Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mohammad Sulton Amirur Rizal

NPM : 2112010272
Kelas : 2J-Manajemen
Matkul : Bahasa Indonesia Keilmuan

“Sejarah Bahasa Indonesia”

Kongres II bahasa Indonesia tahun 1954 mengakui bahwa bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Melayu. Dalam catatan bahwa bahasa Melayu memiliki sejarah yang cukup
panjang. Dari batu-batu bertulis yang ditemukan, seperti Kedukan Bukit, Talang Tuwo,
Kota Kapur, Karang Brahi, Gandasuli, Bogor, dan Pagaruyung, maka yang paling awal
bertahun 683 M. Hal ini menunjukkan bahwa sejak abad ke-7, bahasa Melayu sudah
ditemukan dalam tulisan dengan aksara Pallawa).Dari bukti ini dapat diduga bahwa secara lisan
beberapa abad sebelumnya bahasa.Melayu sudah digunakan masyarakat penuturnya (orang
Melayu).

Ada 5 faktor yang mendorong tersebarnya bahasa Melayu di nusantara. Pertama,


bahasa Melayu adalah bahasa yang digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya sebagai salah
satu kerajaan di nusantara ini yang berpusat di Sumatera bagian Selatan dan Riau. Kerajaan
Sriwijaya pada masanya pernah menguasai wilayah yang
cukup luas di nusantara ini, sehingga bahasa Melayu sebagai bahasa kerajaan menyebar
seiring dengan meluasnya wilayah Kerajaan Sriwijaya.
Faktor kedua, pusat Kerajaan Sriwijaya merupakan wilayah pusat perdagangan
internasional. Di wilayah ini terjadi pertemuan dagang antarpedagang di nusantara ini
dengan pedagang yang datang dari luar nusantara. Dalam pertemuan perdagangan
tersebut terjadi komunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu sehingga secara tidak
langsung para pedagang dari pelosok nusantara ini dan juga pedagang yang datang dari
luar, mau tidak mau mesti berkomunikasi dalam bahasa Melayu.
Faktor ketiga, pusat Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pendidikan, kebudayaan, dan
keagamaan agama Buddha. Sebagai pusat pembelajaran agama Buddha, membuat
wilayah ini didatangi oleh para pembelajar agama Buddha dari berbagai wilayah,
termasuk yang berasal dari Cina, Champa dan Kamboja dengan bahasa pengantar
bahasa Melayu Kuno. Dalam kaitan ini terjadilah persentuhan antara penutur bahasa
Melayu dengan penutur yang berbahasa asing. Sebagai pusat pendidikan, kebudayaan,
dan keagamaan, intensitas hubungan berbahasa sangat kuat sehingga berdampak
terhadap penguasaan dan pemakaian bahasa Melayu.
Faktor keempat, letak geografis kerajaan Sriwijaya ini di selat Melaka menjadi pintu
masuk para pedagang dari dan ke nusantara sehingga frekuensi dan intensitas
pertemuan dan komunikasi sangat tinggi di jalur ini. Faktor kelima adalah bahasa dan
sastra Melayu. Bahasa Melayu memiliki sistem bahasa yang sangat sederhana, tidak
mengenal tingkat kebahasaan, serta terbuka, sehingga mudah dipelajari, sedangkan dari
segi kesusastraan, sastra Melayu sudah demikian tinggi yang berarti bahwa bahasa
Melayu sudah mempunyai tradisi kesusastraan yang sudah sangat baik.
Kelima faktor di atas yang membuat bahasa Melayu tersebar dan digunakan di
nusantara ini dalam komunikasi antarsuku dan antarbangsa, bagi kepentingan
perdagangan, kebudayaan, pendidikan, dan keagamaan. Dalam kondisi ini
memposisikan bahasa Melayu tidak hanya sebagai bahasa daerah, tetapi sudah menjadi
bahasa perantara ‘lingua franca’ dari berbagai suku dan bangsa yang berbeda bahasa di
nusantara ini. Bahkan oleh Van Ophuijsen (1983) disebutnya sebagai bahasa
internasional.
Kelima faktor di atas yang membuat bahasa Melayu tersebar dan digunakan di
nusantara ini dalam komunikasi antarsuku dan antarbangsa, bagi kepentingan
perdagangan, kebudayaan, pendidikan, dan keagamaan. Dalam kondisi ini
memposisikan bahasa Melayu tidak hanya sebagai bahasa daerah, tetapi sudah menjadi
bahasa perantara ‘lingua franca’ dari berbagai suku dan bangsa yang berbeda bahasa di
nusantara ini. Bahkan oleh Van Ophuijsen (1983) disebutnya sebagai bahasa
internasional.

Pendirian Komisi Bacaan Rakyat tahun 1908 dan kemudian diubah menjadi Balai Pustaka
pata tahun 1917 sebagai lembaga pemerintah Hindia Belanda yang menerbitkan dan
menyediakan bahan bacaan rakyat dalam berbagai sektor kehidupan dalam bahasa
Melayu membuat berkembangnya dan tersebarnya bahasa Melayu di seluruh wilayah
nusantara. Demikian pula terbitnya majalah Pujangga Baru oleh Sutan Takdir
Alisjahbana dan kawan-kawan yang berwawasan nasionalisme dan kebudayaan modern
menjadikan bahasa Indonesia sebagai media perjuangan bangsa bagi kemajuan
kehidupan yang maju dan modern juga memberi andil dalam perkembangan dan
pertumbuhan bahasa Indonesia. Masa pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda
setelah Jepang mengalahkan Belanda nusantara ini merupakan masa yang amat berarti
bagi perkembangan bahasa Indonesia. Jepang sebagai penguasa baru tidak ingin segala
hal yang berbau Belanda digunakan, termasuk bahasa. Jepang berkeinginan agar
bahasa Jepang yang digunakan di wilayah pendudukan ini. Namun penguasaan bahasa
tidak semudah menguasai suatu wilayah, penguasaan dan penggunaan bahasa
memerlukan proses yang panjang. Dalam kondisi transisi ini, pertimbangan yang sangat
realistis adalah digunakannya bahasa pribumi. Dalam hal ini, dipilihlah bahasa Melayu
(Indonesia) sebagai bahasa dalam pemerintahan dan pendidikan atau pengajaran
sehingga pada masa pendudukan Jepang ini bahasa Indonesia digunakan secara resmi
sebagai bahasa pemerintahan dan pendidikan atau pengajaran.

Perjuangan pergerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia, baik


perlawanan fisik berupa peperangan maupun dalam bentuk politik, ditunjang pula oleh
perkembangan dan kondisi wilayah Hindia Belanda di nusantara ini. Kekalahan Belanda
atas Jepang dan kemudian kekalahan Jepang atas sekutu menyebabkan terjadinya
kevakuman kekuasaan di wilayah Hindia Belanda ini. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para
pejuang untuk memproklamasikan diri menjadi negara dan bangsa yang merdeka dan
berdaulat oleh Bapak Soekarno – Hatta atas nama rakyat Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Sidang PPKI pada tangal 18 Agustus 1945 menetapkan UUD RI 1945
serta mengangkat Ir. Soekarno dan Drs. Muh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil
Presiden RI. Dalam UUD 1945 bab 15 pasal 36 ditetapkan bahwa bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara.
Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu sebagai salah satu bahasa daerah di nusantara ini, kemudian berkembang
menjadi bahasa perantara ‘lingua franca’ antarmasyarakat. Kemudian Kongres Pemuda
Indonesia, 28 Oktober 1928 menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan,
bahasa nasional bangsa Indonesia. Setelah merdeka, bahasa Indonesia ditetapkan
sebagai bahasa resmi Negara.

Berkaitan dengan hal tersebut Slamet Mulyana mengemukakan bahwa dipilihnya bahasa
Melayu yang dijadikan bahasa nasional Indonesia karena 4 faktor, yaitu (1) bahasa
Melayu sudah merupakan lingua franca di nusantara. (2) sistem bahasa Melayu
sederhana sehingga mudah dipelajari. (3) suku Jawa, suku Sunda, dan suku lainnya
dengan suka rela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional, dan (4) bahasa Melayu mempunyai 167 kesanggupan untuk dipakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti luas (Arifin dan Tasai, 2008: 8). Di samping itu, Moeliono
(1981: 44) mengemukakan bahwa bahasa Melayu bukan merupakan bahasa asing di
nusantara, dan karena bahasa Melayu merupakan bahasa dengan penutur yang sangat
kecil (4,9%) sementara bahasa Jawa digunakan oleh penutur 47% dan bahasa Sunda
digunakan oleh penutur 14.5% sehingga tidak ada perasaan kalah dan menang,
sehingga dalam hubungan ini, Sutan Takdir Alisjahbana mengatakan sebagai mukjizat
dan Sapardi Djoko Damono menganggap sebagai keajaiban.

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh


sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan
Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan
tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun
morfologi bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional Republik Indonesia mempunyai fungsi yang
khusus sesuai dengan kepentingan bahasa Indonesia, yaitu:
A. Sebagai bahasa resmi, maksudnya bahasa Indonesia merupakan alat untuk
menjalankan administrasi negara. Fungsi itu jelas tampak dalam surat menyurat resmi,
perauran-peraturan, undang-undang, pidato, dan pertemuan-pertemuan resmi.
B. Sebagai bahasa persatuan, maksudnya bahasa Indonesia memrupakan alat untuk
mempersatu berbagai suku di Indonesia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku
yang masing-masing memiliki bahasa dan dialeknya sendiri. Maka, dalam
mengintegrasikan semua suku tersebut, bahasa Indonesia memainkan peranan yang
penting.
C. Sebagai bahasa kebudayaan, maksudnya bahwa dalam pembinaan kebudayaan
Nasional, bahasa Indonesia berperan sebagai wadah penampung kebudayaan. Segala
ilmu pengetahuan dan kebudayaan harus diajarkan dan diperdalam dengan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat pengantarnya.

SOAL
1. Mengapa Sumpah Pemuda yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 dijadikan
tolok ukur lahirnya bahasa Indonesia?
2. Apakah hubungan dan kemiripan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu?
3. Apa fungsi fungsi Bahasa Indonesia ?
4. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu,apa penyeban bahsa Melayu bisa tersebar di
nusantra?
5. Siapa dan kapan pencetusan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasional?

Anda mungkin juga menyukai