Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pengantar Studi Islam”
Dosen Pengampu :
Dr. H. Amir Maliki Abitolkha, M.Ag.
Penyusun :
Naufal Alawy (06020122068)
Assalamualaikumwr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Semesta Alam. Atas karunia hidayah serta inayah-Nya makalah ini dapat tersusun
dan terselesaikan tepat waktu. Tak lupa kami panjatkan sholawat serta salam kepada
junjungan nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jaman
jahiliah menuju jalan yang terang benderang. Semoga syafa’atnya dapat bermanfaat
bagi kita semua kelak.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi
tugas UTS. Untuk itu penting bagi kita selaku penulis untuk mengucap banyak terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini,
terutama kepada bapak Dr. H. Amir Abitolkha, M.Ag. selaku dosen pada mata kuliah
Pengantar Studi Islam.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Kami sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Kami
memohon kepada dosen pengampu untuk memberikan beberapa masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang mendatang dan kami juga sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Wassalamualaikumwr.wb
Naufal Alawy
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................5
C. TUJUAN.....................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
1. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran pokok agama islam.......................................7
2. Urgensi Mata Kuliah Pengantar Studi Islam Bagi Calon Guru Agama..........30
3. Islam Perspektif Hukum......................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang banyak orang yang dalam menafsirkan Al-Qur’an sesuai
nafsunya saja. Padahal Al-Qur’an itu adalah kitab yang paling mulia, paling lengkap.
Tetapi kitab ini harus difahami dengan ilmu-ilmu yang sudah dikemukakan para
ulama. Bukan hanya dengan terjemahannya saja. Karena di dalam terjemahannya itu
ada makna-makna yang tersembunyi yang terkadang hanya bisa difahami oleh para
ulama.
Sebagai sumber hukum yang pertama, Al-Qur’an itu harus ditadabburi oleh semua
manusia, entah itu orang awam ataupun ustadz sekaligus. Sebagaimana Al-Qur’an
surat An-Nisa’ ayat 82:
ٱختِلَ ٰـ ۭفًا َكثِي ۭ ًرا ۟ َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْٱلقُرْ َءانَ ۚ َولَوْ َكانَ ِم ْن ِعن ِد َغيْر ٱهَّلل ِ لَ َو َجد
ْ ُوا فِي ِه ِ
Artinya: “Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? Sekiranya
(Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang
bertentangan di dalamnya.”
Islam itu adalah agama yang damai. Agama yang sempurna. Islam bisa
dipandang dari perspektif apapun. Salah satunya dapat dipandang dari perspektif
hukum. Maka dari itu, di dalam makalah ini akan dijelaskan mengapa sebenarnya Al-
Qur’an itu bisa disebut sebagai sumber ajaran pokok agama islam dikarenakan
banyak orang yang lupa akan hal ini, urgensi mata kuliah PSI bagi calon guru agama
karena banyak para ustadz jadi-jadian di zaman ini, serta bagaimanakah islam dalam
perspektif hukum.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Al-Qur’an disebut sebagai sumber ajaran pokok agama islam?
2. Apa urgensi mata kuliah Pengantar Studi Islam bagi calon guru agama!
3. Apakah Islam perspektif hukum itu?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui mengapa Al-Qur’an disebut sebagai sumber ajaran pokok
agama islam.
2. Untuk mengetahui urgensi mata kuliah Pengantar Studi Islam bagi calon guru
agama.
3. Untuk mengetahui apakah Islam perspektif hukum itu.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran pokok agama islam.
a. Pengertian
kata “sumber” jika diterjemahkan dalam bahasa Arab, disebut
mashdar, ini merupakan bentuk mufrod atau tunggal, bentuk jamaknya
adalah mashadir. Jika ditinjau dari segi bahasa atau etimologi, antara lain:
asal atau permulaan sesuatu, sumber, tempat kemunculan sesuatu. Seorang
pakar leksikografi al-Qur’an yang Bernama Ar Raghib menyatakan
bahwa kata mashdar dapat bermakna “tempat di mana air muncul”, atau
yang lebih terkenalnya lagi disebut sebagai sumber air, yang biasa disebut
sebagai mata air. Mata air disebut mashdar, sebab ia merupakan sumber
dari mana air keluar. Nata yang merujuk sebuah buku yang berjudul A
Dictionary of Modern, yang menjelaskan bahwa kata sumber (dalam
bahasa Indonesia) ,dan dalam bahasa Arab disebut mashdar, bentuk
jamaknya mashadir, diartikan sebagai starting point (titik tolak), point of
origin (sumber asli), origin (asli), infinitive (tidak terbatas), verbal nounce
(kalimat kata kerja), dan absolute or internal object (mutlak atau tujuan
bersifat internal).
فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذلِكَ َخ ْي ٌر
َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْياًل
أ ليوم أكمـلت لكم د ينكم وأ تممت عليكم نعمتي ورضيتـ لكم اإلسالم د
ينا
Artinya: “Hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridlai Islam itu
jadi agamamu”.
وما من دابة فى األرض وال طا ئر يطير بجنا حيه إا ّل أمم أمثا لكم ّم إلى ربّهم يحشرون ما
فّرطنا فى الكتا ب من شيء ث
Artinya: “.......Tidak Kami alpakan sesuatu pun dalam kitab al-
Qur’an, kemudian kmereka akan dikumpulkan di hadapan Tuhan
mereka”.
و يوم نبعث فى ك ّل أ ّمة شهيدا عليهم من أنفسهم وجئنا بك شهيدا على هؤالء ونّزلنا عليك الكتا ب
تبيا نا لك ّل شيئ وهدى ورحمة وبشرى للمسلمين
Artinya: “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada
tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri. Dan
Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri”.
Ayat-ayat di atas dan yang senada dengannya memang dapat
diartikan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang sempurna isinya dalam
arti tidak ada sesuatu pun yang terlupakan dan segala-galanya telah
dijelaskan di dalamnya. Namun pernyataan semacam ini masih perlu
diklarifikasi dan dielaborasi lebih lanjut. Dalam konteks apa
pernyataan itu muncul? Ringkasnya, pendapat yang menyatakan
bahwa al-Qur’an telah menjelaskan seluruh aspek kehidupan manusia,
seperti sistem ekonomi, politik, perindustrian, ketatnegaraan, ilmu
pengetahuan dan seterusnya masih perlu dilakukan pengujian lebih
lanjut. Sebagai standarnya, antara lain adalah komposisi keseluruhan
ayat-ayat al-Qur’an beserta rincian isi kandungannya. Al-Qur’an
diturunkan Allah kepada Muhammad dalam rentang waktu sekitar 23
tahun, periode Makkah selama 13 tahun dan sisanya 10 tahun periode
Madinah. Jumlah ayat al-Qur’an seluruhnya ada 114, dan disepakati
bahwa 86 dari jumlah itu merupakan surat Makiyah dan 38 merupakan
surat Madaniyah. Apabila ditinjau dari segi jumlah ayat, al-Qur’an
memuat 6236 ayat, 4780 ayat atau 76,65 prosen dari padanya adalah
ayat-ayat Makiyah.31 Ayat-ayat Makiyah yang prosentasinya sekitar
tiga perempat dari seluruh isi al-Qur’an, isinya secara umum berupa
penjelasan mengenai keimanan, dan sedikit hal terkait dengannya.
Oleh karena itu logis kiranya sebagian besar penjelasannya adalah
mengenai Tuhan dan sifat-sifat-Nya, iman, kufr, islam, nifak, hidayah,
syirk, khair dan syarr, akhirat dan dunia, surga dan neraka, kitab-kitab
sebelum alQur’an, umat serta para nabi dan rasul sebelum Muhamad.
2. Urgensi Mata Kuliah Pengantar Studi Islam Bagi Calon Guru Agama.
Saat ini umat islam sedang dalam menghadapi tantangan dari
kehidupan dunia dan budaya yang modern, studi islam menjadi sangat urgen
pada zaman sekarang ini. Studi islam dituntut agar membuka diri terhadap
masuknya hal-hal barat dan digunakannya pendekatan-pendekatan yang
sifatnya objektif serta rasional.1 maka secara tahap-demi tahap, study islam
akan meninggalkan pendekatan yang bersifat subjektif-doktriner. Apalagi saat
ini hampir semua ilmu berkembang. Pastinya akan sangat berpengaruh dengan
studi islam sendiri. Dengan merubah pendekatan, diharapkan studi islam akan
berkembang dan akan dapat beradaptasi dengan dunia modern dan agar
mampu menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern ini.2
Studi islam adalah gabungan dari dua kata, yakni studi dan
islam. Studi merupakan suatu kegiatan yang secara sengaja dilakukan
dengan maksud memperoleh keterangan, mencapai kepada
pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan sebuah keterampilan.
Sedangkan kata islam berasal dari bahasa Arab aslama-yuslimu-
islaman yang berarti tunduk, patuh, berserah diri. Maka studi islam
adalah kegiatan, yakni suatu kajian tentang hal-hal yang berkaitan
dengan islam.
3
Umi Hani, Pengantar Studi Islam (Banjarmasin: Uniska, 2022) 6.
Agama islam tidak hanya dipelajari oleh kaum muslim saja,
tetapi di barat, agama islam dipelajari oleh kaum non muslim
(orientalis barat).4 Kaum orientalis ada yang mempeajari dengan
benar-benar ingin tahu agama islam itu bagaimana, ada juga yang
mempelajarinya hanya ingin menjatuhkan, mencari kesalahan-
kesalahan agama islam. Karena pada awalnya kaum orientalis, mereka
melakukan studi tentang dunia Timur, yang mengarah pada
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan ajaran agama
Islam dan praktik-praktik ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-
harinya. Tetapi pada akhir-akhir ini banyak para orientalis yang
berpandangan onjektif dan ilmiah terhadap agama islam.
4
Umi Hani, Pengantar Studi Islam (Banjarmasin: Uniska, 2022) 7.
5
Ibid.
6
Ibid.
seluk beluk agama islam dan praktiknya dalam kehidupan semata-
mata sebagai ilmu pengetahuan saja.7
۟ َوِإن َجنَح
ُوا لِلس َّْل ِم فَٱجْ نَحْ لَهَا َوت ََو َّك ْـل َعلَى ٱهَّلل ِ ۚ ِإنَّ ۥهُ هُ َو ٱل َّس ِمي ُع ْٱل َعلِي ُم
Artinya: “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Tafsir pada kementrian agama:
jika mereka atau sebagian dari orang-orang kafir itu
condong kepada perdamaian, maka terimalah, sebab bukan
perang itu sendiri yang dikehendaki islam, dan untuk
menguatkan mental kalian dari kemungkinan munculnya
7
Umi Hani, Pengantar Studi Islam (Banjarmasin: Uniska, 2022) 7.
8
Ibid., 6.
pengkhianatan di balik perdamaian tersebut, maka
bertawakAllah kepada Allah, serahkan seluruh urusan kepada-
Nya setelah berusaha sekuat tenaga. Sungguh, dia maha
mendengar segala bentuk percakapan mereka, maha
mengetahui apa saja yang mereka rencanakan atas kalian, dan
Allah pasti akan membela kalian. Dan jika mereka, orang-
orang kafir, hendak menipumu dengan bersikap baik dan
seolah-olah cenderung kepada perdamaian, maka
sesungguhnya cukuplah Allah menjadi pelindung bagimu.
Ayat tersebut sudah jelas menjelaskan bahwa agama islam itu
adalah agama yang damai
1) Aqidah
12
Hammis Syafaq, Pengantar Studi Islam (Surabaya: Nuwailah Ahsana, 2021), 34.
13
Ibid. 35.
apapun, tanpa ada keraguan sedikitpun dan tanpa ada unsur
yang mengganggu kebersihan keyakinannya itu.14
14
Ibid. 36.
15
Hammis Syafaq, Pengantar Studi Islam (Surabaya: Nuwailah Ahsana, 2021), 38.
Sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tandatanda kiamat, surga-neraka dan lainnya.
2) Syari’ah
Syari’ah merupakan kumpulan norma-norma hukum
yang merupakan hasil dari proses tasyri’.16 Maka dalam
membahas Syari’ah diawali dengan membahas tasyri’. Tasyri’
ialah menciptakan dan menerapkan Syari’ah.17 Dalam kajian
hukum Islam, tasyri’ sering didefinisikan sebagai penetapan
norma-norma hukum untuk menata kehidupan manusia, baik
dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan umat
manusia lainnya.
Sesuai dengan obyek penerapannya, maka para ulama
membagi tasyri’ ke dalam dua bentuk;18
1. tasyri’ samawi
Tasyri’ samawi ialah penetapan hukum yang dilakukan
langsung oleh Allah dan Rasul-Nya dalam al-Qur’an
dan Sunnah. Ketentuan-ketentuan tersebut bersifat
abadi dan tidak berubah karena tidak ada yang
kompeten untuk mengubahnya selain Allah sendiri.
2. tasyri’ wadl’i.
Tasyri’ wadl’i adalah penentuan hukum yang dilakukan
para mujtahid. Ketentuan-ketentuan hukum hasil ijtihad
mereka ini tidak memiliki sifat mutlak, yakni bisa
berubah-ubah karena merupakan hasil kajian nalar para
ulama yang tidak lepas dari salah karena dipengaruhi
oleh pengalaman keilmuan mereka serta kondisi
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Hammis Syafaq, dkk., Pengantar Study Islam (Surabaya: Nuwailah Ahsana, 2021), 40.
lingkungan dan dinamika sosial budaya masyarakat di
sekitarnya.
Aspek hukum pada syari’ah itu melipiti aturan
tentang manusia dengan Tuhannya, yang disebut
dengan ubudiyah, serta hubungan manusia dengan
sesame manusia, yang dikenal dengan istilah
muamalah.
3) Akhlak
Akhlak adalah tingkah laku baik buruknya seseorang.
Kalau kita merujuk pada asal kata akhlak sendiri, akhlak itu
berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk plural dari
kata khuluk yang berarti ukuran, Latihan, dan kebiasaan.19
Menurut tiga pakar dalam bidang akhlak, yaitu Muhammad al-
Ghazali, Ahmad Amin, dan Ibnu Miskawaih menyatakan
bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri
seseorang yang bisa memunculkan perbuatan baik tanpa
dipertimbangkan terlebih dahulu.20 Perangai itu harus
dilakukan berulang-ulang dan di saat melakukannya tanpa
berpikir terlebih dahulu.
a) Perbuatannya baik.
b) Perbuatan tersebut tanpa dipertimbangkan terlebih
dahulu.
c) Perbuatan tersebut dilakukan berulang-ulang kali.
19
Ibid., 50.
20
Ibid., 50.
21
Hammis Syafaq, dkk., Pengantar Study Islam (Surabaya: Nuwailah Ahsana, 2021), 51.
Ada suatu perbedaan antara akhlak, adab, moral, etika,
dan budi pekerti. Akhlak merupakan suatu tingkah laku atau
perbuatan yang baik maupun yang buruk yang berasal dari
ajaran agama. Adab adalah suatu tingkah laku atau perbuatan
baiknya seseorang. Moral adalah aturan umum/ kesepakatan
manusia yang bersifat lokal. Etika adalah aturan
umum/kesepakatan manusia yang bersifat komunitas. Ada
yang mengatakan bahwa etika adalah ilmu, yaitu ilmu yang
membahas tentang moralitas atau tingkah laku serta prinsip-
prinsip ajaran mengenai tingkah laku yang benar.22 Dan
terakhir adalah budi pekerti, yaitu adalah pemikiran yang
didorong perasaan hati untuk melakukan suatu perbuatan.
22
Ibid., hlm. 53.
23
Umi Hani, Pengantar Studi Islam (Banjarmasin: Uniska, 2022) 11.
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama
serta budaya umat di dunia ini.
26
Umi Hani, Pengantar Studi Islam (Banjarmasin: Uniska, 2022) 8.
27
Ibid.
e. Urgensi Pengantar Studi Islam Bagi Calon Guru Agama
Adapun urgensi secara rinci dari mata kuliah pengantar studi islam
dapat dipahami sebagai berikut:28
28
Umi Hani, Pengantar Studi Islam (Banjarmasin: Uniska, 2022) 9.
umat islam masih berpegang teguh pada ajaran-ajaran islam
hasil penafsiran ulama terdahulu yang dianggap sebagai ajaran
yang mapan dan sempurna serta paten, berarti mereka memiliki
intelektual sebatas itu saja yang pada akhirnya menghadapi
masa depan suram. Oleh karena itu, disinilah pentingnya studi
islam yang dapat mengarahkan dan bertujuan untuk
mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemikiran kembali
ajaran-ajaran agama islam yang merupakan warisan ajaran
yang turun temurun agar mampu beradaptasi dan menjawab
tantangan serta tuntutan zaman dan dunia modern dengan tetap
berpegang pada sumber ajaran islam yang murni dan asli, yaitu
al-quran dan As sunnah. Studi islam juga dapat diharapkan
mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat
islam agar tetap menjadi seorang muslim sejati yang hidup
dalam dan mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman
modern maupun era global sekarang.
ii. Umat islam dan peradabannya berada dalam suasana
problematic Perkembangan IPTEK telah membuka era baru
dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusia.
Dunia tampak sebagai suatu system yang saling memiliki
ketergantungan Oleh karenanya, umat manusia tentunya
membutuhkan aturan, norma serta pedoman dan pegangan
hidup yang dapat diterima oleh semua bangsa. Umat manusia
dalam sejarah peradaban dan kebudayaannya telah berhsil
menemukan aturan, nilai, norma sebagai pegangan dan
pedoman yang berupa: agama, filsafat, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Umat manusia pada masa yang serba canggih
semakin menjadikan manusia-manusia modern kehilangan
identitas serta kemanusiaannya ( sifat-sifat manusiawinya).
Islam, sebagai agama yang rahmatullah lil ‘alamin, tentunya
mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat manusiawi dan
universal, yang dapat menyelamatkan umat manusia dan alam
semesta dari kehancurannya. Akan tetapi , umat islam sendiri
saat ini berada dalam situasi yang serba problematic. Kondisi
kehidupan sosial budaya dan peradaban umat islam dalam
keadaaan lemah dan tidak berdaya berhadapan dengan budaya
dan peradaban manusia dan dunia modern. Di sinilah urgensi
studi islam, yaitu untuk menggali ajaran-ajaran islam yang asli
ndan murni, dan yang bersifat manusiawi. Dari situlah
kemudian dididikkan dan ditransformasikan kepada generasi
penerusnya yang bisa menawarkan alternatif pemecahan
permaslahan yang dihadapi oleh umat manusia dalam dunia
modern atau kontemporer ini.
iii. Mata kuliah pengantar studi islam sangatlah penting bagi calon
guru agama. Karena ini merupakan pondasi dasar bagi mereka
untuk lebih mendalami lagi ajaran agama islam. Mata kuliah
ini sebagai bekal dan gambaran meereka untuk menuju ke
suatu hal yang lebih dalam laggi nantinya. Dengan adanya
mata kuliah ini, para calon guru agama lebih mudah
memahami dasar-dasar ajaran agama islam itu seperti apa. Para
calon guru agama diharapkan nantinya dapat mengetahui
sejarah perkembangan islam dari masa-kemasa, mengetaahui
sumber pokok ajaraan islam, dan lain-lain sebagai bekal untuk
mereka.
3. Islam Perspektif Hukum
Islam menurut A. Gaffar Ismail ialah nama agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad yang berisi kelengkapan dari pelajaran-pelejaran yang meliputi : (a)
kepercayaan; (b) seremoni-peribadahan; (c) tata tertib kehidupan pribadi; (d) tata
tertib pergaulan hidup; (e) peraturan-peraturan Tuhan; (f) bangunan budi pekerti
yang utama, dan menjelaskan rahasia kehidupan yang akhirat.
Islam dalam perspektif hukum atau yang biasa disebut hukum Islam adalah
kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul
mengenai tingkah laku Mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban)
yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya.
Syari’ah, fiqh dan qonun berbeda. Ajaran syari’at tedapat dalam Qur’an dan
hadist yang tidak mungkin berubah teksnya, bersifat fundamental, abadi karena
merupakan ketetapan Allah dan Nabi Muhammad, tunggal yang meperlihatkan
konsep kesatuan Islam. Sedangkan fiqh dan qonun merupakan produk
pemahaman manusia yang menggali hukum dalam Qur’an dan hadist, bersifat
instrumental, mengalami perubahan sesuai waktu, zaman serta keadaan.
Realitasnya seperti yang kita ketahui saat ini, dimana produk hukum fiqh dan
qonun cenderung berbeda-beda sesuai madzhab yang sangat beragam.
29
M. Syafi’ie. “Perihal Islam dan Hukum”, https://law.uii.ac.id/blog/2021/08/23/perihal-islam-dan-
hukum/ (23 Agustus 2021)
Pada umumnya, pengertian hukum dapat diartikan sangat beragam sebagai
berikut:30
1. Hukum diartikan sebagai produk keputusan penguasa, perangkat peraturan yang
ditetapkan penguasa seperti Undang-Undang Dasar (UUD) dan lain-lain.
2. Hukum diartikan sebagai produk keputusan hakim, putusan-putusan yang
dikeluarkan hakim dalam menghukum suatu perkara yang dikenal dengan
jurisprudence (yurisprodensi).
3. Hukum diartikan sebagai petugas/pekerja hukum. Hukum diartikan sebagai
sosok seorang petugas hukum seperti polisi yang sedang bertugas. Pandangan
ini sering dijumpai didalam masyarakat tradisionil.
4. Hukum diartikan sebagai wujud sikap tindak/perilaku. Sebuah perilaku yang
tetap sehingga dianggap sebagai hukum. Seperti perkataan: “setiap orang yang
kos, hukumnya harus membayar uang kos”. Sering terdengar dalam
pembicaraan masyarakat dan bagi mereka itu adalah aturannya/hukumnya.
5. Hukum diartikan sebagai sistem norma/kaidah. Kaidah/norma adalah aturan
yang hidup ditengah masyarakat. Kaidah/norma ini dapat berupa norma
kesopanan, kesusilaan, agama, dan hukum (yang tertulis) yang berlakunya
mengikat kepada seluruh anggota masyarakat dan mendapat sanksi bagi
pelanggar.
6. Hukum diartikan sebagai tata hukum. Berbeda dengan penjelasan angka 1,
dalam konteks ini hukum diartikan sebagai peraturan yang saat ini sedang
berlaku (hukum positif) dan mengatur segala aspek kehidupan masyarakat, baik
yang menyangkut kepentingan individu (hukum privat) maupun kepentingan
dengan Negara (hukum publik). Peraturan privat dan publik ini terjelma di
berbagai aturan hukum dengan tingkatan, batas kewenangan dan kekuatan
mengikat yang berbeda satu sama lain. Hukum sebagai tata hukum,
keberadaannya digunakan untuk mengatur tata tertib masyarakat dan berbentuk
hierarkis.
30
Wasis S.P., Pengantar Ilmu Hukum, (Malang: UMM Press, 2002), hal 11.
7. Hukum diartikan sebagai tata nilai. Hukum mengandung nilai tentang baik-
buruk, salah-benar, adil-tidak adil dan lain-lain, yang berlaku secara umum.
8. Hukum diartikan sebagai ilmu. Hukum yang diartikan sebagai pengetahuan
yang akan dijelaskan secara sistematis, metodis, objektif, dan universal.
Keempat perkara tersebut adalah syarat ilmu pengetahuan.
9. Hukum diartikan sebagai sistem ajaran (disiplin hukum). Sebagai sistem ajaran,
hukum akan dikaji dari dimensi dassollen dan das-sein. Sebagai dassollen,
hukum menguraikan tentang yang dicita-citakan. Kajian ini akan melahirkan
hukum yang seharusnya dijalankan. Sedangkan sisi dassein merupakan wujud
pelaksanaan hukum pada masyarakat. Antara dassollen dan das-sein harus
sewarna. Antara teori dan praktik harus sejalan. Jika das-sein menyimpang dari
dassollen, maka akan terjadi penyimpangan pelaksanaan hukum.
10. Hukum diartikan sebagai gejala sosial. Hukum merupakan suatu gejala yang
berada di masyarakat. Sebagai gejala sosial, hukum bertujuan untuk
mengusahakan adanya keseimbangan dari berbagai macam kepentinagan
seseorang dalam masyarakat, sehingga akan meminimalisasi terjadinya konflik.
Proses interaksi anggota masyarakat untuk mencukupi kepentingan hidupnya,
perlu dijaga oleh aturan-aturan hukum agar hubungan kerjasama positif antar
anggota masyarakat dapat dapat berjalan aman dan tertib.31
11. Hukum secara terminologis pula masih sangat sulit untuk diberikan secara
tepat dan dapat memuaskan. Ini dikarenakan karena hukum memiliki segi dan
bentuk yang sangat banyak, sehinnga tidak mungkin tercakup keseluruhan segi
dan bentuk hukum itu di dalam suatu definisi.32
31
Wasis S.P., Pengantar Ilmu Hukum, (Malang: UMM Press, 2002), hal 12
32
J. Van Apeldoom, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), hal. 1
laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan
diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa
yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total. Syariat
menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt untuk umat-
Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan
kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan amaliyah.33
Terdapat istilah syarî’ah dalam hukum Islam yang harus dipahami sebagai
sebuah intisari dari ajaran Islam itu sendiri. Syarî’at atau ditulis juga syarî’ah
secara etimologis (bahasa) sebagaimana dikemukakan oleh Hasbi as-Shiddieqy
adalah “Jalan tempat keluarnya sumber mata air atau jalan yang dilalui air
terjun”34 yang kemudian diasosiasikan oleh orang-orang Arab sebagai at-thariqah
al-mustaqîmah, sebuah jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap umat muslim.
Pergeseran makna dari denonatif, sumber mata air, menjadi jalan yang lurus
tersebut memiliki alasan yang bisa dinalar. Setiap makhluk hidup pasti
membutuhkan air sebagai sarana menjaga keselamatan dan kesehatan tubuh,
guna bisa bertahan hidup di dunia. Demikian juga halnya dengan pengertian
“jalan yang lurus” di dalamnya mengandung maksud bahwa syariat sebagai
petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebaikan serta keselamatan baik jiwa
maupun raga. Jalan yang lurus itulah yang harus senantiasa dilalui oleh setiap
manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan dalam hidupnya.
33
Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, dalam Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017. Halaman 24
34
M. Hasbi As-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 20.
ketentuan Allah yang disyariatkan bagi hamba-hamba-Nya, baik menyangkut
akidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah”.35
Sesuai dengan ayat al-Quran surat al-Jasiyah ayat 18:
َك ع َٰلى َش ِر ْي َع ٍة ِّمنَ ااْل َ ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا َواَل تَتَّبِ ْع اَ ْه َو ۤا َء الَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ ن
َ ثُ َّم َج َع ْل ٰن
Artinya: “Kemudian kami jadikan kamu berada diatas suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah
kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.
35
Manna’ Khalil al-Qhattan, At-Tasyri’ wa al-Fiqh fi al-Islam: Tarikhan wa Manhajan, (ttt: Maktabah
Wahbah, 1976), hlm. 9.
36
Mahmud Syaltut, al-Islâm: ‘Aqîdah wa Syarî’ah, (ttt: Dâr al-Qalam, 1966), hlm. 12.
Norma hukum dasar yang terdapat di dalam al-Quran masih sangat umum,
sehingga kemudian perkembangannya diperinci oleh hadits Rasul dan diperkaya
dengan pemikiran ulama. Norma hukum dasar yang bersifat umum dalam al-
Quran tersebut kemudian digolongkan dan dibagi ke dalam beberapa bagian atau
kaidah-kaidah yang lebih konkret guna dapat dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk dapat mempraktekkan kaidah-kaidah konkret tersebut dalam
kehidupan sehari-hari diperlukan disiplin ilmu untuk memahaminya terlebih
dahulu. Disiplin ilmu tersebut di antaranya adalah ilm al-fiqh, yang ke dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ilmu hukum (fiqih) Islam. Sebagaimana
dilansir oleh Muhammad Daud Ali dalam Hukum Islam, ilmu fiqih adalah ilmu
yang mempelajari atau memahami syariat dengan memusatkan perhatian pada
perbuatan (hukum) manusia mukallaf, yakni manusia yang menurut ketentuan
Islam sudah baligh (dewasa).
Secara ringkas fiqih adalah dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid
dalam usahanya menemukan hukum Tuhan.37 Fiqih memiliki keterkaitan dengan
hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang bersumberkan kepada dalil-dalil
terperinci. Hukumhukum syara’ tersebutlah yang dinamai dengan fiqih; baik ia
dihasilkan dengan jalan ijtihad ataupun tanpa ijtihad. Sehingga jelas sekali bahwa
hukum-hukum yang terkait dengan bidang akidah dan akhlak tidak termasuk
dalam pembahasan ilmu fiqih dan tidak pula dikatakan sebagai Ilmu Fiqih.
Perbedaan pokok antara syariah dengan fiqih:
1. Ketentuan syariat terdapat dalam al-Quran dan kitabkitab hadits. Yang
dimaksud syariah adalah wahyu Allah dan sunah Nabi Muhammad sebagai
Rasul-Nya. Sedang fiqih adalah sebuah pemahaman manusia yang memenuhi
syarat tentang syariat dan terdapat dalam kitab-kitab fiqih.
2. Syariat bersifat fundamental serta memiliki cakupan ruang lingkup yang lebih
luas, meliputi juga akhlak dan akidah. Sedang fikih hanya bersifat
37
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 7-9
instrumental, terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia, yang
biasa disebut sebagai perbuatan hukum.
3. Syariat adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya sehingga berlaku
abadi. Sedang fiqih karena merupakan karya manusia, maka sangat
dimungkinkan mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman dan waktu.
4. Syariat hanya ada satu, sedang fikih berjumlah banyak karena merupakan
pemahaman manusia. Seperti terdapatnya beberapa aliran ahli fikih fâqih (s)
atau fuqahâ’ (p) yang berbeda, dikenal dengan sebutan madzhab (s) atau
madzâhib (p).
5. Syariat menunjukkan konsep kesatuan dalam Islam, sedang fikih menunjukkan
keragaman pemikiran yang memang dianjurkan dalam Islam.38
Dalam hal ini ulama salaf memberikan definisi qânûn sebagai kaidah-kaidah
yang bersifat kulliy (menyeluruh) yang di dalamnya tercakup hukum-hukum
juz’iyyah (bagian-bagian). Jika kata qânûn disebutkan bersamaan dengan kata
syariah, tidak lain maksudnya adalah suatu hukum yang dibuat manusia untuk
mengatur perjalanan hidup dan hubungannya dengan sesama manusia yang lain,
baik secara individu, masyarakat, dan negara.
Dasar syariat adalah wahyu Allah, sedangkan dasar qânûn adalah rakyu (produk
manusia). Kata qânûn (undang-undang) berarti kumpulan undang-undang atau
hukum produk manusia yang dikemas untuk perkara tertentu dan bidang-bidang
38
Rohidin, Pengantar Hukum Islam, (Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books, 2016), hlm 9-10
tertentu, seperti undang-undang pidana dan lain-lain. Bisa disebut pula, qânûn
ialah kumpulan hukum produk manusia yang digunakan untuk menyelesaikan dan
memutuskan perkara manusia yang berselisih. Qânûn produk manusia yang kali
pertama dikenal ialah Qânûn Hamuraby di negara Babilonia, sedang kumpulan
qânûn klasik yang paling terkenal adalah undang-undang Romawi.
Terdapat perbedaan mendasar antara syariat dengan qânûn jika ditinjau dari tiga
aspek, yaitu:39
1. Aspek pembuatan. Qânûn merupakan produk manusia, sedangkan syariat Islam
adalah produk Allah. Qânûn sesuai dengan sifat pembuatnya (manusia) maka
terdapat kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan. Maka dari itu qânûn
menerima perubahan, pergantian, termasuk penambahan dan pengurangan
materi sesuai perubahan yang terjadi di masyarakat. Ditinjau dari aspek
pembuatan ini maka qânûn tidak akan pernah sempurna karena merupakan
produk manusia yang penuh dengan keterbatasan. Berbeda halnya dengan
syariat. Ia adalah produk Allah swt. yang mewakili sifat-sifat kesempurnaan
Tuhan semesta alam berupa kekuasaan, kesempurnaan, dan keagungan-Nya.
Jangkauan Allah yang meliputi apa yang telah, sedang, atau akan terjadi
menjadikan syariat selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak akan
mengalami perubahan serta pergantian.
Sesuai dengan firman Allah swt. dalam al-Quran surat Yûnus: 64
َ ِت هّٰللا ِ ٰۗذل
ك هُ َو ْالفَوْ ُز ْال َع ِظ ْي ۗ ُم ِ ٰلَهُ ُم ْالبُ ْش ٰرى فِى ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَا َوفِى ااْل ٰ ِخ َر ۗ ِة اَل تَ ْب ِد ْي َل لِ َكلِم
Artinya: “Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan dalam
kehidupan di akhirat. Tidak ada perubahan atau pergantian bagi kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar”
2. Aspek waktu berlakunya. Qânûn sebagai produk manusia bersifat temporer
untuk mengatur setiap perkara dan kebutuhan manusia. Seringkali qânûn atau
aturan muncul setelah terdapat masyarakat. Hal ini menyebabkan qânûn yang
39
Yusuf Qardlawi, Membumikan Syariat Islam, (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 24-30.
saat ini relevan dengan keadaan masyarakat belum tentu relevan di masa
mendatang karena perbedaan.
2. Hukum Publik
Hukum Publik Islam meliputi:
a. Jinâyah, yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang
diancam dengan hukuman, baik dalam jarîmah hudûd (pidana berat) maupun
dalam jarîmah ta’zîr (pidana ringan). Yang dimaksud dengan jarîmah adalah
tindak pidana. Jarîmah hudûd adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan
bentuk dan batas hukumnya dalam al-Quran dan asSunnah (hudûd jamaknya
hadd, artinya batas). Jarîmah ta’zîr adalah perbuatan tindak pidana yang
bentuk dan ancaman hukumnya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran
bagi pelakunya (ta’zîr artinya ajaran atau pelajaran).
40
A. Rahmat Rosyadi, Formalisasi Syariat Islam dalam Persfektif Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2006), hlm. 52.
b. Al-Ahkâm as-Shulthâniyyah, membicarakan permasalahan yang
berhubungan dengan kepala negara/ pemerintahan, hak pemerintah pusat dan
daerah, tentang pajak, dan sebagainya.
c. Siyâr, mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk
agama lain dan negara lain.
d. Mukhâsamat, mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara.
Adapun sumber hukum formil adalah tempat dimana kita dapat menemukan
hukum, prosedur atau cara pembentukan Undang-undang. Yang termasuk sumber
hukum formil adalah:
d. Undang-undang.
Undang-undang adalah suatu peraturan yang mempunyai kekuatan hukum
mengikat yang dipelihara oleh penguasa negara. Contohnya Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan perundangundangan dan sebagainya.
e. Adat atau kebiasaan.
Peranan kebiasaan dalam kehidupan hukum pada masa sekarang ini memang
sudah banyak merosot. Sebagaimana telah diketahui, kebiasaan merupakan
tidak lagi sumber yang penting sejak ia didesak oleh perundang-undangan dan
sejak sistem hukum semakin didasarkan pada hukum perundang-undangan atau
jus scriptum.44
42
I. Gede Pantja Astawa, Dinamika Hukum dan ilmu Perundang-Undangan di Indonesia.(Bandung: PT.
Alumni, 2008), hal. 56
43
Samidjo, Pengantar Hukum Indonesia (Bandung: C.V Armico, 1985), hal. 37
44
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 108
f. Yurisprudensi.
Kata yurisprudensi dalam bahasa Inggris berarti teory ilmu hukum
(algemeeme rechtsleer: General theory of law), sedangkam untuk pengertian
yurisprudensi dipergunakan istilah-istilah case law atau judge Made Law. Kata
yurisprudensi dalam bahasa Jerman berarti ilmu hukum dalam arti sempit.
Kemudian dari segi praktik peradilan yurisprudensi adalah keputusan hakim
yang selalu dijadikam pedoman hakim lain dalam menuntaskan kasus-kasus
yang sama.45
g. Traktat.
Traktat merupakan perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih. Biasanya
memuat peraturan-peraturan hukum. Jenis-jenis traktat di antaranya yaitu:46
1. Traktat Bilateral, yaitu traktat yang terjadi antara dua negara saja.
2. Traktat Multirateral yaitu traktat yang dibuat oleh lebih dari dua negara.
3. Traktat Kolektif, yaitu traktat multirateral yang membuka kesempatan bagi
mereka yang tidak ikut dalam perjanjian itu untuk menjadi anggotanya.
h. Doktrin hukum.47
Doktrin adalah pendapat para sarjana hukum yang merupakn sumber hukum
tempat hakim dapat menemukan hukumnya. Seringkali terjadi bahwa hakim
dalam keputusannya menyebut sarjana hukum. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hakim menemukan hukumnya dalam doktrin itu. Doktrin yang
demikian itu adalah sumber hukum formil.48
Selanjutnya yang termasuk dalam umber hukum materiil adalah terdiri dari:
a. Perasaan hukum seseorang atau pendapat umum
b. Agama
c. Kebiasaan
45
R. Soeroso , Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafiaka, 2009), hal. 159-160
46
R. Soeroso , Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafiaka, 2009), hal. 110-111
47
Samidjo, Pengantar Hukum Indonesia (Bandung: C.V Armico, 1985), hal. 38
48
E. Utrech, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, hal. 115
d. Politik hukum daripada pemerintah.49
49
B. S. Pramono, Pokok-Pokok Pengantar Ilmu Hukum, (Surabaya: Usaha Nasional, 2006), hal. 101
50
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1989), hal. 39
51
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1989), hal. 40
52
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 53
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin. Dengan sifat
dan ciri-ciri hukum yang telah disebutkan, maka hukum diharapkan dapat
memberi keadilan, dalam arti dapat menentukan siapa yang salah dan siapa
yang benar, dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati dengan ancaman sanksi
bagi pelanggarnya.
c. Sebagai sarana penggerak pembangunan. Daya mengikat dan memaksa dari
hukum dapat digunakan untuk menggerakkan pembangunan. Di sini hukum
dijadikan sebagai alat untuk membawa masyarakat kearah yang lebih maju.
d. Sebagai penentuan alokasi wewenang acara terperinci siapa yang berwenang
melakukan pelaksanaan (penegak) hukum, siapa yang harus mentaatinya, siapa
yang memilih sanksi yang tepat dan adil seperti konsep hukum konstitusi
Negara.
e. Sebagai alat penyelesaian sengketa. Contohnya dalam persengketaan harta
waris dapat segera selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah diatur
dalam hukum perdata.
f. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali huungan-
hubungan esensial antara anggota-anggota masyarakat.
Subjek hukum dalam hukum Islam berbeda dengan subjek hukum dalam
hukum positif di Indonesia. Dalam hukum positif Indonesia yang dimaksud
dengan subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi
pendukung (dapat memiliki hak dan kewajiban). Dalam kamus Ilmu Hukum
subjek hukum disebut juga dengan “Orang atau pendukung hak dan kewajiban”.
Dalam artian subjek hukum memiliki kewenangan untuk bertindak menurut tata
cara yang ditentukan dan dibenarkan hukum. Sehingga di dalam ilmu hukum yang
dikenal sebagai subjek hukum adalah manusia dan badan hukum.53
53
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 28.
- Perbedaan Hukum Agama dan Hukum Positif
a. Hukum positif hanya bertujuan untuk kepentingan duniawi saja, yang
berkenaan dengan lahiriah bagi kepentingan kebendaan dengan segala macam
seluk beluknya. Sedangkan hukum agama, sebagai ketetapan Allah untuk
mewujudkan kemaslahatan dan kepentingan manusia lahir dan bathin, dunia
dan akhirat.
b. Hukum syari’at berdasarkan wahyu Allah, ciptaanNya yang menggambarkan
kehendakNya dan kebesaranNya. Hukum positif buatan manusia yang
menggambar buah pikiran manusia, bersifat serba terbatas dan berubah-ubah,
selalu menghendaki penyempurnaan dari berbagai kekurangan.
c. Hukum positif bersifat kontemporer, dibuat oleh sekelompok orang yang
dipandang ahli, berdasarkan pengalaman dan penghayatan yang berlaku pada
suatu masyarakat untuk dilakukan bagi masyarakat atau bangsa yang
bersangkutan itu saja, yang perlu diubah apabila tidak dikehendaki oleh
masyarakat itu lagi.