Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA I

ALIRAN FLUIDA

DISUSUN OLEH:
Kelompok 9
Kelas B

Fitri Wahyuni (1907112720)


Muhammad Bintang Anto Mycawa (1907113252)
Zikri Irwansyah (1907129188)

Dosen Pengampu :
Hari Rionaldo, ST., MT., C.EIA

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
ii
Lembar Penugasan LABTEK I
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2021/2022

Modul Praktikum : Aliran Fluida

Kelompok/Kelas : 9/B

Nama Praktikan : 1. Fitri Wahyuni

2 Muhammad Bintang Anto Mycawa

3. Zikri Irwansyah

No Penugasan

1. Baukaan valve : 25%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50%, 25%

2. Volume : 5, 10, 15 , 20, 25


3. Pipa : elbow 45° dan elbow 90°

Pekanbaru, Desember 2021


Dosen Pengampu

Hari Rionaldo, ST., MT., C.EIA


NIDK. 88432620016

iii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
Laboraturium Intruksional Teknik Kimia I

ALIRAN FLUIDA
Dosen Pengampu Pratikum Laboratorium Intruksional Teknik Kimia I dengan ini
menyatakan bahwa:

Kelompok 9:
Fitri Wahyuni (1907112720)
Muhammad Bintang Anto Mycawa (1907113252)
Zikri Irwansyah (1907129188)

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh dosen


pengampu/asisten pratikum,
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum aliran fluida dari
Laboratorium Intruksional Teknik Kimia I yang disetujui oleh dosen
pengampu/asisten pratikum,

Catatan Tambahan:

Pekanbaru, Desember 2021


Dosen Pengampu

Hari Rionaldo, ST., MT., C.EIA


NIDK. 88432620016

iv
ABSTRAK
Aliran fluida adalah suatu perpidahan fluida dari satu titik ke titik lainnya.
Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pola aliran fluida didalam
pipa, menghitung Pressure drop dan friction loss aliran fluida dalam pipa,
mengetahui hubungan antara kecepatan volumetrik dengan head loss, membuat
kurva head loss versus kecepatan linear aliran fluida. Percobaan ini dilakukan
dengan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dan mengisi tangki air serta
melakukan valve set, mengalirkan pompa keseluruh perpipaan, melakukan
kalibrasi pada flowrate yang berbeda dengan bantuan valve, kemudian melakukan
variasi bukaan valve yaitu bukaan 25%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50% dan 25%
pada pipa elbow 45° dan elbow 90° dengan variasi volume fluida yaitu 5, 10, 15,
20 dan 25 liter. Hasil head loss pada elbow 45° dengan bukaan valve 25%, 50%,
75%, 100%, 75%, 50%, 25% secara berturut-turut, yaitu 0.551, 0.551, 0.551,
0.543, 0.488, 0.472 dan 0.480. sedangkan hasil head loss pada pipa elbow 90°,
yaitu 0.078, 0.133, 0.141, 0.039, 0.071, 0.070, 0.062 dan 0.086. Hal ini
dikarenakan bahwa semakin besar kecepatan volumetrik fluida, maka semakin
besar pula head loss yang terjadi dan semakin besar bukaan valve maka bilangan
Reynold nya juga semakin besar, serta semakin kecil sudut belokan pipa maka
semakin kecil nilai head loss dan friction loss dan semakin besar sudut belokan
pipa maka nilai head loss dan friction loss pada pipa semakin besar.
Kata Kunci : Elbow, Head loss, Friction Loss, Reynold Number

v
DAFTAR ISI
ABSTRAK..............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Pernyataan Masalah...................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Fluida.........................................................................................................2
2.2 Macam-macam Aliran Fluida....................................................................3
2.3 Bilangan Reynold......................................................................................4
2.4 Kehilangan Energi ( Head loss )...............................................................4
2.5 Bilangan Bernoulli....................................................................................5
2.6 Pengukur Besar Aliran Fluia.....................................................................6
2.7 Jenis Alat Ukur Aliran Fluida...................................................................7
BAB III METODE PERCOBAAN.....................................................................10
3.1 Alat-alat yang Digunakan........................................................................10
3.2 Bahan-bahan yang Digunakan.................................................................10
3.3 Prosedur Percobaan.................................................................................10
3.4 Rangkaian Alat........................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................13
4.1 Hasil.........................................................................................................13
4.2 Pembahasan.............................................................................................13
BAB KESIMPULAN...........................................................................................19
5.1 Kesimpulan..............................................................................................19
5.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPITRAN A
LAMPIRAN B

vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Aliran Laminar.................................................................................3
Gambar 2.2 Aliran Turbulen................................................................................4
Gambar 2.3 Venturymeter....................................................................................8
Gambar 3.1 Rangkaian Alat General Arrangement of Apparatus.....................11
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Kecepatan Volumetrik (V) dengan Head
……..14
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Log H dengan Log V pada 45° Elbow..............15
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Bilangan reynolds (NRe) dengan Friction .......15
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kecepatan Volumetrik (V) dengan Head .........16
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Log V dengan Log H pada 90° Elbow..............17
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds (NRe) dengan Friction ......18
Gambar B.1 Rangkaian Alat General Arrangement of Apparatus.....................31
Gambar B.2 Mengukur Tinggi Air Raksa ha dan hb..........................................31
Gambar B.3 Mengatur Variasi Bukaan Valve.....................................................31

viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Percobaan pada 45° Elbow........................................................13
Tabel 4.2 Hasil Percobaan pada 90° Elbow........................................................13
Tabel A.1 Data Literatur Air dan Raksa..............................................................21
Tabel A.2 Data Literatur Pipa 9 dan 13...............................................................21
Tabel A.3 Data Percobaan pada 45° Elbow.........................................................21
Tabel A.4 Data Percobaan pada 90° Elbow.........................................................22
Tabel A.5 Data Perhitungan Head loss dan Friction loss pada 45° Elbow..........27
Tabel A.6 Data Perhitungan Head loss dan Friction loss pada 90° Elbow..........28

x
xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah


Aliran fluida merupakan fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Aplikasi dari ilmu mekanika fluida ini memiliki peran penting dalam
bidang industri, pertanian, kedokteran, dan lain sebagainya. Dalam bidang industri
misalnya, ilmu mekanika fluida berperan penting dalam perancangan sebuah
sistem perpipaan. Setiap aliran fluida berpotensi terjadinya sebuah fenomena
water hammer yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Dalam proses
perancangan sistem perpipaan diperlukan perhitungan yang tepat guna
menghindari kemungkinan buruk seperti halnya fenomena water hammer ini.
Dewasa ini, terdapat metode berbasis sistem komputer yang mampu melakukan
suatu analisa terhadap fenomena aliran fluida, sehingga kemungkinan buruk yang
terjadi dalam suatu sistem perpipaan seperti halnya fenomena water hammer
dapat dihindari karena sebelum sistem perpipaan dirancang dapat disimulasikan
terlebih dahulu sehingga pola yang nantinya akan terjadi dalam sistem tersebut
dapat diketahui
Praktikum ini dilakukan untuk mengamati pipa 4 dan 5 dengan masing
masing sudut 45o dan 90o saat dialiri aliran fluida. Apabila aliran fluida dialirkan
kedalam pipa, maka akan terjadi gesekan yang terjadi akibat kecepatan fluida,
diameter pipa, dan viskositas fluida yang digunakan. Gesekan tersebut akan
mempengaruhi aliran fluida dalam pipa tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan modul aliran fluida ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengukur debit aliran fluida, mengukur tekanan/pressure drop aliran fluida
didalam elbow.
2. Menghitung pressure pada 45° elbow dan 90° elbow
3. Membuat kurva head loss versus kecepatan linear aliran fluida didalam 45°
elbow dan 90° elbow.
4. Menghitung friction loss aliran fluida melalui elbow.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara
permanen. Adanya usaha mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam
fluida itu akan terbentuk  lapisan-lapisan yang satu meluncur di atas lainnya
sehingga mencapai bentuk baru. Selama   perubahan bentuk terdapat tegangan
geser yang besarnya tergantung viskositas dan laju luncur fluida. Jika
keseimbangan tercapai semua tegangan geser akan hilang (Anis dan Karnowo,
2008).
Terdapat dua jenis fluida, yakni : fluida termampatkan dan fluida tak
termampatkan. Fluida mampu termampatkan (compressible) ialah ketika densitas
fluida mudah dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan tekanan. Fluida tak
termampatkan (incompressible) ialah ketika densitas fluida tersebut tidak
terpengaruh oleh banyaknya perubahan tekanan dan suhu. Fluida yang bergerak
mengalir akan membentuk suatu pola aliran tertentu. Aliran dalam pipa telah
banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam proses-proses
industri. Dalam kehidupan sehari-hari hal tersebut dapat dilihat pada aliran di
saluran pembuangan aliran semen dan pasir di pipa dan lain-lain. cara
memindahkan zat-zat tersebut dalam industri banyak macamnya. Pada aliran air 
dan udara yang mengalir dalam pipa kecepatan dan kapasitasnya dapat berubah
ubah (Warren L. Mc Cabe. 1986)
Dunia industri banyak sekali menggunakan pipa dalam pendistribusian
fluida cair dalam melakuka proses produksi. Oleh karena itu efesiensi
pendistribusian dalam industri harus diperhatikan. Dengan efisiensi yang baik,
maka biaya produksi dapat ditekan sehingga harga jual produk atau barang
tersebut lebih kompetitif. Dalam berbagai industri sebagian besar fluidanya
mengalir pada pipa-pipa saluran tertutup (closed conduit flow). Masalah utama
yang muncul antara lain: Terjadinya gesekan pada dinding pipa, Terjadinya
turbulensi karena gerakan relative dalam molekul fluida yang dipengaruhi oleh
viskositas fluida itu sendiri dan bentuk pipa, Terjadinya kapasitas aliran yang

2
3

semakin kecil pada daerah yang jauh dari sumber karena hambatan gesek pada
aliran yang semakin membesar (Ghurri, 2014).

2.1 Macam-macam Aliran Fluida


Menurut Sumantri (2012), Adapun macam-macam aliran fluida dalam pipa
adalah sebagai berikut
2.2.1 Aliran Laminar
Aliran laminar adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-
partikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,
partikel-partikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang
halus dan lancar, dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang
bersebelahan. Sifat kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan
aliran laminer. Aliran laminar bersifat tetap yang menunjukkan bahwa di seluruh
aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan aliran tidak berubah menurut
waktu.
Aliran fluida pada pipa, diawali dengan aliran laminar kemudian pada fase
berikutnya aliran berubah menjadi aliran turbulen. Fase antara laminar menjadi
turbulen disebut aliran transisi. Aliran laminar mengikuti hukum Newton tentang
viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan laju perubahan bentuk
sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang tinggi aliran
laminar tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen Bisa diambil kesimpulan
mengenal ciri- ciri aliran laminar yaitu, fluida bergerak mengikuti garis lurus
kecepatan fluidanya rendah fiskositasnya tinggi dan lintasan gerak fluida teratur
antara satu dengan yang lain

Gambar 2.1 Aliran Laminar (Sumantri, 2012).

2.2.2 Aliran Turbulen


4

Aliran turbulen dapat didefenisikan sebagai kecepatan aliran yang relatif


besar akan menghasilakan aliran yang tidak laminar melainkan komplek, lintasan
gerak partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang lain. Sehingga
didapatkan Ciri dari lairan turbulen: tidak adanya keteraturan dalam lintasan
fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang skala aliran
besar dan viskositasnya rendah. Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh
terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran
terus menerus antara partikel partikel cairan di seluruh penampang aliran.

Gambar 2.2 Aliran Turbulen (Sumantri, 2012).

2.2 Bilangan Reynold


Bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia terhadapviskos yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran yang
berbeda (Wibishana,2015).
Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut;
ρVd Vd
ℜ= = ............................(2.1)
μ v
Dengan ;
Re = bilangan reynold
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
d = diameter pipa (m)
μ = viskositas dinamik (kg/m.s)

Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu
kekentalan zat cair (µ), rapat massa zat cair (ρ), dan diameter pipa (D). Hubungan
5

antara µ, ρ, dan D yang mempunyai dimensi yang sama dengan kecepatan adalah
μ
.
ρD

2.3 Kehilangan Energi (Head Loss)


Zat cair yang ada di alam ini mempunyai kekentalan, meskipun demikian
dalam. berbagai perhitungan mekanika fluida ada yang dikenal atau dianggap
sebagai fluida ideal. Menurut Triatmojo (1993), adanya kekentalan pada fluida
akan menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan
geser ini akan merubah sebagian energi aliran menjadi bentuk energi lain seperti
panas, suara dan sebagainya. Pengubahan bentuk energi tersebut menyebabkan
terjadinya kehilangan energi.
Secara umum ada 2 faktor yang mengakibatkan hilangnya energi:
1. Kehilangan Energi Akibat Gesekan
Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan energi primer
atau major loss (Kodoatie, 2002). Terjadi akibat adanya kekentalan zat cair dan
turbulensi karena adanya kekasaran dinding batas pipa dan akan menimbulkan
gaya gesek yang akan menyebabkan kehilangan energi disepanjang pipa dengan
diameter konstan pada aliran seragam. Kehilangan energi sepanjang satu satuan
panjang akan konstan selama kekasaran dan diameter tidak berubah.
2. Kehilangan Energi Akibat Perubahan Penampang dan Aksesoris Lainnya
Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya
disebut juga. kehilangan energi sekunder atau minor loss misalnya terjadi pada
pembesaran tampang (expansion), pengecilan penampang (contraction), belokan
atau tikungan. Kehilangan energi sekunder atau minor loss ini akan
mengakibatkan adanya tumbukan antara partikel zat cair dan meningkatnya
gesekan karena turbulensi serta tidak seragamnya distribusi kecepatan pada suatu
penampang pina. Adanya lapisan batas terpisah dari dinding pipa maka akan
terjadi olakan atau pusaran air. Adanya olakan ini akan mengganggu pola aliran
laminer sehingga akan menaikan tingkat turbulensi (Kodoatie, 2002).

2.4 Bilangan Bernoulli


Sistem Menurut Masyuda (2018), prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di
dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida,
6

peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada


aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan
Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu
aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran
yang sama.
Secara matematis persamaan bernauli adalah sebagai berikut:

P 1 V 1.2 P 2 V 1.2
+ + Z 2= + + Z 2+ H ...............(2.2)
γ1 2 g γ2 2 g

Dengan :
P1.2 = tekanan di penampang 1 dan 2 (N/m2)
V1.2 = kecepatan di penampang 1 dan 2 (m/s2)
Z1.2 = tinggi pada permukaan 1 dan 2 (m)
γ1.2 = berat jenis 1 dan 2 (N/m3)
g = gravitasi bumi (9,82 m/s2)

2.5 Pengukur Besar Aliran Fluia


Menurut Young (2007), Adapun besar aliran fluida dapat diukur dengan;
1. Tekanan
Konsep tekanan sangat berguna terutama dalam berurusan dengan fluida.
Sebuah fakta eksperimental menunjukkan bahwa fluida menggunakan tekanan ke
semua arah. Hal ini sangat dikenal oleh para perenang dan juga penyelam yang
secara langsung merasakan tekanan air pada seluruh bagian tubuhnya. Pada titik
tertentu dalam fluida diam, tekanan sama untuk semua arah. Ini diilustrasikan
dalam II-1. Bayangan fluida dalam sebuah kubus kecil sehingga kita dapat
mengabaikan gaya gravitasi yang bekerja padanya. Tekanan pada suatu sisi harus
sama dengan tekanan pada sisi yang berlawanan. Jika hal ini tidak benar, gaya
netto yang bekerja pada kubus ini tidak akan sama dengan nol, dan kubus ini akan
bergerak hingga tekanan yang bekerja menjadi sama.
2. Viskositas
Kekentalan (viscosity) didefinisikan sebagai gesekan internal atau gesekan
fluida terhadap wadah dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan atau gas,
dan pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan fluida yang berdekatan ketika
7

bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida dengan wadah tempat
ia mengalir. Dalam cairan. kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antara
molekul-molekulnya sedangkan gas, berasal tumbukan diantara molekul-molekul
tersebut.
3. Aliran dalam Tabung
Jika fluida tidak mempunyai kekentalan. ia dapat mengalir melalui tabung
atau pipa mendatar tanpa memerlukan gaya. Oleh karena itu adanya kekentalan,
perbedaan tekanan antara kedua ujung tabung diperlukan untuk aliran mantap
setiap fluida nyata, misalnya air atau minyak didalam pipa. Laju alir dalam tabung
bulat bergantung pada kekentalan fluida, perbedaan tekanan, dan dimensi tabung.
Seorang ilmuan Perancis J.L Poiseuille (1977-1869), yang tertarik pada fisika
sirkulasi darah (yang menamakan "poise"). menentukan bagaimana variabel yang
mempengaruhi laju aliran fluida yang tak dapat mampat yang menjalani aliran
laminar dalam sebuah tabung silinder. Hasilnya dikenal sebagai persamaan
Poiseuille sebagai berikut:

π r 4 (P1−P2 )
Q= ........................(2.3)
m3 8
[ ](2−11) nL
detik
Dengan ;
r : Jari-jari dalam tabung (m)
L : Panjang tabung (m)
P1-P2 : Perbedaan tekana pada kedua ujung
n : kekentalan (P.s/m2)
Q : Laju aliran volume (m3/s)

2.6 Jenis Alat Ukur Aliran Fluida


Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantara alat ukur
lainnya adalah alat ukur aliran fluida jenis beda tekanan. Hal ini dikarenakan oleh
konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang mudah. Menurut Ilhami
(2011), Alat ukur aliran beda tekanan dibagi atas tiga jenis:
1. Ventury Meter
Tabung Venturi adalah suatu alat yang terdiri dari pipa dengan penyempitan
dibagian tengah yang dipasang di dalam suatu pipa aliran untuk mengukur
8

kecepatan aliran suatu zat cair. Fluida yang digunakan pada venturi meter ini
dapat berupa cairan gas dan uap. Pada venturi ini fluida masuk melalui bagian
inlet dan diteruskan kebagaian inlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik
pengambilan tekanan awal. Pada bagian inlet cone fluida akan mengalami
penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk
kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian fluida akan masuk
kebagian throat, pada bagian throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan
akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar.
Laju fluida akan melewati bagian akhir dari tabung venturi yaitu outlet
cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimanan bagian kecil berada pada throat
dan pada outlet cone ini tekanan akan kembali normal. Jika aliran melalui tabung
venturi benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan
meteran tentulah sama persis dengan tekanan fluida yang memasuki meteran dan
keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan kehilangan
tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan. Per tekanan pada inlet cone akan
dipulihkan dengan sempurna pada outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan
dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam sebuah meteran yang
dirancang dengan tepat.

Gambar 2.3 Venturymeter (Ilhami, 2011).

2. Plat orifice
Plat orifice merupakan pengukur aliran yang paling murah, paling mudah
pemasangannya tetapi kecil juga ketelitiannya di antara pengukur pengukur aliran
jenis head flow meter. Pelat orifice merupakan plat yang berlubang dengan
piringan tajam. Pelat-pelat ini terbuat dari bahan-bahan yang kuat. selain terbuat
9

dari logam, ada juga orificenya yang terbuat dari plastic agar tidak terpengaruh
oleh fluida yang menglir (erosi atau korosi).
3. Flow nozzle
Flow nozzle sama halnya dengan Plat orifice yaitu diantara dua flens. Flow
nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang besar. sedangkan plat orifice
digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena flow nozzle mempunyai lubang
besar dan kehilangan tekanan lebih kecil dari pada plat orifice sehingga flow
nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi seperti uap tekanan tinggi pada
temperatur tinggi dan untuk penyediaan air ketel.
Flow nozzle ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya. Sedangkan alat untuk
menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalali
berupa manometer. Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan tekanan semakin
berkurang seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar secara bebas
setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat orifice
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat-alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Rangkaian alat General Arrangement of Apparatus
2. Manometer Connection Diagram
3. Stopwatch
4. Internal Vernier Calliper

3.2 Bahan-bahan yang Digunakan


Adapun bahan yang digunakan adalah air.

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Semua peralatan dari sistem aliran fluida diperiksa apakah sudah terpasang
dengan baik. Jika ketersedian air kurang, dapat ditambahkan melalui [22]. 
2. Valve [V2] dibuka, hidupkan pump start [26]. Air akan mengalir melalui
pipa 1,  pipa  2, pipa 3, pipa 4 dan pipa 5, dan selanjutnya menuju [22]. 
3. Head loss pada pipa 90° elbow ditentukan dengan cara aliran air
yang menuju selain pipa 5 ditutup, dengan menutup valve pada masing-
masing pipa selain pipa 5 tersebut. 
4. Selang disambungkan untuk menentukan Pressure drop, yang
menghubungkan manometer dengan dua titik pada 90° elbow. 
5. Setelah aliran air terlihat stabil, yang ditandai dengan tidak terdapat lagi
gelembung udara pada aliran, selanjutnya dicatat kecepatan volumetrik air d
an Pressure drop nya. 
6. Kecepatan  volumetrik  air ditentukan  dengan  cara aliran air melalui [22]
dibuka. Amati perubahan tinggi air pada [25]. Waktu ditentukan
menggunakan stopwatch untuk yang dibutuhkan mengalirkan air setiap 10,
15 dan 20 liter. Sehingga diperoleh kecepatan volumetric air rata‐rata. 

10
11

7. Pressure drop ditentukan dengan cara menutup [7]. Selanjutnya setelah


tinggi manometer di kedua pipa manometer stabil, tinggi air raksa pada
kedua pipa U tersebut dicatat. Tinggi air raksa pada pipa kiri dinyatakan
dengan ha, dan tinggi air raksa pada pipa kanan hb. 
8. Lakukan cara yang sama didalam penentuan head loss untuk 45° elbow
dengan cara air dialirkan melalui pipa 4. Valve dari pipa selain pipa
4 ditutup. 

3.4 Rangkaian Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat General Arrangement of Apparatus


(Geankoplis,1997)

Keterangan :
V1 = Sump tank drawing valve 12 = In‐line strainer
V2 = Inlet flow control valve 13 = 90 deg, Elbow
V3 = Air bleed valves 14 = 90 deg, Bend
V4 = Isolating valves 15 = 90 deg, “T” Junction
V5 = Outlet flow control valve (fine) 16 = Pitot static tube
V6 = Outlet flow control valve (coarse) 17 = Venturi meter
12

V7 = Manometer valves 18 = Orifice meter 


1 = 6 mm smooth bore test pipe 19 = Test pipe samples 
2 = 10 mm smooth bore test pipe 20 = 1m mercury manometer 
3 = Artificially roughened test pipe 21 = 1m pressured water manometer 
4 = 17,5 mm smooth bore test pipe 22 = Volumetric measuring tank 
5 = Sudden contraction 23 = Sump tank 
6 = Sudden enlargement 24 = Service pump
7 = Ball valve 25 = Sight tube 
8 = 45 deg, elbow 26 = Pump start/stop 
9 = 45 deg, “Y” junction 27 = Sight gauge securing screws 
10 = Gate valve 28 = Dump valve 
11 = Globe valve
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari percobaan aliran fluida pada pipa 45° dan 90° elbow
adalah sebagai berikut

Tabel 4.1. Hasil Percobaan pada 45° Elbow


Bukaan H F
V (ft/s) Log V Log H NRe
Valve (InHg) (h.ft.lbf/lbm)
25% 8.584850 0.551181 0.933733 -0.258705 50066.65079 0.343122
50% 9.022215 0.551181 0.955313 -0.258705 52617.35204 0.374295
75% 9.198662 0.551181 0.963725 -0.258705 53646.39073 0.387199
100% 9.254567 0.543307 0.966356 -0.264954 53972.42408 0.391327
75% 9.481368 0.488189 0.976871 -0.311412 55295.1243 0.408264
50% 8.965499 0.472441 0.952574 -0.325652 52286.58837 0.370188
25% 8.502829 0.480315 0.929563 -0.318474 49588.30711 0.337406

Tabel 4.2. Hasil Percobaan pada 90° Elbow


F
Bukaan H
V (ft/s) Log V Log H NRe (h.ft.lbf/lbm
Valve (InHg)
)
25% 8.897928 0.078740 0.949288 -1.103803 51892.51959 0.365318
50% 9.128755 0.133858 0.960411 -0.873354 53238.6931 0.382064
75% 9.381946 0.141732 0.972292 -0.848530 54715.29808 0.400801
100% 9.388329 0.039370 0.972588 -1.404833 54752.52262 0.401278
75% 9.244069 0.070866 0.965863 -1.149560 53911.20047 0.390550
50% 9.112032 0.062992 0.959615 -1.200713 53141.16531 0.380840
25% 8.512572 0.086614 0.930060 -1.062410 49645.11616 0.338082

4.2 Pembahasan
Pada Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui head loss & friction loss
yang terjadi pada elbow 45° dan elbow 90°. Menurut Helmaizar (2010), head loss
adalah kehilangan energi mekanik per satuan massa fluida. Satuan head losses
14

adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan
untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satuan panjang yang
bersesuaian. Pada percobaan ini digunakan pipa elbow 45° dan 90° yang memiliki
diameter 1.71 in, di mana pipa tersebut dialiri fluida dengan bukaan valve sebesar
25%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50%, dan 25%.

4.2.1. Hubungan Head loss, Friction Loss, dan Reynolds number pada Pipa
Elbow 45o
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan pipa elbow 45° ID sebesar
0.056102 ft dan panjang pipa sebesar 3.182415 ft. Adapun variasi keadaan yang
dilakukan adalah perubahan bukaan valve pada volume yang telah ditentukan.
Bukaan valve yang dilakukan adalah 25%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50%, dan 25
%. Sedangkan volume yang ditentukan untuk mengetahui kecepatan volumetric
fluida adalah 5, 10, 15, 20, dan 25 liter.

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Kecepatan Volumetrik (V) dengan Head loss (H)
pada 45° Elbow

Berdasarkan Gambar 4.1., didapatkan head loss terkecil yaitu 0.4724412


InHg dengan kecepatan volumetrik 8.965499 ft/s terjadi pada bukaan valve 50%
kedua, sedangkan head loss terbesar yaitu 0,5511814 InHg dengan kecepatan
volumetrik berturut-turut 8.584850 ft/s, 9.022214 ft/s, dan 9.198662 ft/s terjadi
pada bukaan valve 25%, 50%, dan 75%. Bukaan valve yang semakin meningkat
akan memperbesar debit aliran sehingga semakin tinggi pula head loss-nya.
15

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Log V dengan Log H pada 45° Elbow

Berdasarkan Gambar 4.2, dapat diketahui bahwa head loss dipengaruhi


oleh kecepatan aliran. Ini diperlihatkan melalui hubungan fungsi logaritma head
loss dengan logaritma kecepatan volumetrik pada instrumen 9 yang memiliki
bentuk kurva seperti pada Gambar 4.1. Logaritma head loss terkecil yaitu -
0.258705 dengan nilai logoritma kecepatan volumetrik 0.933732 terjadi pada
bukaan valve 25%. Adapun Logaritma head loss terbesar yaitu -0.325652 dengan
nilai algoritma kecepatan volumetrik 0.952574 terjadi pada bukaan valve 50%.

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Bilangan reynolds (NRe) dengan Friction Loss (F)
pada 45° Elbow
16

Berdasarkan Gambar 4.3. hubungan antara bilangan reynolds dan friction


loss (F) adalah berbanding lurus, semakin besar nilai bilangan reynolds pada
aliran, maka nilai friction loss-nya pun akan semakin besar. Ketika bilangan
reynolds nya bernilai 50066.65079 friction loss-nya bernilai 0.343122 lbf.ft/lbm.
Bilangan reynolds akan terus naik hingga mencapai 55295.1243 dan friction loss
mencapai 0.408263 lbf.ft/lbm. Semakin besar bukaan valve maka nilai bilangan
reynolds juga semakin besar karena terjadi peningkatan kecepatan volumetrik
fluida di dalam pipa. Berdasarkan nilai bilangan reynolds yang didapat, aliran
fluida yang terbentuk pada pipa 45° elbow adalah aliran turbulen.

4.2.2. Hubungan Head loss, Friction Loss, dan Reynolds number pada Pipa
Elbow 90o
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan pipa elbow 90° ID sebesar
0.056102 ft dan panjang pipa sebesar 3.182415 ft. Adapun variasi keadaan yang
dilakukan adalah perubahan bukaan valve pada volume yang telah ditentukan.
Bukaan valve yang dilakukan adalah 25%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50%, dan 25
%. Sedangkan volume yang ditentukan untuk mengetahui kecepatan volumetric
fluida adalah 5, 10, 15, 20, dan 25 liter.

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kecepatan Volumetrik (V) dengan Head loss (H)
pada 90° Elbow

Berdasarkan Gambar 4.4., didapatkan head loss terkecil yaitu 0.039370


InHg dengan kecepatan volumetrik 9.388329 ft/s terjadi pada bukaan valve 100%
17

kedua, sedangkan head loss terbesar yaitu 0.141732 InHg dengan kecepatan
volumetrik 9.381946 ft/s terjadi pada bukaan valve 75%.

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Log V dengan Log H pada 90° Elbow

Berdasarkan Gambar 4.5, dapat diketahui bahwa head loss dipengaruhi


oleh kecepatan aliran. Ini diperlihatkan melalui hubungan fungsi logaritma head
loss dengan logaritma kecepatan volumetrik pada instrumen 13 yang memiliki
bentuk kurva seperti pada Gambar 4.4. Logaritma head loss terkecil yaitu -
1.404833 dengan nilai logoritma kecepatan volumetrik 0.972588 terjadi pada
bukaan valve 100%. Adapun Logaritma head loss terbesar yaitu -0.848530 dengan
nilai algoritma kecepatan volumetrik 0.972292 terjadi pada bukaan valve 75%.

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds (NRe) dengan Friction Loss (F)
pada 90° Elbow
18

Berdasarkan Gambar 4.6. hubungan antara bilangan reynolds dan friction


loss (F) adalah berbanding lurus, semakin besar nilai bilangan reynolds pada
aliran, maka nilai friction loss-nya pun akan semakin besar. Ketika bilangan
reynolds nya bernilai 51892.51959 friction loss-nya bernilai 0.365318 lbf.ft/lbm.
Bilangan reynolds akan terus naik hingga mencapai 54752.52262 dan friction loss
mencapai 0.401278 lbf.ft/lbm. Semakin besar bukaan valve maka nilai bilangan
reynolds juga semakin besar karena terjadi peningkatan kecepatan volumetrik
fluida di dalam pipa. Berdasarkan nilai bilangan reynolds yang didapat, aliran
fluida yang terbentuk pada pipa 45° elbow adalah aliran turbulen. Berdasarkan
pernyataan Mustakim dan Syakura (2015), bahwa nilai reynolds number dan
friction loss sebanding sehingga, semakin besar friction loss maka semakin besar
juga reynolds number.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut.
1. Jenis aliran yang terjadi pada pipa adalah aliran turbulent karena memiliki
bilangan Reynolds >4000.
2. Semakin besar bukaan valve, maka kecepatan fluida yang mengalir semakin
besar.
3. Semakin besar kecepatan volumetrik fluida yang mengalir dalam pipa, maka
semakin besar pula head loss yang terjadi.
4. Nilai NRe berbanding lurus dengan nilai faktor gesekan (f) dimana semakin
besar nilai NRe maka faktor gesekan (f) akan semakin besar.

5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Praktikan harus lebih teliti dalam proses pengukuran dan pengambilan data
karena semakin teliti praktikan hasil yang didapatkan juga akan semakin
akurat.
2. Sebelum praktikan melakukan percobaan praktikan harus sudah memahami
prosedur untuk mengurangi terjadinya kesalah selama dilakukan percobaan,
20
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, K. dan Wagiani, S. 2013. Studi Analisis Perbandingan Kecepatan aliran


Air Melalui Pipa Venturi Dengan Perbedaan Diameter Pipa. Jurnal
Dinamika 4(1), 62–78.
Anis, S. dan Karnowo. 2008. Buku Ajar Dasar Pompa. Universitas Negeri
Semarang : Semarang.
Bayu. 2014. Jenis-jenis dan Fungsi Fitting Pipe. UI Press : Jakarta.
Caliper. 2012. Flange Facings. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Deslia, P. 2011. Laporan Dasar-dasar Proses Kimia I. Universitas Sriwijaya :
Palembang.
Geankoplis, C. J. 1993. Transport Process and Unit Operation. 3rd Ed. Prentice
Hall inc. Englewood Cliffs : New Jersey.
Ghurri, A. 2014. Dasar-Dasar Mekanika Fluida. Universitas Udayana : Bali.
Hartoyo. E. 2012. Jenis Valve. Teknik Kimia UMS : Surakarta.
Helmaizar. 2010. Studi Ekperimental Pengukuran Head losses Mayor (Pipa PVC
Diameter ¾”) dan Head losses Minor (Belokan Knee 90° Diameter ¾”)
Pada Sistem Instalasi Pipa. Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin.
Masyuda, F.A. 2018. Analisa Kerugian Head losses dan Friction pada Sistem
Perpipaan Beda Jenis Valve dengan Variasi Bukaan Valve. Tesis.
Universitas Muhammadiyah Malang : Malang.
McCabe, W.I. dan Smith, J.C. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering.
4th
edition. McGraw Hill Book Company : Singapore
Munson, B. R., Young, D. F., dan Okiishi, T. H. 2012. Mekanika Fluida.
Erlangga :Jakarta.
Mustakim dan Abdul S. 2015. Pengaruh Reynold Number ( Re ) Terhadap
Head losses Pada Variasi Jenis Belokan Pipa ( Berjari – Jari Dan Patah).
Jurnal Program Studi Teknik Pendingin Dan Tata Udara, Politeknik
Tanjungbalai.
Olson, R. M. dan Wright, S. J. 1990. Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik. PT
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Rachman, D. M. Dasar-dasar Aliran Fluida. 2017. Fakultas Teknik Kelautan ITS
Surabaya : Surabaya.
Sumantri, A., Arina, U., Kukuh, S.P. 2012. Praktikum Dasar Teknik Kimia Aliran
Fluida. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta ;
Yogyakarta.
White, Frank, dan Hariandja, M. 1986. Mekanika Fluida. Erlangga : Jakarta.
Wibhisana, H., Sutikno, E., Anam, K. 2015. Pengaruh Variasi Bilangan Reynold
terhadap Distribusi Tegangan pada Riser Akibat Arus Laut. Malang:
Universitas Brawijaya.
Young dan Freedman. 2007. Fisika Universitas. Erlangga : Jakarta.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Data Literatur


Tabel A.1 Data Literatur Air dan Raksa
Parameter Hasil

Densitas Air (ρair) 62.428 lbm/ft3


Densitas Raksa (ρHg) 849.048 lbm/ft3
Viskositas air (μair) 6.0054 x10-4 lbm/ft.s

Tabel A.2 Data Literatur Pipa 9 dan 13


Parameter Hasil
(cm) (ft)
ID Pipa 9 1.71 0.056102
ID Pipa 13 1.71 0.056102
Panjang Pipa 9 97 3.182415
Panjang Pipa 13 97 3.182415
Luas Penampang Pipa 9 2.2954 0.002471
Luas Penampang Pipa 13 2.2954 0.002471

A.2 Data Percobaan


Tabel A.3 Data Percobaan pada 45° Elbow
Bukaan Volume Volume Waktu Ha Hb Q (m3/s)
Valve (l) (m )
3
(s) (mmHg) (mmHg)
25% 5 0.005 08.25 474 460 0.000606
10 0.010 16.65 474 460 0.000600
15 0.015 25.20 474 460 0.000595
20 0.020 33.15 474 460 0.000603
25 0.025 41.79 474 460 0.000598
50% 5 0.005 07.91 474 460 0.000632
10 0.010 15.93 474 460 0.000627
15 0.015 24.44 474 460 0.000613
20 0.020 31.05 474 460 0.000644
25 0.025 39.14 474 460 0.000638
75% 5 0.005 07.97 475 460 0.000627
10 0.010 15.62 475 461 0.000640
15 0.015 22.96 475 461 0.000653
20 0.020 30.93 475 461 0.000646
25 0.025 38.42 475 462 0.000650
100% 5 0.005 07.93 475 462 0.000630
10 0.010 15.23 476 462 0.000656
15 0.015 22.96 476 462 0.000653
20 0.020 30.93 476 462 0.000646
25 0.025 38.42 476 462 0.000650
75% 5 0.005 07.48 476 463 0.000668
10 0.010 15.18 476 463 0.000658
15 0.015 22.73 476 464 0.000659
20 0.020 30.04 476 464 0.000665
25 0.025 37.64 476 464 0.000664
50% 5 0.005 08.19 476 464 0.000610
10 0.010 16.04 477 465 0.000623
15 0.015 23.58 477 465 0.000636
20 0.020 31.58 477 465 0.000633
25 0.025 39.48 477 465 0.000633
25% 5 0.005 08.59 478 465 0.000582
10 0.010 16.71 478 466 0.000598
15 0.015 24.93 479 467 0.000601
20 0.020 33.42 479 467 0.000598
25 0.025 42.08 479 467 0.000594

Tabel A.4 Data Percobaan pada 90° Elbow


Bukaan Volume Volume Waktu Ha Hb Q (m3/s)
Valve (l) (m3) (s) (mmHg) (mmHg)
25% 5 0.005 08.33 468 466 0.000600
10 0.010 15.40 468 466 0.000649
15 0.015 24.01 468 466 0.000624
20 0.020 32.14 468 466 0.000622
25 0.025 40.56 468 466 0.000616
50% 5 0.005 07.82 468 465 0.000639
10 0.010 15.69 468 465 0.000637
15 0.015 23.32 468 465 0.000643
20 0.020 31.31 468 464 0.000638
25 0.025 39.37 468 464 0.000635
75% 5 0.005 07.84 469 464 0.000637
10 0.010 15.20 469 465 0.000657
15 0.015 22.53 469 466 0.000665
20 0.020 30.19 469 466 0.000662
25 0.025 37.97 469 466 0.000658
100% 5 0.005 07.83 469 467 0.000638
10 0.010 15.35 469 468 0.000651
15 0.015 22.46 469 468 0.000667
20 0.020 30.19 469 468 0.000662
25 0.025 37.64 469 469 0.000664
75% 5 0.005 07.99 470 468 0.000625
10 0.010 15.30 470 468 0.000653
15 0.015 23.07 470 468 0.000650
20 0.020 30.63 470 468 0.000652
25 0.025 38.37 469 468 0.000651
50% 5 0.005 07.94 468 467 0.000629
10 0.010 15.50 468 467 0.000645
15 0.015 23.39 468 466 0.000641
20 0.020 31.42 468 466 0.000636
25 0.025 39.36 468 466 0.000635
25% 5 0.005 08.54 467 465 0.000585
10 0.010 16.71 467 465 0.000598
15 0.015 24.93 466 464 0.000601
20 0.020 33.42 466 464 0.000598
25 0.025 42.08 466 463 0.000594

A.3 Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 45° Elbow
1. Menghitung Debit Aliran dan H pada Bukaan Valve 25%
 Pada Volume Air 5 L
V = 5 L = 5 x 10-3 m3
t = 8.25 s
Ha1 = 474 mmHg
Hb1 = 460 mmHg
Debit Aliran :
V 5 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000606 m3/s
t 8.25
H1 = Ha1 - Hb1 = 474 mmHg - 460 mmHg = 14 mmHg

 Pada Volume Air 10 L


V = 10 L = 10 x 10-3 m3
t = 16.65 s
Ha1 = 474 mmHg
Hb1 = 460 mmHg
Debit Aliran :
V 10 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000601 m3/s
t 16.65
H1 = Ha1 - Hb1 = 474 mmHg - 460 mmHg = 14 mmHg

 Pada Volume Air 15 L


V = 15 L = 15 x 10-3 m3
t = 25.20 s
Ha1 = 474 mmHg
Hb1 = 460 mmHg
Debit Aliran :
V 15 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000595 m3/s
t 25.20
H1 = Ha1 - Hb1 = 474 mmHg - 460 mmHg = 14 mmHg

 Pada Volume Air 20 L


V = 20 L = 20 x10-3 m3
t = 33.15 s
Ha1 = 474 mmHg
Hb1 = 460 mmHg
Debit Aliran :
V 20 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000603 m3/s
t 33.15
H1 = Ha1 - Hb1 = 474 mmHg - 460 mmHg = 14 mmHg

 Pada Volume Air 25 L


V = 25 L = 25 x 10-3 m3
t = 41.79 s
Ha1 = 474 mmHg
Hb1 = 460 mmHg
Debit Aliran :
V 25 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000598 m3/s
t 41.79
H1 = Ha1 - Hb1 = 474 mmHg - 460 mmHg = 14 mmHg

2. Debit Rata – rata


∑Q
Q=
5
( 0.000606 ) + ( 0.000601 ) + ( 0.000595 ) + ( 0.000603 ) +(0.000598)
=
5
= 0.000600 m /s = 0.021213 ft /s
3 3

3. Head loss Rata -rata


∑H
H=
5
14+14+ 14+14+ 14
=
5
= 1 mmHg = 0.551181 InHg

4. Kecepatan Volumetrik
Q
V=
A
0.000600
=
0.002471
= 8.584850 ft/s

5. Pressure drop
g
∆P = Hrata-rata x ρHg x
gc
9.80664
= 0.551181 InHg x 849.048 lb/ft3 x
32.174
= 9.03178 lbm/ft.s2

6. Reynold Number (NRe)


ρair x V x D
NRe =
μ air
62.428lb/ ft 3 x 8.31553 ft /s x 0.056102 ft
=
6.0054 x 10−4
= 48496.3

7. Friction Loss
0.079
f= 0.25
NRe
0.079
= 0.25
( 48496.3)
= 5.3235 x 10-3
∆ L V2
F=fx x
D 2 gc
3.18241 (8.31553)2
= 5.3235 x 10 x -3
x
0.0561 2 x 32.174
= 3.245 x 10 h.ft.lbf/lbm
-1

Kemudian dilakukan langkah perhitungan yang sama untuk bukaan valve 50%.
75%. 100%. 75%. 50%. dan 25%.

A.4. Head loss dan Friction Loss pada 90° Elbow


1. Menghitung Debit Aliran dan H Bukaan Valve 25%
 Pada Volume Air 5 L
V = 5 L = 5 x 10-3 m3
t = 8.33 s
Ha1 = 468 mmHg
Hb1 = 466 mmHg
Debit Aliran :
V 5 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000600 m3/s
t 8.33
H1 = Ha1 - Hb1 = 468 mmHg - 466 mmHg = 2 mmHg

 Pada Volume Air 10 L


V = 10 L = 10 x 10-3 m3
t = 15.40 s
Ha1 = 466 mmHg
Hb1 = 464 mmHg
Debit Aliran :
V 10 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000649 m3/s
t 15.40
H1 = Ha1 - Hb1 = 468 mmHg - 466 mmHg = 2 mmHg

 Pada Volume Air 15 L


V = 15 L = 15 x 10-3 m3
t = 24.01 s
Ha1 = 466 mmHg
Hb1 = 464 mmHg
Debit Aliran :
V 15 x 10−3
Q1 = ¿ =0.000624 m3/s
t 24.01
H1 = Ha1 - Hb1 = 468 mmHg - 466 mmHg = 2 mmHg

 Pada Volume Air 20 L


V = 20 L = 20 x 10-3 m3
t = 32.14 s
Ha1 = 466 mmHg
Hb1 = 464 mmHg
Debit Aliran :
V 20 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000622 m3/s
t 32.14
H1 = Ha1 - Hb1 = 468 mmHg - 466 mmHg = 2 mmHg

 Pada Volume Air 25 L


V = 25 L = 25 x 10-3 m3
t = 40.56 s
Ha1 = 466 mmHg
Hb1 = 464 mmHg
Debit Aliran :
V 25 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000616 m3/s
t 40.56
H1 = Ha1 - Hb1 = 468 mmHg - 466 mmHg = 2 mmHg

2. Debit Rata – rata


∑Q
Q=
5
( 0.000600 ) + ( 0.000649 ) + ( 0.000624 )+ ( 0.000622) +(0.000616)
=
5
= 0.000622 m /s = 0.021986 ft /s
3 3

3. Head loss Rata -rata


∑H
H=
5
2+ 2+ 2+ 2+ 2
=
5
= 2 mmHg = 0.078740 InHg

4. Kecepatan Volumterik
Q
V=
A
0.021986
=
0.002471
= 8.897928 ft/s

5. Pressure drop
g
∆P = Hrata-rata x ρHg x
gc
9.80664
= 0.078740 InHg x 849.048 lb/ft3 x
32.174
= 20.377172 lbm/ft.s2

6. Reynold Number (NRe)


ρxV x D
NRe =
μ
3
62.428lb/ ft x 8.897928 ft / s x 0.056102 ft
= −4
6.0054 x 10
= 51892.51959

7. Friction Loss
0.079
f=
NRe 0.25
0.079
= 0.25
(51892.51959)
= 0.005234
∆ L V2
F=fx x
D 2 gc
3.18241 (7.96276)2
= 0.005234 x x
0.0561 2 x 32.174
= 0.365318 h.ft.lbf/lbm

Kemudian dilakukan langkah perhitungan yang sama untuk bukaan valve 50%.
75%. 100%. 75%. 50%. dan 25%.
A.5 Data Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 45° Elbow
Tabel A.5 Data Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 45° Elbow
F
Bukaan H ∆P
Q (m3/s) Q (ft3/s) V (ft/s) NRe f (h.ft.lbf/lbm Log V Log H Log F
Valve (InHg) (lbm.ft.s2)
)
50066.6507
25% 0.000601 0.021213 0.551181 8.58485 142.640211 0.005281 0.343122 0.933733 -0.258705 -0.464551
9
52617.3520
50% 0.000631 0.022294 0.551181 9.022215 142.640211 0.005216 0.374295 0.955313 -0.258705 -0.426785
4
53646.3907
75% 0.000644 0.02273 0.551181 9.198662 142.640211 0.005191 0.387199 0.963725 -0.258705 -0.412065
3
53972.4240
100% 0.000648 0.022868 0.543307 9.254567 140.602494 0.005183 0.391327 0.966356 -0.264954 -0.40746
8

75% 0.000663 0.023428 0.488189 9.481368 126.338472 55295.1243 0.005152 0.408264 0.976871 -0.311412 -0.389059

52286.5883
50% 0.000627 0.022154 0.472441 8.965499 122.263038 0.005224 0.370188 0.952574 -0.325652 -0.431578
7
49588.3071
25% 0.000595 0.021010 0.480315 8.502829 124.300755 0.005294 0.337406 0.929563 -0.318474 -0.471847
1
A.6 Data Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 90° Elbow
Tabel A.6 Data Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 90° Elbow
F
Bukaan H ∆P
Q (m3/s) Q (ft3/s) V (ft/s) NRe f (h.ft.lbf/lbm Log V Log H Log F
Valve (InHg) (lbm.ft.s2)
)
0.07874 20.37717
25% 0.000622 0.021986 8.897928 51892.51959 0.005234 0.365318 0.949288 -1.103803 -0.437327
0 3
0.13385 34.64119
50% 0.000638 0.022557 9.128755 53238.6931 0.005200 0.382064 0.960411 -0.873354 -0.417863
8 4
0.14173 36.67891
75% 0.000656 0.023182 9.381946 54715.29808 0.005165 0.400801 0.972292 -0.848530 -0.397070
2 1
0.03937 10.18858
100% 0.000656 0.023198 9.388329 54752.52262 0.005164 0.401278 0.972588 -1.404833 -0.396553
0 6
0.07086 18.33945
75% 0.000646 0.022842 9.244069 53911.20047 0.005184 0.390550 0.965863 -1.149560 -0.408322
6 5
0.06299 16.30173
50% 0.000637 0.022515 9.112032 53141.16531 0.005203 0.380840 0.959615 -1.200713 -0.419256
2 8
0.08661 22.41489
25% 0.000595 0.021034 8.512570 49645.11616 0.005292 0.338082 0.930060 -1.062410 -0.470977
4 0
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Rangkaian Alat General Arrangement of Apparatus

Gambar B.2 Mengukur Tinggi Air Raksa ha dan hb.

Gambar B.3 Mengatur Variasi Bukaan Valve

Anda mungkin juga menyukai