Anda di halaman 1dari 14

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : Muhammad Aly Azmi


LPTK : Universitas Almuslim

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1 Rendahnya keaktifan Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
peserta didik saat terhadap hasil kajian literatur dan
pembelajaran 1. Menunrut Gunawan (2018) belajar harusnya hasil wawancara, rendahnya
berlangsung di kelas menjadi sesuatu yang menyenangkan tapi keaktifan peserta didik dikelas saat
pada materi malah menurut sebagian siswa belajar itu pembelajaran berlangsung di kelas
Persamaan sesuatu yang menjenuhkan. pada materi Persamaan
Trigonometri Trigonometri adalah:
Daftar Pustaka:
Gunawan, Yosi Intan Pandini. "Pengaruh 1. Guru belum maksimal dalam
motivasi belajar terhadap keaktifan siswa dalam menghadirkan pembelajaran
mewujudkan prestasi belajar siswa." Khazanah yang inovatif yang dapat
Akademia 2.1 (2018): 74-84. meningkatkan partisipasi
https://journal.uniga.ac.id/index.php/K/article/vie
peserta didik dalam
w/292
pembelajaran di kelas.
.
2. Menurut Gunadi, dkk (dikutip dalam
2. Peserta didik tidak memahami
Wibowo, 2016: 131) factor - faktor yang
konsep dasar trigonometri
mempengaruhi keaktifan siswa yaitu:
 membuat pembelajaran yang
3. Guru tidak menyajikan
menarik;
pembelajaran yang
 memberikan motivasi kepada siswa; menyenangkan sehingga bagi
 mengenali keadaan siswa yang peserta didik merasa jenuh.
kurang terlibat dalam pembelajaran.

Daftar Pustaka:
Gunadi, Farid, and Luthfiyati Nurafifah.
"Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar
Trigonometri pada Penggunaan Android dengan
Aplikasi Google Classroom." GAUSS: Jurnal
Pendidikan Matematika 3.2 (2020): 22-31.
https://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/gauss/article/v
iew/2717

Hasil wawancara:

Guru (Fatimah, S.Pd) : Peserta didik


kurang memahami matematika dasar
sehingga kesulitan dalam memahami materi
yang lebih lanjut. Hal ini juga berdampak
pada sulitnya peserta didik dalam
memahami konsep dasar trigonometri.
Terlebih dalam matematika peminatan,
peserta didik akan sangat kesulitan untuk
mengikutinya jika tidak memahami konsep
yang dipelajari di matematika wajib.

Rekan Sejawat (Supri Yatno, S.Pd) :


Peserta didik kesulitan dalam memahami
konsep dasar trigonometri yang harusnya
sudah tuntas dipelajari di matematika wajib.
Kepala Sekolah (Salihin, S.Pd., M.Si) :
Guru belum maksimal dalam menghadirkan
pembelajaran yang inovatif yang mampu
meningkatkan partisipasi peserta didik
dalam pembelajaran. Hal ini juga bisa
disebabkan guru tidak merancang
pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik sehingga
pembelajaran dirasa tidak menyenangkan
bagi peserta didik. Peserta didik cenderung
bosan, diperparah lagi mereka tidak paham
pada materi yang diajarkan oleh guru.

2 Rendahnya Berdasarkan hasil analisis dari


kemampuan koneksi Kajian Literatur kajian literatur dan hasil
matematis peserta wawancara, rendahnya kemampuan
didik kelas XI pada 1. Mennurut Hanah, dkk (2020) Peserta didik koneksi matematis peserta didik
materi Persamaan tidak mampu menganalisis soal dan kelas pada materi Persamaan
Trigonometri Bentuk menghubungkan dengan bentuk persamaan Trigonometri Bentuk Kuadrat
Kuadrat. trionometri sehingga kesulitan adalah:
menggunakan rumus trigonometri.
1. Kemampuan analisis peserta
Daftar Pustaka: didik yang rendah terhadap
Hanah, Lindi, et al. "Analisis Kesulitan Siswa materi dan soal yang disajikan.
Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Terlebih peserta didik juga
Trigonometri." Prosiding Seminar Nasional belum paham terhadap konsep
Pendidikan Matematika (SNPM). Vol. 2. No. 1. dasar.
2022.
2. Peserta didik tidak mampu
http://fkip-
unswagati.ac.id/ejournal/index.php/snpm/article mengaitkan antartopik
/view/1025 matematika dan antartopik
matematika dengan topik lain.
2. Menurut Ulya, dkk (2016) rendahnya
kemampuan konenksi matematis peserta 3. Guru belum berhasil
didik disebabkan : membangun pengetahuan
(1) Peserta didik tidak mampu mengaitkan matematis melalui rancangan
antartopik matematika dan antartopik pembelajaran yang dihadirkan
matematika dengan topik lain; dan di kelas.
(2) Peserta didik tidak mampu
menggunakan matematika dalam bidang 4. Kurangnya literasi peserta didik
studi lain dan atau dalam kehidupan sehari- dalam upaya memahami
hari. konsep-konsep ilmu
matematika.
Melalui kemampuan koneksi matematis,
peserta didik harusnya mampu
menyelesaikan masalah matematika dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan
seharihari. Hal ini sesuai dengan hakikat
matematika, bahwa matematika adalah ilmu
yang erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari siswa (Ulya dkk, 2016).

Daftar Pustaka:
Ulya, Iik Faiqotul, Riana Irawati, and Maulana
Maulana. "Peningkatan kemampuan koneksi
matematis dan motivasi belajar siswa
menggunakan pendekatan kontekstual." Jurnal
Pena Ilmiah 1.1 (2016): 121-130.

https://ejournal.upi.edu/index.php/penailmiah/a
rticle/view/2940

Hasil wawancara:

Rekan Sejawat (Supri Yatno) : Rendahnya


kemampuan matematika dasar peserta didik
masih menjadi kendala utama dalam
pembelajaran matematika. Hal ini tentu akan
berimbas pada materi apapun, terlebih
mengenai materi-materi yang menuntut
kemampuan koneksi matematis peserta didik
dalam penyelesaiannya.

Guru (Risa Andini) : Pemahaman peserta didik


terhadap konsep materi tersebut masih kurang
disebabkan kurangnya literasi peserta didik
dalam memahami konsep-konsep ilmu
matematika.

Kepala Sekolah (Wiyanto, S.Pd., M.Si): Guru


belum berhasil membangun pengetahuan
matematis melalui rancangan pembelajaran
yang dihadirkan di kelas. Hal tersebut dapat
terwujud dengan menggunakan pendekatan dan
teknik pembelajaran guna memudahkan guru
dalam menyampaikan materi ajar.
3 Peserta didik Setelah melakukan analisis
kesulitan dalam Kajian Literatur berdasarkan kajian literatur dan
menentukan hasil wawancara, peserta didik
penyelesian masalah 1. Menurut Hartati (dikutip dari Septiahani, kesulitasn dalam menentukan
kontekstual pada Melisari, & Zanthy, 2020) peserta didik penyelesaian masalah kontekstual
materi Barisan dan kesulitan menentukan rumus suku ke-n dari pada materi Barisan dan Deret
Deret. suatu permasalahan barisan aritmatika dan disebabkan oleh:
geometri. Peserta didik sulit
mengidentifikasi informasi – informasi 1. Rendahnya kemampuan
yang diberikan melalui soal yang analisis peserta didik dalam
selanjutnya berdampak pada kesulitan mengidentifikasi informasi
dalam menentukan langkah-langkah yang diberikan melalui soal
penyelesaiannya. Permasalahan lainnya 2. Rendahnya kemampuan
adalah siswa yang tidak memahami konsep peserta didik dalam
suku pertama dari suatu barisan . pemecahan masalah.
3. Guru belum berhasil dalam
Daftar Pustaka: menerapkan metode
Hartati, Suci. "Analisis Kesulitan Siswa SMA pembelajaran yang dapat
dalam Memahami Materi Barisan dan memudahkan peserta didik
Deret." SUPERMAT: Jurnal Pendidikan memahami materi
Matematika 5.2 (2021): 85-95. pembelajaran di kelas.
http://jurnal.stkipbima.ac.id/index.php/SM/articl
e/view/728

2. Menurut Silaban dan Halomoan (2021)


Kemampuan pemecahan masalah sangatlah
penting dan harus di kembangkan dalam
pembelajaran matemtika. Namun banyak
siswa yang belum optimal dalam
memecahkan masalah, karena pada
kenyataanya kemampuan pemecahan
masalah ini belum dikuasai oleh siswa.

Daftar Pustaka:
Silaban, Ayu Marida, and Jitu Halomoan
Lumbantoruan. "Analisis Kesulitan Dalam
Pemecahan Masalah Pada Materi Barisan
dan Deret Aritmatika Siswa Kelas XI IPA di
SMA HKBP Lintongnihuta." (2021)
http://repository.uki.ac.id/6105/.

Hasil wawancara:

Rekan Sejawat (Supri Yatno, S.Pd):


Peserta didik kurang literasi untuk
memahami konsep materi barisan dan deret.
Lemahnya kemampuan koneksi matematis
peserta didik tak lepas dari lemahnya peserta
didik dalam memahami masalah kontekstual
pada meteri barisan dan deret.

Guru (Fatimah, S.Pd) : Peserta didik tidak


menyimak dengan baik penjelasan guru
terkait materi pelajaran.

Kepala Sekolah (Salihin, S.Pd., M.Si) :


Peserta didik kesulitan dalam mengolah
informasi dari soal yang disajikan sehingga
menyulitkan peserta didik dalam
merumuskan ke bentuk matematika. Hal ini
bisa saja disebabkan karena guru belum
berhasil dalam mentransfer ilmu mengenai
konsep barisan dan deret.

4 Rendahnya intensitas Setelah melakukan analisis kajian


komunikasi antara Kajian Literatur literatur dan hasil wawancara,
guru dan orang tua penyebab rendahnya intensitas
terkait 1. Megawati & Kahar (2017) mengatakan komunikasi antara guru dan orang tua
perkembangan bahwa partisipasi orang tua ke sekolah terkait perkembangan peserta didik di
peserta didik di kelas masih kurang karena apa bila di undang kelas adalah :
untuk menghadiri rapat-rapat tertentu orang
tua siswa kurang yang datang hanya 1. Partisipasi orang tua terhadap
beberapa yang menyempatkan waktunya agenda ke sekolah masih kurang.
Orang tua sering berhalangan
Daftar Pustaka: hadir ke sekolah saat ada
Megawati, M., & Kahar, F. (2017). Pengaruh undangan rapat bersama ketua
komunikasi orang tua dengan guru terhadap komite sekolah.
peningkatan kualitas pembelajaran. Jurnal
Office, 3(1), 33- 42. 2. Tidak semua orang tua memiliki
https://doi.org/10.26858/jo.v3i1.3458
alat komunikasi untuk
menghubungi guru terkait diskusi
2. Komunikasi yang efektif antara orang tua
perkembangan peserta didik di
dan guru dibutuhkan dalam rangka
kelas. Begitu juga sebaliknya.
menyamakan persepsi kedua belah pihak
tentang hal yang dibutuhkan dalam
pendidikan anak. Keduanya harus saling 3. Guru bidang studi kurang
membantu dan mengetahui bagaimana dilibatkan ketika ada
upaya penanganan pembinaan anak di pemanggilan orang tua saat
sekolah,keterlibatan peserta didik dalam peserta didik bermasalah di
proses belajar mengajar,pola interaksi dan sekolah. Sehingga guru tidak
komunikasi selama di sekolah danmasalah punya kesempatan secara
yang ditemukan di sekolah. Begitu juga langsung menjelaskan kondisi
sebaliknya, pihak sekolah mengetahui yang selama ini dialami oleh anak
apa dan bagaimana yang terjadi di di dalam kelas, berikut juga
rumah terutama terkait dengan hambatan belajar yang dihadapi.
kegiatanbermain anak di luar rumah, Namun biasanya hal tersebut
aktivitas belajar di rumah,interaksi dengan disampaikan oleh guru kepada
sesama anggota keluarga dan problemyang wali kelas atau guru BK untuk
muncul selama berada di rumah ditindaklanjuti.
(Pusitaningtyas, 2016).

Pusitaningtyas, Anis. "Pengaruh komunikasi


orang tua dan guru terhadap kreativitas
siswa." Proceedings of the ICECRS 1.1
(2016): v1i1-632.
https://icecrs.umsida.ac.id/index.php/icecrs/
article/view/1282

3. Menurut Triwardhani, dkk (2020)


Mendorong keterlibatan orang tua di
sekolah sangat tidak mudah. Hal yang
umum terjadi orang tua siswa hanya datang
pada saat menerima rapor atau ketika
anaknya bermasalah disekolah. Padatnya
waktu aktivitas orang tua menjadi sebuah
salah satu kendala.

Triwardhani, I. J., Trigartanti, W.,


Rachmawati, I., & Putra, R. P. (2020).
Strategi Guru dalam membangun
komunikasi dengan Orang Tua Siswa di
Sekolah. Jurnal Kajian Komunikasi, 8(1),
99-113.
https://doi.org/10.24198/jkk.v8i1.23620

Hasil wawancara:

Teman sejawat dan guru : Faktor ekonomi


yang mengharuskan orang tua lebih fokus
pada pekerjaan dan menyerahkan
sepenuhnya kepada guru tentang bagaimana
kondisi anak di kelas. Orang tua jarang
bertanya pada guru mengenai
perkembangan pada anak.

Pakar (Dede Suhery, M.Pd): Hal ini bisa


disebabkan karena guru bidang studi kurang
dilibatkan ketika ada pemanggilan orang tua
saat peserta didik bermasalah di sekolah.
Sehingga guru tidak punya kesempatan
secara langsung menjelaskan kondisi yang
selama ini dialami oleh anak di dalam kelas,
berikut juga hambatan belajar yang
dihadapi. Namun biasanya hal tersebut
disampaikan oleh guru kepada wali kelas
atau guru BK untuk ditindaklanjuti.

Kepala Sekolah dan Pengawas : Tidak


semua orang tua memiliki alat komunikasi
untuk menghubungi guru terkait diskusi
perkembangan peserta didik di kelas.begitu
juga sebaliknya.
5 Masih ada guru yang Kajian Literatur Berdasarkan hasil analisis terhadap
mengajar matematika kajian literatur dan hasil
di kelas tidak 1. Menurut Amin dkk (dikutip dari Sesiorina, wawancara, penyebab masih ada
menggunakan 2014) Guru dituntut mampu membuat RPP guru matematika di kelas tidak
dan/atau sesuai RPP. yang berkualitas, yaitu RPP yang memiliki menggunakan dan/atau sesuai RPP
tujuan yang terukur, kegiatan yang diatur adalah:
secara berurutan dengan baik, media yang
praktis, efektif, dan sesuai, dan penilaian 1. Guru lebih menyesuaikan
yang mengakomodasi perspektif dengan keadaan kelas saat
pembelajaran yang berpusat pada siswa. pembelajaran berlangsung
sehingga terkadang tidak
Amin, Ihdi, et al. "Kualitas Rencana sesuai RPP yang sudah
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan dipersiapkan
Implementasinya dalam Pembelajaran 2. Masih ada guru yang belum
Matematika SMA." JNPM (Jurnal Nasional mampu menyusun RPP secara
Pendidikan Matematika) 4.1 (2020): 125- mandiri. Ada guru yang masih
141. mendapatkan RPP dari hasil
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/JNPM/artic download yang bisa saja
le/view/2914/1712 berakibat pada kurangnya
pemahan terhadap isi
2. Pentingnya menyusun RPP yang disusun rancangan sehingga kesulitan
secara profesional, sistematis, dan berdaya dalam pengaplikasiannya.
guna, dapat meningkatkan kemampuan 3. Guru lebih berfokus pada
pendidik untuk melihat, mengamati, materi yang disampaikan
menganalisis, dan memprediksi program dibandingkan metode
pembelajaran sebagai kerangka kerja yang penyampaian materi.
logis dan terencana (Chusni dkk dikutip
dalam Zendrato, 2016). 4. RPP hanya dijadikan sebagai
syarat administrasi guru
Chusni dkk (2017) Menyadari begitu
pentingnya RPP dalam pelaksanaan
pembelajaran, setiap pendidik harus
memiliki paradigma bahwa perencanaan
pembelajaran adalah suatu hal yang wajib
dilakukan sebelum mengajar di kelas.
Pendidik perlu mengetahui bahwa RPP
berisi garis besar yang dikerjakan oleh guru
dan peserta didik selama proses
pembelajaran sehingga perlu disusun secara
optimal dengan menggunakan metode yang
bervariasi, kreatif dan inovatif guna menarik
perhatian siswa (Chusni dkk dikutip dalam
Larlen, 2013).
Chusni, Muhammad Minan, et al.
"Peningkatan kemampuan menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berbasis saintifik bagi calon guru
fisika." Scientiae Educatia: Jurnal
Pendidikan Sains 6.2 (2017): 125-143.
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index
.php/sceducatia/article/view/1952/1438

Hasil wawancara

Rekan Sejawat (Supri Yatno, S.Pd): Guru


lebih berfokus pada materi yang
disampaikan dibandingkan metode
penyampaian materi.

Guru (Fatimah, S.Pd) : Guru lebih


menyesuaikan dengan keadaan kelas saat
pembelajaran berlangsung sehingga
terkadang tidak sesuai RPP yang sudah
dipersiapkan.

Pakar dan pengawas: Sebenarnya setiap


guru sudah mempunyai perangkat ajar
(termasuk RPP) yang memang sudah harus
disiapkan di awal semester melalui program
supervisi oleh kepala sekolah dan pengawas.
Hanya saja masih ada guru yang tidak
menyusun RPP secara mandiri. Ada guru
yang masih mendapatkan RPP dari hasil
download yang bisa saja berakibat pada
kurangnya pemahan terhadap isi RPP
tersebut sehingga kesulitan dalam
pengaplikasiannya. Akhirnya RPP hanya
dijadikan sekedar syarat administrasi
sebagai guru.

Kepala Sekolah (Wiyanto, S.Pd., M.Si):


Lemahnya kemampuan guru dalam
menyusun RPP mengindikasikan lemahnya
kompetensi guru dalam hal pedagogis.
Keterampilan guru dalam mengelola kelas
selama pembelajaran berlangsung harus
dituangkan dalam bentuk RPP yang disusun
berdasarkan silabus dari kurikulum yang
sesuai.
6 Guru belum Kajian Literatur
memaksimalkan Setelah melakukan analisa
penerapan 1. Menurut Kaharuddin (2020) Pembelajaran berdasarkan kajian literatur dan hasil
pembelajaran inovatif yang inovatif merupakan pembelajaran yang wawancara, guru belum
pada materi Rumus dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, memaksimalkan penerapan
Trigonometri Jumlah tidak seperti yang biasanya dilakukan, dan pembelajaran inovatif di kelas XI
dan Selisih Dua Sudut. bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam pada materi Rumus Trigonometri
membangun pengetahuan sendiri dalam Jumlah dan Selisih Dua Sudut
rangka proses perubahan perilaku ke arah disebabkan oleh:
yang lebih baik sesuai dengan potensi dan
perbedaan yang dimiliki siswa.
1. Kurangnya pemahaman guru
Daftar Pustaka: pada model pembelajaran
Kaharuddin, A. (2020). Pembelajaran Inovatif & inovatif menjadi hambatan guru
Variatif (Vol. 2020). Pusaka Almaida. dalam melaksanakannya di
kelas.
2. Rozi & Asteria (2020) mengatakan bahwa
salah satu faktor penyebab adanya hambatan 2. Kurangnya kemampuan guru
guru dalam melaksanakan pembelajaran dalam mengembangkan media
inovatif adalah kurangnya kemampuan guru pembelajaran yang menarik
dalam mengembangkan media dalam di kelas yang sesuai
pembelajaran yang menarik dalam dengan karakteristik peserta
pembelajaran di kelas. didik. Apalagi materi
trigonometri rumus jumlah dan
Daftar Pustaka: selisih dua sudut merupakan
Rozi, F. & Asteria, P. V. (2020). Peningkatan materi yang cukup sulit dikuasai
Kemampuan Guru Dalam Pengembangan Media oleh siswa SMA kelas XI IPA
Pembelajaran Berbasis Literasi Melalui Kkg
sehingga guru memerlukan
Mini. Jurnal Pendidikan MINDA, 1 (1). 50-60.
https://doi.org/10.30656/gauss.v3i2.2
kreativitas untuk merancang
717 pembelajaran inovatif untuk
dapat diterapkan di kelas.
3. Menurut Luciana dikutip dalam Soedjadi
(2007 : 9) matematika memiliki 3. Guru lebih terbiasa mengajar
karakteristik yaitu : memiliki objek kajian dengan metode ceramah dan
yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, diskusi kelompok biasa.
berpola pikir deduktif, memiliki simbol
yang kosong dari arti, memperhatikan
semesta pembicaraan dan konsisten dalam
sistemnya. Berdasarkan karakteristik
itulah, materi trigonometri rumus jumlah
dan selisih sinus dan kosinus dua sudut
merupakan materi yang cukup sulit dikuasai
oleh siswa SMA kelas XI IPA. Oleh karena
itu, perlu disiapkan sebuah desain
pembelajaran yang bisa diikuti siswa secara
aktif dan memudahkan siswa dalam
memahami materi tersebut.

Daftar Pustaka:
Luciana, Nia. "Penerapan Model Discovery
Learning Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Dan Hasil Belajar Matematika
Peminatan Mengenai Rumus Jumlah Dan Selisih
Sinus Dan Kosinus Dua Sudut Pada Siswa Kelas
Xi Ipa 1 Sma Negeri 1 CISAAT." CENDEKIA:
Jurnal Ilmu Pengetahuan 1.2 (2021): 106-111.
https://jurnalp4i.com/index.php/cendekia/article
/view/152

Hasil wawancara:

Pakar (Dede Suhery, M.Pd): Guru kurang


memahami model pembelajaran inovatif
yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik. Harusnya guru dapat berinovasi
dalam pembelajaran dengan menghadirkan
unsur sains dan teknologi serta hal yang
menyenangkan, peserta didik akan lebih
tertarik untuk mengikuti pelajaran.

Pengawas (Hakimin, M.Pd): Guru lebih


terbiasa mengajar dengan metode ceramah
dan diskusi kelompok biasa. Hal ini tentu
tidak baik, karena guru terkesan tidak update
dan upgrade keterampilan dalam mengajar
yang bisa berpengeruh pada hasil belajar
peserta didik.

Kepala Sekolah (Salihin, S.Pd): Guru


kurang terampil dalam penerapan model
pembelajaran inovatif di kelas. Tidak bisa
dipungkiri memang terkadang ada kendala
dari fasilitas disekolah, namun itu bukanlah
hal utama. Biasanya kita akan upayakan
kebutuhan guru dalam pembelajaran di kelas
semaksimal mungkin meski terkadang butuh
proses dalam realisasinya. Intika pihak
sekolah sangat mendukung kreativitas guru
dalam mengajar di kelas.

Rekan sejawat dan Guru: Guru sudah


mempersiapkan model pembelajaran
inovatif, namun pada penerapannya tidak
sesuai rancangan karena harus disesuaikan
dengan kondisi peserta didik dan keadaan
kelas saat pembelajaran berlangsung.

7 Peserta didik Kelas X Kajian Literatur Setelah melakukan analisa dari kajian
kesulitan literatur dan hasil wawancara, adapun
menyelesaikan 1. Menurut Fakhrunnisa (dikutip dalam faktor yang menyebabkan peserta
masalah kontekstual Saputro, 2019) Salah satu materi didik kesulitan dalam menyelesaikan
pada materi matematika yang terlihat abstrak adalah masalah kontekstual pada materi
Penerapan Fungsi fungsi eksponen, padahal materi ini luas Penerapan Fungsi Eksponensial
Eksponensial penerapannya di dalam kehidupan nyata dan adalah :
pada bidang ilmu lainnya. Oleh sebab itu,
memperkenalkan masalah kontekstual 1. Rendahnya kemampuan
matematis terkait fungsi eksponen bagi analisa peserta didik dalam
siswa SMA menjadi sangat penting. Sejalan mengidentifikasi informasi –
dengan hal tersebut, tujuan pemebelajaran informasi yang diberikan
matematika sesuai dengan Kurikulum 2013 melalui soal.
khususnya pada materi fungsi eksponen,
menekankan pada kemampuan pemecahan 2. Guru kurang mengenalkan
masalah kontekstual matematis peserta didik pada masalah
dibandingkan dengan melakukan kontekstual terkait materi
pembuktian teorema. penerapan fungsi
eksponensial kepada peserta
Daftar Pustaka: didik.
Fakhrunisa, Fauziah. WAYS OF THINKING
SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM 3. Metode pembelajaran yang
PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL laksanakan guru belum
MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI berhasil meningkatkan
EKSPONEN. Diss. Universitas Pendidikan
kemampuan analisis peserta
Indonesia, 2021.
http://repository.upi.edu/59838/
didik pada masalah
2. Menurut Hartati (dikutip dari Septiahani, kontekstual.
Melisari, & Zanthy, 2020) peserta didik sulit
mengidentifikasi informasi – informasi 4. Peserta didik tidak
yang diberikan melalui soal yang memahami konsep dasar
selanjutnya berdampak pada kesulitan eksponen.
dalam menentukan langkah-langkah
penyelesaiannya.

Hasil wawancara:

Rekan Sejawat (Supri Yatno) : Peserta


didik tidak memahami konsep dasar
eksponen, hal ini membuat pembelajaran
terhambat karena guru harus menjelaskan
berulang, tak jarang pula guru mengajarkan
kembali tentang operasi dasar matematika.

Guru (Wenny Kartika, S.Pd): Peserta


didik kurang memahami sifat – sifat dalam
bilangan berpangkat.

Kepala Sekolah (Salihin, S.Pd., M.Si):


Tidak bisa dipungkiri bahwa penguasaan
konsep terhadap materi dasar eksponen
sangat mempengaruhi kemampuan peserta
didik dalam menyelesaikan masalah
kontekstual. Namun, metode pembelajaran
yang dirancang juga memegang peranan
yang penting. Guru harus bisa
menghadirkan metode pembelajaran yang
mampu meningkatkan penalaran dan
analisis peserta didik sehingga dapat
mengaitkan permasalahan kontekstual
kedalam bentuk metematika sehingga bisa
membuat pola dan menentukan
penyelesaiannya. Guru juga bisa mengaitkan
pembelajaran pada fenomena menarik yang
dekat hubungannya dengan peserta didik.

8 Materi pembelajaran Kajian Literatur Setelah dianalisis, penyebab materi


di kelas belum pembelajaran di kelas belum
sepenuhnya berbasis 1. Diani & Apriyono (2021) menyatakan sepenuhnya berbasis HOTS, adalah :
HOTS bahwa kegiatan implementasi pembelajaran
berbasis HOTS adalah: 1. Matrikulasi (dasar matematika)
1) Perencanaan dilaksanakan dengan siswa yang rendah dan banyak
membuat silabus dan RPP. Dalam RPP siswa yang belum mampu
terdapat tujuan pembelajaran dan kegiatan mengaitkan konsep dasar materi
inti yang terkandung indikator dari kegiatan dengan soal-soal HOTS.
berpikir tingkat tinggi meskipun masih ada
yang di bawah level C3. 2. Bimbingan guru kepada peserta
2) Pelaksanaan pembelajaran dilakukan didik dalam menyelesaikan soal –
menggunakan aktivitas berpikir tingkat soal HOTS belum maksimal
tinggi meskipun belum semua aktivitas melalui rancangan pembelajaran
terlaksana. yang mampu merangsang tingkat
3) Evaluasi pembelajaran dilakukan saat berfikir peserta didik ke level yang
PAS genap. Guru tidak menggunakan soal lebih jauh secara bertahap.
HOTS untuk materi aturan sinus dan
cosinus, tetapi ada soal berbasis HOTS yang 3. Guru belum berhasil membawa
digunakan di luar materi tersebut. Guru peserta didik berpikir secara kritis
belum menerapkan kegiatan evaluasi dan kreatif untuk
berbasis HOTS sepenuhnya. mengintrepretasikan,
menganalisa, dan memanipulasi
Daftar Pustaka: informasi guna mengetahui
Diani, N. S., & Apriyono, F. (2021). kebenaran sebuah informasi
Pembelajaran Berbasis Higher Order Thinking dalam memecahkan masalah.
Skills Materi Aturan Sinus dan Cosinus di
SMAN Rambipuji. Indonesian Journal of
Mathematics and Natural Science Education,
2(1), 52-71.
https://doi.org/10.35719/mass.v2i1.60

3. Saraswati & Agustika (2020) mengatakan


pesatnya perkembangan pengetahuan dan
teknologi abad 21, menuntut manusia
memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Pada dunia pendidikan, HOTS
merupakan kemampuan berpikir siswa yang
tidak hanya mengingat tetapi juga
diharapkan untuk dapat mengembangkan
ide.

Daftar Pustaka:
Saraswati, P. M. S., & Agustika, G. N. S. (2020).
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam
Menyelesaikan Soal HOTS Mata Pelajaran
Matematika. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 4(2),
257–269.
https://doi.org/10.23887/jisd.v4i2.2533 6

4. Menurut Chuseri, dkk (dikutip dalam


Suhaesti Julianingsih, Undang Rosidin, &
Ismu Wahyudi, 2017) mengemukakan
bahwa HOTS merupakan cara berpikir
siswa dengan mengendalikan
kemampuannya untuk menganalisis,
mencipta, dan mengevaluasi semua
masalah. Dapat disimpulkan bahwa
aktivitas HOTS adalah proses berpikir
secara kritis dan kreatif yang terjadi secara
kompleks dalam diri seseorang untuk
mengintrepretasikan, menganalisa, dan
memanipulasi informasi guna mengetahui
kebenaran sebuah informasi dalam
memecahkan masalah.

Daftar Pustaka:
Chuseri, Achmad, Titi Anjarini, and Riawan
Yudi Purwoko. "Pengembangan Modul
Matematika Berbasis Realistik Terintegrasi
Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pada
Materi Bangun Ruang." Alifmatika: Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika 3.1
(2021): 18-31.
https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/Alifmat
ika/article/view/958

Hasil wawancara:

Teman Sejawat (Supri Yatno, S.Pd):


Kemampuan peserta didik masih berada
pada level soal – soal level rendah.
Matrikulasi (dasar matematika) peserta
didik yang rendah berpengaruh pada
kemampuan mengaitkan konsep dasar
materi dengan soal-soal HOTS yang rendah
pula.

Guru (Risa Andini, S.Pd): Peserta didik


kurang berlatih mengerjakan soal – soal
secara mandiri.

Pakar (Dede Suhery, M.Pd): Bimbingan


guru kepada peserta didik dalam
menyelesaikan soal –soal HOTS belum
maksimal. Harusnya guru merancang
pembelajaran yang mampu membawa
peserta didik secara bertahap berfikir ke
level yang lebih jauh. Bisa saja dirangsang
menggunakan konsep-konsep dan soal-soal
sederhana yang kemudian dikaitkan kepada
kaidah atau sifat-sifat matematis yang
berlaku pada materi bersangkutan.

Pengawas (Hakimin, M.Pd): Guru belum


berhasil mengakomodir peserta didik
berpikir secara kritis dan kreatif untuk
menganalisa suatu informasi untuk
memecahkan masalah.

9 Guru belum Kajian Literatur Setelah melakukan analisa


maksimal dalam berdasarkan kajian literatur dan hasil
menerapkan media 1. Firmadani (2020) mengatakan bahwa ada wawancara, guru belum maksimal
pembelajaran beberapa media pembelajaran berbasis dalam menerapkan media
matematika berbasis teknologi yang dapat digunakan untuk pembelajaran berbasis teknologi
teknologi menunjang proses pembelajaran. Media disebabkan karena:
tersebut antara lain Media Audio, Media
Visual, dan Media Audio Visual. Media 1. Ada keterbatasan guru dalam
pembelajaran tersebut dapat menggunakan teknologi dalam
diimplementasikan dalam semua materi pembelajaran, sehingga perlu
yang ada, selain itu, dapat berlatih tentang penggunaan
diimplementasikan di dalam semua jenjang teknologi dalam pembelajaran.
pendidikan, tentunya pengajar dituntut
untuk terus berinovasi dengan media 2. Guru kurang memanfaatkan
pembelajaran yang akan digunakan. Banyak TIK secara optimal dalam
manfaat yang dapat dirasakan dengan rancangan pembelajaran
adanya media pembelajaran berbasis berbasis teknologi.
teknologi, selain dapat menarik minat
belajar peserta didik juga dapat 3. Guru merasa ada meteri
meningkatkan hasil prestasi belajar. Oleh tertentu dalam matematika
karena media pembelajaran berbasis yang sulit diterapkan media
teknologi sangat diharapkan untuk pembelajarannya
dimanfaatkan di dalam proses pembelajaran. menggunakan teknologi.

Daftar Pustaka:
Firmadani, F. (2020). Media pembelajaran
berbasis teknologi sebagai inovasi pembelajaran
era revolusi industri 4.0. KoPeN: Konferensi
Pendidikan Nasional, 2(1), 93-97.
https://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/matem
atika/article/view/1357/pdf

2. Menurut Irvani, dkk (2020) mengatakan


Belum semua guru di sekolah telah
memanfaatan TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) secara optimal.

Daftar Pustaka:
Irvani, A. I., Warliani, R., & Amarulloh, R. R.
(2020). Pelatihan Pemanfaatan Teknologi
Informasi Komunikasi Sebagai Media
Pembelajaran. Jurnal PkM MIFTEK, 1(1), 35-
41.
https://doi.org/10.33364/miftek/v.1-1.35

Hasil wawancara:

Pakar (Dede Suhery, M.Pd): Menurut saya


guru sudah berusaha menerapkan teknologi
dalam pembelajaran, hanya saja mungkin
belum maksimal. Hal ini bisa saja
disebabkan ada materi tertentu yang belum
bisa diaplikasikan dalam bentuk media
pembelajaran berbasis teknologi. Hal ini
tentu membuat guru perlu mendapat
pelatihan guna menambah keterampilan
dalam pembelajaran berbasis teknologi.
Secara umum, faktor lain yang menjadi
pengaruh adalah ketersedian sarana di
sekolah.

Kepala Sekolah (Wiyanto, S.Pd., M.Si):


Adanya guru yang kurang motivasi dalam
dalam menggunakan teknologi dalam
pembelajaran atau guru kurang berlatih dan
membiasakan diri dalam penggunaan
teknologi dalam pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan.

Teman sejawat dan Guru: Guru merasa


ada meteri tertentu yang sulit diterapkan
menggunakan teknologi.
Pengawas (Hakimin, M.Pd): Jaringan
internet yang tidak stabil menjadi kendala
dalam menerapkan pembelajaran berbasis
teknologi. Fasilitas perangkat yang kurang
memadai dalam penerapan pembelajaran
berbasis teknologi.

Anda mungkin juga menyukai