A. Nama Pelatihan
Nama pelatihan yang diikuti adalah Pendidikan dan Pelatihan Teknis Administrasi
Kejaksaan (TAK) yang diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan
Republik Indonesia berdasarkan Surat Pemanggilan Peserta Pendidikan dan Pelatihan
Teknis Administrasi Kejaksaan (TAK) Tahun Anggaran 2022 Nomor : B – 4564
/C.4/Cp.2/04/2022, meliputi kurang lebih 58 jam pelajaran. Diklat TAK diselenggarakan
dalam 6 (enam) gelombang untuk golongan II yaitu :
1. 6 (enam) Gelombang untuk peserta CPNS Golongan II yaitu:
a. Gelombang I dimulai tanggal 10 Mei 2022 sampai dengan 19 Mei 2022;
b. Gelombang II dimulai tanggal 24 Mei 2022 sampai dengan 2 Juni 2022;
c. Gelombang III dimulai tanggal 7 Juni 2022 sampai dengan 15 Juni 2022;
d. Gelombang IV dimulai tanggal 21 Juni 2022 sampai dengan 29 Juni 2022;
e. Gelombang V dimulai tanggal 5 Juli 2022 sampai dengan 14 Juli 2022;
f. Gelombang VI dimulai tanggal 19 Juli 2022 sampai dengan 27 Juli 2022.
Selanjutnya peserta juga mengikuti Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil yang
disebut Latsar CPNS (Peraturan LAN No.1 Tahun 2021) adalah Pendidikan dan pelatihan
dalam Masa Prajabatan yang dilakukan secara terintegritas untuk membangun integritas
moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang. Latsar ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang
dilakukan secara terintegritasi. Kompetensi diukur berdasarkan kemampuan dalam
menunjukkan sikap Bela Negara, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam
pelaksanaan tugas jaabtannya, mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menunjukkan penguasaan tugas
kompetensi Teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas.
B. Narasumber / Pengajar / Fasilitator
Berikut ini adalah Daftar Mata Pelajaran pada Diklat Teknis Administrasi Kejaksaan
(TAK) dan nama Nara Sumber/Pengajar/Fasilitator.
JUMLAH 58
NO.
MATERI PENJELASAN
1.
Pemberlakuan PDUK Pegawai
Bukan pegawai
Setiap orang yang berada di lingkungan kejaksaan.
2.
Lingkungan Lingkungan perkantoran kejaksaan
Kejaksaan Rumah jabatan
Perumahan dinas pegawai
Rumah sakit kejaksaan
Adhyaksa Loka Center
Taman Pusara Adhyaksa
Tempat-tempat lain yang berkaitan dengan tugas kedinasan.
3.
Ruang Lingkup Hak dan kewajiban
Ketertiban
Keamanan
Keprotokolan
Pengamanan Pimpinan
Kesejahteraan dan Kesehatan
NO.
MATERI PENJELASAN
D. Kajian Administrasi
1. Tugas Pokok Dan Fungsi Serta Administrasi Pembinaan Dan Persuratan Dinas
Pembinaan merupakan bagian dari bidang yang ada di Kejaksaan dibawah
Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan, yang mana unsur pembantu pimpinan
dalam melaksanakan tugas dan wewenang di Kejaksaan di bidang pembinaan,
bertanggungjawab kepada Jaksa Agung. Yang mempunyai wewenang dan
tugas melaksanakan tugas Kejaksaan di bidang pembinaan.
Lingkup bidang pembinaan meliputi pembinaan atas perencanaan,
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaranan, organisas dan
ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, pengelolaan kekayaan milik negara,
pertimbangan hukum, penyusunan peraturan perundang-undangan, kerjasama
luar negeri, pelayanan dan dukungan teknis lainnya.
Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan menyelenggarakan fungsi :
a. Perencanaan dan perumusan kebijakan di bidang pembinaan, koordinasi
dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan.
b. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan
c. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga baik di dalam
negri maupun di luar negeri
d. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di
bidang pembinaan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Jaksa Agung
Tata Naskah Dinas adalah pengelolaan informasi tertulis (naskah) yang
mencangkup pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan,
distribusi dan penyimpanan serta media yang digunakan dalam komunikasi
kedinasan.Tata naskah dinas meliputi, tata persuratan, distribusi, formulir dan
media.
Naskah Dinas adalah semua informasi tertulis sebagai alat komunikasi
kedinasan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan
instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan.
Kejaksaan RI memiliki ketentuan yang berkaitan dengan tata naskah dinas ;
a. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-026/JA/3/1978 Tgl 31 Maret
1978 tentang ketentuan-ketentuan pokok administrasi surat menyurat
umum dalam lingkungan kejaksaan RI.
b. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: KEP-112/JA/11/1981 tgl 30
November 1981 tentang pedoman penyusunan dan bentuk tata naskah
dinas kejaksaan RI
c. Kepuutusan Jaksa Agung RI Nomor : KEP-161/JA/11/1982 tgl 5
November 1982 tentang penyempurnaan lampiran I dan II Kepja No:
KEP-112/JA/11/1981 tgl 30 November 1981 tentang pedoman
penyusunan dan bentuk tata naskah dinas Kejaksaan RI.
2. Tugas Pokok Dan Fungsi Serta Administrasi Intelijen
Intelijen adalah kemampuan mempelajari sesuatu berdasarkan pengetahuan,
informasi dan pengumpulan informasi rahasia. Intelijen adalah orang yang bertugas
mencari keterangan dan mengamati seseorang. Jadi, Intelijen (Pasal 1 angka 1 UU
ni. 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara) adalah Pengetahuan, Organisasi, dan
Kegiatan yang terkait dengan perumusan kebijakan, strategi nasional, dan
pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi dan fakta yang
terkumpul melalui metode kerja untuk pendeteksian dan peringatan dini dalam
rangka pencegahan, penangkalan dan penanggulangan setiap ancaman terhadap
keamanan nasional. Salah satu hal yang terpenting dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi intelejen adalah menghasilkannya produk intelijen yang dilaksanakan secara
baku dalam Administrasi Intelijen sebagaimana diatur dalam Peraturan Jaksa
Agung Nomor 024/A/JA/08/2014. Berdasarkan UU. No. 11 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Undang – Undang No. 16 Tahun 2016 tentang Kejaksaan RI dalam
bidang Intelijen Penegakan Hukum, Kejaksaan berwenang:
a. Menyelenggarakan fungsi penyelidikan, pengamatan, dan penggalangan
untuk kepentingan penegakan hukum;
b. Menciptakan kondisi yang mendukung dan mengamankanpelaksanaan
pembangunan;
c. Melakukan kerja sama intelijen penegakan hukum dengan Lembaga
intelijen dan/atau penyelenggara intilijen negara lainnya, di dalam maupun
di luar negeri;
d. Melaksanakan pencegahan korupsi, kolusi, nepotisme; dan
e. Melaksanakan pengawasan multimedia.
V. BERAKHLAK
1. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai Core Values ASN yaitu
BerAKHLAK. Core Values sendiri adalah kewajiban moral tertentu yang
diharapkan dari ASN untuk mewujudkan pelaksanaan tugas instansi atau unit
kerjanya. Berorientasi Pelayanan merupakan sikap setiap ASN yang harus
berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Perilaku
Berorientasi Pelayanan yang harus dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi
tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang pertama ini diantaranya:
1) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
2) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
3) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan
4) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
b) Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:
1) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah; dan
3) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
c) Melakukan perbaikan tiada henti.
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
1) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; dan
2) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk
dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan
mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan
aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani
dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani
dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda
untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan,
keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat
sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu
layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik
dari hari ini (doing something better and better).
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan
di era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari
rutinitas dan business as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu
perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan
itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik. Konteks atau permasalahan
publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam memberikan layanannya menjadi
akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.
2. Akuntabel
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks
Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
a) Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi;
b) Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
c) Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak
sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan,
Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan,
Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang
akuntabel.
3. Kompeten
Kompetensi dalam konteks ASN adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1
PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor penting
untuk mewujudkan pegawai professional dan kompetitif.
Dalam Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, meliputi :
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau
mengelola unit organisasi; dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku
dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan
prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh
hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Terkait dengan perwujudan kompetensi ASN dapat diperhatikan dalam Surat
Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam poin 4, antara lain,
disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubahi:
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah adalah keniscayaan. Pendekatan pengembangan mandiri ini
disebut dengan Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-
centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu
melakukan konektivitas dalam basis online network.
Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber
keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau
instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain.
Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang
mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam
organisasi dan atau luar organisasi.
b. Membantu orang lain belajar :
Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor
termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer
pengetahuan.
Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam
“pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open
Forums).
Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti laporan, 54 presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah
disimpan dan diambil (Knowledge Repositories). Aktif untuk akses dan
transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk
pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari
refleksi pengalaman (lessons learned).
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik :
Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap
organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis,
hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan
karya manusia.
Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak
dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup
seseorang.
Setiap ASN harus menerapkan Learn, Unlearn, dan Relearn agar tidak menjadi
terbelakang secara pengetahuan dan keahlian dengan perubahan yang terjadi dari
waktu ke waktu. Penyesuaian paradigma belajar melalui learn, unlearn dan relearn
menjadi sangat penting agar dapat bertahan dalam kehidupan dan tantangan
kedepan. Langkah – Langkah dari membiasakan proses belajar learn, unlearn, dan
relearn, sebagai berikut:
1. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah halhal yang benar-
benar baru, dan lakukan secara terusmenerus. Proses belajar ini dilakukan
dimana pun, dalam peran apa apun, sudah barang tentu termasuk di tempat
pekerjaannya masing-masing.
2. Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui
berupa pengetahuan dan atau kehalian. Proses ini harus terjadi karena apa
yang ASN ketahui ternyata tidak lagi sesuai atau tak lagi relevan. Meskipun
demikian, ASN tak harus benar-benar melupakan semuanya, untuk hal-hal
yang masih relevan. Misalnya, selama ini, saudara berpikir bahwa satu-
satunya cara untuk bekerja adalah datang secara fisik ke kantor. Padahal,
konsep kerja ini hanyalah salah satunya saja. Kita tak benar-benar
melupakan “kerja itu ke kantor”, namun membuka perspektif bahwa itu
bukanlah pilihan tunggal. Ada cara lain untuk bekerja, yakni bekerja dari
jarak jauh.
3. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita benar-benar
menerima fakta baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam
unlearn.
4. Harmonis
Makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional
yang mengandung citacita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut
kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Kita
sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa
dan negara Indonesia.
Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan
(chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati,
menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain. Nasionalisme dalam arti
sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak
menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-
beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering
disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain.
Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat
kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak positif bagi
karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan
internal, dan kinerja secara keseluruhan. Analogi yang sama dapat diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat, Pola Harmoni merupakan sebuah usaha untuk
mempertemukan berbagai pertentangan dalam masyarakat. Hal ini diterapkan pada
hubungan-hubungan sosial ekonomi untuk menunjukkan bahwa kebijaksanaan sosial
ekonomi yang paling sempurna hanya dapat tercapai dengan meningkatkan
permusyawaratan antara anggota masyarakat. Pola ini juga disebut sebagai pola
integrasi.
Penerapan sikap perilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. Tidak
hanya saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku bagi
stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
a. Toleransi;
b. Empati; dan
c. Keterbukaan terhadap perbedaan.
5. Loyal
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat
memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku loyal yang semestinya dipahami
dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri
dari:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi,
kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb” :
a) Komitmen
Perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau hubungan keterikatan
dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
b) Dedikasi
Pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang
mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan
yang teguh.
c) Kontribusi
Keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam berbagai
bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme,
finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai
sesuatu yang lebih baik dan efisien.
d) Nasionalisme
Suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan bahwa kesetiaan
terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau
bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-
sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau
kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
e) Pengabdian
Perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga sebagai
perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua
itu dilakukan dengan ikhlas.
6. Adaptif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptif adalah
karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan
diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat
mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan.
Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya
keberlangsungan kehidupan. Tantangan yang berpotensi menjadi penyebab gagalnya
organisasi memperoleh pengetahuan baru adalah tantangan yang sifatnya adaptif.
Karena sifat tantangan ini yang baru yaitu baru pertama kali dihadapi oleh
organisasi, maka tentu saja organisasi belum memiliki pengetahuan untuk
mengatasinya.
Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang
kompleks dan terus berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek
administrasi publik, proses-proses kebijakan publik dan penyelenggaraan
pemerintahan ke depan. Dalam kondisi di mana perubahan adalah sesuatu yang
konstan, dengan nilai sosial ekonomi masyarakat yang terus bergerak, disertai
dengan literasi publik yang juga meningkat, maka cara sektor publik dalam
menyelenggarakan fungsinya juga memerlukan kemampuan adaptasi yang memadai.
Perubahan lingkungan strategis ini menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Tidak
ada satu pun negara ataupun pemerintahan yang kebal akan perubahan ini, pun
demikian dengan Indonesia.
Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar negara mendorong
adanya pergeseran peta kekuatan ekonomi, dimana daya saing menjadi salah satu
ukuran kinerja sebuah negara dalam kompetisi global. Analog dengan perilaku
pelaku usaha yang bersaing satu sama lain, maka negara pun dihadapkan pada
situasi berkompetisi dengan negara lainnya dalam pencapaian kinerjanya. Maka dari
itu sudah sepatutnya seorang ASN mampu untuk beradaptasi terkait perubahan-
perubahan tersebut.
Terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk
pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think
again) dan berpikir lintas (think across).
Pertama, pemerintah harus berpikir ke depan untuk memahami bagaimana masa
depan akan mempengaruhi negara dan menerapkan kebijakan untuk memungkinkan
orang-orang mereka mengatasi potensi ancaman dan mengambil memanfaatkan
peluang baru yang tersedia.
Kedua, lingkungan turbulensi dan perubahan dapat membuat kebijakan masa
lalu menjadi usang dan tidak efektif bahkan jika mereka telah dipilih dengan cermat
dan penuh pertimbangan. Jadi perlu dipikirkan kembali kebijakan dan program yang
ada untuk menilai apakah masih relevan dengan agenda nasional dan kebutuhan
jangka panjang masyarakat. Kebijakan dan program kemudian harus direvisi
sehingga mereka dapat terus menjadi efektif dalam mencapai tujuan penting.
Ketiga, dalam ekonomi pengetahuan baru, kelangsungan hidup membutuhkan
pembelajaran dan inovasi yang konstan untuk menghadapi tantangan baru dan
memanfaatkan peluang baru. Hal ini berarti bahwa pemerintah perlu berpikir lintas
mengenai batas-batas negara dan domain tradisional dalam pencarian ide-ide dan
praktik yang menarik menarik yang dapat disesuaikan dan dikontekstualkan dengan
lingkungan domestik mereka.
Pemerintahan yang dinamis terjadi ketika pembuat kebijakan terus-menerus
berpikir ke depan untuk melihat perubahan dalam lingkungan, berpikir kembali
untuk merenungkan apa yang sedang mereka lakukan, dan berpikir untuk belajar
dari orang lain, dan terusmenerus menggabungkan persepsi, refleksi, dan
pengetahuan baru ke dalam keyakinan, aturan, kebijakan dan struktur untuk
memungkinkan mereka beradaptasi dengan mengubah lingkungan.
7. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi
saat ini. Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini
yaitu disrupsi di semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja
milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas dan fleksibilitas. Morgan (2020)
mengungkapkan lima tantangan yang dihadapi yaitu new behaviour, perkembangan
teknologi, tenaga kerja milenial, mobilitas tinggi, serta globalisasi.
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat
birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon
ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan
harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara
lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan
yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.