Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

Tentang

BUDIDAYA TUMBUHAN JAGUNG SEMI (BABY CORN)

Disusun oleh

Meri Saputri (20250008)

Dosen pengampu:

Ir.YUSTITIA AKBAR, MP

PRODI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SUMATERA BARAT

PAYAKUMBUH
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk
dan karuniaNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen produksi tanaman pangan. Diharapkan makalah ini
dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran dan bahan diskusi bagi mahasiswa serta
pembaca pada umumnya dan juga sebagai inspirasi untuk lebih memahami materi sebagai
sumber referensi.selaku dosen pengampu yang telah mendorong dan memotivasi penulis
demi terselesaikanya makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih sangat
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan peran aktif dan kritik yang
konstruktif dari pembaca demi peningkatan kualitas makalah yang akan penulis buat di masa
mendatang.

Penulis

Ok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................1


DAFTAR ISI ..................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................3


1.1       Defenisi jagung baby corn .........................................................................................4
1.2       Penggolongan jagung baby corn.............................................................................4
1.3. Morfologi tanana jagung baby corn.................................................................
 1.4 Manfaat jagung baby..............................................................................................8
BAB II persiapan lahan tanaman jagung baby corn.................................................9
BAB lll lingkungan tumbuh tanaman jagung baby corn...........................................11
BAB lV Perbanyakan Tanaman jagung Baby corn...................................................13
BAB V pemeliharaan tanaman jagung baby corn......................................................14

BAB Vl PENUTUP .......................................................................................................19


3.1  Kesimpulan ...............................................................................................................19
3.2  Saran .........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................20

BAB I

PENDAHULUAN
2.1 Defenisi jagung semi (baby corn)

Jagung manis ditemui oleh seorang penemu di sekitar daerah Amerika bagian

Awal penemuan jagung manis di Amerika bagian tengah ini sekitar tahun 1965.

Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan makanan pokok.
Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan
adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yangdipanen saat masih muda dan belum
membentuk biji (Yudiwanti, dkk, 2010).

Jagung semi (baby corn) adalah tongkol jagung yang dipetik ketika masih sangat muda dan
sebelum biji terbentuk. Pada prinsipnya baby corn dapat dihasilkan dari setiap jenis jagung.
Namun untuk mendapatkan hasil baby corn yang tinggi diperlukan jenis jagung yang khusus.
Baby corn dipanen pada umur yang relatif muda,: yaitu sebelum tongkol mengalami
pembuahan dan masih lunak. Baby corn memiliki umur produksi yang lebih singkat sehingga
dalam pengusahaannya lebih menguntungkan petani daripada jagung biasa.

Jagung semi (baby corn) adalah tongkol jagung yang dipetik ketika masih sangat muda dan
sebelum biji terbentuk. Pada prinsipnya baby corn dapat dihasilkan dari setiap jenis jagung.
Namun untuk mendapatkan hasil baby corn yang tinggi diperlukan jenis jagung yang khusus.
Baby corn dipanen pada umur yang relatif muda, yaitu sebelum tongkol mengalami
pembuahan dan masih lunak. Baby corn memiliki umur produksi yang lebih singkat sehingga
dalam pengusahaannya lebih menguntungkan petani daripada jagung biasa. Baby corn
digolongkan ke dalam sayursayuran yang dikonsumsi dalam keadaan segar dengan kelobot
atau tanpa kelobot atau berupa produk olahan yang disajikan dalam kemasan kaleng yang
diawetkan (Buhaira dan Swari, 2013).

Varietas jagung yang unggul dapat berupa varietas bersari bebas atau varietas hibrida.
Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksiyang lebih tinggi,
tetapi mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan dengan varietas bersari bebas.
Kelemahan tersebut antara lain harga benihnya yang lebih 3mahal, hanya dapat digunakan
maksimal dua kali turunan, dan tersedia dalam jumlah terbatas.Salah satu cara untuk
mengatasi rendahnya produktivitas jagung yaitu dengan perbaikan varietas. Banyak yang
sudah meneliti tentang variasi varietas jagung yang dijadikan sebagai jagung semi, namun
untuk kebutuhan sebagai penghasil jagung semi belum banyak dilakukan pengujian oleh
karena itu pengujian varietas baru perlu dilakukan agar dapat mengetahui varietas yang
paling cocok atau berpotensi untuk dijadikan jagung semi.

2.2 penggolongan jagung baby corn

jagung muda atau baby corn yang ternyata dapat dikonsumsi untuk dijadikan sayuran bergizi.
Baby corn digolongkan ke dalam sayur-sayuran yang dikonsumsi dalam keadaan segar
dengan kelobot atau tanpa kelobot atau untuk mendapatkan hasil baby corn yang tinggi
diperlukan jenis jagung yang khusus. Baby corn dipanen pada umur yang relatif muda,yaitu
sebelum tongkol mengalami pembuahan dan masih lunak. Baby corn memiliki umur produksi
yang lebih singkat sehingga dalam pengusahaannya lebih menguntungkan petani daripada
jagung biasa. Baby corn digolongkan ke dalam sayursayuran yang dikonsumsi dalam keadaan
segar dengan kelobot atau tanpa kelobot atau berupa produk olahan yang disajikan dalam
kemasan kaleng yang diawetkan (Buhairi dan Swari, 2013).

Baby corn merupakan tanaman jagung yang dipanen pada usia dini yang dimana pada bagian
tongkolnya belum terisi penuh dengan biji-bijinya. Waktu pemanenannya sendiri dilakukan
ketika rambut jagung sudah mulai muncul sedikit. Jagung muda umumnya berwarna kuning
pucat, beda dengan jagung dewasa.

Selain baby corn, ada banyak sekali sebutan untuk tongkol jagung yang belum dipenuhi biji
ini. Beberapa diantaranya ada yang menyebutnya dengan jagung putren, cornlets ataupun
baby sweetcorn.

Baby corn biasanya diolah dengan cara ditumis, direbus atau dijadikan campuran salad. Baby
corn dianggap sebagai sayuran paling sehat untuk dikonsumsi, sehingga menjadi favorit para
ibu-ibu untuk dijadikan menu makanan sehari-hari.

Di balik bentuknya yang kecil, baby corn ini ternyata memiliki banyak khasiat yang bagus
untuk kesehatan tubuh. Baby corn diketahui memiliki kadar lemak rendah dan banyak
kandungan protein, kalsium, kalium, berbagai vitamin (A, C, B12, B15), serat dan senyawa
lain.

2.3 Morfologi Jagung Baby Corn

Klasifikasi dari tanaman jagung yaitu Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom :


Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji),
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil),
Sub Kelas : Commelinidae, Ordo : Poales, Famili : Poaceae(suku rumput-rumputan), Genus :
Zea, Spesies : Zea mays L. (Rukmana, 1997).

Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim dan
memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3 meter. Jagung
memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung
merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan
Brown, 2008).
A. Biji

Biji jagung tunggal berbentuk pipih dengan permukaan atas yang cembung atau cekung dan
dasar runcing. Bijinya terdiri atas tiga bagian, yaitu pericarp, endosperma, dan embrio.
Pericarp atau kulit merupakan bagian paling luar sebagai lapisan pembungkus. Endosperma
merupakan bagian atau lapisan kedua sebagai cadangan makanan biji (Paeru dan Dewi,
2017).

B. Akar

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Jagung
mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar
kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan
pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3.

Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian
set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10
buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar
tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif
berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar
adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang
muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah
menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu
penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya)
bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan
pemupukan (Nuning Argo Subekti,dkk. 2012).

C. Batang

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti
padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. (Nuning Argo Subekti,
dkk. 2012). Batang jagung tidak bercabang dan kaku. Bentuk cabangnya silinder dan terdiri
atas beberapa ruas serta buku ruas. Adapun tingginya tergantung varietas dan tempat
penanaman, umumnya berkisar 60-250 cm (Paeru dan Dewi, 2017).

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri
atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi
tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan
pusat batang (pith). Teknik Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris dengan
kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi
dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai
batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah
epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000).

D. Daun

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan bangun pita
(ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer), Antara pelepah dan helai
daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang
licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki
familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini
berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. (Nuning
Argo Subekti, dkk. 2012).

E. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang
disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan
kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air
baik, kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %,
sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan
ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang
hingga beriklim subtropik/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara
500LU-400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah
hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman
jagung sangat membutuhkan sinar matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu
yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 270-320 C (Purwono
dan Hartono, 2005).

F. Rambut jagung

Rambut jagung adalah kepala putik dan tangkai kepala putik buah Zea mays L., berupa
benang-benang ramping, lemas, agak mengkilat, dengan panjang 10-25 cm dan diameter
lebih kurang 0,4 mm. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary
yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau
lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang
tongkol dan kelobot (Subekti dkk., 2008).
G. Tongkol

Tanaman jagung menghasilkan satu atau beberapa tongkol. Tongkol muncul dari buku ruas
berupa tunas yang kemudian berkembang menjadi tongkol. Pada tongkol terdapat biji jagung
yang tersusun rapi. Dalam satu tongkol terdapat 200-400 biji (Paeru dan Dewi, 2017).

2.4 Manfaat Dan ciri jagung baby corn

Berikut merupakan beberapa manfaat menyehatkan jika rutin mengonsumsi baby corn.

a. Melancarkan proses pencernaan

Di dalam baby corn, terdapat kandungan vitamin B yang cukup banyak. Berbagai vitamin B
tersebut dapat berguna untuk membantu mencegah terjadinya sembelit. Sehingga peran
vitamin B disini adalah membantu melancarkan proses pencernaan secara keseluruhan. Selain
itu, serat yang terkandung di dalam baby corn juga akan melancarkan proses metabolisme
tubuh.

b. Mencegah penyakit alzeimer

Penyakit alzeimer merupakan penyakit yang menyebabkan seseorang mengalami kepikunan.


Jagung muda yang notabene mengandung folat yang tinggi dapat

c. membantu mengurangi resiko terkena penyakit alzeimer. Folat sendiri merupakan unsur
yang berfungsi untuk menutrisi otak.

d. Menjaga kesehatan mata

Seperti jagung pada umumnya, jagung muda juga mengandung karotenoid yang cukup
banyak. Karotenoid dapat mendukung kesehatan mata dan menurunkan risiko katarak.

e. Mencegah tekanan darah tinggi

Kadar potassium di dalam jagung muda yang mencapai 17 mg dapat membantu mencegah
naiknya tekanan darah. Potassium merupakan sebuah mineral yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh, berguna untuk mengatur peredaran darah dan melancarkannya.

f. Menyembuhkan infeksi

Kandungan vitamin C dan vitamin A di dalam jagung muda yang tinggi sangat dibutuhkan
sekali untuk kesehatan tubuh. Di dalam satu buah jagung muda terdapat 23% vitamin C dan
3% vitamin A. Kedua vitamin ini berfungsi untuk mencegah bahkan menyembuhkan infeksi
yang mungkin terjadi di dalam tubuh.
BAB ll

PERSIAPAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAGUNG

Persiapan Lahan dan Penanaman. Sebelum ditanami, lahan diberikan pupuk kandang
sebanyak 470 kg per ha atau 250 gram per lubang tanam dengan jarak tanam 40 x 80 cm.
Buat lubang tanam sedalam 5 cm dengan menggunakan tugal (kayu/bambu untuk melubangi
lahan). Setelah sekitar satu minggu, masukkan 3 biji benih jagung dan tutup dengan tanah.
Namun untuk mengurangi serangan ulat tanah, sebagian petani juga menambahkan 1-2 gram
Furadan/lubang tanam dan Ridomil berdosis 5 g/7.5 ml tiap 1 kg benih.

Pengolahan Media Tanam

Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi
menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan aerasi yang
kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah.
Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.

1) Persiapan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh
tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat
barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras
memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu
dihaluskan dan diratakan.

2) Pembukaan Lahan

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman
sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke
dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan
bajak.

3) Pembentukan Bedengan

Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman.
Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah
yang drainasenya jelek.

4) Pengapuran

Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan
berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara
menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam.
Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan
tanaman.

5) Pemupukan

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka
harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada
kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300
kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.

Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:

a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7
cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;

b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah
tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di
tutup tanah;
c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.

BAB lll

Lingkungan tumbuh jagung

Syarat tumbuh tumbuhan jagung

Keadaan tanah

Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 6,5 sampai 7,0 tetapi masih cukup
toleran pada tanah dengan kemasaman yang relatif tinggi, dan dapat beradaptasi pada
keracunan AL.

Iklim

Tanaman jagung memerlukan temperatur rata rata antara 14 - 30° C. Perkembangan dan
pembungaan tanaman jagung manis di pengaruhi oleh panjang hari dan suhu, pada hari
pendek tanaman lebih cepat berbunga.

Budidaya baby corn sudah dilakukan secara professional, sehingga bisa dengan mudah
diperoleh di berbagai tempat.
Namun tidak semua varietas jagung dapat menghasilkan baby corn dengan kualitas yang
baik, itupun juga disertai dengan lahan tanam yang sesuai dan sistem budidaya yang tepat.
Varietas jagung yang bisa diambil baby cornnya, diantaranya adalah:

(1). Jagung ketan (Morrison) yang memiliki daya adaptasi cukup luas sehingga dapat ditanam
di daerah bertemperatur sedang hingga panas serta tahan terhadap penyakit;

(2). Jagung Manis Honey Pearl yang umurnya pendek dengan tinggi sedang dan tahan
terhadap panas serta penyakit;

(3). Arjuna Bisi (CP 1-1) yang memiliki pertumbuhan sangat kuat berumur pendek dan
merupakan salah satu komoditi ekspor;

(4). Jagung Manis Honey Jean No.2 yang tingginya sedang dengan umur pendek serta
kemampuan pertumbuhan cukup kuat.

Agar dapat tumbuh dengan baik, baby corn harus ditanam di daerah yang memiliki
ketinggian 0 – 1.300 meter dari atas permukaan laut atau di daerah yang beriklim 23o – 27o
C dengan pH 5,5 – 7,0. Pertumbuhan baby corn akan menjadi lebih sempurna jika ditanam
pada tanah yang gembur dan kaya humus dengan tingkat kemiringan hingga 8%. Tidak
berbeda halnya dengan budidaya tanaman jagung pada umumnya, baby corn juga dapat
ditanam secara rotasi dengan padi serta dilakukan secara tumpang sari.

Untuk pembudidayaannya, sebelum baby corn ditanam, lahan harus terlebih dahulu diberi
pupuk kandang sekitar 470 kg/hektar atau sebanyak 250 gram/setiap lubang tanam yang
jaraknya 40 x 80 cm. Seminggu setelah pemberian pupuk dan

pembuatan lubang tanam yang dilakukan dengan cara ditugal sedalam 5 cm, biji jagung dapat
dimasukkan ke dalam lubang sebanyak 3 biji untuk setiap lubang. Guna mengantisipasi
serangan ulat tanah, masukkan 1 – 2 gram Furadan/lubang tanam serta Ridofil dengan dosis 5
gram/7.5 ml untuk setiap 1 kg benih.

Selama pemeliharaan, yakni saat masa tanam hingga umur 2 minggu, tanaman tidak perlu
disiram. Bahkan, jika penanaman dilakukan pada musim hujan, tanaman jagung bisa sama
sekali tidak disiram dari masa tanam hingga masa panen. Pemberian/penyiraman air cukup
dilakukan sekali sehari apabila tidak turun hujan. Jika kondisi lahan sangat kering,
penyiraman dapat ditambah agar tanaman tidak kekeringan, terutama pada saat pertumbuhan
dan pembungaan.

Untuk pupuk sintetis yang digunakan, bisa dipakai urea sebanyak 100 kg, TSP 228 kg dan
KCL 72 kg pada setiap hektar lahan dengan waktu tanam sebanyak 2 kali selama masa
periode tanam, yakni disaat tanaman berumur 3 minggu dan pada umur 8 minggu. Disaat
tanaman jagung berumur 70 hari, lakukan pembuangan bunga jantan (detasseling) yang
dilakukan setelah bunga jantan keluar, tetapi belum sempat mekar (sekitar 5-6 minggu setelah
tanam) untuk mencegah terjadinya pembuahan, sehingga buah yang muncul tidak
menghasilkan bulir-bulir jagung. Caranya adalah batang digoyang perlahan-lahan agar
pelepah daun agak melebar. Selanjutnya tangkai bunga jantan dicabut dengan tangan.
Lakukan pula penyiangan seminggu sekali serta pangkas daun yang menutupi buah dari sinar
matahari.

BAB lV

PERBANYAKAN JAGUNG BABY CORN

Pada dasarnya baby corn memang merupakan tanaman jagung yang dipanen saat masih
belum mengeluarkan biji. Namun tidak semua varietas jagung dapat menghasilkan baby corn
dengan kualitas yang baik, itupun juga disertai dengan lahan tanam yang sesuai dan sistem
budidaya yang tepat.

Varietas jagung yang bisa diambil baby corn diantaranya:

a. Jagung Bonanza 9 F1 yang memiliki daya adaptasi cukup luas sehingga dapat ditanam di
dataran tinggi maupun dataran rendah. Umur Panen antara 70-85 HST.

b. Jagung New Lorenza F1 adalah jagung manis bertongkol besar (450-445 gram) dengan
bentuk silindris. Potensi hasil 12-16 ton/Ha.
BAB V
PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG BABY CORN

Pemeliharaan. Selama pemeliharaan, tanaman jagung tak perlu sering disiram, karena bisa bertahan
hingga 2 minggu, namun upayakan agar jangan sampai tanaman mengering karena dapat
menghambat pertumbuhan. Sedangkan saat musim hujan, kebun bisa sama sekali tidak perlu
disiram. Selama periode penanaman sekitar 100 hari, tanaman jagung juga diberikan pupuk sintetis
sebanyak 2 kali yakni pada minggu ke-3 dan ke-8 dengan kebutuhan dosis per hektar per periode
sebanyak 100 kg Urea, 228 kg TSP dan 72 kg KCL.
Teknik pembuangan bunga jantan di umur 70 hari, menjadi kunci sukses petani menghasilkan baby
corn. Pasalnya langkah tersebut menghambat terjadinya pembuahan sehingga tidak akan dihasilkan
bulir jagung. Selain itu, pembersihan rumput liar perlu dilakukan tiap minggu dan daun jika ada daun
yang menutupi buah segera dibuang agar buah tidak terhalang matahari.

Teknik budidaya tumbuhan jagung semi (baby corn)

1. Pemilihan Kultivar

Dalam budidaya baby corn, disarankan untuk menggunakan kultivar berjenis Bright Jean,
SD2, Honey Jean, dan Honey Pearl.
2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan berguna untuk menjadikan lahan lebih optimal sebagai media tanam.
Caranya, tanah diolah dengan dibajak atau dicangkul. Lalu, singkirkan dan buang segala jenis
gulma atau tanaman liar yang ada di lahan.

Berikutnya, taburkan pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha di atas tanah sembari dicangkul
hingga tercampur merata dengan tanah. Berikan pula tambahan kapur hingga pH 6-7 apabila
tingkat kemasaman tanah belum mencukupi. Bentuk guludan berukuran 2.6 x 25 m, dan parit
dengan tinggi 20 cm, dan lebar 40 cm.

3. Penanaman

Sebelum penanaman, buatkan lubang tanam dengan ukuran 65 x 15 cm. Untuk 1 lubang
tanam, cukup diisi 1 benih yang disertai pemberian furadan 1 - 2 gr. Beri pupuk dasar, berupa
pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis yang disesuaikan oleh kebutuhan hara tanah. Cara
pemberiannya dengan ditugal sejauh 5 cm dari setiap lubang. Penyebab perbedaan hasil dari
pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jagung belum diketahui pasti
(Barbieri et al, 2000).

Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara yang diperoleh
tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesis yang pada akhirnya
memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi jagung
(Barri, 2003).

Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk
tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma
terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan (Dad Resiworo, 1992).

Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan
hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu
dibutuhkan jarak tanam optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Sebagai
parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitive terhadap factor
lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya
lebih tinggi dari tanaman yang mendapat cahaya (Sitompul dan Guritno, 1995).

4. Pemeliharaan

Agar pertumbuhan tetap terjaga, perlu untuk dilakukannya serangkaian kegiatan


pemeliharaan yang terdiri dari penyiraman, penyiangan, pembumbunan, pemberian pupuk
susulan, dan pembuangan bunga jantan.

a.Penyiraman

Penyiraman dilakukan setelah penanaman benih agar perkecambahan benih dapat


berlangsung dengan baik. Selanjutnya, penyiraman dilakukan dengan periode sekali sehari
selama minggu pertama setelah tanam, lalu dilanjutkan kembali setelah memasuki minggu
ke-4, dimana tanaman sedang dalam proses pembentukan tonggol. Pada setiap penyiraman,
lakukan secukupnya dan tidak berlebihan untuk menghindari tanaman mati membusuk.

b. Penyiangan

Penyiangan adalah kegiatan pembersihan atau pencabutan tanaman liar gulma.


Disarankan untuk melakukan penyiangan sesering mungkin agar tanaman terhindar dari
tanaman-tanaman pengganggu pertumbuhan.

c. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama, dan pada saat


minggu kelima.

d.Pemupukan Susulan

Menyusul pemupukan dasar, pemupukan susulan diberikan saat tanaman

berumur 3 dan 6 minggu setelah tanam (MST). Caranya, taburkan pupuk pada larikan

berjarak 3 cm.

5. Penentuan saat panen

Jagung semi baby corn adalah jagung biasa yang di panen pada saat tongkol masih muda,
yaitu sebelum tongkol mengalami pembuahan dan masih lunak.Baby corn memiliki umur
produksi yang lebih singkat sehingga dalam pengusahaannya lebih menguntungkan petani
daripada jagung biasa. Jagung semi dipanen pada saat umur jagung berusia 40—50 hari
setelah tanam atau pada saat 5—6 hari setelah bunga betina muncul dan belum dibuahi.Baby
corn digolongkan ke dalam sayursayuran yang dikonsumsi dalam keadaan segar dengan
kelobot atau tanpa kelobot atau berupa produk olahan yang disajikan dalam kemasan kaleng
yang diawetkan (Buhaira dan Swari, 2013

Permasalahan yang terdapat pada Tumbuhan Jagung Semi ( baby corn) dan Solusinya

Hama dan penyakit baby corn adalah hama dan penyakit tanaman jagung yang masih muda
(saat pertumbuhan dan pembungaan), antara lain ;

(1) Hama lalat bibit (Antherigona exiqua Stein) ditandai dengan matinya tanaman yang baru
mulai tumbuh. Pencegahan dan pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan
Folidol, Basudin, Diazinon, Agrocide. Dosis penyemprotan umumnya 1,5-2,0 cc/1 air.
Penyemprotan dilakukan setiap 2-3 hari sekali, dimulai 5 hari setelah tanam;

(2). Ulat tongkol (Heliothis armigera HSN) ditandai dengan rusaknya tongkol, terutama
apabila panen terlambat. Pemberantasannya sama seperti pemberantasan lalat bibit;
(3) Penggerek batang (Sesamia inferens) ditandai dengan adanya lubang-lubang pada batang
karena hama ini masuk dan mengisap cairan batang, terutama saat tanaman telah berbunga.
Tindakan pencegahan dilakukan dengan penyemprotan obat-obatan, seperti pada lalat bibit
saat tanaman baby corn akan berbunga;

(4) Serangan ulat daun (Prodenia litura F) ditandai dengan rusaknya daun karena hama ini
memakan daun baby corn, terutama pada waktu tanaman mulai berumur satu bulan.
Pemberantasannya sama seperti pemberantasan lalat bibit;

(5) Serangan ulat tanah (Agrotis sp) dimulai saat sejak tanaman baby corn mulai tumbuh.
Ulat ini memakan tanaman sampai habis. Pencegahannya dilakukan dengan cara tanah
difumigasi sebelum penanaman dimulai. Sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan
cara ulat yang biasanya terdapat di dalam tanah dicari dan dibunuh;

(6) Penyakit bulai (Corn downy mildew) ditandai dengan adanya garis kuning lebar pada
daun yang merupakan benang cendawan. Pada pagi hari, akan timbul tepung putih menutupi
daerah yang berwarna kuning itu, terutama bagian bawah. Bila penyakit terbawa dari benih,
tanda serangan akan timbul sejak daun masih muda. Penularan penyakit ini dapat melalui
benih dan spora yang terbawa angin. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Sclerospora
maydis atau disebut pula Peronossclerospora maydis. Sebaiknya penyakit ini dicegah dengan
cara menanam varietas yang tahan terhadap penyakit ini. Benih dicampur dengan Ridomil
sebelum ditanam secara serentak;

(7) Helminthosporium, adalah serangan yang ditandai dengan adanya bercak kuning yang
dikelilingi warna cokelat pada daun, pelepah, dan tongkol. Penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Helminthosporium turcicum atau Helminthosporium maydis. Pengendaliannya
dilakukan dengan cara rotasi tanaman, sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan
penyemprotan fungisida;

(8) Karat, serangannya ditandai dengan adanya noda kecil berwarna merah karat di atas
permukaan daun bagian atas. Pada bercak itu terdapat tepung berwarna cokelat dan terasa
kasar seperti karat bila diraba. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Puccinia polyspora.
Pengendaliannya dilakukan dengan penanaman varietas yang tahan terhadap penyakit ini,
sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Panen baby corn
dilakukan dua hari setelah rambut tongkol keluar (silking) pada pagi atau sore hari. Setelah
tongkol keluar, harus dilakukan pengontrolan agar panen tidak terlambat. Sebab
keterlambatan sehari saja bisa mengurangi kualitas baby corn. Hal ini disebabkan semakin
hari tongkol akan semakin mengeras dan membesar sehingga tidak memenuhi mutu yang
disukai konsumen. Sebaliknya panen tongkol yang lebih awal akan diperoleh baby corn yang
masih terlalu lunak. Sehingga ujung tongkol lebih mudah patah kualitasnya menurun.
Ditinjau dari segi standar mutu baby corn, memang belum ada ketentuan baku tentang standar
mutu.
BAB Vl

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jagung manis ditemui oleh seorang penemu di sekitar daerah Amerika bagian tengah. Awal
penemuan jagung manis di Amerika bagian tengah ini sekitar tahun 1965.

Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan makanan pokok.
Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan
adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yangdipanen saat masih muda dan belum
membentuk biji (Yudiwanti, dkk, 2010).

Keadaan tanah dan iklim mempengaruhi syarat tumbuh tumbuhan jagung semi ( baby corn)
Teknik budidaya jagung semi(baby corn) mulai dari persiapan benih, pengolahan tanah,
penanaman, pemeliharaan (penyiraman, penyiangan, pembumbunan

Panen jagung baby corn biasa pada saat tongkol masih muda, yaitu sebelum tongkol
mengalami pembuahan dan masih lunak.Baby corn memiliki umur produksi yang lebih
singkat, Jagung semi dipanen pada saat umur jagung berusia 40—50 hari setelah tanam atau
pada saat 5—6 hari setelah bunga betina muncul dan belum dibuahi.

Hama penyakit yang biasa menggangu pertumbuhan jagung baby corn, mengakibatkan hasil
panen yang di dapat berkurang dan kualitas menurun.

3.2 Saran

Dalam penulisan ini penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan,
maka dari itu kritik dan saran diperlukan untuk melengkapi kekurangan dan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya dan


tanaman terpadu. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id.

http://tipspetani.blogspot.com/2011/06/baby-corn-atau-jagung-semi-atau-jagung.html

Putu Budi Adnyana, Ida Bagus Putu Arnyana, 2000, Morfologi Tumbuhan, Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Singaraja.

Setyamidjaya, Djoehana. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Persiapan. Kanisius.


Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan, 81-82, 126, 236-237, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta

http://www.syarat-tumbuh-tanaman jagung.com. Di akses pada tanggal 14 juni 2014.

https://www.kebunpedia.com/threads/baby-corn-jagung-yang-dipanen-sebelum-berbiji.3915

http://tipspetani.blogspot.com/2011/06/baby-corn-atau-jagung-semi-atau-jagung.html

Anda mungkin juga menyukai