Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PATOFISIOLOGIS MANDIRI

HOMEOSTASIS

1. Seorang wanita sedang menyusui bayinya. Hisapan bayi di payudara mengaktifkan reseptor di
puting susu. Serat sensorik membawa sinyal dari reseptor ini ke hipotalamus (hipofisis
posterior), sehingga merangsang pelepasan hormon oksitosin dari hipotalamus / hipofisis
posterior. Oksitosin merangsang serabut otot polos di saluran payudara untuk berkontraksi,
memeras susu ke dalam mulut bayi. Bayi menyusu lebih kuat, dirangsang oleh keluarnya ASI.
Pelepasan oksitosin dan stimulasi payudara terus berlanjut selama bayi menyusu.

a. Apa stimulus dari feedback/control loop ini ?


Hisapan payudara yang diterima oleh reseptor (mendeteksi/memberi signal)
b. Apa yang dimaksud control center/pusat kendali ?
Hipotalamus/Hipofisis Posterior fungsinya utk mempertimbangkan informasi yang
diterima
c. Apa yang disebut sebagai efektornya?
Hormone oksitosin karena dari hipofisis posterior mensekresikan hormone oksitosin
d. Oksitosin berperan sebagai (jalur reseptor / aferen / jalur eferen) dalam mekanisme
kontrol ini. (Lingkari salah satu istilah yang dicetak tebal.) jalur eferen fungsinya
membawa perintah ke kelenjar/otot nah disini oksitosin membawa perintah dari hipofisis
posterior yaitu oksitosin dialirkan melalui darah dan merangsang kontraksi otot di sekitar
alveoli (pabrik ASI) dan memeras pabrik ke gudang ASI
e. Ini adalah contoh umpan balik (positif / negatif). Bagaimana Anda bisa tahu?

Karena respon yang mendorong ke arah yang berlawanan berupaya memulihkan ke


keadaan normal.
Rangsang awal (hisapan bayi) mengirim sinyal ke hipofisis posterior dan mensekresikan
hormone oksitosin kembali ke rangsangan awal (hisapan bayi) jika hisapan bayi berhenti
maka hormone oksitosin pun berhenti sehingga respons nya berhenti.
2. Seorang wanita dalam proses melahirkan. Ukuran janin dikombinasikan dengan kontraksi
peregangan lapisan otot rahim dinding rahim, merangsang reseptor regangan di serviks. Sinyal
dari reseptor ini dilakukan melalui saraf ke hipotalamus / hipofisis posterior. Hipotalamus /
hipofisis posterior melepaskan oksitosin. Oksitosin bergerak melalui darah dan merangsang
lapisan otot polos rahim. Oksitosin memiliki dua efek pada otot polos uterus:

‒ Secara langsung merangsang otot polos untuk berkontraksi lebih sering dan lebih kuat.

‒ Dinding rahim melepaskan prostaglandin, yang meningkatkan frekuensi dan kekuatan


kontraksi bahkan lebih.

Efek ini mendorong janin lebih kuat ke dalam serviks, merangsang reseptor regangan lebih
lanjut. Reseptor mengirim impuls tambahan ke hipotalamus / hipofisis posterior. Peningkatan
aktivasi hipotalamus / hipofisis posterior merangsang pelepasan oksitosin tambahan, yang
selanjutnya merangsang rahim. Siklus aktivasi ini berlanjut sampai janin dikeluarkan dari rahim.

a. Apa stimulus dari control loop /pusat kendali ini?


Kepala janin yang mendorong ke serviks
b. Apa yang menjadi pusat kendalinya?
Pusat Integralnya adalah Hipofisis posterior yang mensekresikan oksitosin
c. Apa efektornya?
Hormone Oksitosin yg merangsang kontraksi uterus melalui aliran darah ke uterus
d. Ini adalah contoh umpan balik (positif / negatif). Bagaimana Anda bisa tahu?

Karena respon yang mendorong ke arah yang sama sehingga perubahan semakin kuat.
Rangsangan awal (saraf serviks) mengirim sinyal ke pusat integral di respon oleh
hipofisis posterior dan mensekresikan oksitosin di rangsang ke arah yang sama yaitu ke
hipofisis posterior sehingga menambah pelepasan oksitosin.
DISEASE

1. Seorang wanita mengalami lemas, nyeri otot dan demam, setelah beristirahat selama beberapa
hari tanpa meminum obat, tidak ada perbaikan, beberapa hari kemudian merasakan nyeri
tenggorokan dan batuk kering. Hasil pemeriksaan swab PCR menunjukan positive Covid 19,
setelah isolasi mandiri selama 2 hari, wanita tersebut mengalami sesak napas dan dirawat di RS
untuk mendapatkan perawatan. Dari hasil analisis epidemiologi, wanita tersebut telah bepergian
ke luar kota dengan menggunakan pesawat. Anggota keluarganya dilakukan pemeriksaan swab
PCR, 2 orang anaknya negatif, suaminya positif dengan tidak menunjukan gejala apapun

a. Pada kasus ini, apa yang disebut sebagai patogennya?

Corona Virus Disease 19 (Covid 19)

b. Siapa Hostnya?

Seorang Wanita

c. Mengapa wanita tersebut menunjukan gejala?

Karena wanita tersebut sudah pada tahap stages prodromal period/ stage of clinical
disease. Dilihat dari hasil analisis ia berpergian keluar kota yang menyebabkan kelelahan
dan dapat menurunkan fungsi imun tubuh, sehingga dengan mudah terinfeksi covid19. Ia
juga menunjukkan awal gejala ringan namun karena tidak sadar akan kondisi fisiknya
yang sudah terinfeksi virus maka ia berisitirahat saja tanpa meminum obat dan karena
respon imun yang rendah sehingga berlanjut ke gejala berat.

d. Mengapa suaminya tidak menunjukan gejala?

Karena suami masih pada tahap latency or incubation stage/ stage of presymtomatic
dimana suami sudah terinfeksi virus covid19 namun belum ada menunjukkan gejala

e. Virus ini memiliki tingkat infeksi yang tinggi, mengapa kedua anaknya tidak terinfeksi?

Karena pada tahap exposure/injury/pre pathogenesis (stage of susceptibility) dimana pada


tahap ini anaknya terkena paparan virus covid 19 dari ibunya, karena usia anak yang
masih muda dan respon imun yang masih baik sehingga anak ini tidak terinfeksi oleh
virus covid 19
f. Gejala awal yang dialami wanita tersebut tidak spesifik, mengapa hal tersebut dapat
terjadi?

Karena masih pada tahap stage of subclinical disease dimana masuknya pathogen
kedalam tubuh (virus covid19), sudah ada gejala ringan namun masih bisa melakukan
aktifitas (tidak berobat)

g. Apa yang menjadi ciri klinis demam yang disebabkan oleh infeksi?

Gejala/ciri klinis demam covid19 yang dialami wanita tersebut adalah lemas dan nyeri
otot

h. Bagaimana reaksi awal dari adanya infeksi?

System imun ada 2 :

1. System imun non –spesifik/ system imun alami/ innate imunity


2. System imun spesifik / adaptive imunity

Jika ada infeksi/ benda asing yang masuk pada tubuh manusia maka system imun alami
yang akan bekerja dengan sendirinya ↓

Pada system kekebalan Non-Spesifik dimana dapat mendeteksi benda asing dan
melindungi tubuh dari kerusakan namun tidak dapat mengenali benda asing yang masuk
ke dalam tubuh. Reaksi awal yang terjadi adalah reaksi inflamasi/peradangan merupakan
respon local tubuh terhadap infeksi. Menyebabkan kemerahan,panas,bengkak,nyeri,dan
demam.

Respon tubuh terhadap virus covid19 dikenali oleh system imun alami/non spesifik
(innate imunity) dan menimbulkan inflamasi/peradangan → demam (gejala awal
covid19) dan virus covid19 mampu lolos dari system imun alami yang tidak dapat
mempertahankan serangan dari covid19 sehingga yang bekerja adalah system imun
spesifik (adaptive imunity).

i. Bagaimana mekanisme pertahanan tubuh terhadap adanya infeksi?

- Kuman masuk ketubuh →direspon oleh macrophage dengan memakan germ lalu
laporan ke sell helper T kalau makrofag baru saja memakan germ)

- Helper T Cell menerima laporan dari makrofag lalu memberitahu ada zat yang masuk
ke dalam tubuh untuk mengaktifkan cell B and Cell T

- Cell B (antibodi b) merespon dengan menempel pada germ dan membantu menetralkan
germ dan membantu sel sel yang lain untuk membunuh si germ.
- Cell T Pembunuh (cell T citotoksin) merespon dengan melepaskan sitotoksin dan
sesegera mungkin membunuh germ yang terinfeksi sel.

Karena makrofag memberitahu ke Cell T helper lalu mengaktivasi cell B dan Cell
T(sitotoksin) dengan cepat mereka bekerja untuk menghancurkan/membunuh kuman
yang masuk kedalam tubuh manusia.
Penjelasannya :

Immunity innate/non-spesifik/pertahanan tubuh bawaan: tidak bisa membedakan


organisme/pathogen secara spesifik.

1. Pertahanan 1/siaga/ eksternal → barriers → pertahanan tubuh paling luar, yang


menghambat/menghalang/menghancurkan bakteri, virus, mikroorganisme yang
masuk kedalam tubuh.
2. Pertahanan 2/ segera merespon/ internal →
a.fagosit(makan)
b.NK Cell (sel pembunuh)
c. protein antimikroba

a.Fagosit

Penjelasannya: jika sel rusak (tangan


terluka karena paku/kaca/pisau maka
sel akan rusak→mengaktifkan sinyal
kimia→menyebabkan neutrophil
datang→neutrophil kerjanya untuk
memakan mikroorganisme yang
masuk karena tangan yang terluka tadi
(bakteri yang bisa dimakan 5-
20)→kalau bakteri terlalu banyak
maka monosit menyusul→monosit
berubah menjadi makrofag yang

b. NK Cell → natural killer terdapat di system darah dan system limfatik cara
kerjanya melepaskan perforin (senyawa kimia yang membuat pori/lubang pada
permukaan membrane sel) perforin menyebabkan isi dari bakteri keluar dan mati.
c. Protein antimikroba →melawan secara langsung/menghalang.
- Interferon →dihasilkan pada sel tubuh yang telah terinfeksi virus untuk melindungi
bagian sel lain yang ada disekitarnya. Cara kerjanya menghambat sel-sel yang
terinfeksi dan meningkatkan difrensiasi/memperbanyak sel-sel yang sehat.
- Protein komplemen → sekelompok plasma protein terdapat pada system
darah/sirkulasi →aktif jika sudah ada ikatan antigen dan antibody →menempel
dibagian tubuh mikroorganisme dan dibuay pori/lubang sehingga bakteri keluar dan
mati.
Immunity adaptive/spesifik: jika pathogen mampu lolos melewati system kekebalan
tubuh bawaan maka pathogen tersebut akan dihadapi oleh system imun adaptive.
Dibagi menjadi 2 bagian

1. Imunitas seluler (Sel Limfosit T) → menghancurkan sel tubuh yang telah terinfeksi
pathogen
- Pembunuh (sel T sitotoksik/ Tc/ Sel T/CD8)→ mengenali, menghancurkan sel
yang ada protein MHC kelas I (Major Histocompatibility Complex). Cara
kerjanya mengaktivasi perforin → membuat lubang→enzim sel T masuk →sel
yang terinfeksi mati
- Penolong (Sel T Helper/Th/ Sel T/ CD4)→tidak langsung membunuh
→mengenali MHC kelas II →terdapat di Sel B, Makrofag, sel dendritic,dan sel
penampil antigen khusus/APC (antigen presenting cell). Melalui protein MHC
kelas II →APC→memberitahu/laporan pada T Helper → menstimulasi reaksi
inflamasi/peradangan/respon antibody
- Sel T Supresor →mengurangi produksi antibody oleh sel-sel plasma tugasnya
yaitu menghambat
- Sel T memori → untuk mengingat →aktivasi sekunder yang lebih cepat dan kuat
jadi kalau datang virus itu lagi maka antibody kamu sudah mengenalnya dan akan
langsung membentuk antibody untuk menyerang virus tersebut.

2. Imunitas humoral (Sel Limfosit B) → melibatkan immunoglobulin→Ig


A,IgG,IgM,IgE, IgD. Prinsip nya mencegah/membunuh/menghancurkan
mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh.
2. Seorang wanita hamil berusia 33 tahun, HPHT 9 Juli 2019 Sebelum 23 Januari 2020 dalam
kondisi normal. Ayah rekannya dirawat di rumah sakit karena pneumonia virus korona yang
dikonfirmasi pada akhir Desember 2019, dan rekan tersebut mengalami gejala demam setelah
merawat ayahnya di rumah sakit dan kemudian dikonfirmasi dengan sindrom pernafasan akut
coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Saat usia kehamilan 28 + 5 minggu mengalami batuk dan mengeluarkan cairan pada tanggal 26
Januari 2020, kemudian mengalami demam pada tanggal 27 Januari dengan suhu tubuh yang
berfluktuasi antara 37,5 ° C hingga 37,8 ° C.

Dia didiagnosis dengan pneumonia umum dan dirawat dengan cefalosporin oral di RS selama 3
hari. Pemindaian computed tomography (CT) paru pada 30 Januari 2020 (kehamilan 29 + 2
minggu) menunjukkan konsolidasi yang tersebar dan bayangan kedua paru-paru dan hasil tes
rutin darah menunjukkan bahwa jumlah sel darah putihnya 8,15 × 109 / L, rasio neutrofil 78,6%,
jumlah limfosit 1,08 × 109 / L, rasio limfosit 13,3%, protein C-reaktif 99,67 mg / L, dan
hemoglobin 115 g / L.

Pada saat yang sama, dia dites negatif untuk antigen virus influenza A dan B, Mycoplasma
pneumoniae, dan Chlamydia pneumoniae. Pada 3 Februari 2020, ia didiagnosis sebagai kasus
yang dikonfirmasi secara klinis Covid-19, sehingga dilakukan karantina, pengobatan
dikombinasikan dengan inhalasi nebulisasi dan sefalosporin oral .

Lima hari kemudian (usia kehamilan 30 minggu), suhu tubuhnya kembali normal dan gejala
seperti batuk dan meludah menghilang. Selanjutnya, tes usap faring SARS-CoV-2
mengungkapkan dua kali negatif di rumah sakit komunitas pada 5 Maret dan 7 Maret 2020 (usia
kehamilan 34 + 4 minggu). CT scan paru pada 24 Maret 2020 (usia kehamilan 37 minggu)
mengungkapkan bahwa sebagian besar lesi paru telah diabsorbsi.

Pada 5 April 2020 (usia kehamilan 38 + 5 minggu), CT scan paru menunjukkan absorpsi lebih
lanjut dari lesi paru dan pemeriksaan darah menungjukan IgG positif dan imunoglobulin M
(IgM) negatif.

Selain itu, 2 tes swab PCR COVID-19 yang dilakukan pada 6 April 2020 (hari pertama setelah
melahirkan) dan 7 April 2020 (hari kedua setelah melahirkan) menunjukkan hasil negatif.

a. Apa ciri klinis yang menunjukan ibu tersebut mengalami infeksi?

Ibu tersebut mengalami batuk dan mengeluarkan cairan serta demam yang berfluktuasi

b. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

Karena ibu tersebut terpapar/stage exposure dari rekannya yang merawat ayahnya
(terinfeksi coronavirus)
c. Bagaimana succeptibilitas infeksi pada perempuan saat hamil?

Ibu hamil tidak terindikasi lebih beresiko terinfeksi SARS-Cov-2, virus penyebab
COVID19. Namun, penelitian menunjukkan peningkatan resiko ibu hamil mengalami
COVID19 berat jika terinfeksi dibandingkan dengan perempuan tidak hamil pada usia
yang mirip. Covid19 juga meningkatkan kemungkinan melahirkan premature.
Ibu hamil yang lebih tua dan memiliki kondisi-kondisi kesehatan penyerta seperti
Diabetes,Hipertensi lebi beresiko mengalami gangguan kesehatan yang serius akibat
covid19

d. Perubahan apa saja pada imunitas ibu saat hamil?

Saat hamil sel darah putih ibu meningkat karena ibu hamil stress/kaget terjadi perubahan
fisologis pada tubuhnya dan untuk menjaga kestabilan agar tidak rentan terinfeksi oleh
pathogen ini merupakan kejadian normal
Peningkatan sel darah putih ini juga menguntungkan bagi ibu yang terinfeksi covid19
karena system imunitas seluler sangat andil dalam menyerang pathogen yang masuk
kedalam tubuh ibu hamil
- sel T Helper/ Sell penolong/ CD4 melakukan signaling/pemberitahuan pada sel T
Sitotoksin/sel pembunuh/CD8 meningkat secara spesifik pada desidua basalis wanita
seiring bertambahnya usia kehamilan. Namun ini juga dapat merugikan janin, karena
aktifitas sitotoksin yang berlebihan berdampak pada janin sehingga bisa membuat
keguguran
- Sel T Helper juga memberi signaling pada sel B untuk menghasilkan antibody
khususnya IgG serta sel NK (natural killer/sel pembunuh) serta makrofag untuk
melakukan fagositosis (memakan pathogen yang masuk dalam tubuh)

e. Mengapa perempuan hamil tersebut dapat pulih dengan cepat pada kasus ini?

Karena pada ibu hamil ini dilakukan evakuasi covid19 yang cepat dan tepat selain itu
karena system imun ibu yang mendukung dimana pada tanggal 30 januari dilakukan
pemeriksaan sel darah putih masih dalam kadar normal dan Hb ibu juga masih dalam
keadaan normal serta pada tanggal 5 apr diperiksa IgG ibu positif dan IgM negative
dimana IgG pada ibu hamil yang terinfeksi virus covid19 sangat dibutuhkan untuk
melindungi dan mengaktivasi complement/meningkatkan sel fagonistis(memakan
pathogen)
Sumber :

Arjillo T, dkk. “Peran Imunitas Seluler Pada Ibu Hamil”. Ebiomedik.2021;9(2):215-221

Kharin Chahya, dkk.”Dampak Covid-19 Pada Kesehatan Ibu Hamil : Literature


Review”. JKM Metro Sai Wawai. 13(2):76-85

https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_11IPA1170936.pdf

https://www.austincc.edu/apreview/EmphasisItems/Inflammatoryresponse.html

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Bio%20Sistem%20Imunitas-
ns/Topik-1.html

https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-during-pregnancy

https://farmasi.ugm.ac.id/id/perlunya-peningkatan-sistem-imun-pada-pandemi-covid-19/

Anda mungkin juga menyukai