Tugas Patofisiologis
Tugas Patofisiologis
HOMEOSTASIS
1. Seorang wanita sedang menyusui bayinya. Hisapan bayi di payudara mengaktifkan reseptor di
puting susu. Serat sensorik membawa sinyal dari reseptor ini ke hipotalamus (hipofisis
posterior), sehingga merangsang pelepasan hormon oksitosin dari hipotalamus / hipofisis
posterior. Oksitosin merangsang serabut otot polos di saluran payudara untuk berkontraksi,
memeras susu ke dalam mulut bayi. Bayi menyusu lebih kuat, dirangsang oleh keluarnya ASI.
Pelepasan oksitosin dan stimulasi payudara terus berlanjut selama bayi menyusu.
‒ Secara langsung merangsang otot polos untuk berkontraksi lebih sering dan lebih kuat.
Efek ini mendorong janin lebih kuat ke dalam serviks, merangsang reseptor regangan lebih
lanjut. Reseptor mengirim impuls tambahan ke hipotalamus / hipofisis posterior. Peningkatan
aktivasi hipotalamus / hipofisis posterior merangsang pelepasan oksitosin tambahan, yang
selanjutnya merangsang rahim. Siklus aktivasi ini berlanjut sampai janin dikeluarkan dari rahim.
Karena respon yang mendorong ke arah yang sama sehingga perubahan semakin kuat.
Rangsangan awal (saraf serviks) mengirim sinyal ke pusat integral di respon oleh
hipofisis posterior dan mensekresikan oksitosin di rangsang ke arah yang sama yaitu ke
hipofisis posterior sehingga menambah pelepasan oksitosin.
DISEASE
1. Seorang wanita mengalami lemas, nyeri otot dan demam, setelah beristirahat selama beberapa
hari tanpa meminum obat, tidak ada perbaikan, beberapa hari kemudian merasakan nyeri
tenggorokan dan batuk kering. Hasil pemeriksaan swab PCR menunjukan positive Covid 19,
setelah isolasi mandiri selama 2 hari, wanita tersebut mengalami sesak napas dan dirawat di RS
untuk mendapatkan perawatan. Dari hasil analisis epidemiologi, wanita tersebut telah bepergian
ke luar kota dengan menggunakan pesawat. Anggota keluarganya dilakukan pemeriksaan swab
PCR, 2 orang anaknya negatif, suaminya positif dengan tidak menunjukan gejala apapun
b. Siapa Hostnya?
Seorang Wanita
Karena wanita tersebut sudah pada tahap stages prodromal period/ stage of clinical
disease. Dilihat dari hasil analisis ia berpergian keluar kota yang menyebabkan kelelahan
dan dapat menurunkan fungsi imun tubuh, sehingga dengan mudah terinfeksi covid19. Ia
juga menunjukkan awal gejala ringan namun karena tidak sadar akan kondisi fisiknya
yang sudah terinfeksi virus maka ia berisitirahat saja tanpa meminum obat dan karena
respon imun yang rendah sehingga berlanjut ke gejala berat.
Karena suami masih pada tahap latency or incubation stage/ stage of presymtomatic
dimana suami sudah terinfeksi virus covid19 namun belum ada menunjukkan gejala
e. Virus ini memiliki tingkat infeksi yang tinggi, mengapa kedua anaknya tidak terinfeksi?
Karena masih pada tahap stage of subclinical disease dimana masuknya pathogen
kedalam tubuh (virus covid19), sudah ada gejala ringan namun masih bisa melakukan
aktifitas (tidak berobat)
g. Apa yang menjadi ciri klinis demam yang disebabkan oleh infeksi?
Gejala/ciri klinis demam covid19 yang dialami wanita tersebut adalah lemas dan nyeri
otot
Jika ada infeksi/ benda asing yang masuk pada tubuh manusia maka system imun alami
yang akan bekerja dengan sendirinya ↓
Pada system kekebalan Non-Spesifik dimana dapat mendeteksi benda asing dan
melindungi tubuh dari kerusakan namun tidak dapat mengenali benda asing yang masuk
ke dalam tubuh. Reaksi awal yang terjadi adalah reaksi inflamasi/peradangan merupakan
respon local tubuh terhadap infeksi. Menyebabkan kemerahan,panas,bengkak,nyeri,dan
demam.
Respon tubuh terhadap virus covid19 dikenali oleh system imun alami/non spesifik
(innate imunity) dan menimbulkan inflamasi/peradangan → demam (gejala awal
covid19) dan virus covid19 mampu lolos dari system imun alami yang tidak dapat
mempertahankan serangan dari covid19 sehingga yang bekerja adalah system imun
spesifik (adaptive imunity).
- Kuman masuk ketubuh →direspon oleh macrophage dengan memakan germ lalu
laporan ke sell helper T kalau makrofag baru saja memakan germ)
- Helper T Cell menerima laporan dari makrofag lalu memberitahu ada zat yang masuk
ke dalam tubuh untuk mengaktifkan cell B and Cell T
- Cell B (antibodi b) merespon dengan menempel pada germ dan membantu menetralkan
germ dan membantu sel sel yang lain untuk membunuh si germ.
- Cell T Pembunuh (cell T citotoksin) merespon dengan melepaskan sitotoksin dan
sesegera mungkin membunuh germ yang terinfeksi sel.
Karena makrofag memberitahu ke Cell T helper lalu mengaktivasi cell B dan Cell
T(sitotoksin) dengan cepat mereka bekerja untuk menghancurkan/membunuh kuman
yang masuk kedalam tubuh manusia.
Penjelasannya :
a.Fagosit
b. NK Cell → natural killer terdapat di system darah dan system limfatik cara
kerjanya melepaskan perforin (senyawa kimia yang membuat pori/lubang pada
permukaan membrane sel) perforin menyebabkan isi dari bakteri keluar dan mati.
c. Protein antimikroba →melawan secara langsung/menghalang.
- Interferon →dihasilkan pada sel tubuh yang telah terinfeksi virus untuk melindungi
bagian sel lain yang ada disekitarnya. Cara kerjanya menghambat sel-sel yang
terinfeksi dan meningkatkan difrensiasi/memperbanyak sel-sel yang sehat.
- Protein komplemen → sekelompok plasma protein terdapat pada system
darah/sirkulasi →aktif jika sudah ada ikatan antigen dan antibody →menempel
dibagian tubuh mikroorganisme dan dibuay pori/lubang sehingga bakteri keluar dan
mati.
Immunity adaptive/spesifik: jika pathogen mampu lolos melewati system kekebalan
tubuh bawaan maka pathogen tersebut akan dihadapi oleh system imun adaptive.
Dibagi menjadi 2 bagian
1. Imunitas seluler (Sel Limfosit T) → menghancurkan sel tubuh yang telah terinfeksi
pathogen
- Pembunuh (sel T sitotoksik/ Tc/ Sel T/CD8)→ mengenali, menghancurkan sel
yang ada protein MHC kelas I (Major Histocompatibility Complex). Cara
kerjanya mengaktivasi perforin → membuat lubang→enzim sel T masuk →sel
yang terinfeksi mati
- Penolong (Sel T Helper/Th/ Sel T/ CD4)→tidak langsung membunuh
→mengenali MHC kelas II →terdapat di Sel B, Makrofag, sel dendritic,dan sel
penampil antigen khusus/APC (antigen presenting cell). Melalui protein MHC
kelas II →APC→memberitahu/laporan pada T Helper → menstimulasi reaksi
inflamasi/peradangan/respon antibody
- Sel T Supresor →mengurangi produksi antibody oleh sel-sel plasma tugasnya
yaitu menghambat
- Sel T memori → untuk mengingat →aktivasi sekunder yang lebih cepat dan kuat
jadi kalau datang virus itu lagi maka antibody kamu sudah mengenalnya dan akan
langsung membentuk antibody untuk menyerang virus tersebut.
Saat usia kehamilan 28 + 5 minggu mengalami batuk dan mengeluarkan cairan pada tanggal 26
Januari 2020, kemudian mengalami demam pada tanggal 27 Januari dengan suhu tubuh yang
berfluktuasi antara 37,5 ° C hingga 37,8 ° C.
Dia didiagnosis dengan pneumonia umum dan dirawat dengan cefalosporin oral di RS selama 3
hari. Pemindaian computed tomography (CT) paru pada 30 Januari 2020 (kehamilan 29 + 2
minggu) menunjukkan konsolidasi yang tersebar dan bayangan kedua paru-paru dan hasil tes
rutin darah menunjukkan bahwa jumlah sel darah putihnya 8,15 × 109 / L, rasio neutrofil 78,6%,
jumlah limfosit 1,08 × 109 / L, rasio limfosit 13,3%, protein C-reaktif 99,67 mg / L, dan
hemoglobin 115 g / L.
Pada saat yang sama, dia dites negatif untuk antigen virus influenza A dan B, Mycoplasma
pneumoniae, dan Chlamydia pneumoniae. Pada 3 Februari 2020, ia didiagnosis sebagai kasus
yang dikonfirmasi secara klinis Covid-19, sehingga dilakukan karantina, pengobatan
dikombinasikan dengan inhalasi nebulisasi dan sefalosporin oral .
Lima hari kemudian (usia kehamilan 30 minggu), suhu tubuhnya kembali normal dan gejala
seperti batuk dan meludah menghilang. Selanjutnya, tes usap faring SARS-CoV-2
mengungkapkan dua kali negatif di rumah sakit komunitas pada 5 Maret dan 7 Maret 2020 (usia
kehamilan 34 + 4 minggu). CT scan paru pada 24 Maret 2020 (usia kehamilan 37 minggu)
mengungkapkan bahwa sebagian besar lesi paru telah diabsorbsi.
Pada 5 April 2020 (usia kehamilan 38 + 5 minggu), CT scan paru menunjukkan absorpsi lebih
lanjut dari lesi paru dan pemeriksaan darah menungjukan IgG positif dan imunoglobulin M
(IgM) negatif.
Selain itu, 2 tes swab PCR COVID-19 yang dilakukan pada 6 April 2020 (hari pertama setelah
melahirkan) dan 7 April 2020 (hari kedua setelah melahirkan) menunjukkan hasil negatif.
Ibu tersebut mengalami batuk dan mengeluarkan cairan serta demam yang berfluktuasi
Karena ibu tersebut terpapar/stage exposure dari rekannya yang merawat ayahnya
(terinfeksi coronavirus)
c. Bagaimana succeptibilitas infeksi pada perempuan saat hamil?
Ibu hamil tidak terindikasi lebih beresiko terinfeksi SARS-Cov-2, virus penyebab
COVID19. Namun, penelitian menunjukkan peningkatan resiko ibu hamil mengalami
COVID19 berat jika terinfeksi dibandingkan dengan perempuan tidak hamil pada usia
yang mirip. Covid19 juga meningkatkan kemungkinan melahirkan premature.
Ibu hamil yang lebih tua dan memiliki kondisi-kondisi kesehatan penyerta seperti
Diabetes,Hipertensi lebi beresiko mengalami gangguan kesehatan yang serius akibat
covid19
Saat hamil sel darah putih ibu meningkat karena ibu hamil stress/kaget terjadi perubahan
fisologis pada tubuhnya dan untuk menjaga kestabilan agar tidak rentan terinfeksi oleh
pathogen ini merupakan kejadian normal
Peningkatan sel darah putih ini juga menguntungkan bagi ibu yang terinfeksi covid19
karena system imunitas seluler sangat andil dalam menyerang pathogen yang masuk
kedalam tubuh ibu hamil
- sel T Helper/ Sell penolong/ CD4 melakukan signaling/pemberitahuan pada sel T
Sitotoksin/sel pembunuh/CD8 meningkat secara spesifik pada desidua basalis wanita
seiring bertambahnya usia kehamilan. Namun ini juga dapat merugikan janin, karena
aktifitas sitotoksin yang berlebihan berdampak pada janin sehingga bisa membuat
keguguran
- Sel T Helper juga memberi signaling pada sel B untuk menghasilkan antibody
khususnya IgG serta sel NK (natural killer/sel pembunuh) serta makrofag untuk
melakukan fagositosis (memakan pathogen yang masuk dalam tubuh)
e. Mengapa perempuan hamil tersebut dapat pulih dengan cepat pada kasus ini?
Karena pada ibu hamil ini dilakukan evakuasi covid19 yang cepat dan tepat selain itu
karena system imun ibu yang mendukung dimana pada tanggal 30 januari dilakukan
pemeriksaan sel darah putih masih dalam kadar normal dan Hb ibu juga masih dalam
keadaan normal serta pada tanggal 5 apr diperiksa IgG ibu positif dan IgM negative
dimana IgG pada ibu hamil yang terinfeksi virus covid19 sangat dibutuhkan untuk
melindungi dan mengaktivasi complement/meningkatkan sel fagonistis(memakan
pathogen)
Sumber :
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_11IPA1170936.pdf
https://www.austincc.edu/apreview/EmphasisItems/Inflammatoryresponse.html
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Bio%20Sistem%20Imunitas-
ns/Topik-1.html
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-during-pregnancy
https://farmasi.ugm.ac.id/id/perlunya-peningkatan-sistem-imun-pada-pandemi-covid-19/