2022/2023
Studi Kasus
Keadaan ekonomi Indonesia di tahun di akhir Tahun 2019 ini mengalami tantangan yang sangat
berat yang dipicu oleh tiga faktor utama yaitu adanya penyebaran Covid 19, larangan ekspor minyak
sawit indonesia dan gejolak pasar keuangan global. Dampak pandemic Covid 19 sangat signifikan
terhadap anggaran APBN terutama pada melambatnya roda perekonomian dan turunnya pertumbuhan
ekonomi. Sementara konsusmsi masyarakat tidak bisa diatasi sehingga pemerintah selalu menaikkan
anggaran belanja untuk menanggulangi penyebaran Covid 19 dengan berbagai kebijakan seperti
penerapan Pembatasan Masyarakat Berskala Mikro (PKMBM). Akibatnya masyarakat menanggung
beban kebutuhan pokok mereka yang terus-menerus mengurangi daya belinya. Hal ini menyebabkan
kerentangan bagi warga masyarakat terjerembab pada ketimpangan pendapatan dan terciptanya
kemiskinan.
Penerapan Pembatasan Masyarakat Berskala Mikro (PKMBM), telah memicu lumpuhnya roda
perekonomian sehingga bisa berproduksi secara maksimal akibatnya terjadi inflasi yang terus berlanjut
pada kisaran 6 sampai dengan 8 % pertahun, sehingga menyebabkan kenaikan harga dasar kebutuhan
masyarakat terus melonjak khususnya kenaikan biaya transportasi, TDL (tarif daya listrik), air bersih,
harga elpiji, serta harga sembako yang tidak diimbangi oleh kenaikan gaji, upah bagi para pekerja atau
individu disektor rumah tangga. Pada sektor produsen (perusahaan) mengalami kesulitan dalam
mendapatkan keuntungan usaha (Profit), disebabkan karena naiknya bahan baku produksi yang
sebagian besar diimpor dari luar negeri, disamping itu tingginya beban biaya operasional karena adanya
kebijakan fiskal pemerintah yang menaikkan pajak produksi, pajak pertambahan nilai (ppn).
Menyebabkan harga dasar produksi disektor Rumah Tangga Perusahaan ini menaikkan harga
produksinya. Akan tetapi kenaikan harga dasar ini tidak seimbang dengan kemampuan daya beli
masyarakat karena penetapan UMR (Upah Minimum Regional) masih sangat rendah yang hanya berada
pada kisaran Rp. 2.400.000 sampai Rp. 2.750.000 diseluruh wilayah Negara Indonesia.
Melihat situasi yang terjadi selama ini, Pada sektor Rumah Tangga Pemerintah harus segera
menerapkan kebijakan dasar untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang. Terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang selama ini hanya
bertumbuh pada kisaran minus 2 – 4 persen. Dengan total APBN sekitar diatas angka ± Rp 2.000 Trilyun
merupakan nilai yang masih sangat rendah jika diperbandingkan dengan jumlah penduduk Negara kita
yang sangat besar (terbesar ke tiga didunia setelah RRC dan India) yang telah menembus angka sekitar
260 juta jiwa. Jika diperbandingkan dengan pendapatan Negara (GNP) maka jumlah pendapatan
perkapita penduduk masih sangat rendah pada kisaran Rp 6,4 juta rupiah per individu dalam satu tahun.
Sebuah nilai yang masih sangat rendah untuk menjadi Negara yang lebih maju dan sejahtera.
Ketentuan :
- Jawaban harus dalam bentuk analisis (2) dua lembar folio bergaris timbal balik penuh.
- Bisa membuka buku, internet, atau referensi lainnya.
- Jawaban harus analisis sendiri tidak boleh sama jika terjadi copy paste jawabannya tidak
diberikan penilaian.