Anda di halaman 1dari 3

Judul Assessment of lobster fisheries and sustainable

management
strategies: A case study of EAFM in Central Lombok
Indonesia
Pengarang Sitti Hilyana, Nurliah Buhari, Soraya Gigentika1,
Sadikin Amir, Saptono Waspodo, Mahardika R.
Himawan dan Edwin Jeffri
Reviewer Muhammad Adam Pahlevy (190302078)
Latar Belakang Pengelolaan perikanan lobster yang berkelanjutan
penting untuk menjaga ketersediaan sumber daya dan
menjamin keberlanjutan operasi. Pendekatan
Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan (EAFM)
adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk mencapai
tujuan sosial-ekonomi dengan tetap
mempertimbangkan ekosistem dan interaksi manusia-
ekosistem secara seimbang melalui pengelolaan yang
terpadu, menyeluruh dan berkelanjutan.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status
pengelolaan perikanan lobster dan strategi kebijakan
pengelolaan perikanan lobster yang berkelanjutan.
Pengambilan data dilakukan di tiga sentra
penangkapan lobster yaitu Teluk Awang, Teluk
Bumbang dan Teluk Gerupuk.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan selama 14 minggu dari bulan
Agustus sampai November 2019. Daerah penelitian
berada dibawah yurisdiksi Kecamatan Pujut
Kabupaten Lombok Tengah, dan mencakup tiga
lokasi: Teluk Awang, Teluk Bumbang dan Teluk
Gerupuk (Gambar 1). Ketiga teluk ini berhadapan
langsung dengan Samudera Hindia dan merupakan
pusat perikanan lobster WPP 573.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode
wawancara terstruktur dengan kuesioner, focus group
discussion (FGD) dan konsultasi publik. Wawancara
terstruktur dengan nelayan lobster dilakukan untuk
mengetahui ukuran individu, spesies dan volume
tangkapan. Wawancara mendalam juga dilakukan
dengan informan kunci. Selain itu, dilakukan FGD
dengan nelayan lobster di tiga lokasi tersebut.
Konsultasi publik dilakukan dengan berbagai
pemangku kepentingan untuk mengkonfirmasi hasil
penilaian.
Penilaian status pengelolaan perikanan lobster
menggunakan metode evaluasi Ecosystem Approach
to Fisheries Management (EAFM) dengan enam
domain dan 32
indikator. Domain yang dinilai adalah domain
sumber daya (stok), habitat dan ekosistem,
teknologi perikanan, domain sosial, ekonomi, dan
kelembagaan. Hasil penilaian masing masing domain
dan indicator dianalisis menggunakan teknik
multicriteria flag modelling dengan indicator
komposit. Perhitungan indikator komposit
menghasilkan nilai untuk setiap domain, yang
digunakan untuk menentukan nilai komposit
keseluruhan untuk perikanan lobster. Rekomendasi
intervensi untuk perbaikan pengelolaan perikanan
dikembangkan dengan menilai status pengelolaan
perikanan lobster menggunakan indikator EAFM.
Hasil dan Pembahasan Lobster ditangkap sebagai benih dan ketika
mereka mencapai ukuran konsumsi. Penangkapan
benih lobster secara besar-besaran dimulai pada tahun
2012 karena tingginya harga pasar. Nelayan
menemukan beberapa lobster yang telah mencapai
ukuran konsumsi (1 kg atau lebih), dan menganggap
bahwa salah satu penyebab kelangkaan ini adalah
meningkatnya jumlah nelayan. Khususnya lobster
berduri hias berukuran konsumsi menjadi lebih sulit
ditemukan dan nelayan harus melakukan perjalanan
ke tempat penangkapan ikan yang lebih jauh untuk
mendapatkan lobster berukuran konsumsi, sehingga
meningkatkan waktu tempuh.
Pada tahun 1994 tempat penangkapan lobster
dapat dicapai dalam waktu 30 menit; namun pada
tahun 2019, para nelayan harus menempuh perjalanan
sekitar dua jam. Nelayan juga mengatakan bahwa
ETP (spesies langka, terancam dan dilindungi) telah
diambil di masa lalu, terutama penyu, tetapi tidak ada
yang dipanen dalam dua tahun terakhir. Stok lobster
di Lombok Tengah dapat digambarkan mengalami
pertumbuhan dan perekrutan penangkapan yang
berlebihan. Growth overfishing terjadi ketika ikan
ditangkap sebelum mereka memiliki kesempatan
untuk tumbuh, sedangkan rekrutmen overfishing
terjadi ketika lebih sedikit juvenil yang masuk ke
perikanan. Perekrutan overfishing terjadi di perikanan
lobster Lombok Tengah karena degradasi habitat.
Ada kebutuhan untuk mengedukasi nelayan
tentang status stok lobster di wilayah pesisir Lombok
Tengah karena beberapa ekosistem pesisir
terdegradasi akibat pengembangan pariwisata. Perlu
juga dilakukan penelusuran ketersediaan dan status
sumberdaya lobster di perairan Lombok Tengah agar
data tersebut dapat digunakan untuk
menginformasikan kepada nelayan
Kesimpulan Secara keseluruhan status EAFM pengelolaan
perikanan lobster di Kabupaten Lombok Tengah
berada pada kategori Sedang. Dari enam domain
EAFM yang dianalisis, Domain Sumberdaya
Perikanan berstatus paling rendah (Buruk),
sedangkan Domain Habitat dan Ekosistem berada
pada kategori status Baik, dan empat dimensi sisanya
berstatus Sedang.
Keunggulan Keunggulan jurnal ini adalah menyajikan dengan
jelas dan lengkap latar belakang permasalahan dan
keseluruhan isinya dijelaskan secara jelas dan mudah
dipahami.
Kekurangan Menggunakan bahasa ilmiah yang banyak sehingga
sulit dalam memahami nya.

Anda mungkin juga menyukai