1. Populasi
1
Scarvia B. Anderson, et. al., 1981. Encyclopedia of Educational Evaluation. San Francisco:
Jossey-bass Inc, Publishers, p. 339.
2
Kenneth D. Bailey, 1994. Methods of Social Research.Fourth Edition. New York: The Free
Press, p. 83.
3
Chava Frankfort Nachmias and David Nachmias, 1992. Research Methods in the Social
Science. New York: St. Marthin’s,Press, p.171.
125
adalah populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi mahasiswa (misalnya)
pada Perguruan Tinggi tersebut memiliki karakteristik seperti: motivasi
belajar, disiplin belajar, minat belajar, dan karakteristik objek lainnya
seperti:prosedur perkuliahan, pengaturan ruang perkuliahan, lulusan yang
dihasilkan, dan lain-lainnya; maka hal ini adalah populasi dalam arti
karakteristik.
126
Populasi heterogen merupakan sumber data yang umumnya memiliki
sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-
batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Karakteristik
seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku, yang
objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang
bersifat unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-
rata nilai UN SMP Sumatera Utara, maka rata-rata nilai UN untuk setiap
kabupaten/kota akan bervariasi, tergantung keadaan pendidikan pada
setiap kabupaten/kota tersebut.
2. Sampel
127
penting peranannya dalam penelitian, sebab makin tidak sama sampel itu
dengan populasinya, maka semakin besarlah kemungkinan kekeliruan dalam
menggeneralisasikan kesimpulan-kesimpulan penelitian. 6 Yang dimaksud
dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat atau memberlakukan
kesimpulan penelitian terhadap populasi. Jika hanya meneliti sebagian dari
populasi, maka hal tersebut dinyatakan penelitian sampel, dimana penelitian
sampel bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel
terhadap populasi.
6
Sumadi Suryabrata, 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, p. 89.
128
kesimpulannya tidak dapat diberlakukan bagi seluruh populasi. Seberapa
besarkah sampel yang diambil? Bagaimanakah cara mengambil sampel?
Pertanyaan ini mengarah kepada jawaban yang disebut dengan menetapkan
besar kecilnya sampel dan teknik pengambilan sampel atau teknik sampling.
129
Untuk menentukan jumlah sampel dapat menggunakan tabel yang
dikembangkan oleh Isaac dan Michael pada tingkat kesalahan 1 %, 5 %,
dan 10 %, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 7.1. Menentukan Jumlah Sampel (Isaac dan Michael)
Siginifikasi Siginifikasi
N 1% 5% 10% N 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 155 138
15 15 14 14 290 202 158 140
20 19 19 19 300 207 161 143
25 24 23 23 320 216 167 147
30 29 28 28 340 225 172 151
35 33 32 32 360 234 177 155
40 38 36 36 380 242 182 158
45 42 40 39 400 250 186 162
50 47 44 42 420 257 191 165
55 51 48 46 440 265 195 168
60 55 51 49 460 272 198 171
65 59 55 53 480 279 202 173
70 63 58 56 500 285 205 176
75 67 62 59 550 301 213 182
80 71 65 62 600 315 221 187
85 75 68 65 650 329 227 191
90 79 72 68 700 341 233 195
95 83 75 71 750 352 238 199
100 87 78 73 800 363 243 202
110 94 84 78 850 373 247 205
120 102 89 83 900 382 251 208
130 109 95 88 950 391 255 211
140 116 100 92 1000 399 258 213
150 122 105 97 1100 414 265 217
160 129 110 101 1200 427 270 221
170 135 114 105 1300 440 275 224
180 142 119 108 1400 450 279 227
190 148 123 112 1500 460 283 229
200 154 127 115 1600 469 286 232
210 160 131 118 1700 477 289 234
220 165 135 122 1800 485 292 235
230 171 139 125 1900 492 294 237
240 176 142 127 2000 498 297 238
250 182 146 130 2200 510 301 241
260 187 149 133 2400 520 304 243
270 192 152 135 2600 529 307 245
130
Selanjutnya berikut ini dijelaskan cara menentukan jumlah sampel
dengan menggunakan Nomogram Harry King sebagai berikut ini.
131
Contoh:
Untuk populasi berjumlah 200 seperti yang ditunjukkan pada gambar
di atas, jika tingkat kesalahan 5 %, dari populasi 200 (garis ukuran populasi
sebelah kanan) ditarik garis ke kiri menuju garis prosentase populasi yang
diambil sebagai sampel, tetapi melalui titik 5 (garis taraf kesalahan 5 %)
maka pada garis prosentasi populasi yang diambil ditunjukkan 58 % atau
0,58, maka jumlah sampelnya adalah 0,58 x 200 x 1,195 = 138 ( 1,195
adalah faktor pengali untuk tingkat kepercayaan 95 %, untuk tingkat
kepercayaan 99 %, maka faktor pengalinya adalah 1,573). Bandingkan jika
menggunakan tabel Isaac dan Michael, maka untuk populasi 200 jumlah
sampel adalah 127 pada taraf signifikansi 5 %.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung besarnya
sampel, seperti rumus-rumus: Krejcie-Morgan, Slovin, Cohen, dan Cochran.
4. Teknik Sampling
Pada dasarnya ada dua metode pengambilan sampel, yaitu
pengambilan sampel secara acak (random sampling) dan pengambilan
sampel secara tidak acak (nonrandom sampling), dimana sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
132
(1) Cara undian
(2) Cara ordinal
(3) Randomisasi dari tabel bilangan random
133
halaman daftar. Semuanya ini dilakukan sampai jumlah yang dibutuhkan
dipenuhi. Jika digunakan prinsip bilangan kelipatan, maka bilangan
kelipatan ini diperoleh dari rumus: bk = p/s, dimana bk adalah bilangan
kelipatan, p adalah jumlah populasi, dan s adalah sampel.
134
angka untuk mengidentifikasi anggota sampel yang pertama. Misalkan
pada butir e) ambillah angka perpotongan baris ke 29 dengan kolom ke
17 itu tambah dengan satu angka di belakangnya untuk memperoleh dua
angka untuk mengidentifikasi anggota sampel yang pertama tersebut
(sampel yang bernomor dua angka). Jika populasinya 100 orang ke atas
tetapi kurang dari 1000, maka harus diambil tiga angka, demikianlah
seterusnya jika populasinya 1000 orang ke atas;
g). Selanjutnya untuk memperoleh anggota sampel yang kedua, ketiga,
keempat, dan seterusnya, ambillah bilanngan-bilangan di atas dan atau
di bawah bilangan anggota sampel yang pertama tersebut. Pengambilan
itu dilakukan terus sampai jumlah anggota sampel yang diperlukan
terpenuhi. Sekiranya bilangan-bilangan dalam kolom yang bersangkutan
telah terbaca habis, sedangkan jumlah sampel belum terpenuhi, tempuh
kembali langkah c) sampai dengan g), kalau perlu berulang-ulang
sampai jumlah sampel terpenuhi; dan
h). Jika ada satu bilangan yang sama tertunjuk dua kali atau lebih, maka
bilangan-bilangan itu hanya dipakai satu kali saja (kecuali untuk sampel
dengan pergantian). Juga apabila ada bilangan random yang tertunjuk,
sedang bilangan tersebut tidak terdapat dalam daftar subjek populasi
yang dibuat dengan langkah-langkah a) dan b), maka bilangan itu
dilewatkan saja sampai kepada bilangan lain yang menjadi nomor dari
subjek dalam daftar populasi.
135
karena itu random sampling tak terbatas merupakan random sampling
terhadap populasi subjek/populasi individu.
Random sampling terbatas disebut juga random sampling bersyarat,
atau “restricted random sampling” ataupun “conditional random sampling”.
Random sampling ini bukanlah random sampling terhadap populasi individu,
melainkan random sampling terhadap sub-populasi individu, populasi grup,
populasi daerah, atau populasi cluster. Apa yang disebut sub-population
random sampling, group random sampling, area probability sampling, atau
cluster random sampling, termasuk dalam kategori random sampling terbatas
ini.
136
(1). Proportional Sampling
Proportional sampling digunakan bila populasi terdiri dari beberapa
sub-populasi yang tidak homogeny dan tiap-tiap sub-populasi akan diwakili
dalam penelitian, maka pada prinsipnya ada dua cara sampling yang
ditempuh:
a) Mengambil sampel dari tiap-tiap sub-populasi yang tidak
memperhitungkan besar kecilnya sub-populasi;
b) Atau mengambil sampel dari setiap sub-populasi dengan
memperhitungkan besar kecilnya setiap sub-populasi.
137
tingkatan-tingkatan dalam populasi itu diperhitungkan, maka yang pertama
diperhatikan adalah berapa banyaknya strata yang ada. Selanjutnya setiap
stratum harus diwakili dalam sampel penelitian, dan subyek-subyek yang
ditugaskan dalam tiap-tiap sampel dari setiap stratum dapat diambil dengan
teknik-teknik seperti yang sudah dibicarakan. Salah satu hal yang perlu
mendapat perhatian adalah perimbangan atau proporsi dari jumlah subyek
yang ada dalam tiap-tiap stratum dalam populasi, perimbangan itu harus
dicerminkan juga dalam masing-masing stratum dalam sampel, sehingga
mereka ini dapat dipandang sebagai wakil-wakil terbaik dari populasi.
Jadi sampling yang memperhatikan stratum-stratum dalam populasi
disebut stratified sampling. Jika stratified sampling memperhatikan
perimbangan atau proporsi dari pada individu dalam tiap-tiap stratum disebut
proportional stratified sampling. Selanjutnya proportional stratified sampling
yang menggunakan randomisasi dinamakan proportional stratisfied random
sampling.
138
menggambarkan teknik yang dimaksudkan maka sebutan itu masih dipakai.
Yang lebih penting buat kita adalah mempunyai pengertian yang jelas
tentang maksudnya dan memastikannya apakah yang kita lakukan benar-
benar memenuhi kriterium purposive sampling.
Perhatikan: purposive sampling didasarkan atas informasi yang mendahului
tentang keadaan populasi, dan informasi ini tidak kita ragukan lagi. Dan
peneliti secara intensional hanya mengambil beberapa daerah atatu
kelompok kunci, jadi tidak semua daerah, grup, atau cluster dalam populasi
akan diwakili dalam sampel-sampel penelitian. Misalnya dalam riset
ekonomi, hanya diambil sampel-sampel dari daerah-daerah agraris dan
industrial, sedang daerah-daerah perdagangan, dan lain-lainnya tidak
diambil. Demikian pula dalam riset pendidikan hanya diambil sampel-sampel
dari grup-grup kota besar dan desa-desa terpencil, sedang grup-grup lainnya
ditinggalkan.
139
bahwa jumlah subyek yang telah ditetapkan akan dipenuhi. Apakah subyek-
subyek itu mewakili populasi atau sub-populasinya tidak menjadi factor
penentu dalam quota sampling.
Teknik ini telah banyak menimbulkan kritik-kritik yang pedas, oleh
karena tuntutan-tuntutan teori probabilitas tidak dipenuhi, sedangkan
persoalan representativitas selalu bersumber pada teori probabilitas itu. Para
pengumpul data umumnya tidak diawasi dengan saksama. Sifat-sifat
populasi yang dijadikan kriterium tidak dibatasi dengan tegas. Jumlah subyek
dalam populasi sama sekali diabaikan, dan dalam analisa tidak ada teknik
yang digunakan untuk memperhitungkan atau menaksir kesalahan
kesimpulannya jika diseneralisasikan pada populasinya.
Oleh sebab itu perbaikan dalam sampling ini kecuali diarahkan
kepada perbaikan teknik samplingnya sendiri juga meliputi latihan-latihan
interview, perbaikan pengawasan dan pengembangan teknik analisis yang
memberikan ketelitian yang lebih besar.
140
Sampling ini dipandan ekonomik, karena observasi yang dilakukan terhadap
cluster-cluster atau grup-grup sampel adalah lebuh mudah dan lebih murah
daripada oberservasi-observasi terhadap sejumlah individuyang sama, tetapi
tempatnya terpencar-pencar. Misalnya, riset terhadap 10% dari jumlah
pelajardi suatu kota lebih gampang dilakukan dengan mengambil secara
random 10% dari jumlah sekolah yang ada, daripada mendaftarkan semua
pelajar dalam kota itu lalu dengan random tak terbatas menunjuk pelajar-
pelajar, orang demi orang untuk diselidiki. Sungguhpun begitu, cluster
sampling menimbulkan kemungkinan kesesatan yang lebih besar sebagai
dasar generalisasi jika dibandingkan dengan unrestricted random sampling.
Menurut prinsip yang sesungguhnya, generalisasi dari penelitian cluster
sampling tidak dapat dikenakan pada individu-individu dalam populasi,
melainkan pada cluster-cluster atau grup-grup sebagai satuan (unit).
141
BAB VIII INSTRUMEN PENELITIAN
142
3) Menentukan tingkat ukuran yang digunakan dalam pengukuran.
Apakah ukuran yang akan dipakai itu adalah nominal, ordinal, interval,
dan rasio.
4) Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur, apabila
yang dipakai itu adalah alat ukur yang belum dibakukan.
143
Harapan-harapan inilah yang menjadi indikan konsep nilai ekonomi anak.
Jika variabel itu ingin mengetahui tingkat sentuhan media massa, maka yang
menjadi kisi-kisinya adalah: (1) frekuensi membaca Koran, (2) frekuensi
mendengarkan radio, dan (3) frekuensi menonton TV.
Instrument penelitian yang berbentuk tes, misalnya untuk mengukur
tinhkat penguasaan IPS murid SD kelas VI, tentunya TKP (Tujuan Khusus
Pengajaran)nya telah ditetapkan, berdasarkan TKP inilah disusun butir-butir
pertanyaan ataupun pernyataan.
Data kuantitatif dibagi menjadi dua yaitu data diskrit nominal dan data
kontinum. Data nominal adalah data yang hanya dapat digolong-golong
secara terpisah, secara diskrit atau kategori. Data ini diperoleh dari hasil
menghitung, misalnya dalam suatu kelas setelah dihitung terdapat 50
mahasiswa, terdiri atas 30 pria dan 20 wanita. Dalam suatu kelompok
144
terdapat 1000 orang suku Jawa dan 500 suka Sunda dll. Jadi data nominal
adalah data diskrit, bukan data kontinum.
145
dengan rata-rata dan standard deviasi tidak dapat diterapkan pada
ukuran ini.
Jadi kalau kita menggunakan ukuran ordinal untuk mengukur kelas
ekonomi, dan memberikan kode 1 untuk kelas ekonomi bawah, 2
untuk kelas ekonomi menengah, dan 3 untuk kelas ekonomi atas, kita
tidak dapat mengatakan bahwa kelas atas 3 kali lebih kaya dari kelas
bawah, atau 2 kali lebih kaya dari kelas menengah. Kode-kode
tersebut hanya menunjukan urutan responden dalam stratifikasi kelas
ekonomi. Jadi kita hanya dapat mengatakan bahwa urutan kelas
ekonomi menengah adalah lebih tinggi dari kelas bawah dan lebih
rendah dari kelas ekonomi atas.
(3) Ukuran Interval
Ukuran interval adalah ukuran yang tidak semata-mata mengurutkan
orang atau obyek berdasarkan suatu atribut, tetapi juga memberikan
informasi tentang interval antara satu orang atau obyek dengan orang
atau obyek lainnya. Tetapi ukuran ini tidak memberikan informasi
tentang jumlah absolut atribut yang dimilki seseorang.
Sebagai contoh misalnya, dalam mata pelajaran IPS, siswa A
memperoleh nilai 70, sedangkan siswa B dengan nilai 80 maka dapat
dinyatakan bahwa siswa B adalah lebih pandai dari siswa A, dimana
interval jaraknya adalah 10. Jika pada ukuran ordinal hanya
ditunjukkan urutan/rangking, sedangkan pada ukuran interval selain
urutan/ranking, juga ditunjukkan jarak intervalny, sebagaimana yang
ditunjukkan dalam contoh di atas.
(4) Ukuran Rasio
Ukuran rasio diperoleh apabila selain informasi tentang urutan dan
interval antara orang-orang, kita mempunyai informasi tambahan
tentang jumlah absolut atribut yang dimiliki orang-orang tersebut.
Untuk memudahkan memahaminya, perhatikan contoh berikut!
Misalnya si A berat badannya 30 kg dan si B 60 kg, maka dapat
dinytakan bahwa berat badan si B adalah 2 kali berat badan si A.
Dalam ukuran rasio, selain urutan dan interval, juga ditunjukkan rasio
146
ataupun perbandingannya. Coba periksa kembali contoh berikut:
misalnya siswa A nilainya 30 dan siswa B nilainya 60 dalam suatu mT
pelajaran. Maka dapatkah kita menyatakan bahwa kepandaian si B
adalah dua kali kepandaian si A ? jawabnya adalah tidak. Berarti
kalau berhenti sampai disini, itu disebut dalam ukuran interval, tetapi
seandainya jawabnya ya, maka dapat dinyatakan dalam ukuran rasio.
Dari keseluruhan tingkat pengukuran yang telah diuraikan maka yang
paling sempurna adalah ukuran rasio.
147
harus jelas, mudah dimengerti dan terperinci, sehingga walaupun
berulang-ulang disampaikan, interpretasinya tetap sama.
Homogenitas, dimaksudkan adalah bahwa unsur dasar pertanyaan-
pertanyaan mempunyai kaitan yang erat satu sama lainnya.
Indeks reliabilitas ini dapat dihitung dengan cara:
a. Metode ulang
b. Metode parallel, dan
c. Metode belah-dua
Semuanya mempunyai rumus-rumus statistic yang dapat dipelajari
dari buku-buku statistic. Penggunaan metode ini tergantung dari jenis
ukuran variabelnya (nominal, ordinal, interval, dan rasio).
(2) Validitas
Dalam mengukur reliabilitas, perhatian kita ditujukan pada sifat suatu
alat ukur: apakah alat ukur itu stabil, akurat, dan unsur-unsurnya
homogeny. Dalam mengukur validitas, kita memiliki isi dan kegunaan
suatu alat ukur.
Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam suatu alat ukur? Untuk apa
alat ukur diciptakaa dan Apakah tujuan penciptaan itu tercapai?
Apakah alat ukur itu sesuai dengan konsep dan variabel yang hendak
diukur? Validitas ini dapat dibedakan atas: validitas konstrak
(construct validity), validitas internal dan eksternal (internal and
external validity), validitas isi (contant validity), validity prediktiff
(predikrive validity), dan validitas muka (face validity).
Validitas konstrak, sebenarnya hamper sama dengan konsep yang
telah dimasukkan dalam suatu kerangka teori, yang menjelaskan
hubungannya dengan konstrak-konstrak lain. Konstrakpun harus
diberi definisi sedemikian rupa, sehingga dapat diamati dan diukur.
Yang dibahas dalam validitas konstrak adalah isi dan makna dari
suatu konsep. Misalnya, mengukur validitas konstrak kecerdasan,
mula-mula tentukan apa yang sebenarnya diukur oleh tes kecerdasan:
apakah itu kemampuan mengingat fakta, membuat abstraksi,
membuat aplikasi, menganalisis, membuat sintesa atau membuat
148
evaluasi. Setelah beberapa dimensi dari kecerdasan itu ditentukan,
disusunlahalat ukur untuk masing-masing dimensi itu. Langkah
berikutnya adalah menentukan suatu kriteria yang umum diterima,
yang dapat membedakan orany yang cerdas dari yang kurang cerdas.
Sebagai kriteria tersebut adalah kecepatan dalam menyelesaikan
suatu soal matematik. Apabila hasil tes tersebut menunjukkan
kesejajaran, artinya orang yang cerdas mampu menyelesaiakan soal-
soal matematik secara tepat juga mendapat skor tinggi dalam tes
kecerdasaan, sedangkan yang mendapat skor rendah dalam tes
kecerdasan tidak mampu menyelesaikan soal-soal matematik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konstrak kecerdasan
beserta dimensi-dimensinya itu mempunyai validitas konstrak.
Validitas antarbudaya, dimana nilai yang diamati erat hubungannya
dengan nilai atau lingkungan sosial ekonomi dimana penelitian
dilaksanakan. Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan karena
masalah ini, instrument penelitian sebaiknya disusun bersama para
ahli dari Negara dimana instrument itu akan dipakai.
Validitas Internal dan Eksternal, tabulasi silang, analisis korelasi, dan
analisi regresi merupakan teknik-teknik yang umum dipakai untuk
menguji apakah variabel-variabel yang diteliti itu mempunyai
hubungan satu sama lain. Analisa hubungan antara variabel-variabel
kadang kala dilanjutkan dengan analisa hubungan kausal antara
variabel-variabel penelitian. Misalnya, seorang peneliti tidak puas
dengan menemukan bahwa pendidikan mempunyai hubungan
dengan fertilitas atau jumlah jam belajar mempunyai kaitan dengan
tingkat prestasi, tetapi ia ingin mengetahui apakan pendidikan
mempengaruhi fertilitas atau apakah jumlah jam belajar menentukan
tingkat prestasi. Apabila hubungan yang biasa antara variabel-variabel
dapat diuji dengan teknik-teknik analisa yang sudah disebutkan di
atas, hubungan kausal hanya dapat valid melalui pengujian dan
penyimakan. Masalah-masalah yang menyangkut kelebihan
hubungan kausal antara variabel disebut validitas internal. Jadi
149
pertanyaan yang perlu diingat yang menyangkut validitas internal ini
adalah apakah benar A mempengaruhi atau menentukan B dan bukan
variabel lainnya? Apabila kita ingin mengetahui dapat tidaknya hasil
penelitian dari suatu sampel digeneralisir untuk suatu populasi, kita
dihadapkan pada masalah validitas eksternal. Untuk mendukung
generalisasi hasil suatu penelitian, jelas bahwa masalah sampling
yang harus benar-benar diperhatikan. Selain dari itu, juga
pengetahuan yang cukup mendalam mengenai populasi-populasi
dimana generalisasi itu akan diterapkan.
Validitas Isi, Dua hal yang penting dalam validitas isi atau validitas
butir, ialah: (1) pokok-pokok yang dicantumkan dalam suatu tes perlu
mewakili masalah yang diuji, dan (2) pokok-pokok yang dicantumkan
dalam suatu tes seharusnya sesuai. Perlu diperhatikan, apakah
pokok-pokok tersebut mempunyai hubungan erat satu sama lain.
Validitas ini dapat diuji dengan rumus korelasi sederhana.
Validitas Prediktif. Suatu tes mempunyai validitas prediktif yang tinggi,
apabila misalnya mahasiswa yang dapat menamatkan studinya tepat
pada waktunya adalah mahasiswa yang memilki nilai baik dalam tes
sipenmaru.
Validitas muka, mencakup dua arti: (1) menyangkut pengukuran
atribut yang konkrit, dimana inferensi tidak ciperlukan, dan (2)
menyangkut penilaian dari para ahli maupun konsumen terhadap alat
ukur tersebut. Katakanlah seorang peneliti menyusun skala tentang
partisipasi dan kemudian ditunjukkan kepada sejumlah ahli. Sehingga
para ahli mengomentari unsur-unsur skala tersebut.
Pembahasan yang mendalam mengenai Instrumen Penelitian ini
dapat diperoleh pada perkuliahan Evaluasi Pendidikan.
150
diuraikan sebelumnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bukan
instrumen yang baku, melainkan disusun dan dikembangkan peneliti
berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Instrumen terlebih dahulu
diujicobakan guna memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas yang
memadai sebagai instrumen penelitian.
151
Tabel 8.2. Data-data untuk Perhitungan Koefisien Korelasi Butir 1
152
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi variabel X dan variabel Y
∑ X = Jumlah Skor Item/Butir
∑ Y = Jumlah Skor Total
∑ X Y = Jumlah Perkalian Skor X dan Y
N = Jumlah Responden
∑ X 2 = Jumlah Kuadrat Skor Distribusi X
∑ Y 2 = Jumlah Kuadrat Skor Total
Untuk mengetahui valid tidaknya suatu butir instrumen digunakan
kriteria dengan membandingkan hasil perhitungan dengan nilai kritis pada
tabel r. Jika koefisien korelasi hitung (rhitung) lebih besar dari rtabel pada taraf
signifikansi α = 0,05 maka butir tersebut dinyatakan valid (sahih), sebaliknya
jika rhitung lebih kecil atau sama dengan r tabel maka butir tersebut dinyatakan
tidak valid atau gugur, sehingga butir yang tidak valid tersebut tidak
digunakan lagi dalam pengumpulan data penelitian. Untuk n = 30 nilai r tabel
pada taraf signifikansi α = 0,05 adalah sebesar 0,361.
30. 9049−131.2052
r xy =
√( 30.599−131 ) ( 30.142512−2052 )
2 2
153
Tabel 8.3. Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Tiap-tiap Butir
( )( ∑σi
)
2
k
r 11 = 1− 2
k −1 σt
Keterangan:
r 11 = reliabilitas instrumen
∑ σ 2i = jumlah varians skor item
σ 2t = jumlah varians skor total
k = jumlah item
154
2
(∑ X )
σ 2i = ∑X −2
N
N −1
(∑ X t )
2
2
σt = ∑X − 2
t
N
N −1
Responden
butir 1 skor total X 2i X 2t
(Xi) (Xt)
1 4 103 16 3364
2 5 104 25 3844
3 5 126 25 5184
4 5 110 25 3249
5 4 113 16 4356
6 5 117 25 5776
7 5 118 25 4624
8 4 113 16 4356
9 5 142 25 7744
10 5 138 25 6724
11 4 117 16 4761
12 5 96 25 3364
13 5 108 25 4356
14 4 115 16 4761
15 5 140 25 7056
16 4 109 16 3721
17 5 116 25 4900
18 4 101 16 3721
19 4 127 16 6724
20 5 121 25 5625
21 2 103 4 4096
22 5 104 25 4225
23 5 115 25 5625
24 1 102 1 3364
25 3 105 9 3969
26 5 131 25 6084
27 5 129 25 5329
28 4 105 16 3600 155
29 5 97 25 3249
30 4 110 16 4761
Jumlah 131 2052 599 142512
(N) ∑ Xi ∑ Xt 2 2
∑ Xi ∑X t
Contoh perhitungan varians item (σ 2i ) untuk butir 1 dan varians skor
total (σ 2t ) untuk Instrumen penelitian.
(∑ X i )
2
2
σi = ∑X −2
i
N
N−1
2
131
2 599−
σi = 30 = 0,930
29
(∑ X t )
2
2
σt = ∑X − 2
t
N
N −1
2
2052
2 142512−
σt = 30 = 74,317
29
156
8 0,878
9 0,792
10 1,390
11 0,737
12 1,444
13 0,741
14 1,344
15 0,861
2
∑σ i 16,665
2
Total (σ t ) 74,317
( )( ∑σ
)
2
k
r 11 = 1− 2 i
k −1 σt
r 11 = ( 15−1
15
)(1− 16,665
74,317 )
= 0,831
157
BAB IX PEMBUATAN KUESIONER
Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal yang
pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma
dalam angka-angka, table-tabel, analisis statistik dan uraian serta
kesimpulan hasil penelitian. Analisis data kuantitatif dilandaskan pada hasil
kuesioner itu.
158
Tiap pertanyaan dimaksudkan untuk dipakai dalam analisa. Perlu
ditanyakan dalam hati : apakah pertanyaan tersebut diperlukan; apakah
pertanyaan tersebut relevan; bagaimana jawaban atas pertanyaan itu dalam
tabulasi? Ini perlu dipertanyakan karena ada kecenderungan pertanyan yang
dimaksudkan terlalu banyak dan banyak di antaranya tidak terpakai dalam
analisa, meskipun terlalu banyak tenaga dan waktu yang digunakan untuk
itu.
Sebelum atau ketika membuat kuesioner, ada baiknya dipelajari
kuesioner yang sudah ada, dan relevan dengan topik penelitian yang akan
dilakukan. Namun demikian, contoh kuesioner tersebut bukanlah untuk ditiru
begitu saja; jika keadaan memungkinkan, sebaiknya didiskusikan dengan
rekan peneliti yang melakukannya, karena yang bersangkutan dapat
memberitahukan kelemahan dari pertanyaan tertentu dalam kuesioner. Dia
dapat memberikan saran, pertanyaan mana yang seyogyanya diperbaiki atau
dihilangkan sama sekali.
Isi Pertanyaan
159
1. Pertanyaan tentang fakta. Umpamanya umur, pendidikan, agama,
status perkawinan.
2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap. Ini menyangkut perasaan
dan sikap responden tentang sesuatu.
3. Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan ini menyangkut apa yang
diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya.
4. Pertanyaan tentang persepsi-diri. Responden menilai perilakunya
sendiri dalam hubungannya dengan yang lain. Umpamanya, kerapnya
kunjungan sosial yang dilakukannya atau pengaruh terhadap orang
lain.
Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan tertutup. Kemungkinan jawabannya sudah ditentukan
terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk
memberikan jawaban lain.
160
Contoh :.1
Apakah sdr pernah mendengar tentang kompetensi yang harus dimiliki guru?
Contoh :.3
1. Apakah sdr pernah mendengar tentang kompetensi yang harus dimiliki guru?
1. Pernah 2. Tidak Pernah
161
Apakah yang dimaksud dengan “di sini” adalah bangunan, rumah,
atau yang lain? Arti kata “di sini” harus dijelaskan dan konsisten .
Contoh :7
Pada waktu senggang, apakah saudara mendengarkan radio atau
melakukan yang lain?
Susunan Pertanyaan
162
(Misalnya penelitian : “Hubungan antara karakteristik pribadi, kepuasan kerja
dan efektivitas mengajar seorang guru”).
1. Ukuran kertas dan jenis kertas (Biasanya dipakai kertas duplikat folio)
2. Diisi bolak-balik atau tidak
3. Pembagian ruangan tidak bersempit-sempit. Sisi kiri dan kanan cukup
longgar
4. Nomor urut pertanyaan. Nomor urut dari mula sampai akhir atau tiap
kelompok mempunyai nomor sendiri. Berdasarkan pengalaman,
disarankan sistem nomor urut dari mula sampai akhir
5. Penggunaan huruf besar, huruf kecil, dan huruf miring (kalau ada)
6. Tanda panah dan kotak pertanyaan
7. Kotak kolom. (pembuatan kotak kolom akan menghemat waktu dan
tenaga pada tahap berikutnya)
8. Untuk menghindarkan salah ambil, kuesioner dibuat berlainan warna
untuk responden pria dan wanita. Umpamanya, satu halaman muka
dibuat berwarna biru untuk kuesioner pria dan merah jambu untuk
kuesioner wanita.
163
303. Apakah Ibu mempunyai anak kandung laki-laki yang tinggal bersama Ibu ?
Ya 1 tidak 2
Penggunaan huruf besar dan huruf miring pada contoh di atas sangat
membantu, begitu juga panah di bawah “Ya” Kotak untuk pertanyaan no.
304 juga membantu tetapi menggunakan kotak tersebut tidaklah mutlak. Jika
jawabannya “Ya”, lingkari 1 (1). Kalau diinginkan tanpa kotak, pertanyaan no.
304 dibuat sebagai berikut:
contoh 9.
164
yakni menginginkan tidak mempunyai anak dalam kehidupan
perkawinan. Jadi untuk masyarakat kita pertanyaan “Alasan tidak
menginginkan anak”, tidak relevan.
2. Apakah pertanyaan tertentu perlu ditambahkan. Adakalanya terlupa
memasukkan pertanyaan yang perlu dimasukkan.
3. Apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden
dan apakah pewawancara dapat menyamapaikan pertanyaan tersebut
dengan mudah.
4. Apakah urutan pertanyaan perlu diubah.
5. Apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperlunak dengan mengubah
bahasa
6. Berapa lama wawancara memakan waktu. Sebagai contoh, dari pre-
1
test diketahui bahwa kuesioner penelitian memerlukan waktu 1−1
2
jam untuk mewawancarai satu responden. Sesudah merasa lelah,
responden menjadi bosan atau resah. Akhirnya jumlah pertanyaan
dikurangi sehingaa memakan waktu lebih dari satu jam.
Karena alasan tertentu kuesioner tidak dapat diperpendek dan
memakan waktu lebih dari 2 jam, umpamanya maka kuesioner dan
wawancara dapat dibagi atas dua tahap. Tiap responden
diwawancarai dua kali.
Kecuali alasan di atas, lamanya wawancara perlu diketahui untuk
perencanaan. Kalau umpamanya, ditaksir rata-rata dua kuesioner
dapat diselesaikan tiap hari, maka banyaknya asisten lapangan yang
diperlukan dan berapa lamanya mereka bekerja di lapangan dapat
ditentukan berdasarkan perhitungan tersebut.
165
Untuk mengetahui apakah jawaban yang diperoleh sesuai dengan
yang dimaksudkan, hasil pre-testi ditabulasi. Dari hasil tabulasi diketahui
pertanyaan nomor berapa yang sekiranya perlu diperbaiki.
Umpamanya pada nomor pertanyaan tertentu banyak yang menjawab
“Tidak Tahu”, mungkin sekali terletak pada kuesioner itu. Masalah itu
dibicarakan dengan lebih terinci dalam bagian “Teknik Wawancara”
Penggunaan Bahasa
166
dianggap perlu pada waktu coaching, asisten lapangan disuruh
menerjemahkan kuesioner ke dalam bahasa daerah dan kemudian hasilnya
didiskusikan bersama. Apabila karena alasan waktu dan kuesioner tidak
mungkin diterjemahkan, maka coaching bahasa tersebut setidaknya dapat
dilakukan dan pewawancara mempunyai satu eksemplar kuesioner dalam
bahasa daerah. Pada hari-hari pertama selama asisten belum memahami
cara bertanya dengan baik, asisten dianjurkan membaca pedoman
wawancara.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
167
____________, 1983. Analisis Regresi. Yogyakarta: Yasbit Fakultas
Psikologi UGM.
Sumadi Suryabrata, 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Suryasumantri, Jujun S., 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tuckman, Bruce W. 1988. Conducting Educational Research. New York:
Harcourt Brace Javanovich, Inc.
Uma Sekaran, 1984. Research Methods for Business. Sothern Illionis:
University at Carbondale.
Van Dalen. 1973. Understanding Educational Research. New York: McGraw
Hill Book, Co.
168