Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BUDDHA DAN BODHISATVA

MAKNA, TUJUAN DAN KARAKTERISTIK BUDDHA DAN BODHISATVA

DOSEN PEMBIMBING

SONIKA, S.E., S.Ag., M.Pd.

Disusun oleh
HARI SUTIAWAN
2021101022

PROGRAM SARJANA
PROGRAM PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA
SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA MAITREYAWIRA PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha Bodhisatva
sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah Buddha dan Bodhisatva
yang berjudul Makna dan Tujuan Buddha dan Bodhisatva.
Ucapan terima kasih saya sebagai peyusun kepada dosen pembimbing mata kuliah
Buddha dan Bodhisatva Bpk Sonika, S.E., S.Ag., M.Pd. yang telah memberikan kesempatan
pada saya untuk menyusun makalah ini.
Makalah ini juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling menghargai dengan
seksama. Makalah ini disusun dengan semaksimal mungkin dari berbagai referensi
pembelajaran dan web, namun peyusun meyadari akan keterbatasan wawasan dan
pengalaman sehingga makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran para pembaca sangat diharapkan dari penyusun demi memperbaiki makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan yang baik pada
pembaca.

Pekanbaru, 30 Maret 2022

Hari Sutiawan

ii
DAFTAR ISI

COVER ······························································································· i
KATA PENGANTAR ·············································································· ii
DAFTAR ISI ························································································· iii
BAB I PENDAHULUAN ·········································································· 1
1.1. Latar Belakang ············································································· 1
1.2. Rumusan Masalah ········································································· 1
1.3. Tujuan Penulisan ·········································································· 1
1.4. Manfaat Penulisan ········································································· 1
BAB II PEMBAHASAN ··········································································· 2
2.1. Makna, tujuan dan karakteristik Buddha Sakyamuni ···························· 2
2.2. Makna, tujuan dankarakteristik Buddha Maitreya ································ 3
2.3. Makna, tujuan dan karekteristik Buddha Amitabha ······························ 4
2.4. Makna, tujuan dan karakteristik Bodhisatva Satyakalama ······················ 5
2.5. Makna, tujuan dan karakteristik Bodhisatva Avalokitesvara ··················· 6
2.6. Makna, tujuan dan karakteristik Bodhisatva Manjusri ··························· 7
BAB III PENUTUP ················································································· 8
3.1. Kesimpulan ·················································································· 8
3.2. Saran ·························································································· 8
DAFTAR PUSTAKA ·············································································· 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam ajaran agama Buddha, seorang Bodhisattva atau Bodhisatta atau Photishat
adalah makhluk yang mendedikasikan dirinya demi kebahagiaan makhluk selain dirinya
di alam semesta. Dapat juga di artikan sebagai “Calon Buddha”. Dalam bahasa sanskerta,
istilah Bodhisattva terdiri dari dua kata, yaitu Bodhi yaitu berarti pencerahan atau
penerangan, dan sattva yang berarti makhluk. Bodhisattva juga merujuk kepada Buddha
di kehidupan sebelum-Nya.
Dalam ajaran Mahayana, Bodhisattva mengambil janji untuk tidak masuk
nirwana sebelum semua makhluk mencapai kebuddhaan. Artinya ia menunda memasuki
nirwana dan memilih turun ke bumi mengorbankan dirinya untuk membantu makhluk
lain mencapai pencerahan. Karena itu Bodhisattva dikenal memiliki sifat welas asih dan
sifat tidak mementingkan diri sendiri dan rela berkorban. Ini tidak sama dengan di tradisi
Theravada pada umumnya, makhluk yang mencapai pencerahan adalah arahat, bukan
Buddha.
Arti Bodhisatva pada pali canon dan tradisi Theravada tidak mrngatakan bahwa
seorang Bodhisatva membuat janji tidak akan mencapai penerangan sebelum semua
orang lain mencapai penerangan. Ini merupakan inovasi dari Mahayana.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa makna, tujuan dan karakteristik dari Buddha dan bodhisattva (Buddha
Sakyamuni, Buddha Maitreya, Buddha Amitabha, Bodhisatva Satya Kalama,
Bodhisatva Avalokitesvara, Bodhisatva Manjusri). ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui makna, tujuan dan karakteristik dari Buddha dan bodhisattva
(Buddha Sakyamuni, Buddha Maitreya, Buddha Amitabha Bodhisatva Satya Kalama,
Bodhisatva Avalokitesvara, Bodhisatva Manjusri ).

1.4. Manfaat Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas akhis semester, dan untuk memberi pengetahuan terhadap
pembaca tentang makna, tujuan dan karakteristik Buddha dan bodhisattva.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Makna, tujuan dan karakteristik Buddha Sakyamuni

Salah satu panggilan yang disematkan kepada


Siddhartha adalah Sakyamuni (orang bijak dari klan
Sakya). Dan sebagai sang tathagata panggilan ini dan
juga dari berbagai teks awal, membuktikan bahwa ia
lahir dari klan Sakya, sebuah klan kuno yang
diperkirakan hidup di pinggiran timur laut India, di
sekitar perbatasan Nepal-India. Dan di dalam ajaran
maitreya beliu di sebut sebagai Shi Jia Wen Fo. Tujuan
dari Buddha Sakyamuni adalah menemukan cara untuk
menghilangkan penderitaan atau membebaskan manusia dari usia tua, sakit, dan mati.
Perjuangan Siddharta dalam memaknai kehidupan dan mengupayakan terciptanya
bangunan spiritualitas yang paripurna merupakan perjuangan yang berangkat dari hati
nurani dan akal budi. Siddharta, kemudian bermeditasi menggunakan berbagai guru
spiritual yang membimbingnya. Ia bermediasi di bawah pohon Bodhi untuk
mendapatkan penerangan Agung. karakteristik ajaran-nya disebut: “Berpantang, Samadi,
Kebijakan.” Berpantang berarti menyingkirkan segala nafsu keinginan di tengah manusia
biasa, secara paksa membuat anda kehilangan terhadap keinginan mengejar kepentingan,
dan terputus dari segala hal duniawi. Dengan demikian hatinya juga berubah menjadi
“kosong,” tidak memikirkan apa pun lagi, sehingga dapat mencapai samadi, itu suatu
proses yang saling mengisi dan saling melengkapi. Setelah mencapai samadi, harus
duduk bermeditasi untuk sungguh-sungguh berkultivasi, mengandalkan daya samadi
berkultivasi ke atas, ini adalah bagian kultivasi yang sebenarnya dari ajaran-Nya itu.
Sang Buddha hadir di dunia ini untuk memurnikan semua makhluk dengan meminta
mereka membuka harta karun Kebijaksanaan Buddha, yang tidak mereka sadari telah ada
dalam diri mereka. Tujuannya adalah untuk membebaskan semua orang dari penderitaan,
dan pencerahannya adalah wujud sarana yang efektif untuk mengajarkan setiap orang
jalan menuju pencerahan.

2
2.2. Makna, tujuan dan karakteristik Buddha Maitreya

Kata “Maitreya” berasal dari bahasa Sansekerta yang


berarti kasih Tim Cahya Maitri. Berdasarkan
pengertian tersebut, “Maitreya” bisa diartikan
membawa sukacita, kebahagiaan, harapan dan
kecemerlangan bagi umat manusia. Buddha Maitreya
adalah dikenal sebagai Buddha Bahagia atau Buddha
Sukacita Happy Buddha, Buddha Penuh Tawa Ria
Laughing Buddha, dan Buddha Pembawa Berkah
Lucky Buddha. Manifestasi atau rupa Buddha
Maitreya yang tampak di zaman sekarang ditunjukkan dalam wujud atau manifestasi
“Bhikkhu Berkantong”. Setiap bagian dari manifestasi atau rupa Buddha Maitreya
memiliki artinya masing-masing, yaitu: 1. Senyuman, yang menggambarkan cinta kasih
yang tak terhingga atau tiada batas 2. Daun telinga yang terkulai, menggambarkan dapat
mendengar, memahami dan menuntaskan masalah umat manusia yang di utarakan dalam
berbagai macam bahasa 3. Leher dan dada yang lebar, mencerminkan hati Buddha yang
lapang,lugu polos, tulus dan jujur 4. Perut, menunjukan dengan hati kasih Buddha
maitreya yang tak terbatas yang dapat menampung semua masalah yang ada di dunia ini
tanpa membedakan satu dengan yang lain 5. Kantong gaib, menggambarkan kasih dan
dharma agung Buddha maitreya yang tak terhingga. Buddha Maitreya memiliki sumpah
atau ikrar yang agung dan mulia, antara lain: 1. Merubah dunia yang penuh kekacauan
menjadi dunia yang damai sentosa. 2. Merubah dunia yang penuh kekotoran menjadi
dunia yang suci atau bumi suci. 3. Merubah dunia yang penuh dosa dan kegelapan
menjadi dunia Ilahi atau Ketuhanan. Buddha Maitreya dengan ikrar-Nya yang Maha
Agung, membawa umat manusia terbebas dari lautan penderitaan menuju kebahagiaan
hidup yang sejati. Tuhan mengutus Buddha Maitreya untuk memperkenalkan kepada
umat manusia sebuah ajaran luhur, yakni dunia satu keluarga, hakikat kebenaran
tertinggi, hati nurani yang bebas dari diskriminasi, dan mengubah pertikaian menuju
dunia yang penuh kasih sayang dan kebahagiaan.

3
2.3. Makna, tujuan dan karakteristik Buddha Amitabha

Amitabha adalah buddha utama di sekte tanah murni


yang berkembang terutama di asia timur. Menurut
kitab ini, Amitabha menjadi Buddha dikarenakan dari
perbuatan baik atas kehidupan masa lalu yang tak
terhitung jumlahnya sebagai Bodhisattva bernama
Dharmakāra. "Amitabha" dapat diterjemahkan
sebagai "Cahaya tidak terbatas", karena itu Amitabha
sering disebut sebagai "Buddha dengan Cahaya tidak
terbatas". Amitabha adalah Buddha cinta kasih tanpa
batas. Dia tinggal di barat (digambarkan dalam posisi meditasi) dan berupaya sebagai
mencerahkan setiap makhluk (digambarkan dalam posisi memberi berkah). Teknik
paling penting yang dia ajarkan adalah memvisualisasikan seluruh dunia di sekitar
sebagai tanah suci. Siapapun yang melihat dunianya sebagai tanah suci akan
membangkitkan energi pencerahannya. Dunia dapat terlihat sebagai tanah suci dengan
jalan menyatukan pikiran-pikiran positif (pikiran pencerahan) atau dengan mengirimkan
cinta kasih kepada semua makhluk (berharap semua makhluk berbahagia). Menurut
doktrin Amitabha, seseorang dapat datang ke tanah suci Amitabha jika pada saat
menjelang kematiannya, mereka memvisualisasikan Amitabha bercahaya terang seperti
matahari tepat di atas kepala mereka, mengulang-ulang nama dia sebagai mantra dan
melepaskan jiwa (kesadaran) melalui cakra mahkota. Salah satu ikrarnya adalah
menunda kebuddhaan sebelum menyebrangkan semua makhluk ke pantai bahagia.
Dengan kekuatan sumpahnya, Amitabha membuatnya memungkinkan bagi siapapun
yang menyebut namanya untuk terlahir kembali pada alamnya, memperoleh bimbingan
dharma dari dirinya demi mencapai kebodhisatwaan dan pada akhirnya kebuddhaan
(tujuan akhir Mahayana Buddhisme). Dari sana, para Bodhisatwa dan Buddha tersebut
akan kembali ke bumi untuk menolong lebih banyak makhluk. Amitabha dipuja oleh
setiap umat yang mengharapkan pembebasan (pencerahan). Terkadang beliau
digambarkan memegang sebuah mangkuk persembahan (patra) dalam posisi tubuh yang
sama (bersila).

4
2.4. Makna, tujuan dan karakteristik Bodhisatva Satya Kalama

Bodhisatva satyakalama dalam maitreya di sebut


dengan sebutan guan sheng di jun. beliau adalah
seorang jenderal terkenal yang hidup pada zaman tiga
negara, beliau lahir di he dong , provinsi shan xi.
Nama aslinya adalah Guan Yu atau Guan Yu Chang
“Guan” adalah marganya, dan “Gong” berarti tuan,
atau gelar kehormatan. Oleh karna itu, Guan Gong
berarti Dewa Guan. Beliau mencapai kesempurnaan
dengan gelar bodhisattva satyakalama. Bukan hanya
itu kuan kong juga bergelar Fu Mo Da Di (Bodhisava penakluk marah), Guan Fa Lu Zu
(bodhisattva penegak hukum), beliau biasa menjadi bodhisattva karean kepribadian
luhurnya. Kepribadian luhur Jendral Kwan Kong yang luar biasa adalah Kesetiaan &
Peri Kebenaran. Berikut adalah kepribadian luhur dari bodhisattva satyakalama sebagai
berikut: 1. Setia kepada negara 2. Menjaga norma susila 3. Tidak tergiur akan
kesenangan 4. Tidak silau akan nama dan harta 5. Tidak mengharap yang baru dan tidak
membuang yang lama 6. Tidak melupakan kesetiaan persaudaraan 7. Melupakan aku,
tidak memperdulikan keselamatan sendiri. Karakter yang satria dan jiwa pemberani, setia
dan jujur menjadi ciri khas pribadi dari bodhsatva satyakalama. Pada saat bersujud
kepada Bodhisatva Satya Kalama yang kita ingat adalah kesetiaan yang luar biasa dan
kejujuran. Sehingga Kwan kong merupakan Bodhisatva yang paling banyak dipuja
dikalangan masyarakat. Bodhisatva Satya kalama termasuk Bodhisatva Dharmapala yang
senantiasa melindungi kita, sehingga kita bisa mengamalkan ketuhanan dengan tenang
dan damai. Di samping di puja sebagai lambing kesetiaan dan kejujuran, Guan Yu juga
dipuja sebagai Dewa pelindung perdagangan, Dewa pelindung Kesusastraa, dan Dewa
pelindung rakyat dari malapetaka peperangan yang mengerikan. Kebajikan Guan Gong
melambangakan kehormatan, loyalitas, integritas, kedilan, keberanian, dan kekuatan
adalah cita-cita yang benar-benar dapat mempengaruhi kita.

5
2.5. Makna, tujuan dan karakteristik Bodhisatva Avalokitesvara

Avalokitesvara adalah Bahasa Sanskrit yang memiliki


arti “Sang Penguasa yang Mengamati (Dunia) di
Bawah-Nya dengan Welas Asih”. Selain itu, beliau
juga sering disebut sebagai Padmapani (Sang
Pemegang Teratai), ataupun Lokesvara (Sang
Penguasa Dunia). Atau dikenal dengan dewi kuan im,
Bentuk Pratima-Nya sangat bervariasi, sebanyak
penampakan diri diri-Nya pada saat memberikan
pertolongan kepada umat manusia. Beliau dilukiskan
duduk di bunga Teratai didampingi oleh putra San Chai dan putri Long Ni. Gunung Phu
to menjadi sentral pemujaan terhadap Bodhisatva Kwan Im. Disana Ia lebih dikenal
sebagai pelindung, terutama bagi mereka yang melaut. Beliau juga terkenal sebagai
Bodhisatva yang mengajarkan mantra “Om mani padme hum “kepada masyarakat Tibet.
Pada masa sekarang , Bodhisatva Avalokitesvara berperan sebagai pelindung dunia
antara masa transisi sesudah Buddha sakyamuni dan sebelum kedatangan Buddha
maitreya. Orang-orang yang percaya hanya perlu memohon langsung kepada Sang
Avalokiteÿvara dalam salah satubentuknya yang tak terhingga banyaknya. Seseorang
hanya perlu mengutarakan kesulitannya dan laksana seorang Penasihat Agung, Sang
Avalokiteÿvara selalu siap mendengarkan dengan penuh perhatian. Jika ada yang
berpikir bahwa hal ini bernada ketuhanan, dia harus ingat bahwa meditasi
Avalokiteÿvara juga muncul dalam bentuk metoda visualisasi dengan realisasi ketanpa-
akuan yang menghasilkan pandangan terang (vipas-sana) sebagai tujuannya.

6
2.6. Makna, tujuan dna karakteristik Bodhisatva Manjusri

Manjusri dalam bahasa Sansekerta berarti "Dia yang


mulia dan lembut." Dia sering digambarkan sebagai
pemuda yang memegang pedang di tangan kanannya
dan Prajna Paramita (Kesempurnaan Kebijaksanaan)
Sutra di atau dekat tangan kirinya. Terkadang dia
mengendarai seekor singa, yang menyoroti sifat
pangeran dan tak kenal takutnya. Kadang-kadang,
alih-alih pedang dan sutra, ia digambarkan dengan
teratai, permata, atau tongkat kerajaan. Karateristik
Bodhisatva Manjusri yang sering dibicarakan adalah kebijaksanaan-Nya. Berbagai
problem dalam kehidupan maupun aspek yang dihadapi dalam proses pembinaan dapat
diatasi dengan baik. Beliau dijuluki sebagai Pelindung Kebijaksanaan . Tangan-Nya
mengenggam pedang kearifan sambal menduduki Singa Dewata . Sentral pemujaan
terhadap Bodhisatva Manjusri berlokasi di Gunung Wu Thai, Shan si, China. Masyarakat
mongol sangat memiliki keyakinan yang kuat terhadap-Nya. Dalam Buddhisme
Mahayana, Manjusri adalah bodhisattva kebijaksanaan dan merupakan salah satu tokoh
ikon terpenting dalam seni dan sastra Mahayana. Ia melambangkan kebijaksanaan prajna ,
yang tidak dibatasi oleh pengetahuan atau konsep. Gambar Manjusri, seperti gambar
bodhisattwa lainnya, digunakan untuk meditasi, kontemplasi, dan permohonan oleh umat
Buddha Mahayana. Dalam Buddhisme Theravada, baik Manjusri maupun makhluk-
makhluk bodhisattwa lainnya tidak diakui atau diwakili. Menurut versi Tionghoa,
manjusri Bodhisattva telah memperoleh petunjuk dari Sakyamuni Buddha bahwa
tanggung jawab dan tugas utamanya adalah untuk mengajarkan dan menunjukkan jalan
keselamatan bagi penduduk Tiongkok. Sebab itu ia memilih gunung Wu Tai San di
propinsi Shan Shi, menjadi salah satu dari empat gunung suci Buddhisme dia Tiongkok.
Orang Tionghoa menganggap Manjusri Bodhisattva sebagai seseorang arsitek surgawi
yang memberikan penerangan dan kecerdasan bagi siapa saja yang giat menjalankan
Dharma.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari yang telah di jelaskan dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa setiap
Buddha dan boddisatva memiliki tujuan dan karakteristiknya masing-masing. Sebaiknya
kita sebagai umat Buddha lebih memahami makna dan tujuan tujuan dari para Buddha
dan boddhisatva, agar setelah kita mengetahui makna dan tujuan dari Buddha dan
bodhisattva kita dapat meneladani mereka dan menumbuhkan rasa semangat kita dalam
berpuja bakti. Dan dapat melakukan tindakan nyata di dalam kehidupan kita dengan apa
yang telah kita pelajari dari para Buddha dan bodhisattva.

3.2. Saran

Dengan adanya makalah ini yang membahas tentang Buddha dan bodhisattva,
diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang para Buddha dan Bodhisattva
dan dapat meneladaninya sehingga dapat mengaplikasikan prilaku kita yang benar dalam
kehidupan sehari-hari.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.nichiren.or.jp/indonesian/teachings/buddha/
https://id.wikipedia.org/wiki/Maitreya
https://id.wikipedia.org/wiki/Amitabha
https://forsharingknowledge.blogspot.com/2014/01/sekilas-tentang-kwan-kong-
bodhisattva.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Avalokite%C5%9Bvara
https://id.wikipedia.org/wiki/Manjusri

Anda mungkin juga menyukai