PENDAHULUAN
Di SD Negeri 3 Way Galih juga ditemukan beberapa permasalahan yaitu hasil belajar
beberapa siswa khususnya untuk pelajaran Bahasa Indonesia pada materi wawancara masih
rendah, dengan nilai rata-rata 68. Berarti beberapa siswa masih mendapat nilai di bawah
KKM, yaitu ≤ 70. Hal ini kemungkinan dikarenakan siswa kurang tertarik dengan materi
wawancara dan merasa jenuh dalam proses pembelajaran karena cara guru dalam
menyampaikan pelajaran kurang menarik bagi siswa. Sehingga siswa kurang aktif dalam
pembelajaran dan tidak dapat menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan. Metode
pembelajaran yang sering digunakan kurang efektif dan cenderung monoton, yaitu metode
ceramah, sehingga tidak dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama untuk
mengikuti materi wawancara.
Untuk itu diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat
belajar siswa dan mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan,
khususnya untuk materi wawancara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam hal ini,
guru berupaya untuk menciptakan suatu pembelajaran efektif yang mampu mendorong siswa
untuk senang dan bergairah dalam belajar, sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang
maksimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat.
Penggunaan metode yang tepat dimaksudkan untuk menggairahkan belajar siswa. Apabila
proses kegiatan belajar berlangsung dengan menyenangkan dan tidak membosankan
diharapkan dapat menambah ketertarikan siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa itu sendiri.
Kedudukan metode adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar (Djamarah dan Zain, 2010: 73). Metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar
yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Tanpa motivasi yang besar peserta didik akan
banyak mengalami kesulitan belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan
belajar (Samino dkk, 2011: 90). Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik jika tidak
ada motivasi dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan
kegiatan belajar.
Materi wawancara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan materi yang
penting agar siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan baik kepada narasumber terkait
informasi yang akan digali. Hal ini membutuhkan suatu pemahaman yang kuat, sehingga guru
harus berupaya menciptakan suatu pembelajaran yang dapat menggairahkan dan
mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan menerima materi yang
disampaikan. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat merupakan upaya yang dilakukan
oleh guru.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam belajar materi wawancara adalah dengan melalui penerapan metode simulasi.
Pada penerapan metode simulasi, guru berperan sebagai pengarah dan pemberi kemudahan
untuk terjadinya proses belajar siswa, bukan sebagai penyaji materi pembelajaran. Metode ini
menyenangkan dan menuntut keaktifan siswa sehingga dapat mengurangi bahkan
menghilangkan kejenuhan siswa dalam pembelajaran, karena siswa terlibat langsung di
dalamnya.
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti akan
melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan
Metode Simulasi Pada Materi Wawancara di Kelas VB Semester Ganjil SDN 3 Way Galih
Tahun Pelajaran 2022/2023”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan
dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh jika
memiliki motivasi belajar yang tinggi. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) “motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsur-unsur yang mendukung.
Indikator-indikator tersebut, antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, dan
lingkungan belajar yang kondusif.”
Selain itu, Winkel (2005: 160), menyebutkan motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis didalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar itu demi mencapai
suatu tujuan. Sejalan dengan pendapat di atas, Sardiman A. M (2007: 75), menjelaskan
motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri individu siswa yang dapat memberikan
dorongan untuk belajar demi mencapai tujuan dari belajar tersebut.
Selain itu, Oemar Hamalik (2011: 108), menyebutkan fungsi motivasi itu meliputi:
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi motivasi belajar
adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi sehingga untuk mencapai prestasi
tersebut peserta didik dituntut untuk menentukan sendiri perbuatan-perbuatan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Menurut Sardiman A. M (2007: 89-91) terdapat dua macam motivasi belajar, yaitu:
Menurut Wina Sanjaya (2010: 147-162), ada beberapa metode dalam mengajar, antara
lain:
Dari berbagai uraian di atas mengenai macam-macam metode dalam mengajar maka
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sebagai alat atau sarana interaksi antara guru dengan
siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar yang optimal. Oleh
karena itu, dalam penerapannya guru diharapkan mampu untuk memilih metode-metode
mengajar yang yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, situasi kondisi kelas
dan kemampuan para siswa dalam memahami materi yang disajikan.
Menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi itu dapat berbentuk:
role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan. Sedangkan menurut Hyman dalam
bukunya Ways of Teaching, simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam
kelompok role playing, dan bentuk-bentuk role playing yang lain adalah sosiodrama,
permainan, dan dramatisasi (Hasibuan dan Moedjiono, 2010: 27).
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2010: 27) tujuan simulasi adalah sebagai berikut :
1) Untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat professional maupun bagi
kehidupan sehari-hari.
2) Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
3) Untuk latihan memecahkan masalah.
2.4 Wawancara
2.4.1 Pengertian Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau
lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan
bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan
seorang calon/kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari
tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.
Wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih dengan maksud untuk menggali
informasi baik berupa fakta atau pendapat seseorang untuk tujuan tertentu. Kalimat
pertanyaan dalam wawancara hendaknya disesuaikan dengan tujuan wawancara, konkret,
jelas, memuat satu hal, tidak terlalu panjang dan tidak menyinggung perasaan. Wawancara
adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya tentang suatu hal. Dalam wawancara, narasumber menjawab semua pertanyaan
yang diajukan. Anda dapat mengetahui isi wawancara dengan cara menyimak dan mencatat
isi pokok pembicaraan dalam wawancara. Wawancara juga dapat didefinisikan, yaitu suatu
aktivitas bertanya jawab pada pewawancara dengan seorang sumber. Orang yang memberikan
informasi tersebut dinamakan narasumber. Narasumber yaitu orang yang bisa memberikan
sebuah informasi saat diwawancara. Sebelum mewawancarai narasumber, sebagai
pewawancara kita diharuskan mempersiapkan diri, di antaranya menyiapkan pertanyaan.
Sukses tidaknya wawancara, selain ditentukan oleh sikap pewawancara juga ditentukan oleh
perilaku dan penampilan pewawancara. Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan
akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif. Wawancara
yang komunikatif dan hidup ikut ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan informasi
seputar materi topik pembicaraan baik oleh narasumber maupun pewawancara.
1. Wawancara bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden,
namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang
diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
2. Wawancara terpimpin, yaitu pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan
yang lengkap dan terinci.
3. Wawancara bebas terpimpin, yaitu pewawancara mengombinasikan wawancara bebas
dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah
membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.
Isi pokok wawancara dapat disatukan menjadi rangkuman. Isi pokok wawancara yang
telah dirangkum dapat diungkapkan kepada orang lain. Caranya, ungkapkan rangkuman
pokok wawancara dengan bahasa yang jelas. Selain itu, kita perlu memperhatikan kejelasan
ucapan, ketepatan intonasi, dan volume suara. Cara mencatat isi pokok pembicaraan dalam
wawancara adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tema
Dari awal harus jelas peran apa yang akan kita bawakan, informasi apa yang akan
diperoleh dari narasumber
2. Menentukan sudut pandang
Sudut pandang sebuah berita dibuat untuk membantu tulisan agar terfokus. Kita tidak
mungkin menulis seluruh laporan tentang apa yang kita lihat, atau menulis seluruh
uraian yang disampaikan oleh narasumber. Untuk menentukan sudut pandang salah
satu cara yang termudah adalah membuat sebuah pertanyaan tunggal tentang apa yang
akan kita tulis. Hal-hal yang tidak relevan dengan sudut pandang sebaiknya tidak
dipertanyakan.
3. Menyusun outline
Agar memudahkan dalam wawancara maka sebaiknya kita menyusun kerangka berita
(outline) atau istilah yang lebih lazim flowchart. Outline berisi antara lain: Tema/topik
wawancara; Sudut pandang; Latar belakang masalah; Narasumber; dan Daftar
pertanyaan.
Dalam melakukan wawancara, ada empat langkah yang harus diperhatikan:
Hasil wawancara dituliskan sebagai bentuk laporan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun laporan hasil wawancara :
d. Jaga nama baik narasumber dan bila perlu jaga kerahasiaan identitas narasumber.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN