Anda di halaman 1dari 11

PANCASILA SEBAGAI

DASAR NEGARA

NAMA KELOMPOK :

• Thomas Santoago Situmorang (1222000042)


• Farhan M Fadzilah (1222000017)
• Fadlan Juliyansyah Toteles (1222000031)
• Idam Badru Alaina (1222000060)
• Delta Vira Sumardi (1222000063)
• Dyah Khorunnisa Winagun (1222000062)
• Oktavia Tri Handayani (1222000029)
• Fadilah Tasya Genova (1222000032)
A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara digunakan untuk mengatur segala


tatanan kehidupan bangsa Indonesia dan mengatur penyelenggaraan
negara. Pancasila dijadikan sebagai ideologi bangsa karena kelima sila
di dalamnya bukan merupakan hasil pemikiran seseorang atau
sekelompok orang. Namun, Pancasila diangkat dari nilai adat istiadat,
nilai kebudayaan, dan nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara.

Pada masa orde lama, pemerintahan Presiden Soekarno


menyelenggarakan indoktrinasi operasionalisasi Pancasila dengan
menyiapkan bahan yang dikenal sebagai “Tujuh Bahan Pokok
Indoktrinasi”. Tetapi dalam implementasinya Soekarno melakukan
kebijakan-kebijakan politik yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
Pancasila. Pada masa orde baru, pemerintah menjadikan pancasila
sebagai alat untuk melegitimasikan sekuasaannya semakin nyata dan
melakukan kebijakan-kebijakan politik yang sarat dengan sikap
otoriter. Kebijakan pemerintah dalam upaya melestarikan nilai-nilai
Pancasila pada masa Orde Baru terlihat dengan dikeluarkan
Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila. Pada era reformasi saat ini, Pancasila nampak
telah benar-benar dilupakan oleh berbagai kelompok dalam
masyarakat, walaupun secara formal melalui ketetapan-ketetapan
MPR-RI tetap diakui sebagai dasar negara yang harus dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

Oleh karena itu tindakan yang seharusnya dilakukan bangsa ini,


terutama oleh pihak pemerintahan harus sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Dengan adanya solusi penanganan kebijakan pancasila
sebagai dasar negara, diharapkan pemerintah bisa menerapkan
kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan oleh MPR-RI dengan baik,
sehingga seluruh rakyat Indonesia dapat menerapkan kesehariannya
dalam berperilaku dan bersikap dalam hidup bermasyrakat,
berbangsa dan bernegara sesuai pedoman-pedoman yang ada di
dalam pancasila.
B. Kebijakan Publik Dan Alternatif Peraturan

Kebijakan public, Menurut Kamus Cambridge, kebijakan publik adalah


kebijakan pemerintah yang memengaruhi setiap orang di suatu negara atau negara
bagian atau kebijakan secara umum. Kebijakan publik diartikan juga sebagai
serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan
“kesulitan-kesulitan” dan kemungkinan-kemungkinan “kesempatan-kesempatan”
dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya.

David Easton dalam A Systems Analysis of Political Life (1965) mendefinisikan


kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh
anggota masyarakat. Dalam Encyclopedia of Policy Studies (1950), Lasswell dan
Kaplan menyatakan, kebijakan publik adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai-
nilai dalam praktek yang terarah. Menurut Anderson dalam Public Policy Making
(1984), kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-
badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Thomas R Dye dalam Understanding Public
Policy (1978) menyatakan, kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah
untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan.
• Identifikasi Alternatif Kebijakan
A. Sumber alternatif kebijakan
B. Mencari alternatif kebijakan
C. “Menciptakan” alternatif kebijakan

• Sumber Alternatif Kebijakan


1. Menurut Thomas A. Athey
a. Pertahankan sistem yang berlaku
b. Ubah sistem yang berlaku
c. Gunakan sistem yang tersedia
d. Ciptakan sistem baru

2. Menurut William N. Dunn


a.Dapatkan dari para ahli dan pejabat
b. Gunakan metode ilmiah
c. Manfaatkan kasus paralel
d. Gunakan analog
Perumusan alternatif kebijakan biasa-nya dilakukan dalam dua tahap. Pada
tahap pertama, analis mengidentifikasi sebanyak mungkin alternatif cara untuk
mencapai tujuan kebijakan publik. Pada tahap kedua analis mengadakan modifikasi,
merubah, menyesuaikan dan merekonstruksikan alternatif baru yang lebih sesuai
dengan masalah kebijakan yang sedang dianalisis.
• Mencari Alternatif Kebijakan

Beberapa metode mencari alternatif, kebijakan adalah:


a. Analisis dan eksperimentasi
b. Analisis no-action
c. Survei cepat (quick survey)
d. Reviu literatur
e. Perbandingan dengan pengalaman dunia nyata
f. Passive collection and classification
g. Pengembangan tipologi
h. Analogi, metafore, dan sinektik
i. Curah pendapat (brainstorming)
j. Perbandingan dengan ideal

Untuk “Menciptakan” Alternatif Kebijakan public dapat dilakukan dengan metode


berikut
a. Metode May (Feasible Manipulations)
b. Modifikasi dari Solusi yang ada

Kebijakan public harus mengutamakan kesejashteraan, kenyamanan dan


keamanan public. Dalam merumuskan alternative kebijakan public dilakukan bertahap
dan perlu Analisa serta identifikasi yang jeli sehingga alternative yang didapat
menguntungkan bagi public itu sendiri.

C. Kebijakan Publik Untuk Masalah Di Suatu Daerah

Desentralisasi sebagai kebijakan publik daerah adalah kebijakan yang artinya


memberi ruang bagi masyarakat daerah merumuskan dan mengagendakan masalahnya
untuk dilakukan melaluilegalisasi pemerintah daerahdalambentuk kebijakan sebagai
hasil bargaining, tawar menawar yang akan menciptakan entrepreneur entrepreneur
baru. Kekeliruan di masa lalu, atau mungkin juga selama ini, ialah tidak mempersefsikan
daerah sebagai satu kommunity yang hidup dan menggeliat.
Desentralisasi kebijakan artinya daerah membuat kebijakan atas apa yang telah
didesentralisir dan agar hal hal yang bersifat kounkuren dapat diselesaikan didaerah
secara administratif dan tidak membebani pusat dengan hal hal yang sesungguhnya
sudah harus dikerjakan di tingkat lokal.Desensentralisasi kebijakan adalah wadah bagi
segala hal yang dilimpahkan ke daerah. Desentralisasi kebijakan berarti daerah
berinnovasi berkreasi dan diberi ruang sehingga tidak hanya menjadi institusi stempel
bagi pusat. Desentralisasi kebijakan membuat eksistensi daerah dari kinerja yang
seimbang atas prakarsa, memangkas elit yang tidak memiliki akses kemasyarakatan,
melayang di atas fatamorgana dari masyarakat instan yang diproduk oleh sistem yang
tidak dikendalikan.
• Mencari Alternatif Kebijakan

Beberapa metode mencari alternatif, kebijakan adalah:


a. Analisis dan eksperimentasi
b. Analisis no-action
c. Survei cepat (quick survey)
d. Reviu literatur
e. Perbandingan dengan pengalaman dunia nyata
f. Passive collection and classification
g. Pengembangan tipologi
h. Analogi, metafore, dan sinektik
i. Curah pendapat (brainstorming)
j. Perbandingan dengan ideal

Untuk “Menciptakan” Alternatif Kebijakan public dapat dilakukan dengan metode


berikut
a. Metode May (Feasible Manipulations)
b. Modifikasi dari Solusi yang ada

Kebijakan public harus mengutamakan kesejashteraan, kenyamanan dan


keamanan public. Dalam merumuskan alternative kebijakan public dilakukan bertahap
dan perlu Analisa serta identifikasi yang jeli sehingga alternative yang didapat
menguntungkan bagi public itu sendiri.

C. Kebijakan Publik Untuk Masalah Di Suatu Daerah

Kerangka Pemikiran mengenai hal ini yakni pembuatan kebijakan publik di tingkat
daerah untuk selanjutnya disebut Kebijakan Publik Daerah, disusun dengan
memperhatikan teori teori kebijakan publik dan pengambilan keputusan pada
umumnya. Pengkajiannya mengarah pada Posisi dan Dimensi Kebijakan Publik Daerah
dan perwujudannya adalah Desentralisasi Kebijakan Publik. Untuk tiba pada tema
penelitian maka harus melakukan pendekatan kepada Hukum tata Pemerintahan,
dalam hal ini Hukum Administrasi; juga menelusuri Desentralisasi sebagai praktek
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang membuahkan daerah otonom dalam
konsep otonomi daerah; peran kepala daerah sebagai aktor pengambilan keputusan
kebijakan publik, pemimpin daerah dan penyelenggarah pemerintahan daerah.
Alur atau kerangka pemikirann penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari daerah daerah otonom, daerah
khusus, daerah istimewa dan daerah otonomi khusus serta wilayah administratif.
2. Realitas ini melahirkan fungsi dan hirarki pemerintahan Pusat dan Daerah asas
desentralisasi-otonomi daerah.

3. Kebijakan Publik yang diambil Pemerintah dijabarkan di daerah dengan terlebih


dahulu diadofke dalam Peraturan Daerah.

4. Sebagai daerah otonom berkonsekwensi membuat kebijakan yang tidak hanya


dalam bentuk kebijakan turunan, pengendalian atau instruksi; melainkan juga membuat
kebijakan inisiatif berkait dengan daerahnya atas kreasi dan innovasi daerah.

5. Terdapat dua versi kebijakan daerah: kebijakan tindak lanjut bersifat top-down, dan
kebijakan inisiatif bersifat botton-up. Dalam analisis kebijakan publik dikenal tipe top-
down hirarkis (Pusat-Daerah); yang bersifat botton up konsultasi negosiasi (Pusat-
Daerah).

Jawaban atas posisi dan dimensi kebijakan publik daerah terakumulasi dalam
pernyataan penelitian: Keberadaan Kebijakan Publik Daerah merupakan implikasi dari
penerapan asas desentralisasi, dan tata urut peraturan perundang undangan, maka
Kebijakan Publik Daerah dapat menempati metafora “Desentralisasi Kebijakan”.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research)
yang menggunkan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama
(Sutrino Hadi, 1990). Sebagaimana penelitian kualitatif, perlu dilakukan analisis
deskriptif. Metode analisis deskriptif memberikan gambaran dan keterangan yang
secara jelas, objektif, sistematis, analitis dan kritis mengenai kebijakan publik.
Pendekatan kualitatif yang didasarkan pada langkah awal yang ditempuh dengan
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan klasifikasi dan
deskripsi. Metode validasi yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu
penelitian yang menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang
terdapat di dalam teks yang diteliti (Jamaluddin Ahmad, 2015).

Adapun kebijakan Lindblom yang dapat mengidentifikasi masalah kebijakan publik :

1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan:Tahap ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi


kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi (unmet needs).

2. Analisis Masalah dan Kebutuhan:Tahapini dilakukan untuk mendapatkan data atau


informasi tentang apa penyebab masalah dan apa kebutuhan masyarakat; Dampak apa
yang mungkin timbul apabila masalah tidak dipecahkan dan kebutuhan tidak dipenuhi;
Siapa dan kelompok mana yang terkena masalah.

3. Penginformasian Rencana Kebijakan: Berdasarkan laporan hasil analisis disusunlah


rencana kebijakan. Rencana imeliputi sosialisasi kebijakan kepada steholder
atau masyarakat yang terkait untuk memperoleh masukan dan tanggapan. Rencana ini
dapat pula diajukan kepada lembaga-lembaga perwakilan rakyat untuk dibahas dan
disetujui. Jika rancangan itu bersumber dari ekssekutif.

4. Perumusan Tujuan Kebijakan: Setelah mendapat berbagai saran dari masyarakat


dilakukanlah berbagai diskusi dan pembahasan untuk memperoleh alternatif-alternatif
kebijakan. Beberapa alternatif kemudian dianalisis kembali dan dipertajam menjadi
tujuan-tujuan kebijakan.

5. Pemilihan Model Kebijakan: Pemilihan model kebijakan dilakukan terutama untuk


menentukan pendekatan, metoda dan strategi yang paling efektif dan efisien mencapai
tujuan-tujuan kebijakan.Pemilihan model ini juga dimaksudkan untuk memperoleh
basis ilmiah dan prinsip-prinsip kebijakan sosial yang logis, sistematis dan dapat
dipertanggung jawabkan.
6. Penentuan Indikator Sosial:Agar pencapaian tujuan dan pemilihan model kebijakan
dapat terukur secara objektif, maka perlu dirumuskan indikator-indikator sosial yang
berfungsi sebagai acuan, ukuran atau standar bagi rencana tindak dan hasil-hasil yang
akan dicapai.

7. Membangun Dukungan dan Legitimasi Publik:Tugas pada tahap ini adalah


menginformasikan kembali rencana kebijakan yang telah disempurnakan. Selanjutnya
melibatkan berbagai pihak yang relevan dengan kebijakan, melakukan lobi, negosiasi
dan koalisi dengan berbagai kelompok-kelompok masyarakat agar tercapai konsensus
dan kesepakatan mengenai kebijakan sosial yang akan diterapkan.

Lindbom yang sebenarnya juga zahapan tahapan seperti ini dikenal dalam tahapan
tahapan proses input-koversi-output sistem politik yang dianalogkan para pemikir
kebijakan publik.

• Desentralisasi Kebijakan Publik

Desentralisasi kebijakan artinya memberi ruang bagi masyarakat daerah


merumuskan dan mengagendakan masalahnya untuk dilakukan melalui legalisasi
pemerintah daerah dalam bentuk kebijakan sebagai hasil bargaining, tawar menawar
yang akan menciptakan entrepreneur entrepreneur baru. Kekeliruan di masa lalu, atau
mungkin juga selama ini, ialah tidak mempersefsikan daerah sebagai satu kommunity
yang hidup dan menggeliat.

Daerah dihadapi dengan pendekatan pemerintahan yang hirarkis dan patuh


padahal dalam daerah terjadi gejolak untuk maju dan berkembang akantetapi terhalang
ramburambuyang entahkapang berkedip untuk iyyah, silahkan jalan. Desentralisasi
kebijakan adalah metafora bagi desentralisasi yang sudah berjalan, hanya memberi
stigma baru bagi equity kepada otonomi, membuka ruang bagi otonomi seluas luasnya,
sebagai model solusi mencari problem. Namun ini akan menjadi sarana untuk
menggerakkan untuk mencapai equalibrium, karena sesungguhnya menurut
Baumgarther dan Jones stabilitas itu ada equalibrium atau keseimbangan dan untuk
menemukan keseimbangan itu melalui gerakan yang mungkin di dalamnya adalah
instabilitas. Namun dalam hal ini instabilitas itu dapat dikelola karena dia berjalan
paralel antara kebijakan publik dengan sistem politik.

D. Rencana Dan Aksi

“Aksi Non Aksi Daerah” ialah bahwa dalam berbagai literatur kebijakan publik
didiartikan sebagai apa yang dilakukan oleh pemerintah berupa perbuatan dan
tindakan, juga termasuk apa yang tidak dilakukan adalah kebijakan. Oleh beberapa ahli
menyebutnya sebagai “aksi non aksi”. Dalam konteks ini maka kebijakan publik itu
hidup, berlangsung dalam dinamika empirik kehidupan. Sepanjang “diamnya” (non
aksi) pemerintah itu dalam pengertian mempunyai resening atau alasan pertimbangan.
Konstruksi berpikir mengenai hal ini adalah bahwa pemerintah itu mempuanyai
wewenang yang bersumber dari negara, berdasarkan aturan perundang undangan, dari
wewenang itu pemerintah mempuanyikekebalan yang disebut dengan bertindak
coersif (memaksa), sebaliknya pemerintah tidak bisa dipaksa, ditekan, atau dipresur
untuk melakukan sesuatu, dan oleh karena itu “diamnya” (non aksi) pemerintah
diklassifikasi sebagai perwujudan kebijakan, yaitu karena adanya pertimbangan
pertimbangan analisis kebijakan. Namun bisa saja terjadi, non aksi itu karena faktor
pengambilan keputusan. Di sinilah titik singgung, antara lain, antara kebijakan publik
dengan pengambilan keputusan, yaitu bisa terjadi non aksi karena ketidak mampuan
mengambil keputusan, baik kendala teknis, non teknis, politis dan sebagainya. Berkait
dengan penelitian ini, adalah kendala kewenangan dan kendala koordinasi. Dalam hal
kewenangan, aspirasi dan hajat hidup di daerah berada pada kewenangan pusat.
Sedang dalam hal koordinasi sesuatu itu itu bersifat antar instansional, kompleks, rumit
dan berbelit belit. Akabitnya dalam hal ini didiamkan.

Said Zainal Abidin, (2004): Kebijakan secara umum dapat


dibedakan dalam tiga tingkatan:
a. Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk
pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang meliputi
keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.
b. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum.
Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang
undang.
c. Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada dibawah kebijakan
pelaksanaan.
Hal tersebut yang diuraikan Said, ditingkat daerah antara Kepala Daerah dengan
DPRDI/II dalam bentuk Peraturan Daerah. Roger W. Cobb dan Charles D. Elder
(dalam Said), mengidentifikasi agenda pokok, yaitu:

• Undang-Undang
Undang-undang merupakan peraturan tinggi setelah undang-undang dasar yang
diangkat sebagai konstitusi negara Indonesia.Undang-undang mengatur urusan urusan
yang bersifat spesifik. Misalnya masalah pertanian, lalu lintas, pemasaran, dan lain
sebagainya.
• PERPU (peraturan pemerintah pengganti Undang undang)
Perpu baru bisa diputusan oleh presiden disaat yang genting. Misalnya dalam hal
penanganan masalah bencana alam ataupun perang. Sebab harus dibahas DPR pada
kesempatan pertama untuk dijadikan UU. Dalam konteks ini, DPR cuma punya dua
pilihan: menolak atau menyetujui.
• Peraturan Pemerintah
Peraturan pemerintah diterbitkan untuk memberikan penjelasan terhadap undang-
uandang agar tidak terjadi salah tafsir bagi masing-masaing penafsir kebijakan.
• Peraturan Presiden
Peraturan presiden merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh presiden untuk
menjalankan atau mengimplementasikan satu kebijakan kepada aparat pemerintahan.
• Peraturan Daerah
Peraturan Daerah adalah Naskah Dinas yang berbentuk peraturan perundang-
undangan, yang mengatur urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan atau untuk
mewujudkan kebijaksanaan baru, melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dan menetapkan sesuatu organisasi dalam lingkungan Pemerintah daerah\
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.

Dalam hal ini, oleh Said, Peraturan Daerah ditempatkan sebagai kebijaksanaan
teknis dibawah kebijaksanaan pelaksanaan. Pendapat ini perlu dikaji secara
kontemporer mengingat peraturan daerah itu ditetapkan di daerah oleh kepala daerah
dan DPRD. DPRD dalam hal ini, mencirikan daerah otonom yang berhak mengurus
rumah tangganya sendiri. Hal hal yang berkenaan dengan kebijakan daerah ditetapkan
dengan Perda, dan Perda bukanlah naskah dinas biasa. Naskah dinas pada umumnya
digunakan dalam internal instansi vertikal atau pada daerah administratif. Selain itu
DPRD mencerminkan bahwa di daerahpun penyelenggaraan pemerintahan dilakukan
secara demokratis dan DPRD sebagai pencerminan kedaulatan rakyat secara
refresentatif. Segala kebijakan yang datang dari pusat, sebagaimana telah diurai,
ditindaklanjuti di daerah dalam bentuk Perda. Itulah sebabnya sehingga kebijakan
publik daerah disebut sebagai kebijakan turunan. Hal lain yang berkenaan dengn ini
adalah tidak semua produk daerah adalah kebijakan turunan, karena sebagai daerah
otonom, daerah berhak dan berwenang menetapkan kebijakan
• Contoh Kebijakan Publik Yang Ditetapkan melelaui peraturan kebijakan daerah.
1. Tata Ruang Ternate

Kebijakan lain di tingkat daerah yang dapat dikemukakan untuk melengkapi


kebijakan kebijakan daerah yang telah dikemukakan sebelumnya sehingga bisa
menyangkut beberapa aspek dalam pemerintahan daerah. Kebijakan dimaksud adalah
kebijakan Pemanfaatan Ruang Kota Ternate dituangkan dalam Perda Nomor 2 Tahun
2012 tentang Penataan Ruang Kota Ternate Tahun 2012-2032. Pasal 2: bahwa
Penataan Ruang Kota Ternate bertujuan untuk “Mewujudkan Kota Ternate sebagai
Kota Pesisir dan Kepulauan yang Adil, Mandiri dan Berkelanjutan Berbasis pada Sektor
Unggulan Jasa Perdagangan, Perikanan dan Pariwisata”. Pasal 3: (1) Untuk
mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
disusun kebijakan penataan ruang wilayah kota Ternate, (2) Kebijakan penataan ruang,
meliputi Kebijakan Penetapan Struktur Ruang, Kebijakan Pola ruang; dan Kebijakan
penetapan kawasan strategis.

2. Transportasi DKI

Kali ini kita tampilkan kebijakan publik daerah DKI tentang transportasi sebagai
bahan kajian dengan pertama tama menyampaikan bahwa hal ini tidak berarti buku ini
akan membahas peraturan tersebut melainkan mengambilnya bahan pembanding dan
menujukkan hal hal yang disyaratkan secara teori dengan hal hal yang telah dijabarkan
secara implementatif. Sekali lagi tidak bermaksud mengevaluasi kebijakan tersebut
karena ini bukan forumnya dan bukan konteksnya. Tiga hal yang akan ditampilkan,
yakni dasar hukum sebagai aspek legalitas dan harus sekaligus menunjukkan sifat sifat
kebijakan publik daerah yang berkonsekwensi wajib menindaklanjuti kebijakan publik
di atasnya sebagaimana sifat kebijakan publik, salah satunya “instruksi”. Selain harus
dipatuhi, aspek legalitas itu juga menunjukkan dasar kebijakan di bidang hukum
perundang undangan. Pada latar belakang keputusan menunjukkan pikiran pikiran dan
alasan mendesak sebagai “issu kebijakan” sehingga kebijakan itu harus diambil.
Sejauhmana pihak pengambilan kebijakan secara cermat mengargumentasikan
alasannya dari latar belakang berpikir, sejauh itu pula ia dapat meyakinkan publik.
Keyakinan publik diperlukan dalam rangka partisinya terhadap satu kebijakan. Selain itu
pada latar belakang menunjukkan ekspektasi jika kebijakan itu berhasil dilaksanakan.
Partisipasi dan ekspektasi. tidaklah menjadi satu satunya kepentingan sehingga
latarbelakang itu harus menarik. Di latar belakang menunjukkan transparansi,
keterbukaan terhadap satu problem publik yang dihadapi bersama. Begitupun di latar
belakang akan mengikat akuntability pembuat kebijakan, alasan yang meyakinkan,
menyangkut kepentingan public. Pertimbangan ini dieksplorasikan, tidak disimpan dan
dijadikan dokumen arsip semata, melainkan dibuka. Keterbukaan ini mengandung
unsur sosilisasi, sosialisasi yang memadai dapat menahan laju pro-kontra sebagaimana
sering dialami satu kebijakan publik yang tiba tiba.
Kesimpulan

Kebijakan public harus mengutamakan kesejashteraan, kenyamanan dan


keamanan public. Dalam merumuskan alternative kebijakan public dilakukan bertahap
dan perlu Analisa serta identifikasi yang jeli sehingga alternative yang didapat
menguntungkan bagi public itu sendiri. Tahapan-tahapan pembentukan kebijakan
publik juga menunjukkan bahwa suatu tahapan proses kebijakan publik terkait dengan
tahapan yang sebelumnya dapat mempengaruhi tahapan yang selanjutnya. Dalam hal
pengambilan keputusan sebagai tindakan kebijakan publik, perlu dicermati
karakteristikya yang harus berhubungan dengan pokok masalah Dimana setiap
alternatif dapat dievaluasi dan diterima nantinya.

-SEKIAN, TERIMAKASIH-

Sumber Terkait :

1) https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_paperinfo_lnk.php?id=79
2) https://www.google.com/url?q=https://sofian.staff.ugm.ac.id/kuliah/atlernatif-
001.pdf&usg=AOvVaw3gdpPTUX5i8fqxBjlIV2fh
3) https://portal-sejarah.com/kedudukan-pancasila-sebagai-dasar-
negara/#:~:text=Adapun%20sebagai%20dasar%20negara%2C%20Pancasila%
20digunakan%20untuk%20mengatur,hukum%20Indonesia%20serta%20mengan
dung%20norma%20mengenai%20penyelenggaraan%20negara.
4) https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengapa-pancasila-dijadikan-ideologi-
bangsa-ini-penjelasannya-1vpy4HHxSmJ/4
5) http://eprints.ipdn.ac.id/5847/1/KEBIJAKAN%20PUBLIK%20DAERAH.pdf
6) http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/10/pustaka_unpad_implementasi_kebijakan_daerah.pdf

---

Anda mungkin juga menyukai