Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ika Firdawati Sanger

Riveuw Materi Falsafatuna ( Tassawur-Tasdiqh )

Pandangan dunia seseorang berkaitan dengan bagaimana ia memperoleh


pengetahuan tersebut ( alam, sejarah, masyarakat dll ) sama halnya dengan
pandangan dunia orang-orang eropa dalam memperoleh pengetahuan mereka,
disini saya akan men-tassawur pandangan dunia Plato, Descartes, Imanuel
Khant dan John Lock .

1. Plato
Paradigma , atau landasan konsep berfikir plato ialah arketipe ( jiwa )
Menurutnya, jiwa manusia sebelum keberadaanya di tubuh manusia telah
eksis di tempat lain, inilah yang ia sebut sebagai arketipe. Arketipe adalah
ide-ide yang mandiri pada jiwa manusia sebelum bersentuhan dengan realitas
alam. Di sana, jiwa manusia mengetahui segala hal. , sesuatu itu muncul
berasal dari dalam alam arketipe nya, semisalnya, contoh sederhana ketika
seseorang itu berbuat baik, karena pada dasarnya jiwa ia adalah baik, dan ketika
ia berbuat jahat, dapat berbuat baik kembali dengan pengingatan kembali atau
mengingat dirinya kembali yang dulunya tidak berbuat jahat, berdasarkan jiwa
yang awalnya tidak terkontaminasi dengan keburukan apapun .
Plato menolak alam sebagai sumber pengetahuannya , karena plato berfikir
bahwa manusia pernah mengalami alam perjanjian, yang tidak kita sadari, dan
alam yang kita lihat saat ini adalah bukanlah sumber nya sebab manusia telah
melewati fase alam pertama yakni alam primordial dan ketika kita berada pada
alam saat ini, kita akan lupa dengan alam yang dahulu itu. Ketika kita telah
melanggar perjanjian dengan Tuhan misalnya ( berbuat buruk), maka kita dapat
melihat alam sebagai sandaran dalam pengingatan kembali bahwa, alam yang
kita lihat saat ini bukanlah alam yang sebebanrnya, alam yang seseungguhnya
misalnya ( alam perjanjian primordial )
2. Descartes
Sumber pengetahuan Descartes adalah Rasio , bahwa akal adalah sumber
pengetahuan yang dapat di percaya sekalipun ia tidak menolak alam . Karena bagi
descartes sesuatu itu tidak dapat dikatakan benar jika tidak melewati penalaran
akal, sebagaimana ketika ia meragu pada apa yang ia lihat, misalnya ketia ia
meragu pada keberadaan dirinya, keberadaan Tuhan, serta meragukan agama,
bahwa itu adalah benar , benar karena ia sedang meragu, karena dasar dari
pengetahuan ia adalah rasio.
Sebagai contoh, ketika descrates ragu misalnya pada keberadaan Tuhan,
maka itu adalah benar, karena bagi ia hanya akal lah cara yang benar
dalammemperoleh pengetahuan, amak ketika pengetahuan dia terhadap Tuhan
demikian adanya, maka itu adalah benar sesuai dengan pemikirannya.
Dan tentu sebagaimana ketika akal melihat dan memperoleh apa yang di
lihat .maka itu adalah pengetahunnya.
3. Imanuel Khant
Alam merupakan sumber pengetahuan khant, dan rasio sebagai alat untuk
memperoleh pengetahunya dia terhadap alam . Dalam pemikiran khant bahwa
pengetahuan yang dapat di peroleh dari alam dapat di peroleh dari sebuah
pengalaman yang terikat ruang dan waktu atau pengetahuan yang di peroleh
tanpa pengalaman yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.
Misalnya dalam pengetahuan kita terhadap hari kiamat, atau surga dan
neraka, bahwa alam ide kita sudah mampu membayangkan dan mengambil
kesimpulan bahwa neraka dan hari kiamat adalah sesuatu yang mnyeramkan
( yang bersifat nomena ), ini adalah pengetahuan tanpa adanya sebuah pengalaman
Jika sesuatu yang bersifat fenomena,pengetahuan tersebut adalah sesuatu
yang pasti contoh dimana ketika terjadinya awan yang mendung dan gelap kita
akan berfikir dan merasakan akan terjadi nya turun hujan , sudah tentu
berdasarkan pengalaman kita sendiri yang dimana fenomena tersebut benar-benar
terjadi.
4. Jhon Lock
Pemikiran Locke yang terkenal lainnnya, menurutnya manusia mendapatkan
pengetahuan diperoleh dari dua macam pengalaman manusia, pengalaman
lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense
atau reflection). Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan
membentuk pengetahuan melalui proses selanjutnya.
Dikatakan Locke, pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap
aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan panca
indra manusia. Kemudian pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki
kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara mengingat, menghendaki, dan
berhubungan dengan keyakinan atau kepercayaan..
Dasar dari memperoleh pengetahuannya adalah Alam dan Indrawi. Sesuatu
yang benar-benar menjadi sebuah pengetahuan adalah sesuatu ynag empris ( fakta
berdasarkan pengalaman yang di peroleh), semisalnya , pengetahuan Terhadap
keberadaan atau wujud Tuhan dalam pemaknaan indrawi , dalam indrawi mata
tentu akan tidak dapat melihat dimana keberadaan tuhan atau bentuknya Tuhan,
sebab menurut Lock sesuatu itu dapat dikatakan sebagai pengetahuan ketika
sesuatu itu di peroleh melalui hal-hal indrawi yang kemudian menjadi sesuatu
yang empiris( benar-benar nyata).

 Teori Disposesi
Dalam teori disposesi Alam, serta rasio diletakkan sebagai sumber
pengetahuan. Dalam teori disposesi ada dua konsep yakni konsepsi Primer dan
konsepsi Sekunder, Konsepsi Primer terbentuk berdasar hubungan indrawi dengan
realitas, yang kemudian membentuk konsepsi dalam pikiran kita, seperti konsep
kita tentang warna yang kita lihat, hasil perabaan, atau pendengaran telinga kita.
Dalam konteks ini tak berbeda dengan empirisme yang mengakui realitas
eksternal (alam) sebagai sumber pengetahuan. Namun, berbeda dengan empirisme
yang hanya menjadikan alam sebagai “satu-satunya” sumber pengetahuan. secara
teknis, proses terbentuknya konsepsi sekunder dari konsepsi primer .
Dalam hal ini penggabungan anataa konsepsi primer dan sekunder adalah
keharusan agar tidak terjadinya kerancuan terhadap memperoleh pengetahuan .

 Tasdiqh ( Penilaian)
Tasdiqh atau penilaian yakni ukuran dalam menilai sebuah konsep
berdasarkan struktur berfikir seorang tokoh.
Untuk menilai sebuah konsep harus dilihat atas konsep dari sumber
pengetahuannya sehingga jelas sebagai neraca atau ukuran terhadap sebuah
konsep .
Penilaian terhadap suatu konsep yang dimana haruslah berkaitan dengan
sebuah realitas dan objektif maksudnya adalah ketika kita menilai sesuatu harus
memiliki sandaran yang jelas dan benar-benar nyata dan berbeda ketika ungkapan
penilaian yang berbeda dengan fakta.
Misalnya dalam penilaian kata kafir dalam candaan, ketika kita berkata
kepada teman dengan candaan kata kafir bahwa penilaian tersebut berbeda
kenyataan atau realitas objektif karena, dari perbuatannya tidak menunjukan
adanya sebuah perbuatan kafir.

WALLAHUALAM BISAWAB

Anda mungkin juga menyukai