A. JUDUL PTK
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah :
1. Bagaimana kemampuan hafalan surah Al-Ma’un pada setiap siklus ? ?
2. Bagaimana kemampuan hafalan Al-Qur’an surah Al-Ma’un setelah akhir sikulus ?
3. Bagaimana aktifitas siswa dan guru pada penerapan problem based learning berbasis
powerpoint di Kelas V SDN Jati 02, Kabupaten Bandung ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terhadap proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan hafalan Al-Qur’an Surat Al-Ma’un pada setiap
siklus
2. Untuk mengetahui kemampuan hafalan Al-Qur’an surat Al-Ma’aun setelah akhir
sikulus
3. Untuk mrngetahui aktifitas siswa dan guru pada penerapan problem based learning
Berbasis PowerPoint di Kelas V SDN Jati 02, Kabupaten Bandung
3
E. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Dengan dilaksanakannya penelitian ini dengan judul Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menghafal Al-Quran Surat Al-Ma’un dengan Problem Based
Learning Siswa Kelas V SDN Jati 02 Baleendah Kabupaten Bandung diharapkan
dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan metode pembelajaran, pengaruhnya dalam mendukung
kemampuan siswa menyerap informasi serta bagaimana penerapannya dan
penilaiannya di dalam kelas sehingga dapat menjadi masukan guru dalam proses
pembelajaran selanjutnya.
2. Praktis
a.Untuk SDN Jati 02
1. Memberikan sumbangan pengetahuan.
2. Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas sekolah khususnya dalam
perolehan prestasi belajar dan penguasaan menghafal.
b. Untuk pendidik
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
2. Menerapkan Problem Based Learning pada materi pembelajaran yang
sesuai.
c..Untuk siswa
1. Membantu meningkatkan hasil pembelajaran PAI.
2. Kegitan pembelajaran siswa didalam kelas menjadi lebih menarik.
3. Siswa lebih mudah belajar dengan metode yang digunakan.
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti dan memmahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu
dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan panjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri.
Pemahaman dimulai setelah seseorang melakukan proses mencari
tahu. Setelah mengetahui maka tahap selanjutnya adalah memahami.
Menurut Bloom pemahaman adalah kemampuan untuk menguasai
pengertian. Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke
bentuk lainnya, penafsiran, dan memperkirakan. Untuk dapat memahami
apa yang dipelajari perlu adanya aktivitas belajar yang efektif. Seseorang
akan memiliki tingkat pemahaman yang tinggi apabila ia mencari tahu
sendiri apa yang dipelajari, bukan sekedar menghafal apa yang sudah ada.
b. Indikator Pemahaman
Indikator pemahaman menurut Kenneth D. Moore. Indikator yang
menunjukkan pemahaman konsep antara lain adalah:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep
2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya)
3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu
7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
5
Berdasarkan uraian di atas, anak dikatakan paham apabila dapat
menyebutkan, membedakan, memberi contoh, serta dapat menggunakan
suatu konsep untuk menyelesaikan masalah matematika yang dihadapinya.
Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang baik jika terlebih
dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan antar
informasi baru dengan informasi yang telah ada pada struktur kognitif
siswa. Penyajian konsep yang umum perlu dilakukan sebelum penjelasan
yang lebih rumit mengenai konsep yang baru agar terdapat keterkaitan
antara informasi yang telah ada dengan informasi yang baru diterima pada
struktur kognitif siswa.
Indikator pemahaman konsep menurut Benyamin S. Bloom sebagai
berikut: (1) Penerjemahan (translation), (2) Penafsiran (interpretation), (3)
Ekstrapolasi (extrapolation).
1) Penerjemahan (translation), yaitu menterjemahkan konsepsi abstrak
menjadi suatu model. Misalnya dari lambang ke arti. Kata kerja
operasional yang digunakan adalah menterjemahkan, mengubah,
mengilustrasikan, memberikan definisi, dan menjelaskan kembali.
2) Penafsiran (Interpretation), yaitu kemampuan untuk mengenal dan
memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu
diagram, tabel, grafik atau gambar-gambar dan ditafsirkan. Kata kerja
operasional yang digunakan adalah menginterpretasikan,
membedakan, menjelaskan, dan menggambarkan.
3) Ekstrapolasi (extrapolation), yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang
telah diketahui. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan ini adalah memperhitungkan, menduga,
menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan dan mengisi.
Dalam sisstem pendidikan nasioanal rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
6
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara
ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru di sekolah dan ranah kognitif juga menjadi ranah yang akan saya gali
dalam penelitian saya karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
memahami isi bahan pengajaran. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek
pertama disebut kognitif rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi.
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman.
Dalam taksonomi Bloom, kesamgguapan memahami setingkat lebih
tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan
tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu
mengetahui atau mengenal.
Pemahaman dibedakan kedalam tiga kategori:
1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan
dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris ke dalam bahasa
Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah
Putih.
2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
3) Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi.
Dengan ekstrapolasi diharapkan seorang mampu melihat dibalik yang
tertulis.
7
2. Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah
model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning (PBL)
menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah
yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin
tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta
didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan
dengan masalah yang harus dipecahkan.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a. Mengorientasi peserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting
dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang dilakukan oleh
siswa maupun guru, serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi
proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi
agar siswa dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada
empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:
(1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar
informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki
masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.
(2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai
jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks
mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
(3) Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan
bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, sedangkan siswa
harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
8
(4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka. Semua peserta didik diberi
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan
ide-ide mereka.
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,
pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.
Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing
antar anggota. Oleh sebab itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran
dengan membentuk kelompok-kelompok siswa, masing-masing kelompok
akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif
dapat digunakan dalam konteks ini, misalnya: kelompok harus heterogen,
pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor
sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan
mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan
dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar, selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik yang
spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan
memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya
melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan
eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.
Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat
penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun
aktual) sampai mereka betulbetul memahami dimensi situasi
permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
9
Guru membantu siswa mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya dari
berbagai sumber, dan mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang
masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan
masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang
fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan
penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama
pembelajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan ide-
idenya dan menerima secara penuh. Guru juga harus mengajukan pertanyaan
yang mendorong siswa berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang
mereka buat serta kualitas informasi yang dikumpulkan.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan
pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa berupa suatu
video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model
(perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program
komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat
dipengaruhi tingkat berpikir siswa.
Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan
sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pameran ini
melibatkan siswa lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya dapat menjadi
“penilai” atau memberikan umpan balik. Misalnya, hasil karya siswa dengan
tulisan indah (kaligrafi dengan kertas biasa atau kanvas).
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini
guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah
dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
2. Lokasi Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di satuan Pendidikan SDN
JATI 02 Kp.Parunghalang, RT.01. RW.11 Kel. Andir kec. Baleendah Kab. Bandung
dengan kepala sekolah bernama Imas Rostiawati, S.Pd .
10
Adapun siswa belajar di SDN JATI 02 itu berjumlah 331 siswa. Dengan 6
rombel. Jumlah kesuluruhan siswa laki-laki 151 siswa, dan siswa perempuan 180
siswa.
b. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada awal semester genap
tahun pelajaran 2021/2022
c. Objek Penelitian
Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menjadi sasaran atau objek adalah
peserta didik pada kelas V. Hal ini dikarenakan pada kelas tersebut masih banyak
peserta didik yang belum hafal Alquran surah al-Ma'un.
3. Instrumen Penelitian
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di kelas V ini, perlu dirancang dan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 6 macam, yaitu:
a. Pedoman observasi
learning.
Tabel 1
menerima pelajaran
dipapan tulis.
kelas.
b. Tes
yang digunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian dan pilihan ganda.
5. Sebutkan arti
a.
b.
c.
d.
Rubrik penilaian
Soal PG 1 sampai 5 : Setiap soal jika dijawab dengan benar nilainya
10
Penilaian soal uraian dapat dilihat pada tabel berikut:
Nomor Skor/Nilai Kriteria
Soal
25 Soal dijawab benar dan lengkap
20 Soal dijawab benar namun tidak
6 Lengkap
10 Soal dijawab salah
0 Soal tidak dijawab
25 Soal dijawab benar dan lengkap
20 Soal dijawab benar namun tidak
7 Lengkap
10 Soal dijawab salah
0 Soal tidak dijawab
c. Kuisioner
daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada siswa guna menjaring respon
d. Pedoman wawancara
berikut:
Tabel 3
ditafsirkan.
e. Panduan Observasi
Tabel 4
3 Mengkondisikan kelas
pelajaran
diskusi.
Observer 1 Observer 2
f. Dokumentasi (Kamera Poto) 19
pembelajaran.
20
akan diteliti.
3) Data dokumentasi
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui data yang sudah ada dan mempunyai
dari data primer/data utama sebagai data tambahan guna memperkuat dan
triangulasi teknik.
H. Jadwal Kegiatan