Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila Sebagai Dasar Negara
DASAR NEGARA
NAMA KELOMPOK :
Kerangka Pemikiran mengenai hal ini yakni pembuatan kebijakan publik di tingkat
daerah untuk selanjutnya disebut Kebijakan Publik Daerah, disusun dengan
memperhatikan teori teori kebijakan publik dan pengambilan keputusan pada
umumnya. Pengkajiannya mengarah pada Posisi dan Dimensi Kebijakan Publik Daerah
dan perwujudannya adalah Desentralisasi Kebijakan Publik. Untuk tiba pada tema
penelitian maka harus melakukan pendekatan kepada Hukum tata Pemerintahan,
dalam hal ini Hukum Administrasi; juga menelusuri Desentralisasi sebagai praktek
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang membuahkan daerah otonom dalam
konsep otonomi daerah; peran kepala daerah sebagai aktor pengambilan keputusan
kebijakan publik, pemimpin daerah dan penyelenggarah pemerintahan daerah.
Alur atau kerangka pemikirann penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari daerah daerah otonom, daerah
khusus, daerah istimewa dan daerah otonomi khusus serta wilayah administratif.
2. Realitas ini melahirkan fungsi dan hirarki pemerintahan Pusat dan Daerah asas
desentralisasi-otonomi daerah.
5. Terdapat dua versi kebijakan daerah: kebijakan tindak lanjut bersifat top-down, dan
kebijakan inisiatif bersifat botton-up. Dalam analisis kebijakan publik dikenal tipe top-
down hirarkis (Pusat-Daerah); yang bersifat botton up konsultasi negosiasi (Pusat-
Daerah).
Jawaban atas posisi dan dimensi kebijakan publik daerah terakumulasi dalam
pernyataan penelitian: Keberadaan Kebijakan Publik Daerah merupakan implikasi dari
penerapan asas desentralisasi, dan tata urut peraturan perundang undangan, maka
Kebijakan Publik Daerah dapat menempati metafora “Desentralisasi Kebijakan”.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research)
yang menggunkan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama
(Sutrino Hadi, 1990). Sebagaimana penelitian kualitatif, perlu dilakukan analisis
deskriptif. Metode analisis deskriptif memberikan gambaran dan keterangan yang
secara jelas, objektif, sistematis, analitis dan kritis mengenai kebijakan publik.
Pendekatan kualitatif yang didasarkan pada langkah awal yang ditempuh dengan
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan klasifikasi dan
deskripsi. Metode validasi yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu
penelitian yang menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang
terdapat di dalam teks yang diteliti (Jamaluddin Ahmad, 2015).
Lindbom yang sebenarnya juga zahapan tahapan seperti ini dikenal dalam tahapan
tahapan proses input-koversi-output sistem politik yang dianalogkan para pemikir
kebijakan publik.
“Aksi Non Aksi Daerah” ialah bahwa dalam berbagai literatur kebijakan publik
didiartikan sebagai apa yang dilakukan oleh pemerintah berupa perbuatan dan
tindakan, juga termasuk apa yang tidak dilakukan adalah kebijakan. Oleh beberapa ahli
menyebutnya sebagai “aksi non aksi”. Dalam konteks ini maka kebijakan publik itu
hidup, berlangsung dalam dinamika empirik kehidupan. Sepanjang “diamnya” (non
aksi) pemerintah itu dalam pengertian mempunyai resening atau alasan pertimbangan.
Konstruksi berpikir mengenai hal ini adalah bahwa pemerintah itu mempuanyai
wewenang yang bersumber dari negara, berdasarkan aturan perundang undangan, dari
wewenang itu pemerintah mempuanyikekebalan yang disebut dengan bertindak
coersif (memaksa), sebaliknya pemerintah tidak bisa dipaksa, ditekan, atau dipresur
untuk melakukan sesuatu, dan oleh karena itu “diamnya” (non aksi) pemerintah
diklassifikasi sebagai perwujudan kebijakan, yaitu karena adanya pertimbangan
pertimbangan analisis kebijakan. Namun bisa saja terjadi, non aksi itu karena faktor
pengambilan keputusan. Di sinilah titik singgung, antara lain, antara kebijakan publik
dengan pengambilan keputusan, yaitu bisa terjadi non aksi karena ketidak mampuan
mengambil keputusan, baik kendala teknis, non teknis, politis dan sebagainya. Berkait
dengan penelitian ini, adalah kendala kewenangan dan kendala koordinasi. Dalam hal
kewenangan, aspirasi dan hajat hidup di daerah berada pada kewenangan pusat.
Sedang dalam hal koordinasi sesuatu itu itu bersifat antar instansional, kompleks, rumit
dan berbelit belit. Akabitnya dalam hal ini didiamkan.
• Undang-Undang
Undang-undang merupakan peraturan tinggi setelah undang-undang dasar yang
diangkat sebagai konstitusi negara Indonesia.Undang-undang mengatur urusan urusan
yang bersifat spesifik. Misalnya masalah pertanian, lalu lintas, pemasaran, dan lain
sebagainya.
• PERPU (peraturan pemerintah pengganti Undang undang)
Perpu baru bisa diputusan oleh presiden disaat yang genting. Misalnya dalam hal
penanganan masalah bencana alam ataupun perang. Sebab harus dibahas DPR pada
kesempatan pertama untuk dijadikan UU. Dalam konteks ini, DPR cuma punya dua
pilihan: menolak atau menyetujui.
• Peraturan Pemerintah
Peraturan pemerintah diterbitkan untuk memberikan penjelasan terhadap undang-
uandang agar tidak terjadi salah tafsir bagi masing-masaing penafsir kebijakan.
• Peraturan Presiden
Peraturan presiden merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh presiden untuk
menjalankan atau mengimplementasikan satu kebijakan kepada aparat pemerintahan.
• Peraturan Daerah
Peraturan Daerah adalah Naskah Dinas yang berbentuk peraturan perundang-
undangan, yang mengatur urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan atau untuk
mewujudkan kebijaksanaan baru, melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dan menetapkan sesuatu organisasi dalam lingkungan Pemerintah daerah\
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Dalam hal ini, oleh Said, Peraturan Daerah ditempatkan sebagai kebijaksanaan
teknis dibawah kebijaksanaan pelaksanaan. Pendapat ini perlu dikaji secara
kontemporer mengingat peraturan daerah itu ditetapkan di daerah oleh kepala daerah
dan DPRD. DPRD dalam hal ini, mencirikan daerah otonom yang berhak mengurus
rumah tangganya sendiri. Hal hal yang berkenaan dengan kebijakan daerah ditetapkan
dengan Perda, dan Perda bukanlah naskah dinas biasa. Naskah dinas pada umumnya
digunakan dalam internal instansi vertikal atau pada daerah administratif. Selain itu
DPRD mencerminkan bahwa di daerahpun penyelenggaraan pemerintahan dilakukan
secara demokratis dan DPRD sebagai pencerminan kedaulatan rakyat secara
refresentatif. Segala kebijakan yang datang dari pusat, sebagaimana telah diurai,
ditindaklanjuti di daerah dalam bentuk Perda. Itulah sebabnya sehingga kebijakan
publik daerah disebut sebagai kebijakan turunan. Hal lain yang berkenaan dengn ini
adalah tidak semua produk daerah adalah kebijakan turunan, karena sebagai daerah
otonom, daerah berhak dan berwenang menetapkan kebijakan
• Contoh Kebijakan Publik Yang Ditetapkan melelaui peraturan kebijakan daerah.
1. Tata Ruang Ternate
2. Transportasi DKI
Kali ini kita tampilkan kebijakan publik daerah DKI tentang transportasi sebagai
bahan kajian dengan pertama tama menyampaikan bahwa hal ini tidak berarti buku ini
akan membahas peraturan tersebut melainkan mengambilnya bahan pembanding dan
menujukkan hal hal yang disyaratkan secara teori dengan hal hal yang telah dijabarkan
secara implementatif. Sekali lagi tidak bermaksud mengevaluasi kebijakan tersebut
karena ini bukan forumnya dan bukan konteksnya. Tiga hal yang akan ditampilkan,
yakni dasar hukum sebagai aspek legalitas dan harus sekaligus menunjukkan sifat sifat
kebijakan publik daerah yang berkonsekwensi wajib menindaklanjuti kebijakan publik
di atasnya sebagaimana sifat kebijakan publik, salah satunya “instruksi”. Selain harus
dipatuhi, aspek legalitas itu juga menunjukkan dasar kebijakan di bidang hukum
perundang undangan. Pada latar belakang keputusan menunjukkan pikiran pikiran dan
alasan mendesak sebagai “issu kebijakan” sehingga kebijakan itu harus diambil.
Sejauhmana pihak pengambilan kebijakan secara cermat mengargumentasikan
alasannya dari latar belakang berpikir, sejauh itu pula ia dapat meyakinkan publik.
Keyakinan publik diperlukan dalam rangka partisinya terhadap satu kebijakan. Selain itu
pada latar belakang menunjukkan ekspektasi jika kebijakan itu berhasil dilaksanakan.
Partisipasi dan ekspektasi. tidaklah menjadi satu satunya kepentingan sehingga
latarbelakang itu harus menarik. Di latar belakang menunjukkan transparansi,
keterbukaan terhadap satu problem publik yang dihadapi bersama. Begitupun di latar
belakang akan mengikat akuntability pembuat kebijakan, alasan yang meyakinkan,
menyangkut kepentingan public. Pertimbangan ini dieksplorasikan, tidak disimpan dan
dijadikan dokumen arsip semata, melainkan dibuka. Keterbukaan ini mengandung
unsur sosilisasi, sosialisasi yang memadai dapat menahan laju pro-kontra sebagaimana
sering dialami satu kebijakan publik yang tiba tiba.
Kesimpulan
-SEKIAN, TERIMAKASIH-
Sumber Terkait :
1) https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_paperinfo_lnk.php?id=79
2) https://www.google.com/url?q=https://sofian.staff.ugm.ac.id/kuliah/atlernatif-
001.pdf&usg=AOvVaw3gdpPTUX5i8fqxBjlIV2fh
3) https://portal-sejarah.com/kedudukan-pancasila-sebagai-dasar-
negara/#:~:text=Adapun%20sebagai%20dasar%20negara%2C%20Pancasila%
20digunakan%20untuk%20mengatur,hukum%20Indonesia%20serta%20mengan
dung%20norma%20mengenai%20penyelenggaraan%20negara.
4) https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengapa-pancasila-dijadikan-ideologi-
bangsa-ini-penjelasannya-1vpy4HHxSmJ/4
5) http://eprints.ipdn.ac.id/5847/1/KEBIJAKAN%20PUBLIK%20DAERAH.pdf
6) http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/10/pustaka_unpad_implementasi_kebijakan_daerah.pdf
---