Anda di halaman 1dari 10

Makalah

THARIQAH QADIRIYAH
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Miftahul Huda, M.AG

Disusun Oleh:
1. Ahmad ihsan Syahroni (220202002)
2. Denda Resi Melisa (220202009)
3. Atikah Dwi Salmida (220202012)
4. Hamka Arya Darma (220202015)
5. Andreano Saputra (220202034)

PROGRAM STUDI HUKUM KELURGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 22 September 2022


Penyusun

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Biografi Pendiri Thariqah Qadiriyah...................................................2
B. Ajaran Pokok Thariqah Qadiriyah.......................................................2
C. Sejarah Perkembangan Thariqah Qadiriyah........................................5
BAB III KESIMPULAN.................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Qadiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Al-
Jaelani. Tarekat Qadiriyah berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria kemudian diikuti
oleh jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika, dan Asia.
Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke 15 M.
Tarekat Qadiriyah ini dikenal luwes, yaitu apabila murid sudah mencapai derajat
syekh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat
gurunya, bahkan dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya.
Hal ini tampak pada ungkapan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani sendiri, “Bahwa murid
yang sudah mencapai derajat gurunya, maka dia menjadi mandiri sebagai syeikh dan
Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya.”
Tarekat Qadiriyah menurut ulama sufi juga memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
mendekatkan diri dan mendapat ridho dari Allah SWT, oleh sebab itu dengan tarekat
manusia harus mengetahui hal-ikhwal jiwa dan sifat-sifatnya yang baik dan terpuji untuk
kemudian diamalkan, maupun yang tercela harus ditinggalkan..
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut rumusan masalah:
a. Siapa pendiri Thariqah Qadiriyah ?
b. Apa saja ajaran Thariqah Qadiriyah?
c. Bagaimana perkembangan Thariqah Qadiriyah?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Mengetahui pendiri Thariqah Qadiriyah.
b. Mengetahui ajaran Thariqah Qadiriyah.
c. Mengetahui perkambangan Thariqah Qadiriyah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendiri Thariqah Qadiriyah


Tarekat Qodiriyah dinisabkan kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani  yang
bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Shalih Zango Dost
al-Jaelani. Lahir di Jilan tahun 470 H/1007 M dan wafat di Baghdad pada 561 H/1166
M.[1]
Nama lengkap dan silsilah Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani sampai ke Nabi
Muhammad SAW adalah Abu Muhammad Abdul Qadir al-Jaelani bin Abi Shalih bin
Musa bin Janki Dusat bin Abi Abdillah bin Yahya al-Zahid bin Muhammad bin hasan
al-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimmah az-Zahra al-Batul Binti Rasulullah
SAW.[2]
Dalam usia 8 tahun, Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani sudah meninggalkan Jilan
menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Meskipun tidak diterima belajar di
Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin oleh Ahmad al-
Ghazali. Tapi, beliau tetap belajar sampai mendapat ijazah dari gurunya yang
bernama Abu Yusuf al-Hamadany (440-535H/1048-1140M).
Selama 25 tahun, Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani menghabiskan waktunya
sebagai pengembara sufi di padang pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai
tokoh sufi di dunia Islam. Selain itu, beliau memimpin madrasah di Baghdad. Sesudah
beliau wafat, madrasahnya itu diteruskan oleh ankanya Abdul Wahhab (552-593
H/1151-1196M), kemudian dilanjutkan pula oleh anaknya Abdul Salam (1213M),
diceritakan bahwa ada seorang lagi puteranya, bernama Abdul Razzaq
(528-603H/1134-1206 M), seorang yang sangat zuhud dan salih.[3]

B. Ajaran Pokok Thariqah Qadiriyah


Syaikh Abdul Qadir Jailani menetapkan tujuh ajaran dasar thariqah Qadiriyah:
1. Taubat
Taubat adalah kembali kepada Allah dengan mengurangi ikatan dosa yang
terus-menerus dari hati kemudian melaksanakan setiap hak Tuhan.
Menurut Syekh Abdul Qodir al-Jaelani, taubat itu ada dua macam, yaitu:

1. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm.26


2.  Syaikh Abdul Qodir Jailani Guru para Pencari Tuhan, hlm.90
3.Pengantar Ilmu Tarekat, hlm.309

2
a. Taubat yang berkaitan dengan hak manusia. Taubat ini tidak terealisasi, kecuali
dengan menghindari kedzaliman, memberikan hak kepada yang berhak, dan
mengembalikan kepada manusia.
b. Taubat yang berkaitan dengan Allah. Taubat ini dilakukan dengan cara selalu
mengucapkan istighfar dengan lisan, menyesal dalam hati, dan bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi di masa yang akan datang.

2. Zuhud
Zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang
bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan
sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akhirat.
Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani, zuhud ada dua macam, yaitu: zuhud
hakiki (mengeluarkan dunia dari hatinya) dan zuhud lahir (mengeluarkan dunia dari
hadapannya).
Zuhud membawa kesucian kepada diri si salik. Zuhud mengajarkan betapa
si salik harus menahan hawa nafsu serta menolak semua tuntutannya. Kita tahu bahwa
dalam berbagai hal, hawa nafsulah puncak segala kecelakaan diri, baik di dunia
terlebih akhirat. Oleh karena itu, nafsu tidak boleh dijadikan teman, justru harus
dianggap sebagai lawan.

3. Tawakal

Tawakal artinya berserah diri. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menekankan


bahwa tawakal berada diantara pintu-pintu iman, sedangkan iman tidak terurus
dengan baik kecuali dengan adanya ilmu, hal,  dan amal. Intinya, tawakal akan terasah
dengan ilmu dan ilmu menjadi pokok tawakal, sementara amal adalah buah dari
tawakal. Adapun hal adalah buah dan maksud tawakal itu sendiri.
Dengan demikian, hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada
Allah dan membersihkan diri dari gelapnya pilihan, tunduk dan patuh kepada hukum
dan takdir.
Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menekankan pentingnya tawakal dengan
mengutip sabda nabi, “Bila seseorang mneyerahkan dirinya secara penuh kepada
Allah, maka Allah akan mengaruniakan apa saja yang dimintanya. Begitu juga
sebaliknya, bila dengan bulat ia mneyerahkan dirinya kepada dunia, maka Allah
akan membiarkan dirinya dikuasai oleh dunia.” 

3
Semakin banyak orang mengejar dunia, maka semakin lupa dia akan akhirat,
sebagaimana dinyatakan dalam sabda Nabi SAW, “Apabila ingatan manusia telah
condong kepada dunia, maka ingatannya kepada akhirat akan berkurang.”

4. Syukur

Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih atas nikmat yang diterima. Menurut
Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani hakikat syukur adalah mnegakui nikmat Allah karena
Dialah Pemilik karunia dan pemberian sehingga hati mengakui bahwa segala nikmat
berasal dari Allah. Dengan demikian, syukur adalah pekerjaan hati dan anggota
badan.
Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani membagi syukur menjadi tiga macam :
a. Syukur dengan lisan
b. Syukur dengan anggota badan
c. Syukur dengan hati

5. Sabar

Sabar adalah tidak mengeluh karena sakitnya musibah yang menimpa kita
kecuali mengeluh kepada Allah.
Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jaelani, sabar ada tiga macam, yaitu:
a. Bersabar kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjahui
larangan-Nya.
b. Besabar bersama Allah, yaitu bersabar terhadap ketetapan Allah dan perbuatan-Nya
terhadapmu dari berbagai macam kesulitan dan musibah.
c. Bersabar atas Allah, yaitu bersabar atas rezeki, jalan keluar, kecukupan,
pertolongan, dan pahala yang dijanjikan Allah di akhirat.

6. Ridha

Ridha adalah kebahagiaan hati dalam menerima ketetapan (takdir). Secara


umum para salik perpendapat bahwa seorang yang ridha adalah seorang yang
menerima ketetapan Allah dengan berserah diri, pasrah tanpa menunjukkan
penentangan terhadap apa yang dilakukan oleh Allah.

4
7. Jujur

Secara bahasa jujur adalah menetapkan hukum sesuai dengan kenyataan.


Sedangkan dalam istlah sufi dan menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani, jujur adalah
mengatakan dengan benar dalam kondisi apapun, baik menguntungkan maupun tidak
menguntungkan.

Kejujuran adalah kedudukan yang tertinggi dan jalan yang paling lurus, yang
dengannya dapat dibedakan antara orang munafik dan orang yang beriman. Kejujuran
adalah rohnya perbuatan, tiang keimanan, dan satu tingkat di bawah derajat kenabian.
[4]

C. Perkembangan Thariqah Qadiriyah


Perkembangan tarekat ini ke berbagai daerah kekuasaan Islam di luar Baghdad
adalah suatu hal yang wajar. Sejak zaman Syekh Abd. Qadir al-Jailani, sudah ada
beberapa muridnya yang mengajarkan metode dan ajaran tasawufnya ke berbagai
negeri Islam. Demikian juga kerja keras dan ketulusan putera-puteri Syekh Abd.
Qadir al-Jailani sendiri melanjutkan tarekat ayahnya, sehingga pada abad 12-13 M,
tarekat ini telah tersebar ke berbagai daerah Islam, baik di Barat maupun di Timur.
Menurut Trimingham, Tarekat Qadiriyah sampai dengan sekarang ini (abad
XX), mesih merupakan tarekat yang terbesar di dunia Islam, dengan berjuta-juta
pengikutnya. Mereka tersebar di berbagai penjuru dunia Islam, dengan berjuta-juta
pengikutnya. Mereka tersebar di perbagai penjuru dunia seperti Yaman, Mesir, India,
Turki, Syiria, dan Afrika. Trimingham juga mencatat, ada 29 jenis tarekat baru yang
merupakan modifikasi baru dari Tarekat Qadiriyah. Ini terjadi karena dalam Tarekat
Qadiriyah ada kebebasan bagi para murid yang telah mencapai tingkatan mursyid,
untuk tidak terikat dengan metode yang diberikan oleh mursyidnya, dan bisa membuat
metode riyadat tersendiri. 29 jenis tarekat tersebut menyebar ke berbagai belahan
dunia Islam, di samping Tarekat Qadiriyah itu sendiri, dan tarekat-tarekat lain yang
belum terjangkau dalam penelitian Trimingham.[5]

BAB III

4. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia


5. Al-Hikmah, memahami teosofi tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah

5
KESIMPULAN
Qadiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Al-
Jaelani. Tarekat Qadiriyah berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria kemudian diikuti oleh
jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika, dan Asia. Tarekat
ini sudah berkembang sejak abad ke 15 M.

Ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menekankan pada pensucian diri dari nafsu


dunia. Karena itu, beliau memberikan beberapa petunjuk untuk mencapai kesucian diri yang
tinggi. Adapun beberapa ajaran tersebut adalah :

1. Taubat

2. Zuhud

3. Tawakkal

4. Syukur

5. Sabar

6. Ridha

7. Jujur

DAFTAR PUSTAKA

6
Mukarromah, Ulul Albab (Akhlak), 2007. Mojokerto : Mutiara Ilmu
Mulyati, Sri (et.al). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. 2006. Jakarta :
Kencana.
Razzaq Abdul al-Karim. Syaikh Abdul Qadir Jailani Guru Para Pencari Tuhan.
2009. Bandung : Mizania
DR. H. Kharisudin Aqib, M.Ag., AL-HIKMAH Memahami Teosofi Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. pt.bina ilmu
Moh. Rozi Indrafuddin, Tarekar sebagai lembaga bimbingan dan penyuluhan
kesufian massal

Anda mungkin juga menyukai