Anda di halaman 1dari 4

BAB II

Pembahasan

A. Fair Trade

Bagi beberapa orang yang sudah mendengar istilah fair trade pasti
langsung berpikir bahwa kata tersebut dapat membuat orang berpikir tentang citra
kopi, cokelat, dan petani bahagia dengan produk segar yang diiklankan.
Umumnya, para konsumen memiliki pemikiran bahwa produk fair trade mungkin
merupakan pilihan yang baik, tetapi mungkin mereka tidak yakin persis mengapa.
Sebagaimana didefinisikan dalam International Fair-Trade Charter, 2018, fair
trade merupakan adalah kemitraan perdagangan yang bersifat komunikatif,
transparansi, dan rasa hormat, yang mengupayakan kesetaraan yang lebih besar
dalam perdagangan internasional. Fair trade berkontribusi pada pembangunan
berkelanjutan dengan menawarkan kondisi perdagangan yang lebih baik, dan
mengamankan hak-hak, produsen dan pekerja yang terpinggirkan.

Dengan sumber daya yang terbatas, fair trade adalah tentang menciptakan
peluang pasar bagi produsen yang tidak dapat melakukan kegiatan mengekspor,
menghasilkan kesepakatan bisnis yang mungkin dapat merubah kehidupan
produsen. Dibandingkan dengan perusahaan "alternatif" yang mempraktikkan fair
trade atau membeli dari bisnis yang terpinggirkan agar kita dapat menghasilkan
manfaat sosial, pertanyaan apakah prinsip-prinsip fair trade dapat diterapkan
sepenuhnya pada bisnis arus utama masih menjadi bahan perdebatan. Oleh karena
itu, para produsen kecil perlu meningkatkan kualitasnya untuk dapat
menghasilkan produk-produk berkualitas berstandar internasional. Di satu sisi, ini
merupakan perkembangan positif karena merupakan katalis bagi mereka untuk
melompati pesaing mereka. Di sisi lain, persaingan dan persaingan global
membuat produsen kecil sulit memasuki pasar internasional, terutama dalam hal
tujuan ekspor (NTE) dan ketatnya regulasi World Trade Organization (WTO).

B. Penciptaan Kesejahteraan Petani Cabai

Di Indonesia, cabai sudah menjadi komoditas penting dalam kehidupan


masyarakat. Hampir semua rumah tangga mengkonsumsi cabai setiap hari
sebagai pelengkap dalam hidangan keluarga sehari-hari. Mengikuti Bappenas
(2013), konsumsi cabai rata-rata 1,55 kg per tahun. Tuntutan yang cukup
banyak dan relatif nonstop serta cenderung terus meningkat, memberikan
dorongan yang kuat kepada jaringan yang lebih luas, khususnya petani, dalam
mengembangkan budidaya cabai dengan menggunakan berbagai teknologi
yang ada. Produktivitas flora cabai tinggi dan waktu yang dibutuhkan untuk
menanam sangat singkat, sehingga biaya keuangan cabai cukup tinggi. Tetapi
disaat yang menguntungkan, cabai merupakan pilihan utama bagi petani di
hampir seluruh daerah.

Kendala yang sering dihadapi petani cabai adalah cabai cepat mengalami
kerusakan akibat beberapa hal antara lain pembusukan oleh bakteri atau
jamur, penyesuaian hobi enzim yang bertujuan agar cabai dapat dipotong atau
kusut dan garasi, pengemasan, transportasi cabai bersih tidak tepat. Namun,
peningkatan produksi cabai yang intensif pada waktu-waktu tertentu
seringkali menyebabkan harga cabai turun di pasaran. Hal ini dikarenakan
produksi yang cukup besar, terutama pada saat panen raya. statistik penawaran
dan permintaan (supply-demand) yang tidak tepat atau bahkan sudah tidak
berkembang lagi menjadi orientasi petani cabai menyebabkan keseimbangan
pasar sering terganggu.
Gerakan alternatif fair trade menempatkan petani dalam rantai pasok
komoditas cabai yang rentan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pasokan
agar petani terhindar dari praktik eksploitatif yang dilakukan oleh para pelaku
di atas. alternatifnya, mekanisme tersebut mengundang aktor-aktor tradisional
untuk terlibat dalam jaringan pertukaran perubahan yang adil. rantai
perdagangan espresso kembali ke bentuk aslinya, meskipun dengan situasi
luar biasa. karena ada standar FLO yang harus dipatuhi oleh bisnis jika
mereka perlu menjual barang dagangan berlabel fair trade. oleh karena itu,
evaluasi rantai pengiriman barang dagangan yang diklasifikasikan fair trade
akan menunjukkan bagaimana petani benar-benar berfungsi sendiri dalam
bentuk perdagangan peluang yang dipasang melalui FLO (Saputro & Susanto,
2016).

C. Keuntungan Fair Trade bagi Petani Cabai

Dengan menggunakan sistem fair trade ini, produsen mendapatkan


pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya produksi atau bahan baku dan
memiliki sisa yang cukup untuk berinvestasi dalam pengembangan bisnis.
Selain itu, produsen mencapai keuntungan sosial bersama dengan fasilitas
pelayanan Kesehatan yang baik, mendapatkan akses ke pelatihan yang tepat,
dan kesejahteraan sosial. Ini juga dapat membantu produsen di negara
berkembang untuk memperoleh situasi perubahan yang lebih baik untuk saat
ini dan di masa depan memperoleh pasar yang lebih luas mendapatkan hak
masuk untuk memasarkan produk mereka kepada pelanggan.

Terlebih dalam praktiknya, fair trade yang benar membantu memberi


arahan dan rencana yang bersih untuk mempromosikan kesetaraan gender
yang memastikan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kemampuan untuk
mendapatkan hak masuk ke sumber daya yang mereka butuhkan untuk
menjadi efektif dan potensi untuk mengarahkan pedoman yang lebih luas,
kebijakan dan pedoman hukum, dan lingkungan kelembagaan (WFTO, 2018).
Selanjutnya, ada 3 manfaat yang dirasakan oleh produsen kecil di negara
berkembang dengan sistem perdagangan fair trade ini. Yang utama adalah
kesempatan untuk mendapatkan kesejahteraan dari penghasilan/upah kerja
yang baik sebagai akibat dari penciptaan lapangan kerja baru yang akan
mengurangi kemiskinan. Kedua, biaya yang jujur dan keunggulan jangka
panjang dalam jenis investasi dalam sektor sosial, seperti kesenjangan akses ke
pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, dan kemampuan manajemen
struktur. Ketiga, memberdayakan anak perempuan dan menghindarkan anak
muda dari “kewajiban” untuk berperan serta sebagai eksploitasi sumber daya
alam dan lingkungan secara adil.

Anda mungkin juga menyukai