulama banjar dilihat dari aspek referensi dan produk pemikiran mereka

dalam bidang ekonomi Islam.

Bab V Penutup yang berisi simpulan dan saran-saran.


26

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Abd. Wahab Khallaf, Mashadir Al-Tasyri’ Al-Islami Fima La Nash Fihi (Kuwait:

Daar Al-Qalam, 1993).

Abdurrahman Shiddiq, Asrar as-Shalat Min Kutub al-Mu’tamidah, (Tp, T.Th.)

Abu Daudi, Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Martapura:

YAPIDA, 2003).

Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

1997)

Azyumadi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad

XVIII dan XVIII:Akar Pembaharuan Islam Indonesia (Edisi Revisi),

(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007).

Cholil Nafis, Teori Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: UI-Press, 2011).

Cik Hasan Bisri, Model Penelitian Fiqh Jilid I (Bogor, Kencana, 2003).

Fathurrahman Azhari, Dinamika Perubahan Sosial dan Hukum Islam, at-Tahrir

Volume 16, Nomor 1 (2016)

Fathurrahman Azhari, Pemikiran Ulama Tentang ‘Illat Hukum (Suatu Kajian

Ushul Fiqih), Jurnal Darussalam, Vol. 15, No. 02, Juli-Desember 2014,

Haji Abdurrahman bin Haji Muhammad Ali, Risalah Rasam Parukunan

(Banjarmasin: TB Mutiara, n.d.).

Haji Abdurrasyid Banjar, Perukunan Melayu Besar, (Surabaya : Dua Tiga, tth)

Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke-19

(Jakarta: Bulan Bintang, 1984).


27

M. fahmi al-Amruzi, Membumikan Hukum Islam di Indonesia, al-Banjari,

Volume 14, Nomor 2 (2015)

Mardalis, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisi

Islam diIndonesia, (bandung : Mizan, 1999)

Mawardy Hatta, Pemikiran Tasawuf Haji Muhammad Sarni (Banjarmasin: Tesis

Program Pascasarjana IAIN Antasari, 2004).

Mufti Jamal ad-Din, Perrukunan, (Surabaya, Syirkah Bankul Indah, tth)

Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yoyakarta : dana

Bakti Prima Yasa, 1997).

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, diterjemahkan oleh Saefullah Ma’sum dkk,

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2010)

Muhammad Idris Al-Syafi’i, Al-Risalah (Mesir: Maktabah Al-Syuruq Al-

Dauliyah, 2005).

Musthafa Sa’id Al-Khin, Atsar Al-Ikhtilaf Fi Al-Qawa’id Al-Ushuliyah Fi Ikhtilaf

Al-Fuqaha (Beirut: Mu’assasah Al-Risalah, 1972).

Noeng Muhajir. Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rakeh

Sarasih, 2000).

Rahmadi, Islam Banjar Dinamika dan Tipologi Pemikiran Tauhid, Fiqih dan

Tasawuf, (Banjarmasin : IAIN Antasari Press, 2012)

Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughah al-Fuqaha, (Digital Library, al-Maktabah

as-Syamilah al-Isdar al-Sani, 2005)

Salim Ma’ruf, Risalah Mu’amalah (t.t: t.tp, tth)


28

Sayyid Muhammad Shatha ad-Dimyathi, ‘Ianat at-Thalibin, (Semarang : Toha

Putera, tth).

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-Perss, 2010).

Sukarni, Kitab Fikih Ulama Banjar Kesinambungan dan Perubahan Kajian

Konsep Fikih Lingkungan, Jurnal Studi Keislaman IAIN Antasari

Banjarmasin, Volume 15, Nomor 2 Desember 2015.

Tim Penulis, Satu Abad Pondok Pesantren Darussalam Martapura Kalimantan

Selatan (Martapura: t.p, n.d.).

Umar Syihab, Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum

Dalam Al-Qur’an (Jakarta: Penamadani, 2008).

Zafri Zamzam, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Ulama Besar Juru

Dakwah. ( Banjarmasin: Karya, 1996).


29

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Muhammad Sauqi, S.H.I, M.H


2. Tempat/Tanggal Lahir : Tambak Anyar Ilir, 08 Maret 1992
3. Agama : Islam
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Status Perkawinan : Kawin
6. Alamat : Jl. A.yani Km. 52. Desa Sungai Jelai RT 08. Kec.
Tambang Ulang Kab. Tanah Laut
7. Pendidikan :
a. MI Ushuluddin Martapura timur
b. SDN Tambak Raya
c. MTs Ushuluddin Martapura Timur
d. Paket B Martapura Timur
e. MA Ushuluddin Martapura Timur
f. Paket C Martapura Timur
g. S1 STAI Darussalam Martapura
h. S2 UIN Antasari Banjarmsin
8. Orang Tua
Ayah
Nama : M. Emran
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. A.yani Km. 43,5 RT. 02 Desa Tambak Anyar
Ilir Kec. Martapura Timur Kab. Banjar
Ibu
Nama : Madiati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. A.yani Km. 43,5 RT. 02 Desa Tambak Anyar
Ilir Kec. Martapura Timur Kab. Banjar
9. Saudara (jumlah saudara) : 6 (enam) bersaudara

Banjarmasin, Desember 2019


Penulis

Muhammad Sauqi, S.H.I, M.H


CONTOH JUDUL PUSTAKA

1. ANALISIS TERHADAP KONSEP ZAKAT PROFESI DALAM KOMPILASI

HUKUM EKONOMI EKONOMO SYARIAH

2. ANALISIS TERHADAP KONSEP ZAKAT ANAK WANYI DALAM

KOMPILASI HUKUM EKONOMI EKONOMO SYARIAH

3. ANALISIS TERHADAP KONSEP ZAKAT UANG KERTAS DALAM

KOMPILASI HUKUM EKONOMI EKONOMO SYARIAH

4. ANALISIS TERHADAP KONSEP ZAKAT PRODUKTIF DALAM KITAB

SABIL AL-MUHTADIN

5. ANALISIS TERHADAP KONSEP KONSUMSI ANAK LEBAH,

RAJUNGAN, HALILING, WALUT DALAM KITAB SABIL AL-

MUHTADIN

6. ANALISIS TERHADAP KONSEP SANDA MENGGUNAKAN AKAD JUAL

PUTUS DALAM KITAB MABADI’ ILM FIQIH

7. ANALISIS TERHADAP KONSEP JUAL BELI MU’ATHAHTH DALAM

KITAB RISALAH MUAMALAH

8. ANALISIS TERHADAP KONSEP JUAL BELI YANG DILAKUKAN ANAK

KECIL DALAM KITAB RISALAH MUAMALAH

9. ANALISIS TERHADAP KONSEP DUA AKAD DALAM SATU

TRANSAKSI DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL

10. ANALISIS TERHADAP KONSEP WAKAF PRODUKTIF DALAM

KITAB RISALAH MUAMALAH


11.

12.

Anda mungkin juga menyukai