Anda di halaman 1dari 5

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Jurusan : Semua jurusan


Nama Dosen : NILA TRISNA, SH,MH
Mata Kuliah : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SKS :2
Pertemuan :1
Standar Kompetensi : Mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
Kewarganegaraan agar secara konsisten mampu mewujudkan rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, dalam menguasai, menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral.
Kompetensi dasar : Mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah
perkembangan pendidikan kewarganegaraan.
Indikator : Setelah mata kuliah ini berakhir, diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan pengertian kewarganegaraan.
b. Menjelaskan perkembangan ilmu kewarganegaraan.
c. Menjelaskan visi dan misi Mata kuliah kewarganegaraan.
d. Menjelaskan tujuan Mahasiswa mempelajari mata kuliah
kewarganegaraan.

I. Tujuan Pembelajaran :-
II. Materi ajar :

SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN TUJUAN


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

1. Pengertian Kewarganegaraan.
Kewarganegaraan dalam bahasa Latin disebut “Civis” selanjutnya dari kata civis
ini dalam bahasa Inggris timbul kata “Civis” artinya warga Negara atau
kewarganegaraan. Dari kata “Civis” lahir kata “Civics”, ilmu kewarganegaraan dan
civic education, pendidikan kewarganegaraan.
Pelajaran civics mulai diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1970 dalam
rangka “mengamerikakan bangsa Amerika” atau yang terkenal dengan nama “Theory
of Americanization”. Sebab seperti diketahui, bangsa Amerika berasal dari berbagai
bangsa yang datang di Amerika Serikat dan untuk menyatukan menjadi bangsa
Amerika inilah perlu diajarkan Civics bagi warga Negara Amerika Serikat. Dalam taraf
tersebut, pelajaran civics membicarakan masalah “Goverment”, hak dan kewajiban
warga Negara, dan civics merupakan bagian dari ilmu politik.
Di Indonesia pelajaran civics telah dikenal sejak zaman Hindia Belanda dengan
nama Burger Kunde, Indische Burgerschap Kunde yang ditulis oleh P.Tromps dan
Recht en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor iedereen) yang ditulis oleh J.B.
Vortman. Dari kedua buku ini berlainan isinya/ materi serta peninjauannya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada waktu zaman Hindia Belanda belum terdapat kesatuan
pendapat tentang materi Burger Kunde (Civics).
Pada tahun 1950 setelah Indonesia merdeka, kedua buku ini masih menjadi
pegangan guru civics di Sekolah Menengah Atas. Tetapi dalam mata pelajaran terurai
bahwa kewarganegaraan yang diberikan di samping tata Negara adalah tugas dan
kewajiban warga Negara terhadap pemerintah, masyarakat, keluarga dan diri sendiri.
Kemudian pada tahun 1955 barulah ada buku tentang kewarganegaraan yang
berbahasa Indonesia, dengan judul “Inti Pengetahuan Warga Negara” yang disusun
oleh MR. J.C.T. SiMorangkir, Mr. Gusti Mayur dan Mr. Sumintarjo. Kemudian pada
tahun 1961 istilah kewarganegaraan diganti dengan istilah kewargaan atas prakarsa
Dr. Saharjo, maksud penggantian tersebut adalah untuk disesuaikan dengan pasal 26
ayat (2) UUD 1945 dan menitik beratkan pada warga. Warga artinya anggota, jadi
warga Negara berarti anggota dari suatu Negara sehingga dengan demikian terdapat
perbedaan antara hak dan kewajiban antara warga Negara (orang asing).
Pada tahun 1972, diadakan seminar nasional pengajaran dan pendidikan civics
(civics education) di Tawang Mangu, Surakarta. Sehingga memperoleh ketegasan
batasan-batasan istilah yaitu:
a. Civics diganti dengan ilmu kewargaan Negara yaitu suatu disiplin ilmu yang
objek studinya mengenai peranan para warga Negara dalam bidang spiritual,
sosial, ekonomi, politis, yuridis, cultural sesuai dan sejauh yang diatur dalam
pembukaan UUD 1945 dan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Civics education diganti dengan pendidikan Kewargaan Negaraan, yaitu suatu
program pendidikan yang tujuan utamanya membina warga Negara yang lebih
baik menurut syarat-syarat, kriteria dan ukuran, ketentuan-ketentuan
Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945.
Perkembangan sistem pendidikan nasional yang demikian pesat, mengharuskan
Ditjen Dikti Depdiknas pada tanggal 10 Agustus 2000 menghasilkan keputusan Dirjen
Dikti No. 267/DIKTI/Kep/2000 Tentang Penyempurnaan Kepribadian Pendidikan
Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi di Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan (civics education) atau civics memiliki banyak
pengertian dan istilah. Tidak jauh berbeda dengan pengertian ini, Muhammad Numan
Somantri merumuskan pengertian Civics sebagai ilmu Kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan : (a). Manusia dalam perkumpulan –
perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, dan politik); (b). Individu-
individu dengan Negara.
Jauh sebelum itu, Edmonson (1958) manyatakan bahwa makna civics selalu
didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang
terkait dengan kewajiban, hak dan hak-hak istimewa warga Negara. Pengertian ini
menunjukkan bahwa civics merupakan cabang dari ilmu politik, sebagaimana tertuang
dalam Dictionary of education.
Zamroni berpendapat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis
dan bertindak demokratis, melalui aktivitas.
menanamkan kesadaran kepada generasi baru tentang kesadaran bahwa demokasi
adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat ; demokrasi adalah suatu. learning process yang tidak dapat begitu saja
meniru dari masyarakat lain ; kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan
mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.
Menurut Somantri, Pendidikan Kewarganegaraan di tandai oleh ciri-ciri sebagai
berikut :
a) Civic Education adalah; kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah;
b) Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat
menumbuhkan hidup dan prilaku yang lebih baik dalam masyarakat demokratis.
c) Dalam civic education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman,
kepentingan masyarakat, pribadi, dan syarat-syarat objektif untuk hidup
bernegara.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.


Berdasarkan keputusan DIKTI No 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan
kewarganegaraan dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi.
- Visi pendidikan kewarganegaraan : merupakan sumber nilai pedoman
pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini
berdasarkan pada realitas bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa
yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan
cinta tanah air, manusia dan bangsanya.
- Misi pendidikan kewarganegaraan : untuk membantu memantapkan
kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar
Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni dengan rasa
tanggung jawab dan bermoral.
- Kompetensi yang diharapkan adalah : Untuk menjadi ilmuwan dan profesional
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban,
serta agar mahasiswa menjadi warga Negara yang memiliki daya saing,
berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan pancasila.
I. METODE PEMBELAJARAN
- Dosen mengadakan orientasi kegiatan belajar mengajar sesuai dengan sasaran
dan tujuan pembelajaran, yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran yang
akan berlangsung.
- Dosen mengadakan motivasi kepada mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran.
- Dosen melaksanakan awal (pretest) yaitu untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman mahasiswa tentang materi pembelajaran yang akan diajarkan.

II. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


 Dengan menggunakan metode ceramah bervariasi Tanya jawab, Dosen
menjelaskan materi pembelajaran.
 Dosen dan Mahasiswa mengadakan Tanya jawab tentang materi yang telah
dijelaskan Dosen.
 Mahasiswa memberikan kesimpulan terhadap hasil pembelajaran yang telah
dilakukan secara individual.
 Dosen mengadakan test akhir, terhadap kegiatan pembelajaran secara
individual.

III. PENUTUP
- Dosen mengadakan umpan balik terhadap hasil pembelajaran Mahasiswa.
- Dosen menganalisis terhadap hasil pembelajaran yang telah dicapai Mahasiswa
dalam kegiatan pembelajaran.
Sumber Belajar
- Kaelan, Achmad Zubaidi, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma,
Yogyakarta.
- A. Ubaedillah, Abdul Rozak, 2008, Pendidikan Kewargaan, Kencana Prenada
Media Group Jakarta.
- Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan,
Pradnya Paramitha Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai