Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas pendidikan salah satunya dapat dicapai melalui pelaksanaan


pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran hendaknya dipusatkan pada siswa (student
centered) dan kegiatan pembelajaran harus melibatkan keaktifan siswa secara penuh (active
learning). Dalam hal ini, guru memposisikan dirinya dalam berbagai peranan, seperti sebagai
fasilitator, motivator, dan pembimbing dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat
membangkitkan kemauan dan kemampuannya sendiri untuk memperoleh berbagai
pengetahuan dan pengalaman belajarnya.

Di SD Negeri 3 Way Galih juga ditemukan beberapa permasalahan yaitu hasil belajar
beberapa siswa khususnya untuk pelajaran Bahasa Indonesia pada materi wawancara masih
rendah, dengan nilai rata-rata 68. Berarti beberapa siswa masih mendapat nilai di bawah
KKM, yaitu ≤ 70. Hal ini kemungkinan dikarenakan siswa kurang tertarik dengan materi
wawancara dan merasa jenuh dalam proses pembelajaran karena cara guru dalam
menyampaikan pelajaran kurang menarik bagi siswa. Sehingga siswa kurang aktif dalam
pembelajaran dan tidak dapat menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan. Metode
pembelajaran yang sering digunakan kurang efektif dan cenderung monoton, yaitu metode
ceramah, sehingga tidak dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama untuk
mengikuti materi wawancara.

Untuk itu diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat
belajar siswa dan mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan,
khususnya untuk materi wawancara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam hal ini,
guru berupaya untuk menciptakan suatu pembelajaran efektif yang mampu mendorong siswa
untuk senang dan bergairah dalam belajar, sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang
maksimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan


belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001: 171). Siswa dapat
memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan personal,
dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Dengan melakukan perbuatan
dalam proses belajar dapat memungkinkan pengalaman belajar yang diperoleh bersifat lebih
baik dan tersimpan dalam daya ingatan dalam jangka waktu yang lama.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif, antara lain dengan menggunakan


metode pembelajaran yang tepat. Ketepatan (efektifitas) penggunaan metode pembelajaran
tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran dengan beberapa faktor, yaitu tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas,
situasi kondisi dan waktu (Sumiati, 2009: 92).

Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat.
Penggunaan metode yang tepat dimaksudkan untuk menggairahkan belajar siswa. Apabila
proses kegiatan belajar berlangsung dengan menyenangkan dan tidak membosankan
diharapkan dapat menambah ketertarikan siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa itu sendiri.

Kedudukan metode adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar (Djamarah dan Zain, 2010: 73). Metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar
yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Tanpa motivasi yang besar peserta didik akan
banyak mengalami kesulitan belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan
belajar (Samino dkk, 2011: 90). Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik jika tidak
ada motivasi dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan
kegiatan belajar.

Materi wawancara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan materi yang
penting agar siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan baik kepada narasumber terkait
informasi yang akan digali. Hal ini membutuhkan suatu pemahaman yang kuat, sehingga guru
harus berupaya menciptakan suatu pembelajaran yang dapat menggairahkan dan
mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan menerima materi yang
disampaikan. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat merupakan upaya yang dilakukan
oleh guru.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam belajar materi wawancara adalah dengan melalui penerapan metode simulasi.
Pada penerapan metode simulasi, guru berperan sebagai pengarah dan pemberi kemudahan
untuk terjadinya proses belajar siswa, bukan sebagai penyaji materi pembelajaran. Metode ini
menyenangkan dan menuntut keaktifan siswa sehingga dapat mengurangi bahkan
menghilangkan kejenuhan siswa dalam pembelajaran, karena siswa terlibat langsung di
dalamnya.

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti akan
melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan
Metode Simulasi Pada Materi Wawancara di Kelas VB Semester Ganjil SDN 3 Way Galih
Tahun Pelajaran 2022/2023”

1.1.1 Identifikasi Masalah


Setelah membaca uraian latar belakang di atas, berbagai masalah yang dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode ceramah menyebabkan motivasi
belajar siswa kelas VB SD Negeri 3 Way Galih rendah.
2. Motivasi belajar siswa kelas VB SD Negeri 3 Way Galih pada materi wawancara
masih sangat rendah, sehingga harus ditingkatkan.
3. Untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa maka diperlukan metode
pembelajaran yang menarik bagi siswa.
4. Pembelajaran menggunakan metode simulasi merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa
terhadap materi, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.

1.1.2 Analisis Masalah


Ada beberapa faktor penyebab kurangnya motivasi dan semangat siswa terhadap
materi pembelajaran, diantaranya adalah guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya, guru kurang melibatkan siswa dalam pembahasan materi, guru kurang memberikan
penguatan materi kepada siswa.

1.1.3 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti mencoba memberikan solusi dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode simulasi. Metode
simulasi adalah metode yang akan memudahkan siswa dalam mengingat suatu pelajaran
dikarenakan metode ini memberikan interaksi yang baik antara guru dan siswa. Metode
simulasi ini banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan mengulang
penjelasan-penjelasan yang telah diajarkan dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode
simulasi juga dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar.
Kemudian peneliti juga memberikan solusi lain, yaitu seorang guru harus mengikuti
prosedur dan tata aturan yang logis, guru harus bertanya kepada ahli terkait pembelajaran
materi wawancara, guru harus berkonsultasi dengan supervisor

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan
masalah yaitu:
Apakah penerapan metode simulasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi
wawancara di kelas VB semester ganjil SDN 3 Way Galih?

1.3 Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas VB SDN 3 Way Galih
Tahun Pelajaran 2022/2023 pada materi wawancara melalui penerapan metode
simulasi.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VB SDN 3 Way Galih Tahun
Pelajaran 2022/2023 pada materi wawancara melalui penerapan metode simulasi.

1.4 Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumbang saran kepada guru dalam pengembangan ilmu khususnya
dalam materi wawancara, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Manfaat Praktis
b. Bagi sekolah
1) Memperbaiki proses pembelajaran materi wawancara menjadi lebih efektif.
2) Meningkatkan motivasi belajar materi wawancara di Sekolah Dasar
c. Bagi guru
1) Menggunakan metode yang bervariasi dengan tepat sesuai materi.
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga tercipta
suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
d. Bagi siswa
1) Siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
2) Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar materi wawancara.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Motivasi Belajar


2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan
dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh jika
memiliki motivasi belajar yang tinggi. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) “motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsur-unsur yang mendukung.
Indikator-indikator tersebut, antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan
lingkungan belajar yang kondusif.”

Selain itu, Winkel (2005: 160), menyebutkan motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis didalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar itu demi mencapai
suatu tujuan. Sejalan dengan pendapat di atas, Sardiman A. M (2007: 75), menjelaskan
motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.”

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri individu siswa yang dapat memberikan
dorongan untuk belajar demi mencapai tujuan dari belajar tersebut.

2.1.2. Peran dan Fungsi Motivasi Belajar


Menurut Hamzah B. Uno (2011: 27-29), peran penting motivasi belajar dan
pembelajaran, antara lain:

1. Peran motivasi belajar dalam menentukan penguatan belajar


Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang sedang
belajar dihadapkan pada suatu masalah yang menentukan pemecahan dan hanya dapat
dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilalui.
2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan
belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya
sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya oleh anak.
3. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu berusaha mempelajari
dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik.

Selain itu, Oemar Hamalik (2011: 108), menyebutkan fungsi motivasi itu meliputi:

1) Mendorong timbulnya kelakuan/ suatu perbuatan.


2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarah pada perbuatan ke pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya sebagai motor penggerak dalam
kegiatan belajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi motivasi belajar
adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi sehingga untuk mencapai prestasi
tersebut peserta didik dituntut untuk menentukan sendiri perbuatan-perbuatan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

2.1.3 Macam-macam Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A. M (2007: 89-91) terdapat dua macam motivasi belajar, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya


tanpa harus diransang dari luar karena didalam seseorang individu sudah ada
dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi
intrinsik maka secara sadar akan melakukan kegiatan dalam belajar dan selalu
ingin maju sehingga tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Hal ini
dilator belakangi keinginan positif, bahwa yang akan dipelajari akan berguna
di masa yang akan datang.
2) Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada
perangsang dari luar. Motivasi dikatakan ekstrinsik bila peserta didik
menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Berbagai
macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar. Sesuai dengan
pendapat di atas, motivasi belajar yang ada pada diri seseorang dibedakan
menjadi dua yaitu motivasi intrinsik (dalam individu) dan motivasi ekstrinsik
(luar individu).

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Syamsu Yusuf (2009: 23), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi


belajar yaitu:

1) Faktor Internal, meliputi :


a) Faktor Fisik, meliputi nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik
(terutama panca indera).
b) Faktor Psikologis, berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau
menghambat aktivitas belajar pada siswa.
2) Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan), meliputi :
a) Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu
(pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat
belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar.
b) Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik yang
hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses belajar
akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara
menyenangkan, seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa,
serta selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat di
rumah siswa tetap mendapat perhatian orang tua, baik material dengan
menyediakan sarana dan prasarana belajar guna membantu dan mempermudah
siswa belajar di rumah.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap hasil usaha seseorang. Bila usaha yang dilakukan peserta
didik itu adalah hal-hal yang positif dan menunjang serta berorientasi pada kegiatan belajar
materi wawancara, maka motivasi belajar akan mempengaruhi hasil belajar materi
wawancara.

2.2 Macam-macam Metode dalam Mengajar

Menurut Wina Sanjaya (2010: 147-162), ada beberapa metode dalam mengajar, antara
lain:

1. Metode Ceramah, merupakan cara penyajian pelajaran melalui penuturan secara


lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
2. Metode Demonstrasi, adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
3. Metode Diskusi, adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk
membuat suatu keputusan.
4. Metode Simulasi, merupakan cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu.

Dari berbagai uraian di atas mengenai macam-macam metode dalam mengajar maka
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sebagai alat atau sarana interaksi antara guru dengan
siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar yang optimal. Oleh
karena itu, dalam penerapannya guru diharapkan mampu untuk memilih metode-metode
mengajar yang yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, situasi kondisi kelas
dan kemampuan para siswa dalam memahami materi yang disajikan.

2.3 Metode Simulasi


Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2010: 27), simulasi berasal dari kata simulate yang
artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation yang artinya tiruan atau perbuatan
yang pura-pura saja. Jadi, simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja.
Simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara pembelajaran dengan melakukan proses tingkah
laku secara tiruan. Metode pembelajaran simulasi ada yang menyebutnya dengan metode
pembelajaran sosiodrama (Taniredja, dkk, 2011 : 39).

Menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi itu dapat berbentuk:
role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan. Sedangkan menurut Hyman dalam
bukunya Ways of Teaching, simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam
kelompok role playing, dan bentuk-bentuk role playing yang lain adalah sosiodrama,
permainan, dan dramatisasi (Hasibuan dan Moedjiono, 2010: 27).

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2010: 27) tujuan simulasi adalah sebagai berikut :
1) Untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat professional maupun bagi
kehidupan sehari-hari.
2) Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
3) Untuk latihan memecahkan masalah.

2.4 Wawancara
2.4.1 Pengertian Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau
lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan
bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan
seorang calon/kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari
tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.

Wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih dengan maksud untuk menggali
informasi baik berupa fakta atau pendapat seseorang untuk tujuan tertentu. Kalimat
pertanyaan dalam wawancara hendaknya disesuaikan dengan tujuan wawancara, konkret,
jelas, memuat satu hal, tidak terlalu panjang dan tidak menyinggung perasaan. Wawancara
adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya tentang suatu hal. Dalam wawancara, narasumber menjawab semua pertanyaan
yang diajukan. Anda dapat mengetahui isi wawancara dengan cara menyimak dan mencatat
isi pokok pembicaraan dalam wawancara. Wawancara juga dapat didefinisikan, yaitu suatu
aktivitas bertanya jawab pada pewawancara dengan seorang sumber. Orang yang memberikan
informasi tersebut dinamakan narasumber. Narasumber yaitu orang yang bisa memberikan
sebuah informasi saat diwawancara. Sebelum mewawancarai narasumber, sebagai
pewawancara kita diharuskan mempersiapkan diri, di antaranya menyiapkan pertanyaan.
Sukses tidaknya wawancara, selain ditentukan oleh sikap pewawancara juga ditentukan oleh
perilaku dan penampilan pewawancara. Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan
akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif. Wawancara
yang komunikatif dan hidup ikut ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan informasi
seputar materi topik pembicaraan baik oleh narasumber maupun pewawancara.

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Wawancara bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden,
namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang
diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
2. Wawancara terpimpin, yaitu pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan
yang lengkap dan terinci.
3. Wawancara bebas terpimpin, yaitu pewawancara mengombinasikan wawancara bebas
dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah
membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.
Isi pokok wawancara dapat disatukan menjadi rangkuman. Isi pokok wawancara yang
telah dirangkum dapat diungkapkan kepada orang lain. Caranya, ungkapkan rangkuman
pokok wawancara dengan bahasa yang jelas. Selain itu, kita perlu memperhatikan kejelasan
ucapan, ketepatan intonasi, dan volume suara. Cara mencatat isi pokok pembicaraan dalam
wawancara adalah sebagai berikut :

1. Menyimak wawancara dengan saksama dari awal hingga akhir


2. Mencatat hasil wawancara, baik dari pewawancara maupun narasumber (seperti:
siapa yang mewawancarai, siapa yang diwawancarai, dan apa isi pembicaraannya).
Sebelum melakukan wawancara, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan, diantaranya:

1. Menentukan tema
Dari awal harus jelas peran apa yang akan kita bawakan, informasi apa yang akan
diperoleh dari narasumber
2. Menentukan sudut pandang
Sudut pandang sebuah berita dibuat untuk membantu tulisan agar terfokus. Kita tidak
mungkin menulis seluruh laporan tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh
uraian yang disampaikan oleh narasumber. Untuk menentukan sudut pandang salah
satu cara yang termudah adalah membuat sebuah pertanyaan tunggal tentang apa yang
akan kita tulis. Hal-hal yang tidak relevan dengan sudut pandang sebaiknya tidak
dipertanyakan.
3. Menyusun outline
Agar memudahkan dalam wawancara maka sebaiknya kita menyusun kerangka berita
(outline) atau istilah yang lebih lazim flowchart. Outline berisi antara lain: Tema/topik
wawancara; Sudut pandang; Latar belakang masalah; Narasumber; dan Daftar
pertanyaan.
Dalam melakukan wawancara, ada empat langkah yang harus diperhatikan:

1. Menetapkan tujuan wawancara; sebelum wawancara dilakukan, perlu ditetapkan


tujuan wawancara. Penetapan tujuan ini dilakukan agar pertanyaan yang kalian ajukan
kepada narasumber bisa terarah pada informasi yang kita butuhkan sehingga
wawancara akan berhasil.
2. Menyiapkan daftar pertanyaan; wawancara adalah proses dialog antara orang yang
mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Dalam dialog terjadi
karena adanya pertanyaan dari pewawancara dan jawaban dari narasumber.

Pertanyaan dalam wawancara berupa:

a. Pertanyaan disusun berdasarkan tujuan wawancara.


b. Upayakan satu pertanyaan untuk menggali satu informasi.
c. Kalimat tanya disusun dengan singkat dan jelas.
d. Daftar pertanyaan dibicarakan dulu dengan orang yang lebih mengerti.

3. Melakukan wawancara; proses melakukan wawancara dilakukan dengan beberapa


tahapan, yaitu :

a. Pendahuluan; pewawancara membuat janji dulu dengan narasumber, kapan dan


dimana narasumber bersedia diwawancarai.
b. Pembukaan; awalilah dengan pembicaraan ringan, seperti menanyakan kabar dan
kondisi narasumber serta tunjukkan sikap yang ramah dan bersahabat.
c. Tahap inti; ajukan pertanyaan secara urut, singkat, dan jelas. Lakukan perekaman
selain pencatatan. Hindarilah pertanyaan yang memojokkan atau menginterogasi.
d. Penutup, Akhiri wawancara dengan kesan yang baik dan menyenangkan. Jangan lupa
ucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaan narasumber diwawancarai.

4. Melaporkan Hasil Wawancara

Hasil wawancara dituliskan sebagai bentuk laporan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun laporan hasil wawancara :

a. Perhatikan kaidah penulisan laporan.

b. Jangan mencampuri hasil wawancara dengan pendapat sendiri.

c. Pilihlah data yang relevan dengan permasalahan.

d. Jaga nama baik narasumber dan bila perlu jaga kerahasiaan identitas narasumber.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

3.1 Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VB SD Negeri 3 Way Galih Kecamatan
Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun
pelajaran 2022/2023, yaitu mulai bulan Juli sampai dengan September tahun 2022. Adapun subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri 3 Way Galih yang berjumlah 22 siswa
dengan komposisi laki-laki 13 siswa dan perempuan 9 siswa merupakan subyek penelitian yang
dikenai tindakan serta guru kelas VB SD Negeri 3 Way Galih sebagai subyek yang memberi
tindakan.

3.2 Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa
Inggris disebut Classroom Action Research (CAR). PTK adalah penelitian tindakan untuk
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya, sehingga berfokus pada proses belajar
mengajar yang terjadi di kelas (Suhardjono, 2010: 12). Menurut Arikunto (2008: 16) dalam
penelitian secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan refleksi. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bersifat
kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas VB yang membantu dalam pelaksanaan
penelitian.
Penelitian tindakan ditandai dengan adanya perbaikan secara terus menerus sehingga
sasaran dari penelitian tersebut tercapai. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang
telah dirancang oleh peneliti bersama dengan guru kelas.

3.3 Teknik Analisis Data


Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes.
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
4. Tes
Aktivitas yang dilakukan dalam analisis data yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan lalu diverifikasi. Data hasil penelitian dianalisis sejak
penelitian dimulai, kemudian dikembangkan dan penyusunan laporan.

Anda mungkin juga menyukai