Anda di halaman 1dari 11

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Oleh : Wahyudi,S.Pd
Wawancara:
Pengawas SMA : 1. H. Hasmar Nasution, S.Pd, M.Si
Guru sejawat : 2. Renta Pakpahan, S.Pd
Pakar (Mahasiswa S3 ITB) : 3. Erik Adi Subagja, S.Pd, M.Si
Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
1 Pedagogik : Literatur : 1. Pembelajaran monoton.
Motivasi dan Menurut Nurmalita (2017) Rata-rata Dengan adanya model-
minat belajar siswa tingkat Sekolah Menengah model pembelajaran
sebagian siswa Atas belum memahami relevansi yang inovatif didukung
rendah . dari konsep fisis dan dengan media teknologi
aplikasinya. Oleh karena itu, yang memadai lebih
motivasi belajar siswa untuk mata memungkinkan untuk
pelajaran Fisika menjadi guru merancang
kurang maksimal. Siswa belum pembelajaran yang aktif
memahami dan menyadari dan menuntut
sepenuhnya manfaat dari belajar keterlibatan siswa.
Fisika dalam kehidupannya. 2. Sarana dan prasarana
kurang. jika sarana dan
Link : prasarana sekolah sudah
https://drive.google.com/drive/u/2/my- relatif memadai seperti
drive proyektor, komputer,
Wawancara Pengawas: internet, dll murid akan
1. Dari segi media ,metode dan lebih termotivasi untuk
strategi pembelajaran guru di belajar.
kelas masih konvensional (lebih
suka menjelaskan sehingga
monoton) dan belum bisa
menarik minat dan rasa ingin
tahu siswa.

Wawancara Guru Sejawat:

2. Variasi pembelajaran masih


kurang dilakukan oleh guru,
sehingga menimbulkan
kejenuhan .
Wawancara Pakar:
3. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi yaitu internal
dan eksternal siswa. Internal
siswa yaitu siswa yang sudah
menyukai pelajaran eksak dari
SD akan cenderung menyukai
fisika juga di SMA. Eksternal,
belajar fiska tidak bisa langsung
membuat siswa berminat , harus
ada proses dahulu dari guru.
Kemudian faktor Guru, guru
dapat membuat siswa yang
awalnya tidak suka menjadi
suka. Bisa juga sebaliknya.
Apakah guru tersebut sesuai atau
tidak dengan ekspektasi
siswanya. Misalnya tipe siswa
suka guru yang becanda,
bertemu guru yang sangat serius.
Maka ini juga berpengaruh.
2 Literasi : Literatur : 1. Metode dalam guru
Menurut Ega diyah, dkk (2022) mengajar belum
1. Siswa tidak Kesulitan siswa dalam menuntut keterlibatan
bisa memahami menyelesaikan soal yang sering siswa secara aktif
soal cerita baik. ditemukan adalah kesulitan dalam menyelesaikan
memahami soal dimana jika siswa soal.
2. Siswa lebih telah kesulitan dalam memahami 2. Siswa jarang berlatih
sering bermain soal, maka dalam soal hitungan akan mengerjakan soal
HP (bermain mengalami kesulitan pula pada cerita.
Game, akses tahap selanjutnya. 3. Kurangnya
medsos) Link : pengawasan guru
daripada https://drive.google.com/drive/u/2/my- terhadap pemakaian hp
membaca buku. drive disekolah, perlu
Wawancara pengawas: menambah
1. Guru kurang mengakses PMM, pemahaman siswa
perlu mempelajari terhadap penggunaan
pembelajaran terdeferensiasi HP sebagai media
sehingga tau perkembangan pembelajaran.
peserta didik.
Wawancara guru sejawat:

2. Tidak ada inisiatif siswa untuk


bertanya mengenai soal, jarang
berlatih, dan tidak berinisiatif.
3. Pengeleloaan kelas, disiplin
positif, harus mampu dilakukan
oleh guru. Dalam penggunaan
hp saat dalam pembelajaran
maupun tidak.

3 Numerisasi : Literatur : Setelah dianalisis lebih


kemampuan Menurut Mukminah, dkk (2021) lanjut penyebab
berhitung (kali, kesulitan kemampuan dasar
bagi, tambah dan belajar yang dialami siswa pada matematis siswa rendah:
kurang ) masih mata pelajaran matematika 1. Guru lebih sering
rendah. diantaranya siswa kesulitan dalam menghitung dengan
memahami konsep rumus, dari pada
matematika, kesulitan dalam menjelaskan fenomena
perhitungan seperti kesulitan fisikanya.
dalam perhitungan dengan tanda 2. Pembelajaran di kelas
hitung (x dan +), kesulitan masih belum
cara menghitung pembagian, melibatkan kaeaktifan
kesulitan dalam mengerjakan peserta didik secara
bentuk pecahan persen, kesulitan maksimal.
dalam menghitung 3. Peserta didik tidak
penjumlahan pecahan. diberikan bimbingan
Link : secara khusus untuk
https://drive.google.com/drive/u/2/my- meningkatkan
drive kemampuan dasar
Wawancara pengawas: matematis siswa.
4. Kurangnya
1. Tidak bisanya siswa dalam hal mengerjakan LKPD di
hitungan memang tidak dapat kelas.
kita pungkiri lagi, karna memang 5. Guru belum memahami
sekarang sudah ada kalkulator gaya belajar peserta
dll. Sebenarnya ini menjadi didik.
masalahnya guru matematika
yang perlu mengajarkan materi
yang siswa ketahui terlebih
dahulu. Jadi Guru perlu tahu
gaya belajar peserta didik, ada
yang visual, audio, dan
kinestetik. Bagaimana kita
mengajar anak sesuai dengan
kompetensi dasar siswanya.

Wawancara Guru sejawat:


2. Pembelajaran berhitung dari SD-
SMP belum maksimal,
kurangnya treatment terhadap
siswa. Seperti bimlat (bimbingan
dan latihan) dll

Wawancara Pakar:
Hal yang perlu ditanamkan oleh
guru fisika bahwa hitungan
(matematika) adalah alat bagi fisika.
Tetapi ada esensi penting selain
matematika atau sains rumus yaitu
bagaimana menjelaskan suatu
fenomena itu yang lebih penting.
Jangan sekali-kali menjelaskan
operasi matematikanya tapi
fenomenanya tidak di sampaikan,
hal ini akan membuat motivasi
belajar fisika anak kurang.
4 Sebagian siswa Literatur : 1. Guru terlalu sering
mengalami Menurut Nusliati Dkk (2020) menjelaskan, tanpa
kesulitan saat kesulitan belajar fisika peserta didik merancang
menyerap materi terletak pada kesulitan peserta didik pembelajaran yang
yang dijelaskan di dalam berhitung, memahami menuntut siswa
guru di kelas. konsep dan memahami berfikir sendiri.
rumus-rumus fisika. Kesulitan 2. Guru perlu merancang
belajar yang timbul disebabkan oleh model dan strategi
faktor internal yang semuanya pembelajaran yang
berada pada kategori tinggi dan mudah dimengerti oleh
faktor eksternal yaitu untuk siswa.
indikator sekolah dan keluarga 3. Belum
berada pada kategori cukup dan tersampaikannya
untuk indikator guru, lingkungan esensi pemebalajaran
sosial sekolah dan suasana kelas fisika yaitu penjelasan
berada pada ketogori tinggi. fenomena alam, bukan
Link : operasi matematis saja
https://drive.google.com/drive/u/2/my- melalui rumus.
drive
Wawancara pengawas:
1. Yang terjadi selama ini adalah
guru lebih suka menjelaskan ke
siswa, sebenarnya siswa tidak
semua ingin dijelaskan. Tapi
mulailah pembelajaran dengan
memberikan materi-materi yang
esensial tapi menjadi dasar ,
sehingga muncul rasa ingin tahu
siswa. Sehingga mereka yang
mencari mereka yang mengolah
dan ketika menemui kesulitan
dia akan bertanya kepada guru.
Wawancara guru sejawat:

2. Siswa kurang persiapan saat


belajar di kelas.
Wawancara pakar
3. Sering terjadi misskonsepsi apa
bedanya belajar fisika dengan
matematika jika ujung-ujungnya
bermain angka, padahal esensi
fisika bukan angka, tapi
menjelaskan fenomena alam.
Tentunya matematika hadir
untuk menjelaskan fenomena
tersebut, ini yang harus kita
tekankan pada anak. Belum tentu
anak yang tidak suka matematika
sebenarnya dia suka dengan
fisika karna fenomena alamnya,
misalnya petir kenapa bisa
terjadi jangan dulu jelaskan
hitungan gaya listrik nya. Tapi
jelaskan dulu fenomenya.
.
5 Hubungan guru Literatur :
dengan orang tua 1. Menurut hasil penelitian Hakim 1. Peserta didik tidak
murid belum (2020) mengatakan bahwa orang mendapat perhatian
terjalin tua harus lebih termotivasi dan dari kedua orang tua
maksimal. lebih aktif terlibat dalam proses yang sibuk bekerja.
pembelajaran pada waktu daring 2. Latar belakang orang
dan dapat bekerja sama antara tua murid yang
orang tua dan guru. berbeda-beda.
Link : 3. Belum dibentuknya
https://drive.google.com/drive/u/2/my- paguyuban orang tua
drive siswa.
Wawancara pengawas:
1. Pendidikan dimulai dari
keluarga, pendidikan formal dan
kembali lagi ke orangtua. Orang
tua sekarang super sibuk ,
buatlah paguyuban kelas atau
bisa lewat medsos. Selama ini
jika anak bermasalah baru kita
undang orang tua ke sekolah.
Alangkah baiknya jika saat
memangggil orang tua itu kita
ceritakan yang baik2 dulu
tentang sekolah, baru membahas
tentang masalah anaknya.
Efeknya adalah orang tua akan
bercerita yang baik tentang
sekolah dimasyarakat.
Wawancara Guru sejawat:

2. Kurangnya komunikasi antara


orang tua dan murid mengenai
pembelajaran disekoalah. Guru
juga kurang kemampuan
komunikasi dengan anak, belum
memahami perkembangan
peserta didik secara maksimal.
3. Orang tua kurang perhatian
tentang perkembangan belajar
peserta didik, saat di beri tugas
hanya sebagian yang benar2
mengerjakan yang lain kadang
hanya meniru bahkan tidak mau
mengerjakan.
6 Orangtua belum Literatur: Perlu sosialisasi kurikulum
mengerti Menurut hasil penelitian Firda, dkk terhadap orang tua siswa
karakteristik (2022) Faktor utama yang 1. Orang tua jarang
kurikulum 13 mendukung keberhasilan program dilibatkan pada
dan kerikulum merdeka belajar ialah adanya kepentingan sekolah
merdeka keterlibatan keluarga dalam lingkup (rapat atau kemajuan
pendidikan anak. sekolah)
Link : 2. Sekolah jarang
https://drive.google.com/drive/u/2/my- melakukan perlawatan/
drive kunjungan ke rumah
orang tua siswa.
Wawancara pengawas: 3. Kurangnya sosialisasi
Paguyuban disekolah belum kebijakan sekolah
dibentuk, perlu dibentuk agar terhadap orang tua.
komunikasi berjalan baik.
Wawancara guru sejawat:

Orang tua siswa harus diberi


pemahaman tentang karakteristik
kurikulum 13 dan merdeka belajar
yang lebih menuntut student centre.
Berarti seringnya terpusat pada
guru. Faktor kebiasaan sehari-hari,
belum siap untuk student centre ,
dan terbisa teacher centre .
-
7 Guru belum Literatur : 1. Pembelajaran di kelas
menemukan 1. Menurut Nasrun, dkk (2018) masih belum
model mengatakan bahwa guru melibatkan kaeaktifan
pembelajaran memerlukan pendampingan peserta didik untuk
yang cocok dalam mengimplementasikan berfikir analisis.
untuk materi model pembelajaran inovatif. 2. Guru belum maksimal
HOTS Link : dan konsisten dalam
https://drive.google.com/drive/u/2/my- menerapkan model
drive
pembelajaran inovatif
Wawancara pengawas:
abad 21 seperti PBL,
Mulailah pembelajaran dari yang
PjBL dll yang
mudah terlebih dahulu , jika sudah
menuntut siswa
tau dasar-dasarnya maka insyaallah
berpikir analisis.
yang kompleks akan tahu, berilah
3. HOTS hanya dilakukan
siswa kesempatan untuk berpikir.
di akhir pembelajaran
(asesmen) belum pada
Wawancara Guru sejawat:
proses
pembelajarannya.
1. Kita kurang pelatihan, perlu
pemanfaatan teknologi. Model-
model belum dipahami seperti
jigsau , inquiri dll , belum
memanfatkan model-model
pembelajaran dengan baik .
Wawancara Pakar:

Carilah model pembelajaran yang


mengarahkan siswa untuk berfikir
analisis. Jadi hotsnya itu bukan
hanya di asesmen saja tapi juga
harus di pembelajarannya.
Contohnya model PBL, PjBL,
Inquiry juga di dukung dengan
media-media yang dapat
menjelaskan materi abstrak.
Guru zaman sekarang harusnya
menggiring suatu permaslahan
dimana anak itu melakukan analisis
untuk menjawabnya. Contohnya
dulu 1+1 =.. sekarang menjadi
...+...=9. Biarlah anak berpikir
berbeda-beda tapi hasilnya sama
itulah hots, jadi biarlah anak berpikir
tapi hasilnya sama. Yang terpenting
adalah bagaimana menggiring anak
berpikir analisis daripada menjawab
soal hots.

8 Guru belum Literatur : 1. Pembelajaran di dalam


memahami Berdasarkan penelitian Lili nurfatin kelas masih
secara universal (2020) Model konvensional
model-model pembelajaran yang berbasis creative (monoton).
pembelajaran problem solving dapat menjadi 2. Guru membutuhkan
inovatif (abad 21 solusi dalam pendampingan dalam
seperti PBL, meningkatkan keterampilan abad 21 mengimplementasikan
PjBL, dan memotivasi siswa agar lebih model pembelajaran
TPACK,STEAM aktif dan terpacu dalam inovatif.
dll). keberhasilan belajarnya.
Link: 3. Pemahaman guru masih
https://drive.google.com/drive/u/2/my- terbatas dalam
drive penerapan langkah-
Wawancara pengawas: langkah model-model
Guru perlu menerapkan model yang pembelajaran inovatif.
inovativ, yang paling menentukan 4. Metode belajar selama
keberhasilan pembelajaran dikelas ini tidak konsisten
adalah memancing siswa untuk menuntut keaktifan
bertanya. Metode dan strategi sering siswa dalam berfikir
kita lebih sering menjelaskan. Kita analisis.
perlu mengetahui kemampuan awal 5. Misskonsepsi guru
peserta didik (asesmen di awal) tentang HOTS (bahwa
kadang guru kurang peka terhadap HOTS bukan hanya
murid. dalam bentuk soal tapi
Wawancara guru sejawat: juga pada proses
pemebelajarannya)
1. Ternyata peserta didik merasa
bosan di dalam kelas karena
pembelajaran kurang variatif.
Wawancara Pakar:
2. Faktor media dan model sangat
mempengaruhi minat siswa.
Pasti akan berbeda ketika guru
menggunakan model yang
melibatkan siswa dengan
metode ceramah. misalnya PBL,
PjBL pasti akan menarik fokus
dan perhatian anak.

9 Sebagian siswa Literatur : 1. Kurangnya keaktifan


malas bertanya Menurut Alfiyah dkk (2016) pada siswa saat belajar
dengan teman kegiatan pembelajaran berlangsung kelompok.
kelompoknya guru hendaknya memberikan waktu 2. Siswa yang belum
dan kesempatan lebih besar kepada mengerti mereka
siswa untuk menyampaikan tinggal meniru saja dari
pendapat maupun mengajukan peserta yang sudah
pertanyaan, sehingga seluruh siswa mengerjkan LK.
mampu berpartisipasi secara aktif 3. Guru jarang
dalam proses pembelajaran fisika. menerapkan
Link: pembelajaran
https://drive.google.com/drive/u/2/my- kelompok.
drive
Wawancara pengawas:

Apapun yang kita ajar harus mulai


dari yang mereka bisa. Pembelajaran
kelompok mungkin setahun awal
kita masih menemukan bagaimana
teknisnya dll. Tapi tahun berikutnya
sudah membantu kita dalam
memahamkan siswa. Beri dahulu
materi-materi esensialnya.
Wawancara guru sejawat:

Kurangnya pemantauan guru saat


kerja kelompok, pengelolaan kelas
harus sesuai dengan model yang
digunakan dalam mengajar.

10 Sebagian besar Literatur : 1. Siswa belum terbiasa


Siswa Menurut hasil penilitian Tri Nuraini, dengan soal HOTS.
mengalami dkk (2022) peserta didik tidak dapat 2. Soal hots hanya di
kesulitan saat menyelesaikan soal berbasis HOTs muara pembelajaran
tentu ada faktor yang
mengerjakan mempegaruhinya, yaitu : tidak atau asesmen saja tapi
soal HOTS terbiasa dalam menyelesaikan soal belum di prosesnya.
HOTs, kurangnya 3. Belum menggunakan
pemahaman materi, kurang metode , model
memahami kalimat dalam soal, serta pembelajaran yang
kurang teliti dalam membaca dan menuntut siswa
memahami soal. berpikir analisis di
Link : proses
https://drive.google.com/drive/u/2/my- pembelajarannya.
drive
Wawancara pengawas:
Untuk mencapai pembelajaran
HOTS tetap kita perlu yang LOTS
terlebih dahulu. Kita perlu
mengoptimalkan komunitas belajar.
perlu bimlat (bimbingan dan
latihan), perlu supervisi oleh guru
senior, mengoptimalkan komunitas
belajar . misalnya dalam satu bulan
ada pertemuan antar guru fisika di
beri kesempatan apakah
pembelajaran kita ini sudah hots
atau belum berikan kesempatan
rekan kita untuk menilai.
Wawancara guru sejawat:

Kemampuan anak analisis masih


rendah. Karna faktor kebiasaan kita
sering dalam ranah C1, dan C2.
Belum terbiasa di analisis, C4 C5
bahkan C6.
Wawancara pakar:

Jikalau yang dimaksud HOTS nya


adanya di muaranya atau di akhir
pasti anak akan kesulitan, sedangkan
pada proses pembelajaran tidak
menggunakan HOTS. Contoh
proses pembelajaran dengan metode
ceramah, diminta menghapal rumus
yang levelnya masih C1, C2, tiba-
tiba diberi soal HOTS pasti akan
kesulitan. Pakailah pembelajaran
yang mengarahkan siswa untuk
berpikir analisis. Solusinya adalah
gunakan model yang mengarah pada
analisis seperti PBL, PjBL , Inquiry
DLL.
11 Kurangnya Literatur : 1. Guru jarang
penggunakan Menurut Suwindra, dkk (2019) Guru memanfaatkan
media IT, hendaknya lebih mengoptimalkan tekhnologi sebagai
Sebagian siswa penggunaan media berbasis media pembelajaran,
sudah tertanam teknologi sehingga arah pendidikan seperti penggunaan
di pola pikirnya pada umumnya dan pembelajaran leptop dan Proyektor
bahwa fisika pada khususnya dapat lebih maju untuk menyampaikan
adalah pelajaran dan mengikuti perkembangan materi melalui PPT,
yang sulit, zaman. video dll agar timbul
sehingga Link : suasana baru dalam
menimbulkan https://drive.google.com/drive/u/0/my- belajar.
kejenuhan drive 2. Kurangnya penggunaan
(merasa bosan) teknologi (platform-
apalagi di jam- Wawancara pengawas: platform digital)
jam akhir. Kemampuan IT bukan ditentukan sebagai media
oleh umur tapi oleh mainset. pembelajaran fisika.
Perlunya shering antara guru yang 3. Jarangnya dilakukan
mengerti it dengan yang belum. praktikum di
Misalnya shering tentang laboratorium fisika oleh
pemanfaatan Canva,PPT, dll. guru.
Siswa kurang dibimbing dalam 4. Assesmen yang
pemanfaatan HP sebagai media dilakukan guru belum
pembelajaran, guru perlu berbasis platform
mengajarkan siswa menggukan hp digital.
sebagai media untuk belajar. Seperti
membuat vidio praktik oleh semua
guru disekolah.
Wawancara guru sejawat:

Kebiasaan sehari-hari mereka ,


kurang siap untuk tantangan
pembelajaran . dengan kemajuan
teknologi sekrang semakin
berkembang. Kurang kemampuan
inisiatif .
Wawancara Pakar:
Sangat penting media bagi
pembelajaran siswa. Pasti berbeda
antara metode ceramah dan
mengunakan media untuk
menjelaskan suatu konsep fisika.
Misalnya konsep yang abstrak pasti
akan berbeda ketika guru
menggunakan media dengan tidak,
misalnya vidio bisa menjelaskan
materi yang abstrak.Guru yang tidak
bisa teknologi akan tertinggal. Maka
hal yang perlu dilakukan guru bukan
lagi soal konten materi tapi
bagaimana pengetahuan konten
materi di masukkan dalam
transformasi digital melalui
platform-plaform media digital.
Kalau bisa seperti media yang anak
tersebut sudah akrab mereka
gunakan seperti FB, WA, Instagram,
tiktok, path dll. Contohnya
menejelaskan bagaimana atom itu
berpindah menggunakan
pathcolorado. Bukan hanya dari sisi
konten pengetahuan, assesmen juga
harus melibatkan media. seperti
penggunaan quizzy, gogle form dll

LAMPIRAN :

1. Wawancara dengan pengawas SMA : https://drive.google.com/drive/u/2/my-drive


2. Wawancara dengan pakar : https://drive.google.com/drive/u/2/my-drive
3. Daftar jurnal : https://drive.google.com/drive/u/2/my-drive
4. Daftar pustaka, draft wawancara dan dokumentasi foto
https://docs.google.com/document/d/1gOAPopcCBzsQTxT2P0I7AgRGgJarhM9R/edit

Anda mungkin juga menyukai