Anda di halaman 1dari 5

Judul materi : Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian

Manajemen Sumber Daya (SDM) / Siklus Penggajian adalah serangkaian kegiatan


bisnis dan operasi perhitungan terkait yang terkait dengan manajemen keterampilan
karyawan yang efektif, dan memiliki tugas sebagai berikut:
1. Rekrutmen dan pekerjaan
2. Pelatihan
3. Distribusi pekerjaan
4. Evaluasi kinerja
5. Karena sukarela Atau pemecatan karyawan dengan penghentian paksa
6. Penggajian
A. Sistem Informasi Siklus SDM/Penggajian
1. Tinjauan Proses MSDM dan Kebutuhan Informasi
Keberhasilan suatu organisasi tergantung pada karyawan dengan
keterampilan dan karyawan termotivasi oleh pengetahuan. Mengenali
nilai pengetahuan dan keterampilan karyawan dapat membantu
perusahaan lebih memahami biaya aktual yang terkait dengan
pergantian karyawan yang berlebihan.
2. Ancaman dan Pengendalian
Kegiatan manajemen sumber daya manusia/penggajian didasarkan
pada database terintegrasi informasi tentang karyawan, gaji, dan waktu
karyawan yang dihabiskan. Ada beberapa ancaman terhadap siklus
penggajian/ SDM. Bahaya pertama adalah bahwa data yang tidak
akurat akan menyebabkan inefisiensi dalam penempatan staf dan
penugasan personel untuk melakukan tugas yang tidak tepat, yang
mengakibatkan kesalahan pembayaran karyawan dan evaluasi kinerja
yang tidak akurat. Ancaman kedua adalah pengungkapan informasi
sensitif yang tidak sah, yang dapat menyebabkan masalah moral
karyawan. Risiko ini dapat dikurangi dengan membatasi akses ke data
master karyawan yang memerlukan hak akses tersebut untuk
melakukan tugas mereka melalui otentikasi multi-faktor dan kontrol
keamanan fisik. Ancaman keempat adalah mempekerjakan pekerja
tidak terampil dan bahkan pencuri, yang akan meningkatkan biaya
produksi dan menyebabkan pencurian aset. Hal ini dapat diatasi
melalui proses rekrutmen yang sesuai
B. Aktivitas Siklus Penggajian
1. Memperbarui Database Induk Penggajian
Aktivitas pertama dalam siklus manajemen sumber daya manusia
melibatkan pemutakhiran database penggajian induk untuk
mencerminkan berbagai jenis perubahan yang diusulkan secara
internal: karyawan baru, PHK, perubahan tingkat upah, atau
perubahan target upah. Selain itu, data induk harus diperbarui secara
berkala untuk mencerminkan perubahan tarif pajak dan pengurangan
asuransi.
2. Memvalidasi Data dan Waktu Kehadiran
Data absensi karyawan memiliki catatan yang berbeda-beda sesuai
dengan status gaji karyawan tersebut. Karyawan yang mendapatkan
upah secara teratur biasanya mencatat pekerjaan mereka di kartu
waktu. Majikan/bos menggunakan jadwal ini untuk menentukan biaya
dan secara akurat menagih pelanggan untuk layanan yang diberikan
oleh perusahaan.
3. Menyiapkan Penggajian
Saat menyiapkan penggajian, pertama-tama proses penggajian dan
urutkan transaksi yang diverifikasi berdasarkan nomor karyawan. Jika
organisasi terdiri dari beberapa departemen, setiap file transaksi
penagihan harus digabungkan. File transaksi yang telah diurutkan
kemudian digunakan untuk menyiapkan gaji karyawan.
4. Mengeluarkan Penggajian
Setelah penggajian siap, petugas penggajian meninjau dan menyetujui
penggajian. Setelah meninjau daftar penggajian dan tanda terima,
teller membuat dan menandatangani cek untuk mentransfer dana dari
rekening penggajian perusahaan. Setoran langsung adalah cara untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi serta menghemat biaya upah
dengan mengurangi biaya pembelian, pemrosesan dan pendistribusian
cek kertas, serta mengurangi biaya bank dan pos.
C.  Opsi Outsourcing: Biro Jasa Penggajian dan Organisasi Pengusaha
Profesional
Biro Layanan Penggajian atau Payroll Service Bureau adalah organisasi atau
perusahaan yang mengelola penggajian (master file) untuk setiap klien dan
menangani penggajian untuk mereka. Professional Employers Organizations
(PEO) tidak hanya memproses penggajian, tetapi juga menyediakan layanan
sumber daya manusia seperti desain dan manajemen penggunaan karyawan.
Karena sempitnya jangkauan layanan yang mereka berikan, biaya kantor
penggajian biasanya lebih rendah daripada PEO.

Kasus Kelompok 19C2


Judul Kasus : Kasus Penunggakan Gaji Karyawan BUMN PT INTI
Kronologi kasus :
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau PT INTI memiliki
kewajiban pembayaran gaji kepada karyawannya yang telah tujuh bulan lamanya
tak dibayarkan. Direktur Utama PT INTI, Otong Iip mengemukakan tunggakan
terjadi sejak Mei 2019. Kendati demikian, pembayaran utang gaji secara bulanan
terus dilakukan. Direktur Utama PT INTI mengklaim selama kurun waktu 2020,
ada pembayaran angsuran utang gaji hingga Agustus 2020. Tunggakan terjadi
karena Cash Flow Operation (CFO) dan ekuitas perusahaan yang berada di posisi
negatif selama lima tahun terakhir sehingga tidak memiliki likuiditas untuk
membayar beban operasional rutin termasuk gaji karyawan Salah satu
penyebabnya dikarenakan proyek-proyek masa lalu yang dikerjakan oleh
perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Hal ini terus berlanjut hingga
perusahaan memiliki utang non-produktif mencapai 90 persen dan manajemen
baru mulai melakukan program transformasi pada lingkup bisnis, keuangan,
SDM, dan proses bisnis serta tata kelola perusahaan, sekaligus melakukan
restrukturisasi utang dan optimalisasi aset pada 2019 lalu. Hal ini didukung
dengan masuknya INTI ke dalam klaster industri telekomunikasi sehingga
perusahaan memiliki arah dan fokus bisnis yang lebih jelas dengan lebih
memfokuskan pelanggan Telkom Group. Upaya tersebut mulai membuahkan
hasil. Performa perusahaan pada Januari hingga Agustus 2020 berada dalam
kondisi yang mulai membaik. Ini ditunjukkan oleh posisi pertumbuhan
pendapatan, EBITDA, dan net income perusahaan yang tumbuh secara
signifikan, meskipun secara CFO masih negatif karena menanggung utang masa
lalu yang cukup besar. Solusi yang tengah dijalankan manajemen saat ini dalam
upaya penyehatan perusahaan dilakukan melalui transformasi bisnis dengan
memperbesar pola Business to Business (B2B) dengan Telkom Group,
transformasi keuangan dengan melakukan restrukturisasi atas utang perseroan
dan perolehan dana talangan dari berbagai sumber dengan tetap berpedoman
pada kaidah tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
Solusi dari kasus :
Solusi yang saat ini sedang dilakukan manajemen untuk mengembalikan
perusahaan adalah dengan memperluas transformasi bisnis model business-to-
business (B2B) dengan grup telekomunikasi, transformasi keuangan melalui
restrukturisasi utang perusahaan dan pengadaan bantuan pasokan dari berbagai
sumber, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan
yang Baik (GCG).
Pendapat saya mengenai kasus yang dibahas:
Menurut saya, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) telah
menyelesaikan kasus ini dengan sangat baik. Upaya mereka membuahkan hasil
yang baik di sana dan memperbaiki situasi perusahaan.

Kasus Kelompok 20B3


Judul kasus : Siklus Sumber Daya Manusia dan Penggajian CV Surya Jaya
Abadi
Kronologi kasus :
CV Surya Jaya Abadi sering mengalami kesalahan pengupahan, padahal sudah
memiliki sistem pengupahan yang terkomputerisasi. Setiap kesalahan yang
terjadi disebabkan oleh sistem akuntansi yang memiliki sistem absensi tersendiri,
dan tidak terhubung dengan sistem yang terkomputerisasi, sehingga dilakukan
secara manual. CV Surya Jaya Abadi Kesalahan penggajian biasanya disebabkan
oleh faktor manusia, sering kali staf berpendapat karena ketidakhadiran manual
mereka sendiri, mereka telah melupakan keberadaan sidik jari. Faktor selanjutnya
adalah faktor sistem, absensi yang tidak berhubungan dengan komputer harus
dilakukan secara manual, sehingga kesalahan dalam memasukkan angka absensi
jauh lebih besar.
Solusi dari kasus :
Solusi yang dapat ditemukan CV Surya Jaya Abadi adalah dengan memperbaiki
sistem pengendalian penggajian internal terkait pemisahan tanggung jawab dan
wewenang untuk menghindari kecurangan. CV Surya juga harus memperkuat
dan memperkuat sop absensi.
Pendapat saya mengenai kasus yang dibahas:
Menurut saya penyebab kasus ini adalah tidak adanya kebijakan resume
mengenai absensi karyawan. Menurut saya sistem yang ada hanya cocok untuk
satu kemungkinan yaitu sidik jari, karena keberadaan sistem tersebut langsung
terkomputerisasi menggunakan sidik jari. Jika perusahaan terus menggunakan
sidik jari dan sistem kehadiran buatan, maka proses penyesuaian antara kehadiran
sidik jari dan kehadiran buatan menjadi tidak valid.

Anda mungkin juga menyukai