Anda di halaman 1dari 15

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


Hasil eksplorasi penyebab masalah
. diidentifikasi masalah
1. Peserta didik masih Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Peserta
memiliki semangat belajar Motivasi sangat diperlukan dalam didik masih memiliki semangat
yang sangat rendah. pelaksanaan proses belajar karena belajar yang sangat rendah adalah :
seseorang yang tidak memiliki motivasi 1. Guru secara individu harus
tidak akan melakukan kegiatan memberikan reward/ apresiasi
termasuk dalam belajar. (Marsudi, 2017 kepada peserta didik yang
: 19). memiliki prestasi dalam
pembelajaran.
Aktivitas dalam kegiatan belajar 2. Guru harus mencoba
merupakan hal yang sangat penting memberikan motivasi melalui
karena tanpa aktivitas belajar itu tidak banyak cara, salah satu nya
mungkin berlangsung dengan baik dengan menceritakan
(Merry Handani, 2018 : 5). pengalaman sukses orang-orang
hebat.
Seorang guru dituntut untuk berbicara 3. Rendahnya keingintahuan
lemah lembut kepada siswa, sehingga peserta didik terhadap materi
apa yang disampaikan mudah diingat pembelajaran.
dan dapat mengarah kepada perubahan
tingkah laku (Ahmat Yunus, 2020:10).

Wawancara dengan Peserta didik:


1. Guru menuntut standar diatas
kemampuan anak oleh karena itu
hanya sebagian kecil siswa yang
berhasil dengan baik dalam belajar
2. Kurangnya dukungan dari orang tua
karena kesibukkan orang tua

Wawancara dengan teman sejawat


guru (Iti Rusmiati,S.Pd):

1. Guru harus memanfaatkan media


sebagai salah satu cara
meningkatkan semangat motivasi
belajar peserta didik. Melalui media,
siswa bisa mendapatkan hal baru
yang belum pernah mereka dapatkan
sebelumnya.
2. Guru harus mencoba menciptakan
kompetisi atau persaingan yang
terjadi selama pembelajaran, melalui
kompetisi, mereka akan saling
membuktikan bahwa merekalah
yang terbaik. Agar menjadi yang
terbaik, siswa dituntut untuk terus
belajar. Kondisi inilah yang nantinya
bisa meningkatkan semangat dan
motivasi belajar siswa.
3. Guru harus memberikan Pujian yang
merupakan ucapan yang bisa
memberikan sentuhan positif secara
verbal. Melalui pujian, seseorang
akan merasa dihargai, begitu juga
dengan para peserta didik.

Guru masih menggunakan Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Guru


metode yang klasik dan Metode pembelajaran diartikan sebagai masih menggunakan metode yang
monoton. cara yang berisi prosedur baku untuk klasik dan monoton adalah :
melaksanakan kegiatan pembelajaran, 1. Guru kurang siap dalam
khususnya kegiatan penyajian materi memberikan materi
pelajaran kepada siswa (Jamil pembelajaran dan tidak sesuai
Suprihatiningrum, 2017:281) antara metode dan materi yang
diberikan, sehingga
Prawiladilaga, menyatakan metode pembelajaran terkesan monoton.
pembelajaran merupakan langkah- 2. Kebiasaan belum terbiasanya
langkah dan cara pendidik untuk para guru dan siswa dengan
menyampaikan pembelajaran, agar metode pembelajaran kekinian
tujuan pembelajaran tersebut tercapai, menjadi salah satu penyebab
(Kusnadi, 2018:11) metode pembelajaran
konvensional masih sering
Metode pembelajaran ialah metode digunakan.
yang digunakan untuk melaksanakan 3. Terkadang guru kurang percaya
rencana yang telah tersusun dalam diri dengan kemampuan
aktivitas nyata sehinggga tujuan yang mengajarnya, sehingga
sudah tersusun tercapai secara maksimal membuat pembelajaran berjalan
(Nining & Mistina, 2018:10). kurang menarik.

Wawancara dengan teman sejawat


guru ( Hj. Fitri Prihatin,M.Pd):
1. Kurangnya keterampilan guru
dalam melaksanakan
proses pembelajaran, bimbingan,
serta penggunaan media yang
belum optimal.
2. Pembelajaran yang masih
menekankan pada konsep-konsep
yang terdapat di dalam buku, dan
juga belum memanfaatkan
pembelajaran lingkungan sebab
guru masih menggunakan
pendekatan konvensional.
3. Guru kurang percaya diri dalam
menyapaikan materi pada saat
proses pembelajaran.

Peserta didik memiliki Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Peserta


kemampuan minat Baca Minat baca adalah kecenderungan jiwa didik memiliki kemampuan minat
yang rendah. seseorang secara mendalam yang Baca yang rendah adalah :
ditandai dengan perasaan senang serta 1. Siswa kurang termotivasi untuk
berkeinginan kuat untuk membaca tanpa membaca karena menganggap
adanya paksaan (Anjani, Dantes, dan ada cara lain yang lebih praktis
Arawan, 2019: 75). dan instan untuk memenuhi tugas
belajar.
Menurut Mansyur (2019: 3) minat baca 2. keberadaan game, baik di PC,
merupakan kesadaran individu untuk PS/dan android membuat siswa
membaca yang berawal dari dorongan menjadi maniak game sehingga
diri masingmasing yang didukung aktivitas membuka buku jarang
dengan lingkungan. dilakukan.
3. Metode dalam menstimulus siswa
Agar siswa memliki minat baca tinggi agar gemar membaca belum
maka membutuhkan beberapa hal optimal dilakukan.
diantaranya: lingkungan yang
mendukung, bahan bacaan yang
menarik, dan bimbingan terhadap
bacaan yang sesuai dengan tingkatan
umur siswa menurut (Anjani, Dantes,
dan Artawan, 2019: 75).

Wawancara dengan pakar


pendidikan (Eko Nursulistiyo,M.Pd):
Kondisi yang serba instan dan mudah
bisa membangun pola pikir/mindset
dalam diri siswa untuk mengandalkan
keberadaan mesin pencari informasi
tersebut (google/ internet) sehingga
membuat minat membaca siswa
menjadi rendah dan menurun.

Wawancara dengan teman Sejawat


guru ( Hj.Fitri Prihatin M.Pd):
1. Guru maupun orangtua kurang
memotivasi siswa untuk rajin
membaca, motivasi yang dimaksud
disini bukan sebatas motivasi
dalam bentuk retorika lisan
melainkan motivasi dengan
memperlihatkan contoh nyata.
2. Metode dalam menstimulasi siswa
agar termotivasi untuk membaca
harus bervariatif agar siswa/pelajar
menganggap kegiatan membaca
tersebut sebagai suatu kegiatan
yang menyenangkan.
Peserta didik kesulitan Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Peserta
dalam memahami tentang Pemahaman memiliki hubungan yang didik kesulitan dalam memahami
Listrik dan Magnet erat dalam minat siswa dalam belajar tentang rangkaian listrik adalah :
(Höft & Bernholt, 2019:622).
1. Kurangnya pendekatan personal
terhadap peserta didik dalam
Rendahnya pemahaman konsep dalam
pembelajaran.
belajar dapat menyebabkan siswa
memberikan jawaban yang berbeda
2. Kurangnya konsentrasi peserta
terhadap pertanyaan yang sama
didik selama proses
(Björklund & Pramling, 2017:68).
pembelajaran memahami materi
tentang rangkaian listrik.
Wawancara dengan teman sejawat
3. Rendahnya pemahaman konsep
guru (Hj. Fitri Prihatin,M.Pd) :
dan kurangnya kedisiplinan
1. Pembelajaran yang cenderung peserta didik dalam memahami
didominasi oleh guru, sehingga materi tentang rangkaian listrik.
proses pembelajaran hanya berjalan
satu arah saja.
2. Tingkat keaktifan peserta didik
dalam pembelajaran rendah.
3. Peserta didik jarang mengajukan
pertanyaan, sehingga siswa sulit
memahami materi tentang
rangkaian listrik.

Peserta didik menganggap Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Peserta


fisika sebagai pelajaran Kesulitan belajar adalah suatu kondisi didik menganggap fisika sebagai
yang sulit karena dalam suatu proses belajar yang pelajaran yang sulit karena
menghafal dan banyak ditandai dengan adanya hambatan- menghafal dan banyak mengandung
mengandung unsur
hambatan tertentu untuk mencapai hasil unsur matematis adalah :
matematis.
belajar. Hambatan-hambatan ini 1. Faktor kondisi lingkungan
mungkin disadari oleh orang yang keluarga peserta didik yang
mengalaminya dan mungkin juga tidak tidak terlalu mendukung proses
disadari, serta dapat bersifat sosiologis, belajar peserta didik
2. Minat dan bakat serta motivasi
psikologis ataupun fisiologis dalam
belajar yang rendah, sehingga
keseluruhan proses belajara nya, Maya peserta didik kesulitan dalam
Anggraini (2017:21). belajar.
3. Sarana dan prasarana yang tidak
The National Joint Comitte for memadai, sehingga belum
Learning Disabilities dalam Mulyono optimalnya pembelajaran yang
mengemukakan definisi kesulitan dilakukan.
belajar adalah sebagai berikut; kesulitan
belajar menunjuk pada sekelompok
kesulitan yang dimanifestasikan dalam
bentuk kesulitan yang nyata dalam
penggunaaan kemahiran dan
kemampuan mendengarkan, bercakap-
cakap, membaca, menulis, menalar atau
kemampuan (2018:22)

Wawancara dengan peserta didik :


1. Guru-guru menuntut standar
diatas kemampuan siswa, Oleh
karena itu hanya sebagian kecil
siswa yang berhasil dengan baik
dalam belajar.
2. Kurangnya pendekatan dengan
siswa sehingga menimbulkan
kesulitan belajar peserta didik,
sehingga sulit dalam memahami
pembelajaran tentang rangkaian
listrik.
3. Motivasi belajar siswa yang rendah
juga dapat menyebabkan sulitnya
peserta didik dalam pembelajaran.
Peserta didik tidak mampu Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Peserta
menerapkan langkah- Kemampuan numerasi merupakan didik tidak mampu menerapkan
langkah yang kemampuan menerapkan konsep langkah-langkah konversi satuan
mengandung komponen bilangan, keterampilan operasi hitung yang mengandung komponen
numerasi.
dan kemampuan menjelaskan suatu numerasi adalah :
informasi yang terdapat di sekitar kita 1. Kurangnya pembiasaan oleh
(Han, dkk. (2017). siswa untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan
Pelaksanaan literasi numerasi di sekolah materi maupun soal numerasi.
memiliki beberapa hambatan yakni 2. Siswa kurang aktif bertanya dan
rendahnya minat siswa terhadap hanya menerima materi apa
pembelajaran yang berkaitan dengan yang diberikan oleh guru.
matematika, kemampuan siswa dalam 3. Terkadang siswa beranggapan
memahami masalah masih rendah, materi numerasi tidak terlalu
sistem pembelajaran yang masih penting untuk dipelajari secara
bersifat konvensional dan monoton, mendalam.
buku yang digunakan kurang maksimal,
dan keterampilan guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran
juga masih belum maksimal (Fauzi et
al., 2020).

Wawancara dengan peserta didik :


1. Siswa sulit memahami materi
pelajaran karena kurang fokus dan
konsentrasi terhadap materi yang
diberikan.
2. Terkadang penjelasan guru sulit
untuk dipahami karena guru
menjelaskan materi terlalu cepat.
3. Siswa kurang melatih diri dalam
mempelajari numerasi pada materi
pembelajaran.
Wawancara dengan pakar
pendidikan (Eko Nursulistiyo,M.Pd):
1. Kemampuan analisis numerik
masih kurang
2. Motivasi rendah karena asumsi
fisika sulit
2. Guru cenderung mengajar Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Guru
dengan kategori tinggi Gaya mengajar guru yang monoton cenderung mengajar dengan kategori
sehingga peserta didik dalam pembelajaran haruslah dihindari tinggi sehingga peserta didik dengan
dengan kategori rendah agar pembelajaran berjalan secara katogeri rendah dan sedang masih
dan sedang masih susah susah mengikuti pelajaran adalah :
efektif dan efisien. Guru juga harus
mengikuti pelajaran. 1. Guru hanya mengajar yang
menerapkan komponen-komponen
bertujuan untuk memenuhi
variasi gaya mengajar agar
materi, sehingga lupa akan
pembelajaran tidak berjalan pasif. Oleh
kemampuan peserta didik yang
karena itu, dalam menjalankan
bervariasi dalam memahami
pengajaran guru harus berpikir sistem
setiap meteri pelajaran yang
artinya dalam penyelenggaraan
diberikan.
pengajaran guru harus memiliki
2. Guru hanya mengandalkan cara
keunikan agar anak didik tidak
mengajar yang sama setiap
merasakan kejenuhan dalam
pembelajaran, sehingga kurang
memperoleh pelajaran. (Afi Parmawi
memperhatikan kebutuhan
2019:8).
peserta didik.
3. Evaluasi hanya dilakukan untuk
Salah satu keterampilan dalam gaya
menilai, bukan untuk
mengajar adalah penggunaan variasi
memperbaiki cara belajar
dalam gaya mengajar. Adapun variasi
peserta didik.
dalam gaya mengajar meliputi:
penggunaan variasi suara, pemusatan
perhatian siswa, kesenyapan sejenak,
mengadakan kontak pandang, gerakan
badan dan mimik, dan pergantian posisi
guru dengan bergerak, (Abdul Majid,
2016: 266-270).

Wawancara dengan pakar


pendidikan (Eko Nursulistiyo,M.Pd):
Terkadang guru - guru menganggap
semua peserta didik mampu mencapai
pembelajaran yang dinginkan tanpa
mempertimbangkan kemampuan setiap
individu peserta didik.

Wawancara dengan teman sejawat


guru (Iti Rusmiati,S.Pd):
1. Guru jarang melakukan refleksi
setelah pembelajaran.
2. Guru jaran melakukan evaluasi
karena setiap siswa mempunyai
kekuatan, kelemahan, minat, dan
perhatian yang berbeda-beda.

Sebagian peserta didik Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab


kurang memahami konsep Akhmat Sudrajat mengatakan bahwa: Sebagian peserta didik kurang
dasar pengetahuan materi. menghubungkan kemampuan dengan memahami konsep dasar
kata kecakapan. Setiap individu pengetahuan materi adalah :
memiliki kecakapan yang berbeda-beda 1. Cara belajar peserta didik yang
dalam melakukan tindakan. Kecakapan salah, sehingga membuat
ini mempengaruhi potensi yang ada mereka kurang memahami
dalam diri individu tersebut. Proses konsep dasar pengetahuan
pembelajaran yang mengharuskan siswa materi.
mengoptimalkan segala kecakapan yang 2. Tingkat kecerdasan dan
dimiliki. (Sriyanto:2017:21). pemahaman peserta didik
terhadap materi pembelajaran
Menurut Abrori (2019), Lesson study yang lemah, sehingga sulit
dapat membantu guru atau pendidik memahami konsep dasar
dalam meningkatkan program yang pengetahuan materi.
akan dilakukan selama proses 3. Peserta didik merasa malas
pembelajaran, agar program belajar, kurang berani dan
pembelajaran yang direncanakan lebih merasa gagal untuk berusaha
efektif, kreatif serta inovatif dan dapat memusatkan perhatianya.
memberi balikan yang baik bagi peserta
didik maupun pendidik.

Wawancara dengan peserta didik :


Peserta didik kurang memiliki
keterampilan-keterampilan dan
pengetahuan dasar seperti
ketidakmampuan memahami materi
dengan baik.

Wawancara dengan pakar


pendidikan (Eko Nursulistiyo,M.Pd):
Kebiasaan dan sikap-sikap belajar yang
salah, antara lain kurang menaruh minat
terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah,
banyak melakukan aktivitas yang
bertentangan dan tidak menunjang
pekerjaan sekolah.

Wawancara dengan teman sejawat


guru (Iti Rusmiati,S.Pd):
Faktor intelegensi atau taraf
kecerdasannya memang kurang
sehingga dalam mengikuti pelajaran
siswa tampak kurang minat, kurang
semangat, kurang usaha dan kebiasaan
dalam belajar lainnya.

3. Membangun hubungan Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab


komunikasi bersama Komunikasi merupakan sebuah membangun hubungan komunikasi
orang tua/wali murid kegiatan yang bisa dilakukan apabila bersama orang tua/wali murid untuk
untuk meningkatkan keterlibatan orang-orang di dalamnya meningkatkan kualitas pembelajaran
kualitas pembelajaran
memiliki kesamaan makna atau mampu terhadap peserta didik adalah :
terhadap peserta didik.
memahami apa yang tengah 1. Relasi yang belum terjalin baik
disampaikan (Zikri Fachrul Nurhadi dan antara guru dan wali murid.
Achmad Wildan Kurniawan, 2017:91). 2. Sulit mencari orang tua dan
rumah jauh, orang tua tidak
Menurut Sutrisno (2017:17), perhatian, kesibukan orang tua,
Komunikasi adalah sebuah konsep yang kemampuan orang tua, faktor
mempunyai banyak arti. Makna ekonomi dan orang tua yang over
komunikasi dapat dibedakan menjadi: komunikasi dan guru.
Proses Komunikasi sosial makna ini ada 3. Kurangnya motivasi guru untuk
dalam konteks ilmu sosial. Dimana para melakukan kunjungan kepada
ilmuwan sosial menggunakan metode wali murid (home visit).
ini untuk penelitian biasanya fokus pada
aktivitas manusia dan komunikasi itu
terkait pesan dan perilaku.

Wawancara dengan wali murid :


Kualitas belajar peserta didik juga akan
meningkat apabila terjalin hubungan
dan komunikasi yang aktif terhadap
peserta didik.

Wawancara dengan Guru BK


( Hj.Eva Sariningsih, M.Pd):
Peran orang tua/ wali murid akan sangat
membantu perkembangan belajar
peserta didik, untuk itu guru harus
membangun komunikasi secara teratur
bersama wali murid.
4. Guru menggunakan cara Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Guru
klasik sehingga cara Menurut Hamzah (2017:34) ada menggunakan cara klasik sehingga
mengajar monoton. beberapa prinsip belajar yang cara mengajar monoton adalah :
menunjang tumbuh kembangnya belajar 1. Penggunaan media belajar yang
belum tepat, sehingga
siswa aktif, yaitu:
pembelajaran menjadi tidak
1) Stimulus Belajar Pada menarik.
prinsipnya yakni guru dapat 2. Pembelajaran yang dilakukan
benar-benar mengomunikasikan berjalan satu arah (teacher
informasi atau pesan yang center learning) sehingga
hendak disampaikan oleh guru pembelajaran terkesan monoton.
kepada siswa. Pesan yang
diterima siswa dapat berupa
verbal atau bahasa, visual,
taktik, audiktif dan lain-lain.
2) Perhatian dan Motivasi Stimulus
belajar yang diberikan oleh guru
bukan berarti perhatian dan
motivasi tidak diperlukan lagi .
3) Respon yang Dipelajari
Stimulus yang diberikan oleh
guru baik berupa pesan dan
perhatian serta motivasi yang
diberikan oleh guru
mendapatkan respon dari siswa.
Respon dari stimulus guru dapat
berupa perhatian, proses internal
terhapat informasi ataupun
tindakan nyata dalam bentuk
partisipasi dan minat siswa saat
mengikuti kegiatan belajar.
4) Penguatan Setiap tingkah laku
yang diikuti perasaan kepuasan
terhadap kebutuhan siswa
cenderung untuk diulang
kembali. Sumber penguat belajar
untuk pemuasan kebutuhan
berasal dari luar dan dari dalam
dirinya.
5) Pemakaian dan Pemindahan
Dalam menyampaikan informasi
yang jumlahnya tidak terbatas,
penting sekali dilakukan
pengaturan dan penempatan
informasi sehingga dapat
digunakan apabila diperlukan
kembali. Pengingat kembali
informasi yang telah diperoleh
cenderung terjadi apabila
digunakan dalam situasi serupa.
Wawancara dengan kepala sekolah
(H. Musthofa Kamil,M.Pd) :
1. Guru kurang memanfaatkan media
yang ada dalam menunjang
kegiatan belajar yang berlangsung.
2. Ketersediaan alat media penunjang
pembelajaran tidak termanfaatkan
dengan baik oleh seorang guru
monoton.
Guru kesulitan Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Guru
mengekspor pembelajaran Dalam proses pembelajaran terdapat kesulitan mengekspor pembelajaran
inovatif. beberapa istilah salah satunya adalah inovatif adalah :
model pembelajaran. Model
Pembelajaran merupakan bagian dari 1. Guru belum bisa menentukan
struktur pembelajaran yang didalamnya model pembelajaran inovatif
terdapat pendekatan, strategi, metode yang tepat sesuai dengan
dan teknik pembelajaran, Sri Hayati karakteristik dalam proses
(2017:6). belajar.
2. Guru hanya mengandalkan satu
Pembelajaran inovatif adalah pelatihan model pembelajaran pada semua
yang lebih berada dekat anak didik. jenjang kelas, sehingga terkesan
Artinya, edukasi yang memberikan monoton.
lebih banyak kesempatan menjelang 3. Guru kurang mendapatkan
anak didik kepada mengkonstruksi pelatihan mengenai
dugaan secara mandiri. Pembelajaran pemanfaatan model-model
inovatif mengacukan dirinya hadirat pembelajaran inovatif.
acuan konstruktivis (Amalia, Saefuddin
dkk, 2021).
Wawancara dengan teman sejawat
guru (Hj. Fitri Prihatin,M.Pd):
1. Kendala yang dihadapi oleh guru
dalam peberapan model
pembelajaran Project Based
Learning adalah terkendala dalam
melakukan apersepsi dengan
mengaitkan pembelajaran hari ini
dengan pembelajaran yang telah lalu
yang dimana terkendala dalam siswa
secara kelompok menentukan
proyek yang akan dikerjakan. Hanya
beberapa kelompok yang
menyediakan alat dan bahan
percobaan, sehingga dalam
merancang tahapan penyelesaian
proyek hanya beberapa kelompok
yang mengerjakan penyelesaian
proyek dari awal sampai akhir
pengelolahan.

2. Kendala dalam menerapkan model


pembelajaran problem beased
learning. Kendala – kendala tersebut
antara lain guru kendala dalam
memberi penjelasan kepada siswa
tentang cara membuat tugas
mengenai masalah yang siswa
temukan dikarena tidak semua siswa
mendengar penjelasan guru dengan
baik, saat guru menanyakan kembali
tugas apa harus dilakukan siswa,
banyak siswa yang terdiam dan
kurang paham apa yang dijelaskan
guru.

Wawancara dengan pakar


pendidikan (Eko Nursulistiyo,M.Pd):
Terkendala dalam mengarahkan siswa
bekerjasama dalam kelompok, hanya
beberapa siswa yang terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Guru sejawat
menyatakan bahwa “Saat melakukan
pengawasan siswa saling berdiskusi dan
aktif belajar, akan tetapi pada saat guru
mengawasi kelompok lain, beberapa
siswa yang tidak diawasi lagi akan
berdiam diri dan tidak banyak
memberikan pendapat atau ide dalam
diskusi kelompok”.
5. Guru melaksanakan Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Guru
pembelajaran dan Menurut Han (2017:3) literasi numerasi melaksanakan pembelajaran dan
memberikan evaluasi memiliki pengetahuan dan kecakapan memberikan evaluasi pembelajaran
pembelajaran tidak diantaranya: tidak berbasis literasi-numerasi serta
berbasis literasi-numerasi
a) menggunakan angka dan simbol konsep HOTS adalah :
serta konsep HOTS.
yang berkaitan dengan 1. Siswa kurang mendapatkan
matematika dalam memecahkan
bentuk latihan literasi dan
masalah sehari-hari.
b) menelaah informasi yang numerasi yang bervariatif,
ditampilkan untuk mengambil sehingga siswa merasa kesulitan
keputusan. dalam memecahkan soal yang
diberikan.
Literasi numerasi adalah pengetahuan 2. Siswa merasa kurang tertarik
dan kemampuan untuk menggunakan dengan bahan bacaan yang tidak
berbagai jenis angka dan simbol yang bervariatif dan tidak sesuai
berkaitan dengan matematika dasar dengan minat, sehingga sulit
untuk memecahkan masalah praktis bagi siswa untuk memahami
dalam kehidupan sehari-hari dan pembelajaran dengan baik.
kemudian menganalisis informasi yang 3. Cara mengajar guru yang tidak
disajikan dalam berbagai bentuk dan mudah mereka mengerti baik itu
menafsirkan hasil analisis untuk dari penggunaan istilah yang
prediksi dan proses pengambilan masih sulit mereka pahami,
keputusan. (Kemdikbud dalam Mahmud penyampaian materi yang
terkadang tidak terlalu jelas
dan Pratiwi, 2019).
maupun dikarenakan terlalu
Wawancara dengan kepala sekolah cepat dalam menjelaskan
(H. Musthofa Kamil,M.Pd) : sehingga menyebabkan siswa
Kurangnya pengenalan latihan soal kesulitan dalam memahami
berbasis literasi numerasi yang materi yang mereka pelajari.
diberikan kepada siswa untuk melatih
kemampuannya.
Wawancara dengan teman sejawat
guru (Hj. Fitri Prihatin,M.Pd):
1. Guru terbiasa melakukan
pembelajaran berbasis LOTS.
2. Guru terkadang beranggapan
pembelajaran berbasis HOTS sulit
untuk dipahami oleh siswa.
Peserta didik lemah dalam Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab peserta
memahami langkah- Posma Sianturi (2021 : 35), didik lemah dalam memahami
langkah pengerjaan soal menjelaskan,” Permasalahan kesulitan langkah-langkah pengerjaan soal
HOTS. belajar dalam pembelajaran HOTS HOTS adalah :
dideskripsikan berdasarkan faktor 1. Cara mengajar guru yang tidak
kesulitan guru dilihat dari inteligensi mudah mereka mengerti baik itu
dan non-inteligensi guru dalam dari penggunaan istilah yang
pembelajaran bahasa Indonesia. masih sulit mereka pahami,
Pembelajaran berbasis HOTS masih penyampaian materi yang
belum dipahami dengan baik”. terkadang tidak terlalu jelas
maupun dikarenakan terlalu
Nurwahidah, dkk. (2022 : 64), cepat dalam menjelaskan
menjelaskan, ”Faktor yang sehingga menyebabkan siswa
mempengaruhi kemampuan berpikir kesulitan dalam memahami
kreatif siswa. dukungan dari materi yang mereka pelajari.
lingkungan, ataupun jika ada dorongan 2. Siswa banyak yang tidak
kuat dalam dirinya sendiri (motivasi memperhatikan saat guru
internal) untuk menghasilkan sesuatu mengajar di kelas. Bahkan ada
berpikir kreatif dapat berkembang diantara siswa yang mengantuk,
dalam lingkungan yang menunjang. Di dan mengobrol sehingga materi
dalam keluarga, di sekolah,didalam yang di ajarkan oleh guru tidak
lingkungan pekerjaan mau pun di bisa mereka terima dan tidak
dalam masyarakat harus ada bisa dipahami dengan baik.
penghargaan dan dukungan terhadap Dampaknya ketika siswa
sikap dan perilaku kreatif individu atau ditanya oleh guru mengenai
kelompok individu”. materi yang telah di ajarkan
Wawancara dengan teman sejawat kebanyakan dari siswa hanya
guru (Hj. Fitri Prihatin,M.Pd): terdiam dikarenakan mereka
Salah satu penyebab rendahnya tidak fokus dan tidak mengikuti
penguasaan materi dinilai karena pembelajaran dengan baik.
peserta didik belum terbiasa
3. Penyebab lain siswa mengalami
mengerjakan soal menggunakan HOTS.
kesulitan dalam menjawab soal
Wawancara dengan pakar
HOTS adalah karena mereka
pendidikan (Eko Nursulistiyo,M.Pd):
tidak mengerti perintah soal.
1. Guru belum dapat menerapkan
pembelajaran HOTS secara
maksimal dan masih melaksanakan
pembelajaran berbasis LOTS dan
MOTS.
2. Soal berbasis HOTS itu dianggap
lebih sulit pada dasarnya adalah
karena kebiasaan yang telah ada
selama ini. Kebiasaan itu adalah
banyak dari kita yang sudah
terbiasa mengerjakan soal bertipe
LOTS dan MOTS.
6. Guru kurang menguasi Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab Guru
IPTEK. Ilmu pengetahuan dan teknologi atau kurang menguasi IPTEK adalah :
yang biasa dikenal dengan singkatan 1. Rendahnya Kemampuan guru
IPTEK adalah suatu sumber yang mana dalam menggunakan teknologi
seseorang bisa mengelola dan juga dalam proses pembelajaran
menggunakannya dalam kehidupannya adalah karena tidak semua guru
baik dari penemuan baru tentang suatu menguasai berbagai platform
ilmu atau teknologi dan juga pembelajaran sebagai media lain
perkembangan dari ilmu dan teknologi yang menjadi pendukung proses
itu sendiri (Sung,2017). pembelajaran, sehingga menjadi
problema guru dalam
Dalam berkembangnya teknologi melaksanakan proses
didalam dunia pendidikan sekarang, pembelajaran.
pendidik maupun peserta didik dapat 2. Guru lebih banyak
mencari dan menemukan berbagai menggunakan metode ceramah
informasi mengenai pengetahuan dimana komunikasi hanya
dengan cepat melalui jaringan internet terjadi satu arah, sehingga siswa
(Ratminingsih, 2020: 1). kurang mendapatkan
Wawancara dengan pakar kesempatan dalam
pendidikan (Eko Nursulistiyo,M.Pd): mengungkapkan ide dan
1. Guru kurang mendapat pelatihan pendapatnya.
mengenai cara penggunaan IPTEK 3. Faktor usia guru yang sudah
yang baik dalam pembelajaran. senior/ tua, sehingga lemah
2. Pengetahuan teknis guru tentang dalam penguasaan teknologi dan
teknologi informasi dan kreatifitas dalam inovasi
komunikasi yang terbatas menjadi pembelajaran.
kendala berikutnya dalam
pemanfaatan IPTEK untuk
pembelajaran di kelas.
Wawancara dengan kepala sekolah
(H. Musthofa Kamil,M.Pd) :
Kurangnya ketersediaan jaringan,
listrik, dan sarana pendukung lainnya,
yang meliputi ketersediaan komputer,
laptop, dan infokus menjadi kendala
kurangnya perlengkapan (lack of
equipment).
Penggunaan media sarana Kajian Literatur : Setelah dianalisis, penyebab
dan prasarana yang belum Menurut Anitah dkk (2018:2.5) belajar Penggunaan media sarana dan
maksimal. merupakan kegiatan yang kompleks dan prasarana yang belum maksimal
berlangsung secara terus menerus adalah :
dengan melibatkan lingkungan yang ada 1. Sarana dan prasarana yang
di sekitarnya. merupakan pendukung dalam
proses pembelajaran masih
Ketersediaan sarana prasarana ikut sangat kurang memadai,
memberikan andil cukup besar terhadap sehingga berdampak pada
keefektifan layanan pembelajaran di kurang optimalnya
sekolah (Zahara, 2017:15). pembelajaran.
2. Tidak adanya pelatihan yang
Syariffuddin menjelaskan bahwa yang dilakukan oleh sekolah
dimaksud dengan sarana pendidikan membuat penggunan sarana
ialah semua perangkat perlatan, bahan prasarana menjadi terhambat.
dan perabotan yang secara langsung 3. Kurangnya koordinasi antara
digunakan dalam proses pendidikan di guru dan sekolah akan
sekolah, sedangkan prasarana kebutuhan sarana prasarana
pendidikan ialah semua peralatan yang tepat untuk digunakan
perlengkapan dasar yang secara tidak sesuai dengan materi pelajaran.
langsung mmenunjang pelaksanaan
proses pendidikan disekolah (Rusydi
Ananda dan Kinata Banurea, 2017:20).
Wawancara dengan teman sejawat
guru (Iti Rusmiati,S.Pd) :
1. Kurangnya pengetahuan guru akan
memilih sarana prasarana yang
tepat sesuai materi pembelajaran.
2. Terkadang guru tidak mengusai
cara menggunakan sarana prasara
dengan baik dalam proses
pembelajaran.
3. Faktor kualitas sarana prasarana
yang sudah kurang baik lagi
kualitasnya.
Daftar Pustaka Kajian Literatur
Ananda, Rusydi dan Oda Kinata Banurea, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Medan: Widya Puspita,
2017.

Zahara, C. I. (2017). Hubungan Persepsi Siswa terhadap Konselor dan Sarana Prasarana Bimbingan Konseling
dengan Minat Layanan Konseling di SMP Negeri 2 Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Magister Psikologi
UMA. 9(1). 10-20.

Anitah, Sri, dkk. 2018. Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Posma Sianturi, Analisis kesulitan guru bahasa Indonesia dalam penerapan pembelajaran higher order thinking
skills (HOTS) di SMK swasta pariwisata prima sidikalang, 2021.

Mahmud, M. R., & Pratiwi, I. M. (2019). Literasi Numerasi Siswa Dalam Pemecahan Masalah Tidak
Terstruktur. Kalamatika: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1).

Han Weilin, Dicky Susanto, Sofie Dewayani, Putri Pandora, Nur Hanifah, Miftahussururi, Meyda Noorthertya
Nento dan Qori Syahriana Akbari. 2017. Materi Pendukung Literasi Numerasi. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

Hayati, Sri. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning. Jakarta, Graha Cendekia

Amalia, I., Saefuddin, A., & ... (2021). Students’ Interest In Online-Based Thematic Learning During The
Covid-19 Pandemic. Al-Adzka: Jurnal Ilmiah.

Kisworo, Marsudi Wahyu. 2016. Revolusi Belajar. Jakarta: Asik Generation.

Hamzah B. Uno, (2017) TEORI MOTIVASI DAN PENGUKURANNYA (Analisis di bidang pendidikan).
Jakarta: Bumi Aksara.

Sutrisno, E. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana.

Nurhadi, Zikri Fachrul dan Achmad Wildan Kurniawan, “Efektifitas Pesan Dalam Komunikasi”, Jurnal
Komunikasi ,Vol 3 No. 1, (2017).
Abdul Majid. 2016. Strategi Pembelajaran, Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Abrori, F. M., Krisnawati, Y., Ningsih, R., & Usman, U. (2019). Penelitian tindakan kelas berbasis lesson study:
model think pairshare berbantuan media komik protista untuk meningkatkan hasilbelajar biologi. Borneo
Journal Of Biology Education (BJBE).

Sriyanto, H. J. (2017). Mengobarkan api matematika: Membelajarkan matematika yang kreatif dan
mencerdaskan. Sukabumi: Jejak Publisher.

Afi Parnawi. (2019). Psikologi Belajar. Deepublish.

Akhmad Fauzi, Rusdi Hidayat. 2020. MANAJEMEN KINERJA. Surabaya: Airlangga..

Han, dkk. (2017). Materi Pendukung Literasi Digital. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Maya Anggraini pada tahun 2017 mahasiswa PGSD FKIP Universitas Jambi. Dengan judul penelitian
“Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V B SD Negeri 80/I Muara Bulian.
Höft, Lars, and Sascha Bernholt. 2019. ―Longitudinal Couplings between Interest and Conceptual Understanding
in Secondary School Chemistry: An Activity-Based Perspective.‖ International Journal of Science Education. Vol.
41(5).

Björklund, C & Pramling Samuelsson, I. (2019). PlayResponsive Teaching in Early Childhood Education (Vol.
26, Issue May).

Suprihatiningrum, Jamil. (2016). Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Abidin, Yunus dkk. 2017. Pembelajaran Literasi. Jakarta: Bumi Aksara

Anjani, S. N. Dantes, G. Artawan. 2019. Pengaruh Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca
Dan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Gugus II Kuta Utara. PENDASI: Jurnal Pendidikan
Dasar Indonesia. Vol.3 No 2, Agustus 2019.

Akidah, Ihramsari dan Umar Mansyur. (2019). Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Keterampilan Menulis Berita
Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(1).

Mariyaningsih, Nining dan Mistina Hidayati. 2018. Bukan Kelas Biasa: Teori dan Praktik Model dan Metode
Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-Kelas Inspiratif. Surakarta: CV Kekata Group.

Kusnadi. (2018). Dasar Desain Grafis. Jawa Barat, Edu Publisher.

Anda mungkin juga menyukai