TEORI DASAR
Semen merupakan suatu bahan yang bersifat hidrolis, yaitu bahan yang akan
asam. Salah satu jenis semen yang khas dan biasa aplikasikan dalam industri
Inggris) .
dalam casing dan naik ke annulus yang kemudian didiamkan sampai semen tersebut
mengeras hingga mempunyai sifat melekat baik terhadap casing maupun formasi
untuk melindungi casing dari masalah masalah mekanis, melindungi casing dari
fluida formasi yang bersifat korosif dan untuk memisahkan zona yang satu dengan
outside diameter casing yang telah dimasukkan kedalam wellbor. Diameter lubang
sumur bor lebih besar dari pada diameter casing, karena itu untuk memperkuat
posisi casing maka perlu dilakukan penyemenan. Semula penguunaan semen ini
hanyalah untuk menutup formasi air (tahun 1903), tetapi dengan keadaan dan
Semen yang digunakan pada umumnya adalah jenis semen Portland biasa,
dimana semen Portland ini adalah semen yang belum mendapat tambahan bahan
kimia lain sebagai aditif. Semen ini merupakan hidraulik semen, yaitu akan
mengeras apabila bercampur dengan air yang kemudian mengalami proses hidrasi.
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
5
Hidrasi ini bukan sekedar proses pengeluaran air dari bubur semen, tetapi dalam
proses ini terjadi reaksi kimia antara air dengan unsur-unsur yang terdapat dalam
semen bisa direncanakan dalam operasi penyemenan untuk setiap kedalaman sumur
yang berbeda dengan kondisi tekanan dan temperature yang berbeda pula.
strength dari semen. Akan tetapi untuk temperatur diatas 230oF compressive dari
pembuatan semen terlalu banyak. Selain dari itu aditif yang terlalu banyak dapat
Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu faktor yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu operasi pemboran. Berhasil atau tidaknya suatu pemboran,
salah satu diantaranya adalah tergantung dari berhasil atau tidaknya penyemenan
sumur tersebut.
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
6
Penyemenan sumur secara integral, merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam suatu operasi pemboran, baik sumur minyak maupun gas. Semen
Teknik penempatan.
bertujuan untuk :
Memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain dibelakang pipa selu-
bung.
zona pada sumur pemboran sehingga dapat mencegah masuk atau merembesnya
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
7
fluida formasi yang tidak diinginkan ke dalam lubang sumur pemboran. Dengan
penyekatan yang baik maka diharapkan dapat diperoleh produksi yang optimal.
terbentuknya channel semen, adanya produksi air/gas yang tidak diinginkan dan
korosi pada pipa. Untuk mencegah timbulnya problema tersebut maka diperlukan
material bubuk semen tanpa aditif adalah semen portland. Bahan dari semen
tersebut adalah limestone, clay dan senyawa besi (Fe2O3) ditambah gypsum
kekerasan semen.
mengeras bila bertemu dengan air. Semen ini dibuat dari bahan dasar calcareous
seperti limestone, marl, karang-karangan dan argillaceous seperti clay, shale, slate
yang diproses pada rotary klin (tempat pembakaran berputar) dengan temperatur
2600 – 28000F.
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
8
sejumlah suspensi bubur semen yang mengalir dari bawah sepatu casing hingga
beberapa waktu untuk mengeras sehingga mengikat antara casing dengan dinding
lubang bor atau casing dengan casing. Berdasarkan tujuannya proses penyemenan
pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen.
bertujuan untuk melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran,
Out Preventer). Untuk menahan beban casing yang terdapat di bawahnya dan untuk
mencegah terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui
casing bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran antar formasi ataupun aliran
fluida formasi yang tidak diinginkan yang akan memasuki sumur. Selain itu juga
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
9
bertujuan untuk mengisolasi zona produktif yang akan diproduksikan fluida formasi
dan juga untuk mencegah terjadinya korosi pada casing yang disebabkan oleh
Mencegah adanya migrasi fluida yang tidak diinginkan sari satu formasi
CBL (Cement Bond Logging) dan VDL (Variable Density Logging), sehingga dapat
diamati sempurna atau terdapat kerusakan. Jika pada hasil logging tersebut terdapat
dan zona produksi yang di perforasi akan ditutup. Penyemenan yang kurang baik
dapat membuat operasi pemboran tidak berjalan lancar, sehingga tingkat kualitas
dari penyemenan sangat diperhatikan dan solusi untuk kualitas buruk dari
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
10
bagian, yaitu :
a. Squeeze Cementing
Squeeze cementing adalah proses bubur semen (slurry) yang diberi tekanan
hingga terdorong ke bawah sampai pada titik tertentu di dalam sumur untuk
b. Re-cementing
Menutup zona air di bawah zona minyak agar water oil ratio
movement.
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
11
Dump Bailer
Metode ini hanya memerlukan biaya yang murah dan akurat. Pada
sand pack. Kelemahan dari metode ini adalah proses yang lambat.
Pada metode ini alat – alat yang digunakan adalah plug catcher, top
plug dan bottom plug. Metode ini memiliki kelebihan dalam hal
Pada dasarnya metode ini sama dengan metode two plug, namun pada
pada tail pipe (dibawah plug catcher) dan metode ini lebih efektif dalam
Bubur semen (cement slurry) terbuat dari pencampuran antara fasa cair,
semen dan aditif yang disesuaikan dengan program kegiatan penyemenan yang
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
12
akan dilakukan. Bubur semen yang akan dibuat harus didesain sesuai dengan
formasi yang akan disemen. Berikut ini adalah komposisi dari bubur semen, antara
lain :
Fasa Cair
Fasa cair yang dipergunakan pada umumnya adalah air namun ada juga
penggunaan zat cair adalah sebagai media agar bubuk semen dapat saling
berikatan.
Bubuk semen
menyemen. Bubuk semen ditempatkan pada karung atau sak. Berat sak semen
umumnya adalah 94 lbs, sedangakan berat jenis bubuk semen adalah 3.14
gr/cc. Bubuk semen yang digunakan dalam penyemenan sumur minyak atau
gas berbeda dengan semen yang digunakan untuk bangunan karena sumur
Petroleum Institute (API) dan American Society for testing Material (ASTM)
telah membuat standar tentang bubuk semen yang dipergunakan untuk sumur
Ada empat komponen utama semen yang apabila bereaksi dengan air akan
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
13
Dinotasikan sebagai C3S yang dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2 dan
semen yang lambat proses pengerasannya dan 60 – 65% untuk semen yang cepat
Dinotasikan sebagai C2S yang juga dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2.
lambat maka tidak berpengaruh dalam setting time semen, tetapi sangat
berpengaruh dalam kekuatan semen lanjut dan kadarnya dalam semen tidak lebih
dari 20% Rumus kimia Dicalcium Silicate adalah, merupakan komponen yang
Dinotasikan sebagai C3A yang terbentuk dari reaksi CaO dan Al2O3. Kadarnya
15% untuk high-early strength dan 3% untuk semen yang tahan terhadap
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
14
Dinotasikan sebagai C4AF yang terbentuk dari reaksi CaO.Al2O3 dan Fe2O3.
Kadarnya tidak boleh lebih dari 24% untuk semen yang tahan terhadap
menaikkan kadar C4AF dan menurunkan kadar C3A dan menurunkan panas hasil
Komponen utama semen Portland diperlihatkan oleh Tabel 3.1 Dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa C3S dan C2S merupakan komponen utama. C3S
memiliki laju hidrasi yang paling tinggi dan berpengaruh pada sifat ketahanan
semen secara keseluruhan. C2S merupakan komponen yang tidak begitu reaktif dan
pada pengerasan awal karena sifat hidrasinya yang cepat. C4AF hampir sama
dengan C3A akan tetapi sangat tergantung pada temperatur dan persentase additif.
Bahan dasar pembuatan semen diambil dari batuan jenis Calcareous dan
Argillaceous seperti limestone, clay dan shale, serta jenis bahan lainnya dengan
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
15
Tabel 2.1
Adapun klasifikasi semen menurut API spec 10A adalah sebagai berikut :
a. Kelas A
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
16
b. Kelas B
sampai tinggi
Resistance (MSR)
c. Kelas C
Tersedia semen yang tahan terhadp sulphate dan juga yang tidak tahan
terhdap sulphate
sampai tinggi
d. Kelas D
(3050 meter)
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
17
(antara 80 – 1300C).
Tersedia untuk semen yang tahan terhadap sulphate dan yang tidak tahan
terhadap sulphate
sampai tinggi
Tersedia semen tipe Moderate Sulfate Resistance (MSR) dan High Sulfate
Resistance (HSR).
e. Kelas E
145oC)
Terserdia untuk tipe yang tahan terhadap sulphate dan yang tidak tahan
terhadap sulphate
Untuk tipe yang tahan terhadap sulphate tersedia untuk tingkat tinggi
Tersedia semen tipe Moderate Sulfate Resistance (MSR) dan High Sulfate
Resistence (HSR).
f. Kelas F
(4880 meter)
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
18
Tersedia semen tipe Moderate Sulfate Resistance (MSR) dan High Sulfate
Resistance (HSR).
g. Kelas G
(2440 meter)
Bila ditambah dengan aditif, maka semen kelas G ini dapat digunakan
pada tekanan dan suhu yang lebih tinggi serta kedalaman yang lebih.
sampai tinggi
h. Kelas H
Oil well cement (owc) merupakan semen yang mempunyai karakteristik dan
kekuatan tertentu untuk kegiatan penyemenan formasi sumur yang dalam dan
sempit pada sumur minyak, gas alam dan panas bumi. Dengan demikian semen
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
19
Standarisasi di Amerika yang dilakukan oleh suatu badan khusus seperti API
Material).
Tabel 2.2
10.000 to
dari semen.
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
20
Tabel 2.3
Cement
A B C ClassD,E,F G H
Ordinary Type (O)
Magnesium Oxide (MgO), maxximum, % 6.0 6.0
Sulfur Trioxide (SO3) maximum, % 3.5 4.5
Loss on ignition, maximum, % 3.0 3.0
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
21
Bubur semen yang dibuat haruslah dengan sifat-sifat formasi yang akan di
semen. Oleh karena itu, ada beberapa macam sifat fisik semen yang perlu dibahasi
yaitu Densitas, waktu pengerasan (thickening time), viskositas, fluid loss, kadar air
bebas (free water content), perbandingan air semen (water cement ratio ), waktu
2.4.1 Densitas
besarnya massa komponen penyusun suspensi (semen, air dan aditif) dengan
100 Bc merupakan batasan bagi suspensi semen masih dapat di pompa lagi.
dalam formasi permeabel yang dilaluinya. Cairan ini sering disebut dengan filtrat.
Apabila filtrat yang hilang terlalu banyak maka akan menyebabkan suspensi semen
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
22
kekurangan air, lalu bubur semen akan menjadi keras dalam waktu yang singkat,
kondisi temperatur sirkulasi dengan tekanan 1000 psi. Filtration loss diketahui dari
volume filtrat yang ditampung dalam sebuah tabung atau gelas ukur selama 30
menit masa pengujian. Bila waktu pengujian tidak sampai 30 menit maka besarnya
5.477
F30 Ft ............................................................... (2.1)
t
dimana :
terhadap bubuk semen sewaktu suspensi semen dibuat. Jumlah air yang dicampur
tidak boleh lebih atau kurang, karena akan mempengaruhi baik-buruknya ikatan
semen nantinya.
semen adalah waktu yang dihitung saat plug diturunkan sampai kemudian plug
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
23
berat casing.
viscosimeter, yaitu berupa skala pembacaan (dial) pada 100 rpm dan 300 rpm,
dimana,
P = plastic viscosity, cp
Yield point dapat diartikan sebagai suatu ukuran daripada besarnya gaya
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
24
Harga yield point suatu suspensi semen dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
dimana:
dengan mengubah kadar air. aditif atau zat-zat tambahan adalah material-material
yang ditambahkan pada semen untuk memberikan variasi yang lebih luas pada sifat-
sifat bubur semen agar memenuhi persyaratan yang diinginkan. Aditif ini penting
b. Memperbesar strength.
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
25
i. Menekan biaya.
2.5.1 Accelerator
Penggunaan aditif ini terutama untuk penyemenan pada suhu dan tekanan
rendah (sumur yang dibor masih dangkal) yang umumnya juga karena jarak
untuk mencapai target tidak terlalu panjang. Selain itu juga mempercepat
naiknya strength semen dan mengimbangi aditif lain (seperti dispersant dan
fluid loss control agent), agar tidak tertunda proses pengerasan suspensi
Kalsium Klorida
Sodium Klorida
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
26
2.5.2 Retarder
yang dalam, bertemperatur tingi atau untuk kolom penyemenan yang panjang
Lignosulfonate
(144 F), namun tetap efektif sampai temperatur 121 C (250 F).
CMHEC
polisakaride yang terbentuk dari kayu dan tetap stabil bila terdapat
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
27
2.5.3 Extender
menjadi lebih banyak dari setiap sak semenya, karena diperlukan penambahan
air. Dengan demikian extenders berfungsi sebagai aditif yang dapat mengurangi
Bentonite
viskositas naik dan biaya lebih murah. untuk temperatur di atas 110
Sodium Silikat
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
28
Pozzolan
Glass Bubble
strength semen yang baik dan tetap kompak sehingga tidak ada
Gilsonite
Colorado dan Utah. Dengan specifik gravity 1,07 dan cukup dengan
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
29
semen dan biasanya digunakan pada formasi yang bertekanan tinggi yang
Hematite
Ilmenite
Barite
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
30
Pasir
semen pada penyemenan bisa juga terjadi kehilangan bubur semen. Sehingga di
dianggap material yang paling baik untuk itu, selain itu juga dapat berfungsi
2.5.6 Dispersant
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
31
sulfonate.
Polymelamine Sulfonate
Polynaphtalena Sulfonate
umum digunakan. Dan bila pada suspensi semen berisi NaCl, maka
Fluid loss control agent adalah aditif yang berfungsi mencegah hilangnya
fasa liquid semen ke dalam formasi, sehingga terjaga kandungan cairan pada
suspensi semen. Aditif yang termasuk ke dalam fluid loss control agents
yaitu : berapa kedalaman sumur minyak yang akan disemen, berapa tekanan
formasi sumur, apa kendala-kendala yang ada di dalam formasi dan sebagainya.
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah
32
Sehingga perlu dilakukan quality control terhadap semen yang akan digunakan agar
Untuk mendapatkan suatu kualitas dan ketahanan tertentu dari suatu bubur
semen, maka perlu ditambahkan zat aditif tertentu ke dalam semen tersebut. Quality
Studi Laboratorium Pengaruh Penambahan Aditif Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Pengejalan dan Kuat Tekan Semen Pemboran Kelas 'G'
pada Berbagai Curing Time dan Temperatur. Teuku Rieza Hariesah