ALIRAN FLUIDA
DISUSUN OLEH:
Kelompok 9
Kelas B
Dosen Pengampu :
Hari Rionaldo, ST., MT., C.EIA
Kelompok/Kelas : 9/B
3. Zikri Irwansyah
No Penugasan
iii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
Laboraturium Intruksional Teknik Kimia I
ALIRAN FLUIDA
Dosen Pengampu Pratikum Laboratorium Intruksional Teknik Kimia I dengan ini
menyatakan bahwa:
Kelompok 9:
Fitri Wahyuni (1907112720)
Muhammad Bintang Anto Mycawa (1907113252)
Zikri Irwansyah (1907129188)
Catatan Tambahan:
iv
ABSTRAK
Aliran fluida adalah suatu perpidahan fluida dari satu titik ke titik lainnya.
Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pola aliran fluida didalam
pipa, menghitung Pressure drop dan friction loss aliran fluida dalam pipa,
mengetahui hubungan antara kecepatan volumetrik dengan head loss, membuat
kurva head loss versus kecepatan linear aliran fluida. Percobaan ini dilakukan
dengan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dan mengisi tangki air serta
melakukan valve set, mengalirkan pompa keseluruh perpipaan, melakukan
kalibrasi pada flowrate yang berbeda dengan bantuan valve, kemudian melakukan
variasi bukaan valve yaitu bukaan 25%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50% dan 25%
pada pipa elbow 45° dan elbow 90° dengan variasi volume fluida yaitu 5, 10, 15,
20 dan 25 liter. Hasil head loss pada elbow 45° dengan bukaan valve 25%, 50%,
75%, 100%, 75%, 50%, 25% secara berturut-turut, yaitu 0.551, 0.551, 0.551,
0.543, 0.488, 0.472 dan 0.480. sedangkan hasil head loss pada pipa elbow 90°,
yaitu 0.078, 0.133, 0.141, 0.039, 0.071, 0.070, 0.062 dan 0.086. Hal ini
dikarenakan bahwa semakin besar kecepatan volumetrik fluida, maka semakin
besar pula head loss yang terjadi dan semakin besar bukaan valve maka bilangan
Reynold nya juga semakin besar, serta semakin kecil sudut belokan pipa maka
semakin kecil nilai head loss dan friction loss dan semakin besar sudut belokan
pipa maka nilai head loss dan friction loss pada pipa semakin besar.
Kata Kunci : Elbow, Head loss, Friction Loss, Reynold Number
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK..............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Pernyataan Masalah...................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Fluida.........................................................................................................2
2.2 Macam-macam Aliran Fluida....................................................................3
2.3 Bilangan Reynold......................................................................................4
2.4 Kehilangan Energi ( Head loss )...............................................................4
2.5 Bilangan Bernoulli....................................................................................5
2.6 Pengukur Besar Aliran Fluia.....................................................................6
2.7 Jenis Alat Ukur Aliran Fluida...................................................................7
BAB III METODE PERCOBAAN.....................................................................10
3.1 Alat-alat yang Digunakan........................................................................10
3.2 Bahan-bahan yang Digunakan.................................................................10
3.3 Prosedur Percobaan.................................................................................10
3.4 Rangkaian Alat........................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................13
4.1 Hasil.........................................................................................................13
4.2 Pembahasan.............................................................................................13
BAB KESIMPULAN...........................................................................................19
5.1 Kesimpulan..............................................................................................19
5.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPITRAN A
LAMPIRAN B
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Aliran Laminar.................................................................................3
Gambar 2.2 Aliran Turbulen................................................................................4
Gambar 2.3 Venturymeter....................................................................................8
Gambar 3.1 Rangkaian Alat General Arrangement of Apparatus.....................11
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Kecepatan Volumetrik (V) dengan Head
……..14
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Log H dengan Log V pada 45° Elbow..............15
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Bilangan reynolds (NRe) dengan Friction .......15
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kecepatan Volumetrik (V) dengan Head .........16
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Log V dengan Log H pada 90° Elbow..............17
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds (NRe) dengan Friction ......18
Gambar B.1 Rangkaian Alat General Arrangement of Apparatus.....................31
Gambar B.2 Mengukur Tinggi Air Raksa ha dan hb..........................................31
Gambar B.3 Mengatur Variasi Bukaan Valve.....................................................31
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Percobaan pada 45° Elbow........................................................13
Tabel 4.2 Hasil Percobaan pada 90° Elbow........................................................13
Tabel A.1 Data Literatur Air dan Raksa..............................................................21
Tabel A.2 Data Literatur Pipa 9 dan 13...............................................................21
Tabel A.3 Data Percobaan pada 45° Elbow.........................................................21
Tabel A.4 Data Percobaan pada 90° Elbow.........................................................22
Tabel A.5 Data Perhitungan Head loss dan Friction loss pada 45° Elbow..........27
Tabel A.6 Data Perhitungan Head loss dan Friction loss pada 90° Elbow..........28
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluida
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara
permanen. Adanya usaha mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam
fluida itu akan terbentuk lapisan-lapisan yang satu meluncur di atas lainnya
sehingga mencapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk terdapat tegangan
geser yang besarnya tergantung viskositas dan laju luncur fluida. Jika
keseimbangan tercapai semua tegangan geser akan hilang (Anis dan Karnowo,
2008).
Terdapat dua jenis fluida, yakni : fluida termampatkan dan fluida tak
termampatkan. Fluida mampu termampatkan (compressible) ialah ketika densitas
fluida mudah dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan tekanan. Fluida tak
termampatkan (incompressible) ialah ketika densitas fluida tersebut tidak
terpengaruh oleh banyaknya perubahan tekanan dan suhu. Fluida yang bergerak
mengalir akan membentuk suatu pola aliran tertentu. Aliran dalam pipa telah
banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam proses-proses
industri. Dalam kehidupan sehari-hari hal tersebut dapat dilihat pada aliran di
saluran pembuangan aliran semen dan pasir di pipa dan lain-lain. cara
memindahkan zat-zat tersebut dalam industri banyak macamnya. Pada aliran air
dan udara yang mengalir dalam pipa kecepatan dan kapasitasnya dapat berubah
ubah (Warren L. Mc Cabe. 1986)
Dunia industri banyak sekali menggunakan pipa dalam pendistribusian
fluida cair dalam melakuka proses produksi. Oleh karena itu efesiensi
pendistribusian dalam industri harus diperhatikan. Dengan efisiensi yang baik,
maka biaya produksi dapat ditekan sehingga harga jual produk atau barang
tersebut lebih kompetitif. Dalam berbagai industri sebagian besar fluidanya
mengalir pada pipa-pipa saluran tertutup (closed conduit flow). Masalah utama
yang muncul antara lain: Terjadinya gesekan pada dinding pipa, Terjadinya
turbulensi karena gerakan relative dalam molekul fluida yang dipengaruhi oleh
viskositas fluida itu sendiri dan bentuk pipa, Terjadinya kapasitas aliran yang
2
3
semakin kecil pada daerah yang jauh dari sumber karena hambatan gesek pada
aliran yang semakin membesar (Ghurri, 2014).
Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu
kekentalan zat cair (µ), rapat massa zat cair (ρ), dan diameter pipa (D). Hubungan
5
antara µ, ρ, dan D yang mempunyai dimensi yang sama dengan kecepatan adalah
μ
.
ρD
P 1 V 1.2 P 2 V 1.2
+ + Z 2= + + Z 2+ H ...............(2.2)
γ1 2 g γ2 2 g
Dengan :
P1.2 = tekanan di penampang 1 dan 2 (N/m2)
V1.2 = kecepatan di penampang 1 dan 2 (m/s2)
Z1.2 = tinggi pada permukaan 1 dan 2 (m)
γ1.2 = berat jenis 1 dan 2 (N/m3)
g = gravitasi bumi (9,82 m/s2)
bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida dengan wadah tempat
ia mengalir. Dalam cairan. kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antara
molekul-molekulnya sedangkan gas, berasal tumbukan diantara molekul-molekul
tersebut.
3. Aliran dalam Tabung
Jika fluida tidak mempunyai kekentalan. ia dapat mengalir melalui tabung
atau pipa mendatar tanpa memerlukan gaya. Oleh karena itu adanya kekentalan,
perbedaan tekanan antara kedua ujung tabung diperlukan untuk aliran mantap
setiap fluida nyata, misalnya air atau minyak didalam pipa. Laju alir dalam tabung
bulat bergantung pada kekentalan fluida, perbedaan tekanan, dan dimensi tabung.
Seorang ilmuan Perancis J.L Poiseuille (1977-1869), yang tertarik pada fisika
sirkulasi darah (yang menamakan "poise"). menentukan bagaimana variabel yang
mempengaruhi laju aliran fluida yang tak dapat mampat yang menjalani aliran
laminar dalam sebuah tabung silinder. Hasilnya dikenal sebagai persamaan
Poiseuille sebagai berikut:
π r 4 (P1−P2 )
Q= ........................(2.3)
m3 8
[ ](2−11) nL
detik
Dengan ;
r : Jari-jari dalam tabung (m)
L : Panjang tabung (m)
P1-P2 : Perbedaan tekana pada kedua ujung
n : kekentalan (P.s/m2)
Q : Laju aliran volume (m3/s)
kecepatan aliran suatu zat cair. Fluida yang digunakan pada venturi meter ini
dapat berupa cairan gas dan uap. Pada venturi ini fluida masuk melalui bagian
inlet dan diteruskan kebagaian inlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik
pengambilan tekanan awal. Pada bagian inlet cone fluida akan mengalami
penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk
kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian fluida akan masuk
kebagian throat, pada bagian throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan
akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar.
Laju fluida akan melewati bagian akhir dari tabung venturi yaitu outlet
cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimanan bagian kecil berada pada throat
dan pada outlet cone ini tekanan akan kembali normal. Jika aliran melalui tabung
venturi benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan
meteran tentulah sama persis dengan tekanan fluida yang memasuki meteran dan
keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan kehilangan
tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan. Per tekanan pada inlet cone akan
dipulihkan dengan sempurna pada outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan
dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam sebuah meteran yang
dirancang dengan tepat.
2. Plat orifice
Plat orifice merupakan pengukur aliran yang paling murah, paling mudah
pemasangannya tetapi kecil juga ketelitiannya di antara pengukur pengukur aliran
jenis head flow meter. Pelat orifice merupakan plat yang berlubang dengan
piringan tajam. Pelat-pelat ini terbuat dari bahan-bahan yang kuat. selain terbuat
9
dari logam, ada juga orificenya yang terbuat dari plastic agar tidak terpengaruh
oleh fluida yang menglir (erosi atau korosi).
3. Flow nozzle
Flow nozzle sama halnya dengan Plat orifice yaitu diantara dua flens. Flow
nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang besar. sedangkan plat orifice
digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena flow nozzle mempunyai lubang
besar dan kehilangan tekanan lebih kecil dari pada plat orifice sehingga flow
nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi seperti uap tekanan tinggi pada
temperatur tinggi dan untuk penyediaan air ketel.
Flow nozzle ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya. Sedangkan alat untuk
menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalali
berupa manometer. Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan tekanan semakin
berkurang seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar secara bebas
setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat orifice
BAB III
METODE PERCOBAAN
10
11
Keterangan :
V1 = Sump tank drawing valve 12 = In‐line strainer
V2 = Inlet flow control valve 13 = 90 deg, Elbow
V3 = Air bleed valves 14 = 90 deg, Bend
V4 = Isolating valves 15 = 90 deg, “T” Junction
V5 = Outlet flow control valve (fine) 16 = Pitot static tube
V6 = Outlet flow control valve (coarse) 17 = Venturi meter
12
4.1 Hasil
Adapun hasil dari percobaan aliran fluida pada pipa 45° dan 90° elbow
adalah sebagai berikut
4.2 Pembahasan
Pada Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui head loss & friction loss
yang terjadi pada elbow 45° dan elbow 90°. Menurut Helmaizar (2010), head loss
adalah kehilangan energi mekanik per satuan massa fluida. Satuan head losses
14
adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan
untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satuan panjang yang
bersesuaian. Pada percobaan ini digunakan pipa elbow 45° dan 90° yang memiliki
diameter 1.71 in, di mana pipa tersebut dialiri fluida dengan bukaan valve sebesar
25%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50%, dan 25%.
4.2.1. Hubungan Head loss, Friction Loss, dan Reynolds number pada Pipa
Elbow 45o
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan pipa elbow 45° ID sebesar
0.056102 ft dan panjang pipa sebesar 3.182415 ft. Adapun variasi keadaan yang
dilakukan adalah perubahan bukaan valve pada volume yang telah ditentukan.
Bukaan valve yang dilakukan adalah 25%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50%, dan 25
%. Sedangkan volume yang ditentukan untuk mengetahui kecepatan volumetric
fluida adalah 5, 10, 15, 20, dan 25 liter.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Kecepatan Volumetrik (V) dengan Head loss (H)
pada 45° Elbow
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Log V dengan Log H pada 45° Elbow
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Bilangan reynolds (NRe) dengan Friction Loss (F)
pada 45° Elbow
16
4.2.2. Hubungan Head loss, Friction Loss, dan Reynolds number pada Pipa
Elbow 90o
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan pipa elbow 90° ID sebesar
0.056102 ft dan panjang pipa sebesar 3.182415 ft. Adapun variasi keadaan yang
dilakukan adalah perubahan bukaan valve pada volume yang telah ditentukan.
Bukaan valve yang dilakukan adalah 25%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50%, dan 25
%. Sedangkan volume yang ditentukan untuk mengetahui kecepatan volumetric
fluida adalah 5, 10, 15, 20, dan 25 liter.
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kecepatan Volumetrik (V) dengan Head loss (H)
pada 90° Elbow
kedua, sedangkan head loss terbesar yaitu 0.141732 InHg dengan kecepatan
volumetrik 9.381946 ft/s terjadi pada bukaan valve 75%.
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Log V dengan Log H pada 90° Elbow
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds (NRe) dengan Friction Loss (F)
pada 90° Elbow
18
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut.
1. Jenis aliran yang terjadi pada pipa adalah aliran turbulent karena memiliki
bilangan Reynolds >4000.
2. Semakin besar bukaan valve, maka kecepatan fluida yang mengalir semakin
besar.
3. Semakin besar kecepatan volumetrik fluida yang mengalir dalam pipa, maka
semakin besar pula head loss yang terjadi.
4. Nilai NRe berbanding lurus dengan nilai faktor gesekan (f) dimana semakin
besar nilai NRe maka faktor gesekan (f) akan semakin besar.
5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Praktikan harus lebih teliti dalam proses pengukuran dan pengambilan data
karena semakin teliti praktikan hasil yang didapatkan juga akan semakin
akurat.
2. Sebelum praktikan melakukan percobaan praktikan harus sudah memahami
prosedur untuk mengurangi terjadinya kesalah selama dilakukan percobaan,
20
DAFTAR PUSTAKA
A.3 Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 45° Elbow
1. Menghitung Debit Aliran dan H pada Bukaan Valve 25%
Pada Volume Air 5 L
V = 5 L = 5 x 10-3 m3
t = 8.25 s
Ha1 = 474 mmHg
Hb1 = 460 mmHg
Debit Aliran :
V 5 x 10−3
Q1 = ¿ = 0.000606 m3/s
t 8.25
H1 = Ha1 - Hb1 = 474 mmHg - 460 mmHg = 14 mmHg
4. Kecepatan Volumetrik
Q
V=
A
0.000600
=
0.002471
= 8.584850 ft/s
5. Pressure drop
g
∆P = Hrata-rata x ρHg x
gc
9.80664
= 0.551181 InHg x 849.048 lb/ft3 x
32.174
= 9.03178 lbm/ft.s2
7. Friction Loss
0.079
f= 0.25
NRe
0.079
= 0.25
( 48496.3)
= 5.3235 x 10-3
∆ L V2
F=fx x
D 2 gc
3.18241 (8.31553)2
= 5.3235 x 10 x -3
x
0.0561 2 x 32.174
= 3.245 x 10 h.ft.lbf/lbm
-1
Kemudian dilakukan langkah perhitungan yang sama untuk bukaan valve 50%.
75%. 100%. 75%. 50%. dan 25%.
4. Kecepatan Volumterik
Q
V=
A
0.021986
=
0.002471
= 8.897928 ft/s
5. Pressure drop
g
∆P = Hrata-rata x ρHg x
gc
9.80664
= 0.078740 InHg x 849.048 lb/ft3 x
32.174
= 20.377172 lbm/ft.s2
7. Friction Loss
0.079
f=
NRe 0.25
0.079
= 0.25
(51892.51959)
= 0.005234
∆ L V2
F=fx x
D 2 gc
3.18241 (7.96276)2
= 0.005234 x x
0.0561 2 x 32.174
= 0.365318 h.ft.lbf/lbm
Kemudian dilakukan langkah perhitungan yang sama untuk bukaan valve 50%.
75%. 100%. 75%. 50%. dan 25%.
A.5 Data Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 45° Elbow
Tabel A.5 Data Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 45° Elbow
F
Bukaan H ∆P
Q (m3/s) Q (ft3/s) V (ft/s) NRe f (h.ft.lbf/lbm Log V Log H Log F
Valve (InHg) (lbm.ft.s2)
)
50066.6507
25% 0.000601 0.021213 0.551181 8.58485 142.640211 0.005281 0.343122 0.933733 -0.258705 -0.464551
9
52617.3520
50% 0.000631 0.022294 0.551181 9.022215 142.640211 0.005216 0.374295 0.955313 -0.258705 -0.426785
4
53646.3907
75% 0.000644 0.02273 0.551181 9.198662 142.640211 0.005191 0.387199 0.963725 -0.258705 -0.412065
3
53972.4240
100% 0.000648 0.022868 0.543307 9.254567 140.602494 0.005183 0.391327 0.966356 -0.264954 -0.40746
8
75% 0.000663 0.023428 0.488189 9.481368 126.338472 55295.1243 0.005152 0.408264 0.976871 -0.311412 -0.389059
52286.5883
50% 0.000627 0.022154 0.472441 8.965499 122.263038 0.005224 0.370188 0.952574 -0.325652 -0.431578
7
49588.3071
25% 0.000595 0.021010 0.480315 8.502829 124.300755 0.005294 0.337406 0.929563 -0.318474 -0.471847
1
A.6 Data Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 90° Elbow
Tabel A.6 Data Perhitungan Head loss dan Friction Loss pada 90° Elbow
F
Bukaan H ∆P
Q (m3/s) Q (ft3/s) V (ft/s) NRe f (h.ft.lbf/lbm Log V Log H Log F
Valve (InHg) (lbm.ft.s2)
)
0.07874 20.37717
25% 0.000622 0.021986 8.897928 51892.51959 0.005234 0.365318 0.949288 -1.103803 -0.437327
0 3
0.13385 34.64119
50% 0.000638 0.022557 9.128755 53238.6931 0.005200 0.382064 0.960411 -0.873354 -0.417863
8 4
0.14173 36.67891
75% 0.000656 0.023182 9.381946 54715.29808 0.005165 0.400801 0.972292 -0.848530 -0.397070
2 1
0.03937 10.18858
100% 0.000656 0.023198 9.388329 54752.52262 0.005164 0.401278 0.972588 -1.404833 -0.396553
0 6
0.07086 18.33945
75% 0.000646 0.022842 9.244069 53911.20047 0.005184 0.390550 0.965863 -1.149560 -0.408322
6 5
0.06299 16.30173
50% 0.000637 0.022515 9.112032 53141.16531 0.005203 0.380840 0.959615 -1.200713 -0.419256
2 8
0.08661 22.41489
25% 0.000595 0.021034 8.512570 49645.11616 0.005292 0.338082 0.930060 -1.062410 -0.470977
4 0
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI