Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROSES ALOKASI PEREKONOMIAN INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah


Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu : Husni Muharam, S.E., M.S.M

Disusun Oleh :
Kelompok 4 :

24023120002 Fingky Fatma Fauziah


24023120171 Dedeh Kurniasih
24023120145 Muhammad Akbar Barokah

Kelas :
Perekonomian Indonesia D

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GARUT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Alokasi
Perekonomian Indonesia” dengan tepat waktu.
Makalah “Proses Alokasi Perekonomian Indonesia” disusun guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh Bapak Husni Muharam, S.E., M.S.M., pada mata kuliah
Perekonomian Indonesia. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang “Proses Alokasi Perekonomian
Indonesia”.
Kami selaku Kelompok 4, mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Bapak Husni Muharam, S.E., M.S.M., selaku dosen pengampu mata kuliah
Perekonomian Indonesia. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, Oktober 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................5
1.3 Tujuan ..............................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 6
2.1 Pengertian Proses Aokasi ...............................................................................6
2.1.1 Proses Alokasi APBN ....................................................................... 7
2.2 Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita Di Indonesia ..................................8
2.3 Konsep Transformasi Perekonomian ...........................................................9
2.3.1 Transformasi Struktural Perekonomian .......................................... 10
2.3.2 Transformasi Manufaktur Indonesia ............................................... 13
2.3.3 Transformasi Sektor Jasa Indonesia ................................................ 13
BAB III CONTOH DAN ANALISIS KASUS ................................................. 15
3.1 Contoh Kasus Alokasi ..................................................................................15
3.2 Analisis Kasus ................................................................................................15
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian di Indonesia mengalami banyak sekali perubahan (transformasi) strukur
ekonomi di era globalisasi yang makin kian berkembang dari waktu ke waktu.Dimulai dari
zaman kerajaan, kolonial, hingga pasca reformasi sekarang ini. Transformasistruktural
ekonomi yang terjadi tentu saja membawa dampak yang positif. Hal itu dapat dilihat dari
bagaimana pendapatan per kapita masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan.
Meskipun demikian tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan masih menjadi masalah
yang belum terselesaikan hingga saat ini. Hal ini yang mendorong kami sebagai mahasiswa
mengkaji dan mempelajari bagaimana proses itu terjadi beserta sebab akibatnya bagi negara
Transformasi struktural perekonomian Indonesia banyak dipengaruhi oleh gelombang
perubahan transformasi struktural perekonomian dunia, adapun kondisi perekonomian saat ini
cenderung menunjukkan gejala penurunan aktivitas yang terjadi hampir di seluruh dunia.
Transformasi ini menjadikan setiap negara memperkuat perekonomiannya masing-masing
guna menjaga kestabilan dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian secara konsisten.
Berbagai instansi pemerintah yang terkait dengan proses kestabilan dan pertumbuhan ekonomi
di Indonesia seperti Bank Indonesia, lembaga keuangan, dan otoritas keuangan bekerja sama
untuk tetap mempertahankan kondisi keuangan negara, meski kestabilan dan pertumbuhan
tersebut tidak seperti dengan kondisi keuangan di beberapa tahun sebelumnya.
Pergerakan perekonomian untuk jangka pendek berfokus untuk menjaga kestabilan
keuangan, sementara untuk tujuan perekonomian jangka menengah berfokus pada peningkatan
pertumbuhan, dan untuk jangka panjang berfokus pada proses berkelanjutan terhadap
perekonomian. Perubahan perekonomian pada periode jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang, terjadi karena adanya perubahan tingkat pendapatan negara yang menjadi
dasar dalam konsep transformasi struktur perekonomian. Struktur perekonomian selain
didukung oleh peningkatan output, peranan sektor moneter dan sektor fiskal juga menentukan
bekerjanya permintaan dan penawaran agregat dalam meningkatkan output negara, selain itu
transformasi struktural perekonomian dalam negeri (faktor internal) sangat didukung oleh
bentuk transformasi struktural perekonomian dunia (faktor eksternal) (Weiss, 1998;Jhinghan,
2003; Kuncoro, 2010). Pengaruh faktor internal dan eksternal akan membentuk perubahan
gelombang, tekanan dan durasi dari setiap periode perekonomian (jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang) akan selalu diwarnai dengan laju gelombang keuangan yang
dinamis (pasang surut), dan dalam proses tersebut akan menimbulkan berbagi dampak terhadap

4
perilaku makro ekonomi lainnya, meskipun perekonomian tersebut dapat dipertahan melalui
berbagai kebijakan, namun dampak eksternal (krisis keuangan global dan krisis kesehatan
Covid 19) ikut memberikan tekanan pada laju gelombang keuangan dan perekonomian di
Indonesia.
Proses perjalanan keuangan dan perekonomian Indonesia didasarkan pada tujuan dan
landasan yang hendak dicapai tidak selamanya dapat berjalan mulus, setiap periode memiliki
karakter dan perilaku yang berbeda baik secara internal maupun eksternal, sehingga diperlukan
kebijakan yang tepat agar perekonomian Indonesia dapat berproses dengan baik dalam
mencapai stabilitas keuangan dan perekonomian yang berkelanjutan, di mana setiap kebijakan
yang diputuskan untuk dijalankan merupakan suatu bentuk Transformasi Stuktural
Perekonomian di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep transformasi yang terjadi dalam perekonomian suatu negara saat
pendapatan perkapita masyarakatnya meningkat dalam jangka panjang?
2. Bagaimana proses yang terjadi dalam sebuah perekonomian seiring dengan meningkatnya
pendapatan perkapita masyarakat?
3. Bagaimana transformasi yang terjadi di Indonesia selama ini secara umum terkait proses
akumulasi, proses alokasi, serta proses distribusi demografi dan pendapatan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep transformasi yang terjadi dalam perekonomian suatu negara
saat pendapatan perkapita masyarakatnya meningkat dalam jangka panjang
2. Untuk mengetahui proses yang terjadi dalam sebuah perekonomian seiring dengan
meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat
3. Untuk mengetahui transformasi yang terjadi di Indonesia selama ini secara umum terkait
proses akumulasi, proses alokasi, serta proses distribusi demografi dan pendapatan.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proses Alokasi
Proses alokasi yaitu suatu proses perubahan atau lebih tepatnya pergeseran sektor
strategis penyumbang nilai tambah terbesra dalam GDP (Gross DomesticProduct).
Biasanya pergeseran ini terjadi dari sektor primer/ekstraktif (pertaniandan penggalian)
menuju sektor sekunder (industri) dan sektor tersier atau jasa. Yang dimaksud dengan
sektor ekstraktif adalah sektor yang outputnya diambil langsung dari bumi dan langsung
digunakan tanpa diolah terlebih dahulu. Sementara sektor industri adalah sektor dimana
terjadi pengolahan dari bahan baku yang dihasilkan dari sektor primer menjadi barang lain
yang baru kemudian dikonsumsi. Sektor jasa adalah sektor yang memberikan layanan
kepada masyarakat, sehingga ukuran keberhasilannya tidak hanya sekadar diukur dari
berapa banyak produk yang terjual tetapi lebih kepada berapa puasnya pengguna jasa
mereka.
Indikator adanya proses alokasi sumber daya produksi ditandai dengan :
1. Indikator perubahan struktur Permintaan Domestik
Terjadi perubahan pola permintaan masyarakat seiring peningkatan pendapatan.
Masyarakat yang berpendapatan tinggi (yang lebih kaya) memiliki permintaan akan
barang-barang hasil industri pengolahan yang lebih banyak. Jika semakin tinggi
pendapatan masyarakat maka permintaan mereka akan lebih bervariasi lagi sehingga
permintaan terhadap barang kebutuhan pokok akan relative berkurang.
pendapatan per kapita naik, menyebabkan investasi dalam negeri naik, konsumsi
(Swasta, pemerintah, non-makanan) naik, konsumsi makanan turun.
2. Indikator perubahan struktur Perdagangan Internasional
Perdagangan luar negeri atau internasional sangat dipengaruhi oleh banyaknya barang
apa yang diproduksi. Negara yang lebih makmur menghadapi permintaan masyarakat
yang cenderung pada barang-barang hasil industri. Demikian struktur produksi juga
berubah menjadi barangbarang industri sehingga struktur ekspornya juga akan berubah.
pendapatan per kapita naik (manufaktur dan jasa) naik, impor naik, ekspor barang
primer turun.
3. Indikator perubahan struktur Produksi
Meningkatnya pendapatan sebuah negara, maka akan terjadi akumulasi. Semakin tinggi
peran serta barang modal dalam proses produksi, maka struktur produksi akan semakin
mengarah kepada struktur yang industrialis, selain itu pola konsumsi masyarakat juga

6
mengarah kepada barang-barang berteknologi tinggi (high – tech). Aspek ini secara
bersama akan mengubah pola produksi suatu negara. Pada awalnya suatu negara
tersebut banyak memproduksi barang-barang kebutuhan pokok hasil produksi sektor
primer (ekstraktif) menjadi produsen barang-barang olahan hasil produksi sektor
industri.Pendapatan per kapita naik, menyebakan produksi (industri,utility, jasa) naik,
produksi barang primer turun.
2.1.1 Proses Alokasi APBN
Penyusunan APBN Perubahan diawali dengan review asumsi dasar ekonomi makro yang
dilaksanakan pada mulai awal tahun. Selanjutnya, Pemerintah menyusun perkiraan
postur APBN Perubahan hingga akhir tahun sesuai dengan perkembangan ekonomi dan
review asumsi dasar ekonomi makro. Apabila terdapat beberapa indikator ekonomi
makro dan exercise postur APBN Perubahan yang berbeda cukup signifikan dengan yang
ditetapkan dalam APBN, Pemerintah akan merumuskan kebijakan-kebijakan fiskal dan
exercise postur APBN Perubahan. Perumusan kebijakan fiskal dan exercise postur
tersebut dilakukan dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN dan menjaga
kesinambungan fiskal baik dalam jangka panjang maupun jangka menengah.
Penyusunan APBN di masa pandemi Covid-19 menjadi sesuatu yang luar biasa
mengingat pengajuan dan pembahasannya dilaksanakan di tengah tingginya
ketidakpastian akibat pandemi Covid-19. Sebagai instrumen untuk mengurangi
pengeluaran, APBN menjadi salah satu instrumen utama yang memiliki dimensi dampak
yang sangat luas baik dalam melanjutkan penanganan di bidang kesehatan, melindungi
masyarakat yang rentan, dan dalam mendukung proses pemulihan perekonomian
nasional pada tahun 2021. Oleh sebab itu, APBN 2021 akan melanjutkan kebijakan
instrumen tersebut secara meluas serta memperkuat dengan memperhatikan fleksibilitas
dalam merespons kondisi perekonomian dan mendorong pengelolaan fiskal yang pruden
dan berkelanjutan. Prioritas pembangunan nasional pada 2021 tidak hanya fokus kepada
bidang kesehatan, tapi juga kepada pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi,
ketahanan pangan, perlindungan sosial, infrastruktur dan pariwisata.
Saat ini Indonesia berada di persimpangan jalan yang kurang kondusif. Di satu sisi
penerimaan negara rentan berada di bawah target, namun di lain pihak kemungkinan
membengkaknya pengeluaran negara juga cukup besar. Pada dasarnya, setiap kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah di masa krisis akan mempertimbangkan beberapa sasaran
strategis, yakni mengurangi dampak negatif krisis terhadap masyarkat berpendapatan

7
rendah dan rentan, pengelolaan kesehatan yang lebih baik serta mengupayakan
pemulihan pembangunan ke jalur semula.
2.2 Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita Di Indonesia
a. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak
dapatdipisahkan. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu
proses yangmenyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat
dalam jangka panjangyang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Memasuki
dekade 1960-an akhir dan awaldekade 1970-an, pembangunan ekonomi mengalami
redefinisi. Usaha yang dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
program-program pemerintah bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan. Program tersebutantara lain : Inpres Desa Tertinggal (IDT), pengembangan
industri kecil dan rumah tangga,transmigrasi, pelatihan/pendidikan, dll. Pemerintah terus
berupaya meningkatkan perekonomian Indonesia dan tentunya mensejahterakan rakyat
Indonesia. Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai
pokok yaitu :
1) Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
(sustence)
2) .Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia
3) Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom for servitude)yang
merupakan salah satu hak asasi manusia.
b. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi
menerangkanatau mengukur prestasi dari perkembangan ekonomi atau sebagai
kenaikan GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih
kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi
itu terjadi atau tidak. Pertumbuhanekonomi hanyalah merupakan salah satu aspek saja
dari pembangunan ekonomi yang lebihmenekankan pada peningkatan output agregat
khususnya output agregat per kapita.
Ada 4 faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara :
1) SDM dan SDA

8
2) Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud peralatan
(mesin-mesin)
3) Kemajuan IPTEK.
4) Sumber daya institusi (sistem kelembagaan.
2.3 Konsep Transformasi Perekonomian
Transformasi ekonomi adalah suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu
dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan
impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang
diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Pengalaman Indonesia sejak Tahun 1945, keadan perekonomian Indonesia
sangat buruk,baru pada awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang dapat dikatakan
bahwa proses perubahan struktur ekonomi indonesia cukup pesat. Keberhasilan ini diukur
dengan laju pertumbuhan PDB per tahun dan tingkat pendapatan nasional per kapita.
Disepanjang perjalanan perekonomian Indonesia terjadi banyak tekanan keuangan dan
perekonomian yang sebagian besar menyebabkan terjadi pergeseran struktural
perekonomian, semua tekanan yang terjadi disikapi melalui kebijakan-kebajikan keuangan
yang akomodir sesuai dengan fenomena yang terjadi dengan merujuk pada besaran tekan
yang telah memengaruhi aktivitas keuangan dan perekonomian di Indonesia. Transformasi
struktural perekonomian di Indonesia sebagian besar terjadi karena dua faktor mendasar,
yaitu faktor eksternal dalam hal ini gejolak perubahan makro ekonomi dunia yang
merambat pelan pada perekonomian negara sekitarnya termasuk Indonesia, dan faktor
internal yang terjadi karena adanya tekanan makroekonomi Indonesia itu sendiri.
Perubahan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan
nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari
ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang
didominasi oleh sektor-sektor nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan
increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan
produktivitas ) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi (Weiss,1998).
Ada kecenderungan atau dapat dilihat sebagai suatu hipotesis bahwa semakin tinggi laju
pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun yang membuat semakin tinggi atau semakin
cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan
strktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses
tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi tersedia.

9
2.3.1 Transformasi Struktural Perekonomian
Konsep transformasi struktural perekonomian dilakukan oleh Fisher di tahun 1935 yang
mengukur transformasi struktural perekonomian secara internal melalui kegiatan primer
(pertanian dan perkebunan), sekunder (manufaktur dan Kontruksi) dan tersier (transformasi,
komunikasi, perdagangan, pemerintahan dan jasa) dalam aktivitas perekonomian, yang
kemudian dilanjutkan oleh Chenery-Syrquin pada tahun 1950. (Chenery, 1979).
Perjalanan struktural perekonomian ini memberikan konjungtur gelombang keuangan
dan ekonomi yang mengalami pasang surut dengan pola tekanan yang berbeda-beda,
besaran tekanan antara 0.015 hingga -0.017 Amplitudo, tekanan tersebut terjadi karena
adanya pergerakan makroekonomi baik karena tekanan internal maupun tekanan eksternal
yang kemudian memerlukan kebijakan dalam transformasi sturktural perekonomian dan
keuangan diperlukan dalam mencapai tujuan kestabilan dan pertumbuhan perekonomian
baik secara jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang dan berkesinambungan di
Indonesia (Basmar, 2011).
Dalam perjalanan transformasi struktural perekonomian baik dunia maupun Indonesia
yang terjadi karena adanya kejadian luar biasa telah memberikan dampak yang signifikan,
tekanan tersebut terjadi ketika perekonomian kita sedang terpuruk dan dalam proses keluar
dari tekanan krisis, sehingga dapat dikatakan bahwa perekonomian yang belum kuat sangat
rentan terhadap tekanan-tekanan makroekonomi sehingga selayaknya proses transformasi
struktural memegang kendali perekonomian.
a. Dampak Transformasi Struktural Perekonomian
Sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde Baru hingga kecenderungannya
pada era globalisasi pada tahun 2020 nanti, maka akan kita peroleh suatu perkembangan
yang “taat asas”. Artinya, produk unggulan maupun andalan pemasukan devisa (PDB)
secara perlahan namun pasti menunjukkan pergeseran dari sektor primer, sekunder dan
tersier. Hal ini secara langsung juga membawa pengaruh terhadap perubahan struktur sosial
masyarakat, dari budaya pertanian tradisional menjadi budaya industri modern. Perubahan
atau tranformasi yang terjadi dalam struktur ekonomi maupun struktur sosial ini sebenarnya
merupakan suatu gejala yang sangat wajar bagi perekonomian suatu negara di manapun,
seiring dengan perkembangan teknologi industri serta permintaan masyarakat modern
terhadap jasa-jasa pelayanan umum. Meskipun demikian, tentu saja akan terjadi dampak-
dampak yang ditimbulkan baik positif maupun negatif.

10
 Dampak positif proses transformasi perekonomian:
1. Peningkatan produksi pertanian yang dirangsang oleh perubahan sistem pertanian
subsistence ke pertanian modern (agroindustri).
2. Penyerapan tenaga kerja (pengangguran) di perkotaan pada industri-industri baru.
3. Percepatan arus uang dan barang yang merangsang percepatan pendapatan
perkapita masyarakat, yang pada gilirannya memperbaiki tingkat kesejahteraannya.
 Dampak negatif proses transformasi perekonomian :
1. Hilangnya lahan pertanian (sawah dan non sawah), yang mengakibatkan para petani
dan buruh penggarap kehilangan mata pencaharian.
2. Munculnya pengangguran struktural yang tidak mungkin tertampung seluruhnya
pada sektor industri dan jasa.
3. Tingginya laju urbanisasi yang menjadikan beban kota semakin berat serta
menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya.
Kajian terhadap perekonomian Indonesia, secara ilmiah baru bisa dilaksanakan
semenjak lahirnya Orde Baru. Hal ini disebabkan pada masa-masa sebelumnya,
pemerintah cenderung bersikap tertutup dalam kebijakan ekonominya. Disamping itu,
kondisi politik keamanan yang belum mantap, menyebabkan tingkat perkembangan
ekonomi menjadi terhambat. Inilah yang menjadikan kondisi perekonomian Indonesia
pada pertengahan dasawarsa 1960-an sebagai suatu masa suram. Tingkat produksi dan
investasi di berbagai sektor utama menunjukkan kemunduran semenjak tahun 1950.
Pendapatan riil perkapita dalam tahun 1966 lebih rendah dari pada tahun 1938. Sektor
industri yang menyumbangkan hanya 10 % dari GDP dihadapkan pada masalah
pengangguran kapasitas yang serius. Pada masa ini defisit anggaran belanja negara
mencapai 50 % dari pengeluaran total negara, ditambah lagi dengan penerimaan ekspor
yang sangat menurun serta hiperinflasi periode 1964-1966, menjadikan Indonesia
mengalami kelumpuhan perekonomian.1 Meskipun demikian, menjelang tahun 1977
perekonomian Indonesia telah mengalami perubahan struktural yang cukup menyolok,
sebagai akibat kebijaksanaan pemerintah yang ditunjang oleh naiknya harga minyak
bumi. Selama dasawarsa setelah tahun 1965, bagian GDP atau PDB yang berasal dari
sektor pertanian turun dari 52 % menjadi 35 %, sedangkan bagian GDP yang berasal
dari sektor pertambangan telah melonjak dari 3,7 % menjadi 12 %.

11
b. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Struktural Ekonomi
1) Faktor Internal
(1) Dari sisi permintaan agregat, faktor yang sangat dominan adalah peningkatan
tingkat pendapatan rata-rata masyarakat yang perubahannya mengakibatkan
perubahan dalamselera dan komposisi barang-barang yang dikonsumsi.
(2) Dari sisi penawaran agregat, faktor utamanya adalah perubahan teknologi dan
penemuan bahan baku atau material baru untuk berproduksi, yang
memungkinkanuntuk membuat barang-barang baru dan akibat realokasi dana
investasi serta sumberdaya utama lainnya.
2) Faktor Eksternal
(a) Kemajuan teknologi yang mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan
ekonomi.
(b) Perubahan struktur perdagangan global yang antara lain disebabkan oleh
peningkatan pendapatan dunia dan dampak dari kebijakan mengenai perdagangan
regional daninternasional.
3) Faktor lain-lain
(1) Peningkatan dalam taraf pendapatan dan taraf hidup penduduk
(2) Intervensi pemerintah. Kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap
perubahanstruktur ekonomi adalah kebijakan pemberian insentif bagi sektor industri
atau tidaklangsung lewat kegiatan infrastrukstur.
(3) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi). Suatu negara
yangawal pembangunan ekonominya sudah memiliki industri-industri dasar yang
relatifkuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat.
c. Saluran Transformasi Struktural Indonesia
 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu motor penggerak utama dalam proses
transformasistruktural ekonomi di Indonesia. Orang yang berpendidikan tinggi,
memungkinkan untukmendapatkan pendapatan yang lebih baik. Selain itu pemerintah
juga harus mampumenutup kekurangan keterampilan di Indonesia yang akan
meningkatkan mutu pendidikan di semua tingkatan, serta memperluas dan
meningkatkan mutu pusat-pusat pelatihan. Para lulusan lembaga pendidikan dan tenaga
kerja perlu dibekali denganketerampilan teknis dan perilaku yang tepat (disiplin,
kehandalan, kerjasama, dankepemimpinan). Semua program peningkatan taraf

12
pendidikan yang dicanangkan pemerintah merupakan prioritas utama dari
pembangunan pendidikan di Indonesia.
 Migrasi Pekerjaan
Supply tenaga kerja di sektor pertanian meningkat menyebabkan tingkat upah
yangrendah. Untuk itu peralihan tenaga kerja di sektor pertanian ke sektor
industrimanufaktur/jasa akan membuat tingkat upah lebih tinggi.
 Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan Orde Baru yang memiliki sistem pola pikir totaliter dengan
adanya transformasi struktural ekonomi berubah menjadi pemerintahan yang
demokrasi. Dimana hal ini dapat kita lihat dalam implementasinya bahwa kepala daerah
dipilih langsung oleh rakyat.
2.3.2 Transformasi Manufaktur Indonesia
Diambil dari artikel berjudul “Implikasi Transformasi Perekonomian Indoneisa Yang
Terlalu Dini” yang diterbitkan oleh Faisal Basri, peranan industri manufaktur dalam
perekonomian relatif meningkat ketika negara menempuh fase industrializing hingga
mencapai negara industri (industrialized country). Sumbangan sektor industri
manufaktur dalam PDB mencapai puncaknya sekitar 35% dan menurun perlahan seiring
waktu. Beberapa negara mencapai di atas 40%.
Pengalaman negara Indonesia agak menyimpang dari pola normal. Sumbangan sektor
pertanian dalam PDB menurun lebih cepat dibandingkan dengan penurunan pekerja di
sektor pertanian. Pada tahun 1970 sektor pertanian dalam perekonomian sangat dominan,
sekitar 47%. Sepuluh tahun kemudian terpotong menjadi 26%. Kini peranan sektor
pertanian dalam PDB hanya sekitar 13%. Sementara itu, sektor pertanian masih sebagai
penyumbang lapangan pekerjaan terbesar sampai sekarang, yaitu sekitar 32% dari
keseluruhan orang yang bekerja.
Industri manufaktur sempat maju cukup pesat, namun kehilangan kesempatan untuk
menjadi pengendali utama pembangunan. Peranan tertinggi sektor ini dalam
perekonomian Indonesia hanya mencapai 29% tahun 2001. Setelah itu menunjukkan
kecenderungan turun secara konsisten sampai tahun 2016.
2.3.3 Transformasi Sektor Jasa Indonesia
Pada umumnya sektor ini mendominasi perekonomian suatu negara yang berstatus
negara maju. Namun, Indonesia yang berstatus negara berkembang dan berada di
kelompok negara berpendapatan menengah-bawah dengan PDB per kapita 3.347 dollar

13
AS pada tahun 2015, sektor jasa sudah dominan. Bahkan, dominasi sektor jasa telah
terjadi sejak 2010 ketika PDB per kapita masih 3.125 dollar AS. Jika dibandingkan
dengan sektor jasa (non-tradable) China yang baru melebihi sektor penghasil barang
(tradable) pada tahun 2015 ketika mencapai PDB per kapita 8.028 dollar AS, sekitar 2,4
kali lebih tinggi dari Indonesia
Perbedaan peran sektor jasa dan penghasil barang di China tahun 2015 masih tipis,
masing-masing sekitar 50,2% dan 49,8%, sedangkan perbedaan di Indonesia cukup tajam
dan cenderung terbuka, sekitar 59% dan 41% tahun 2015.

14
BAB III
CONTOH DAN ANALISIS KASUS
3.1 Contoh Kasus Alokasi
Rencana pembangunan ibu kota negara (IKN) baru bernama Nusantara di
Kalimantan Timur disebut pakar kebijakan publik akan memberatkan pos anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) yang terjepit di tengah pengeluaran besar untuk
penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
3.2 Analisis Kasus
Pemindahan Ibu kota sebenarnya merupakan rencana yang sudah digagas sejak
kepemimpinan Presiden Soekarno. Kemudian pada era pemerintahan Presiden Soeharto
juga sempat ada wacana pemindahan ke Jonggol. Pada masa kepemimpinan Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga ada wacana pemindahan tersebut dengan
pertimbangan kemacetan dan banjir di wilayah Jakarta, namun semuanya belum sempat
terealisasi. Barulah pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, rencana ini kembali
dikaji secara seksama dan bahkan diagendakan dalam RPJMN 2020-2024.
Pada tahun 2045, Indonesia ditargetkan masuk dalam jajaran lima besar perekonomian
terkuat di dunia dan memiliki pendapatan per kapita negara berpenghasilan
tinggi. Target ini dibangun berdasarkan 4 pilar utama yaitu, pembangunan manusia dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, pemerataan pembangunan (ekonomi inklusif 2045), serta pemantapan
ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan. Adapun upaya pemindahan Ibu Kota
Negara ini merupakan salah satu strategi Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan
pemerataan pembangunan yang diarahkan melalui akselerasi pembangunan kawasan
timur Indonesia. Selama ini pembangunan Indonesia terpusat di Jakarta dan pulau Jawa,
hal mana kondisi ini dinilai kurang baik untuk sustainabilitas ekonomi dan persatuan
serta kesatuan bangsa (Kakanwil DJPB Kalbar, 2022). Kalimantan diharapkan dapat
menjadi “pusat gravitasi” pengembangan perekonomian Indonesia tidak hanya
mencakup wilayah Indonesia bagian Barat dan Tengah tapi juga melibatkan
pengembangan di wilayah timur Indonesia.
Dampak positif pemindahan IKN:
1. memberikan akses yang lebih merata bagi seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)

15
Dengan adanya pusat gravitasi baru Indonesia dengan letak yang strategis,
diharapkan semua pembangunan dan penyebaran informasi dapat lebih merata.
2. mendorong pembangunan Kawasan Indonesia bagian Timur untuk pemerataan
wilayah: 1) peningkatan PDB riil nasional; 2) peningkatan kesempatan kerja;
dan 3) penurunan kemiskinan dan kesenjangan antar kelompok pendapatan.
Pembukaan kawasan baru tentunya membuka banyak kesempatan dan potensi
pada banyak sektor. Efek multiplier positif inilah yang diharapkan dapat dirasakan
masyarakat Indonesia baik dari sisi pembukaan lapangan kerja hingga potensi
peningkatan pendapatan daerah.
3. mengubah orientasi pembangunan dari Jawa-sentris menjadi Indonesia-sentris
Menyadari banyak potensi yang selama ini belum dimanfaatkan di wilayah
Indonesia bagian Timur, diharapkan dengan munculnya pusat gravitasi nusantara
yang baru dapat juga mengoptimalkan pembangunan dan pertumbuhan daerah lain
di luar Jawa Bali sehingga lebih merata.
4. ketersediaan lahan yang luas dengan kawasan hijau yang lebih dominan dari
wilayah terbangun
Adanya master plan IKN memungkinkan adanya pengembangan kawasan yang
terkendali. Konsep pembangunan yang ramah lingkungan dan komitmen dalam
pelestarian ekosistem hingga restorasi lahan, menjadi koridor dalam pembangunan
IKN.
5. mengurangi beban Pulau Jawa dan Kawasan Perkotaan Jabodetabek.
Dengan pindahnya pusat pemerintahan ke Kalimantan, diharapkan beberapa
masalah sosial seperti kemacetan dan kepadatan penduduk berkurang.

16
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pemerintah Indonesia sedang mengusahakan percepatan proses transformasi struktural,
meskipun banyak kendala yang menyebabkan lambannya proses ini terwujud. Hal ini dapat
dilihat dari proses pembangunan ekonomi Indonesia di semua sektor. Yaitu dariaspek
pendidikan, kesehatan, migrasi tenaga kerja, teknologi, pembangunan infrastruktur,
dankelembagaan. Hal ini juga ditandai dengan terciptanya pertumbuhan ekonomi. Namun
tentusaja pertumbuhan ekonomi bukan merupakan tolak ukur kesejahteraan suatu negara.
Tetapi pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan pemerataan pembangunan sehingga
tidak terjadi ketimpangan pendapatan atau kesenjangan sosial.Perubahan struktur bagi negara
berkembang seperti Indonesia memasuki tahap awal pembangunan yang harus mengalami
proses yang lebih lanjut dan terus-menerus.Transformasi struktural dari sektor tradisional ke
sektor modern harus lebih ditingkatkanyaitu dengan pengembangan teknologi untuk
pembangunan daerah dan infrastruktur serta pemberdayaan SDA dan produktivitas SDM.
Dengan terciptanya pembangunan ekonomi yang berkesinambungan maka akan
mendorong terciptanya stabilitas ekonomi sehingga Indonesia kelak bisa jadi negara yang
mandiri dan mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju.

17
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Faisal, Perekonomian Indonesi: Tantangan dan Harapan bagi


Kebangkitan Indonesia, Jakarta : Erlangga Indonesia, 2002.

Gumiwang, Ringkang (2014), Pendapatan Perkapita Indonesia Tahun 2030,


21 September 2014.

Jahen, Fr (2011), Transformasi Struktural di Indonesia 20 September 2014.

Suwarni, E. (2006). Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan,


19-29

Pohan, M. (2004). Transformasi Ekonomi, Struktur Masyarakat Berbias Gender, dan


Kesejahteraan Pekerja Perempuan Indonesia. Jurnal Manajemen Maranatha, 43-59.

iv

Anda mungkin juga menyukai