Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Fatima

Nim : P07124322011
Mata kuliah : Kegawatdaruratan
Dosen pengampuh : Siti Hadijah Batjo
Tugas : Resume Preeklamsi & Eklampsia
A) Preeklampsia
1. Hipertensi terjadi pada 5-10% komplikasi kehamilan dan bersama-sama dengan
perdarahan dan infeksi menjadi tiga penyebab kematian ibu hamil terbanyak.
Hampir 16 % dari 3201 kematian ibu berasal dari komplikasi kehamilan terkait
hipertensi. Hipertensi ditegakkan diagnosa secara empirik dimana saat
pengukuran tekanan darah mihi 140 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik).
Fase V Korotkoff digunakan untuk pengukuran tekanan diastolik.
a. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1) Gestasional Hipertensi
Tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mmHg untuk pertama kali selama
kehamilan, tanpa proteinuria dan tekanan darah kembali normal sebelum 12
minggu pasca persalinan.
2) Preeklampsia Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, tetapi kurang dari 160/110 mmHg,
setelah usia kehamilan 20 minggu proteinuria. 0,3 gr/L dalam 24 jam atau +1-
2 pada dipstick.
3) Preeklampsi Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, setelah usia kehamilan 20 minggu,
proteinuria 5 gr dalam 24 jam atau +3-4 pada dipstick, produksi urin kurang
dari 500 cc dalam 24 jam seiring dengan peningkatan kadar kreatinin serum.
4) Eklampsia
Kejang yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lain pada wanita dengan
preeklampsia.
5) Superimposed Preeklampsia
Protein onset baru 300 mg/24 jam pada wanita hipertensi tetapi tidak ada
proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu. Peningkatan mendadak
proteinuria atau tekanan darah atau jumlah trombosit < 100.00/L pada wanita
dengan hipertensi dan proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
6) Chronic(preexisting) hypertension
Tekanan darah 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum
usia kehamilan 20 minggu tidak disebabkan oleh penyakit trofoblas
gestasional atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis sebelum usia
kehamilan 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu pasca persalinan.
2. Penatalaksanaan Preeklamsia ringan
a. Rawat jalan
b. Rawat inap
3. Komplikasi
Wanita dengan riwayat PE memiliki risiko penyakit kardiovaskuler, termasuk 4x
peningkatan risiko hipertensi, dan 2x risiko penyakit jantung iskemik, stroke, dan
DVT di masa yang akan datang. Risiko kematian wanita dengan riwayat PE lebih
tinggi, termasuk disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler.

B) Eklampsia

Kejang dan atau koma pada seorang wanita hamil yang preeklamtik, tidak ada
penyebab kejang lainnya, 44 % dari pasien eklamsia post-partum tidak mempunyai
riwayat PE sebelumnya.

 Eklamsia : Ante/intra/pospartum
 Post-partum : 24-48 jam
 Late post-partum eklamsia : kejang > 48 jam sampai 4 minggu post partum
1. Manifestasi klinik
 Kejang
 Durasi : 60-75 detik, tidak lebih dari 3-4 menit
 Antepartum(25%) ,intrapartum(50%)
 postpartum (25%)
 Sebagian besar didahului keluhan Iminen eklamsia
 Lubarsky,1994 :83% sakit kepala
 Fugate, 2004 : 82,5% sakit kepala, 80% hyperactive refleks,44,4% gangguan
penglihatan,30% mual munta
 Penting mengetahui tanda tanda iminen eklamsia
 Segera setelah tanda tanda iminen eklamsiaà kejang
 Facial twitchingà15-20 detik
 Kontraksi otot rahang,bola mata dan
 seluruh tubuh à 60 detikà komaà sadar
2. Penunjang Diagnosis
a. Laboratorium
 Darah lengkap
 Urinalisis
 Fungsi liver
 Hapusan darah tepi
 Asam urat
 Kadar gula darah
 Fungsi ginjal
 Koagulasi
3. Penatalaksanaan
a. Menjaga jalan nafas (cegah tergigitnya lidah, cegah aspirasi, oksigenasi)
b. Menghentikan kejang/mencegah kejang
 Drug of choice : MgSO4
 Serebral vasodilator
 Perbaikan fungsi endotel
 Menghambat pelepasan asetilkolin di neuromuscular junction
 Blocking N methyl D aspartate
c. Mengendalikan tekanan darah
 Mencegah ensefalopati hipertensi, perdarahan intraserebral,gagal jantung,
infark miokard ,disfungsi retina dan solusio plasenta
 Hypertensive emergencies, turunkan TD dalam menit sampai 2 jam.
 Penurunan TD terlalu besar, insufisensi plasenta
 Treatment goal : MAP 105-125 mmHg/ 15-25% .
 Mempertahankan sirkulasi Uteroplasenta
d. Manajemen cairan
 Terapi cairan : RL / Ringer asetat 60-125 cc/jam
 Monitoring hemodinamik diperlukan 3 kelompok kondisi :
1. Pasien dengan edema paru
2. Pasien dengan oliguria
3. Pasien dengan hipertensi refrakter
 3 mekanisme edema paru, kebocoran kapiler, peningkatan PCWP dan
penurunan tekanan onkotik.
 Tekanan onkotik, kadar albumin(70% dari COP), perdarahan dan infus
kristaloid berlebihan.
 Tekanan onkotik harus dijaga.
 Tekanan onkotik (mmHg) = 8,1x serum albumin(g/dl) – 8,2.
 Pada PE Tekanan onkotik turun sampai 15 mmHg.
 (D-A) x BBx 0,8 = gram.
 Prevensi edema paru : cegah perdarahan dan pemakaian cairan kristaloid
dalam jumlah yang banyak
 Pemakaian rutin kristaloid atau koloid dalam jumlah terbatas cukup aman.
e. Manajemen persalinan
 Prevensi edema paru : cegah perdarahan dan pemakaian cairan kristaloid
dalam jumlah yang banyak.
 Pemakaian rutin kristaloid atau koloid dalam jumlah terbatas cukup aman.
 Oliguria : Volume intravaskuler menurun, arteriospasme renal dan
vasospame general, penilaian profil hemodinamik.
 Cara terbaik persalinan pervaginam.
 Dilakukan setelah stabilisasi(24-48 jam).
 SC indikasi obstetrik anestesia regional.
 Ergometrin tidak boleh diberikan misoprostol tidak memiliki efek
hipertensif dan tidak menghambat laktasi.

Anda mungkin juga menyukai