Anda di halaman 1dari 9

Available at https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1160-1168

Model Pemasaran Pada Perusahaan Sosial Islam (Islamic Social Enterprise)


Ishak
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Palopo
Email korespondensi: ishak@iainpalopo.ac.id

Abstract
Islamic Social Enterprise (ISE) is one of the important sectors in the Islamic economy. Many Islamic social
companies operate in Indonesia, whether run by individuals, partnerships, or non-profit organizations. Given
their current growth, in Indonesia and around the world, studies on specific ISEs founded by individuals have not
received serious attention. Moreover, no discussion of the marketing aspects of ISE can be found in the previous
literature. Despite all these limitations, the marketing element remains very important for the sustainable
development of ISE. The elements of marketing are expected to be very important for ISE, even though the basic
goal is a social goal, but there are benefits to be achieved. The purpose of this study is to explore the marketing
model in Islamic social enterprises. This is because the purpose of an Islamic social enterprise (ISE) is to serve
the Islamic community/needy beneficiaries as well as the customers of the business being run, no matter what
level they are at. This study adopts a literature study or literature review approach. The results of this study
indicate that not all elements of the marketing mix can be applied to Islamic social enterprises. In addition, this
study highlights several spaces to find ways to maintain ISE by implementing the right marketing elements. The
results of the study also expand the literature review on ISE.

Keywords : Islamic social enterprise, Marketing model

Saran sitasi: Ishak. (2022). Model Pemasaran Pada Perusahaan Sosial Islam (Islamic Social Enterprise). Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 1160-1168. doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i2.4697

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i2.4697

1. PENDAHULUAN Namun, tidak banyak perhatian yang diberikan kepada


Islamic social enterprise (ISE) dipandang entitas ini.
sebagai salah satu pilar dari ekonomi Islam. Muhamed Namun, lembaga lain (seperti LSM besar dan
(Muhamed et al, 2016) mendefinisikan ISE sebagai lembaga pemerintah) mendapat dukungan penuh dari
suatu entitas berbasis Islam yang memperoleh pemerintah dan masyarakat, hal itu terjadi karena
pendanaan (dalam bentuk moneter, barang dan aset) kemungkinan besar karena skala kegiatan serta
dari sumber amal Islam (wakaf, sedekah, hibah, dan potensi dan kontribusi mereka yang besar (Anheier,
qardh) dan menyalurkannya ke berbagai bentuk bisnis 2005). Misalnya, instrumen zakat dan baitulmal telah
dengan tujuan untuk mempertahankan kontribusi dimasukkan sebagai Lembaga Pemerintah Non
kepada yang membutuhkan dalam jangka panjang Struktural (LPNS) pengelola zakat di Indonesia
sementara pada saat yang sama berkontribusi juga dengan menjalankan lima hal penguatan yaitu
kepada pelanggan. Namun keberadaannya tidak penguatan kelembagaan, penguatan manajemen,
terlalu diperhatikan dibandingkan dengan lembaga penguatan sumber daya manusia (SDM), penguatan
swadaya masyarakat (LSM) dan badan pemerintah sarana prasarana, dan penguatan jaringan (BAZNAS,
lainnya yang mengelola dan mendistribusikan dana 2022). Sementara ISE yang terutama dimiliki oleh
dari sumber amal Islam seperti zakat, wakaf dan individu dan kemitraan tampaknya tertinggal
sedekah. Berbagai macam LSM sosial seperti Dompet meskipun mereka mungkin memiliki tujuan yang
Duafa dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) adalah contoh sama dan memiliki banyak potensi untuk menjangkau
dari ISE. Alih-alih ISE yang terlembaga, malah ada masyarakat juga.
beberapa yang dimiliki dan dijalankan oleh individu. Ada banyak alasan penting bagi ISE untuk
Dana ISE berasal dari donasi moneter dan nonmoneter. mempraktikkan pemasaran dalam operasinya. Banyak
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1161
penelitian tentang bisnis non-profit menyebutkan penelitian Brady mengambil beberapa langkah awal
bahwa perlunya pemasaran yang jelas bagi untuk menilai bagaimna kegiatan penggalangan dana
pengembangan ISE. Oleh karena itu, penelitian ini serta pemasaran bagi perusahaan nirlaba. Hasil
bertujuan untuk memaparkan model pemasaran dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan nirlaba
entitas ISE. Karena praktik pemasaran tersebut dapat harus memiliki sistem pengetahuan secara umum yang
mendongkrak eksistensi ISE untuk melayani penerima dapat mengevaluasi kinerja mereka karena hal
manfaat sekaligus pelanggan, tidak peduli di level tersebut akan meningkatkan pendapatan bagi mereka.
mana mereka berada. Alasan lainnya adalah sifat Meskipun ukuran organisasi sangat terkait dengan
bisnis non profit yang harus bersaing dengan bisnis kinerja penggalangan dana, ada pendorong utama
komersial atau bisnis non profit lainnya. model yang dapat membantu mereka walaupun cakupan
pemasaran dapat bermanfaat bagi ISE untuk organisasi mereka tergolong kecil.
memberikan dampak yang lebih besar dalam efisiensi Disisi lain, penelitian Bull dan Crompton (Bull &
keberlanjutan organisasinya. Crompton, 2006) mengungkap bahwa di beberapa
sektor, lingkungan pasar sudah banyak berubah.
2. LITERATUR REVIEW Untuk beberapa perusahaan nirlaba, pasar yang
Penerapan strategi pemasaran sangat penting mereka layani menjadi lebih kompetitif. Perubahan
untuk bisnis nirlaba seperti ISE sebagaimana yang aliran keuangan, dari pemberian dana hingga kontrak
diuangkapkan oleh Dolnicar (Dolnicar & Lazarevski, bersama dengan penghentian layanan berdasarkan
2009), meskipun demikian sebagian besar peneliti undang-undang (khususnya di sektor kesehatan), telah
dibidang marketing setuju bahwa adopsi market mendorong persaingan yang lebih kepada kesadaran
oriented dan market tools sangat penting untuk sosial. Perubahan tersebut telah menarik bisnis yang
organisasi nirlaba (Kotler & Andreason, Alan R., mencari laba dan bisnis yang tidak mencari laba. Studi
2008), (Kara et al., 2004), (González et al., 2002), ini menunjukkan bahwa sebuah organisasi sekarang
(Macedo & Pinho, 2006), (Padanyi & Gainer, 2004), mulai berpikir dalam hal strategi pemasaran:
(Sargeant, 2002), namun dapat dikatakan bahwa melakukan analisis pesaing, segmentasi pasar dan
orientasi pasar bukanlah konsep yang relevan untuk mengembangkan unique selling point mereka. Oleh
organisasi nirlaba karena misi (produk) mereka karena itu, persaingan membuat mereka lebih 'seperti
dirumuskan terlebih dahulu dan tidak dapat diubah bisnis' dan mereka serius tentang hal itu.
karena adanya kebutuhan pasar. Namun, ada berbagai Liu dan Ko (Liu & Ko, 2012) juga menyarankan
strategi dan instrumen pemasaran lain yang tersedia melaui temuan mereka bahwa pengecer amal/sosial
untuk perusahaan nirlaba yang dapat diterapkan tanpa harus mengadopsi prosedur operasi yang lebih
mengubah atau menyangkal misi mereka yang canggih mirip dengan pengecer komersial, seperti
sebenarnya. Strategi tersebut meliputi identifikasi lebih fokus pada branding, segmentasi konsumen, dan
pelanggan yang tertarik untuk mendukung misi strategi lokasi untuk menghadapi lingkungan pasar
mereka (segmentasi pasar), memastikan citra yang yang semakin kompetitif. Hal ini disebabkan pesatnya
dibangun oleh perusahaan bisa menarik bagi ekspansi dan perkembangan ritel amal mendorong
pelanggan (positioning produk), mengembangkan persaingan di sektor ini.
pesan komunikasi yang bisa bisa membuat pelanggan Kebutuhan pemasaran penting untuk membantu
tertarik (periklanan) dan membangun jejaring ISE dalam mencapai kemandirian finansial.
komunikasi berupa kantor layanan yang memadai Kemandirian keuangan mengacu pada kemampuan
(tempat). Akibatnya, asumsi yang mendasari perusahaan sosial (social enterprise ) untuk
penelitian ini adalah bahwa (terlepas dari kenyataan) mendapatkan otonomi keuangan dengan
organisasi nirlaba jelas-jelas berbeda dari organisasi menghasilkan keuntungan dari program yang mereka
nirlaba yang berorientasi pada pasar sehingga secara jalankan sehingga bisa menghasilkan pendapatan bagi
signifikan dapat meningkatkan efektivitas organisasi perusahaan. Madill dkk. (Madill et al., 2010)
nirlaba dalam mencapai misi mereka. berpendapat bahwa adopsi strategi pemasaran
Brady dkk. (Brady et al., 2011) juga setuju komersial di perusahaan sosial/nirlaba sangat
dengan penelitian orientasi pasar dan pemasaran di diperlukan dalam rangka mencapai swasembada
organisasi nirlaba. Menggunakan studi replikasi yang finansial.
dimodifikasi dari 401 organisasi nirlaba di Victoria,

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1162
Kekhawatiran lain tentang dualisme perusahaan peneliti lebih fokus mengumpulkan informasi
sosial terhadap implikasi pemasaran sosial telah sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang
dibahas dalam penelitian oleh Mitchell dkk. (Mitchell berhubungan dengan topik penelitian. Sumber-sumber
et al., 2015) di mana dalam penelitian mereka kepustakaan dapat diakses dari buku, jurnal, majalah,
bertujuan untuk memahami ketegangan yang dialami hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-
oleh praktisi pemasaran di perusahaan sosial, dan sumber lainnya yang sesuai dengan tema kajian.
untuk mengeksplorasi bagaimana ketegangan ini
berdampak pada pengembangan dan pelaksanaan 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kegiatan pemasaran. Hasil analisis penelitiannya 4.1. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa ketegangan dan dualisme Islamic Social Enterprise
informasi kegiatan pemasaran bisa menjadi strategi Islam mempromosikan gagasan keadilan,
dalam menjalankan kegiatan sosial dan komersial. persaudaraan, dan distribusi kekayaan. Dasar gagasan
Ketegangan dan dualisme ini terkait dengan ini tercermin dengan didorongannya rasa tanggung
bagaimana organisasi memperoleh sumber daya jawab umat Islam terhadap saudara-saudaranya. Dari
keuangan, pertumbuhan organisasi secara alami, perspektif kepemilikan pribadi, tidak ada penghalang
bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan bagi umat Islam untuk memiliki properti dengan
dan bebas dari tekanan yang kompetitif. jumlah yang memadai dan mengumpulkan kekayaan
Mitchell dkk. juga mengungkap bahwa praktik sebanyak banyaknya. Namun, ada persyaratan bagi
pemasaran strategis yang digunakan selama ini mereka untuk mendistribusikan kekayaan mereka
dibentuk oleh pengaruh legitimasi moral, pragmatis, kepada orang miskin dan yang membutuhkan setelah
dan kognitif yang berasal dari keharusan untuk menghabiskan sebagian untuk hidup mereka. Bagi
mencapai kesesuaian dengan norma institusional. umat Islam, kegiatan amal mereka kepada
Dalam studinya, mereka juga memaparkan tentang kemanusiaan adalah bagian dari ketaatan mereka
tantangan yang dihadapi oleh perusahaan sosial dalam kepada Allah SWT. Ada beberapa jenis dana zakat
mengembangkan kegiatan pemasaran strategis yang dapat ditemukan dalam Islam sebagai saluran
mereka untuk menjawab kebutuhan bisnis dengan distribusinya. Sheila (Sheila et Al, 2012) menyatakan
menyeimbangkan kepentingan stakeholder dengan bahwa masing-masing mekanisme tersebut, yaitu.
misi sosial perusahaan. zakat, wakaf, dan sedekah memiliki keunikan
Peran pemasaran sebagai rute menuju tersendiri. Selain itu, sampai sat ini masih sangat
keberlanjutan perusahaan sosial yang menyediakan sedikit perolehan dana zakat seperti hibah, infaq dan
layanan publik telah dieksplorasi oleh Powell dan qardh hasan sebagaimana dikemukakan oleh Asyraf
Osborne (Powell & Osborne, 2015). Powell mengkaji (Asyraf Wajdi Dato’ Dusuki, 2011). Sumber-sumber
ketegangan antara tujuan ekonomi dan tujuan sosial pendanaan ini merupakan mekanisme utama untuk
dalam pemasaran perusahaan sosial. Diakhir distribusi kekayaan yang adil dalam masyarakat Islam
penelitiannya, Powell merekomendasikan berupa dan mengurangi kesenjangan antara si miskin dan si
tawaran model baru pemasaran yang berkelanjutan kaya.
dengan menjelaskan bahwa pemasaran berpotensi Sedekah, wakaf, qardh dan hibah dapat
memiliki banyak hal untuk ditawarkan dalam hal dimanfaatkan oleh ISE untuk menghasilkan
ketahanan organisasi, penerapannya saat ini dirusak pendapatan berkelanjutan melalui bisnis daripada
oleh kesalahpahaman dalam praktiknya dengan logika didistribusikan langsung kepada penerima karena
bisnis bahwa aspek produklah yang dominan. sifatnya yang fleksibel. masih sedikit penelitian dan
buku yang membahas tentang definisi ISE seperti
3. METODE PENELITIAN yang telah disebutkan sebelumnya. Meskipun
Metode yang digunakan dalam penelitian ini demikian, ada penelitian yang menyebutkan tentang
adalah kajian literatur atau studi kepustakaan. Nasir definisi ISE. Sebuah studi yang dilakukan oleh Hati
(1998) berargumen bahwa langkah awal dalam studi dan Idris dkk.(Hati & Idris, 2014) tentang anteseden
kepustakaan yaitu seorang peneliti harus menetapkan niat pelanggan untuk mendukung ISE di Indonesia.
topik penelitian terlebih dahulu, kemudian melakukan Studi ini mendefinisikan ISE sebagai organisasi non
kajian yang berkaitan dengan teori dan berkaitan profit yang menghimpun zakat, infaq, shadaqah, dan
dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, wakaf Islam dan memenuhi kriteria social enterprise.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1163
Mengadopsi pendekatan kewirausahaan seperti yang sebelumnya di bidang pemasaran untuk organisasi
disarankan oleh Haugh (Haugh, 2005) pada lembaga nirlaba, seperti karya Kotler dkk. (Kotler &
dan perusahaan sosial, ISE harus mengarahkan Andreason, Alan R., 2008). Salah satu riset yang
tindakan untuk mendapatkan pendapatan, mencapai dilakukan oleh Dolnicar (Dolnicar & Lazarevski,
misi sosialnya, dan menciptakan efek pengganda yang 2009) menemukan bahwa manajer dalam suatu
lebih besar (Martin & Osberg, 2007), tetapi distribusi organisasi nirlaba belum mengembangkan
keuntungan terbatas. pengetahuan dan keterampilan yang kuat mengenai
Selain itu, karakteristik ISE harus menanamkan pendekatan pemasaran. Para pengurus organisasi
prinsip-prinsip syariah seperti ‘adalah (keadilan), tersebut hanya mengakui promosi sebagai aspek
ihsan (kebajikan) dan khilafah (perwakilan di penting yang terkait dengan organisasi mereka, hanya
kabupaten) dalam semua operasinya (Hameed & sedikit dari mereka yang mengakui pentingnya riset
Ibrahim, 2005). Oleh karena itu, kemungkinan pasar dan pemasaran strategis. Dolnicar dan
karakteristik ISE adalah sebagai berikut (Muhamed et Lazarevski (2009) menyoroti bahwa organisasi
al, 2016); nirlaba biasanya masih memiliki pola pikir yang
a. kepatuhan Syariah – ISE harus beroperasi sesuai berpusat pada organisasi daripada pola pikir yang
dengan prinsip syariah dan menghindari kegiatan berpusat pada pelanggan. Organisasi berorientasi
terlarang seperti riba', gharar (ketidakpastian) pemasaran ini menerima pesanan dari para
dan maysir (perjudian) dan barang terlarang. pelanggannya; itu menghasilkan produk dan layanan
b. Didukung oleh dana amal Islam – ISE dapat berdasarkan kebutuhan pelanggannya,
memanfaatkan dana amal Islam seperti wakaf, Berdasarkan temuan Hejase dkk. (Hejase et al.,
sedekah, hibah, infaq dan qardh hasan sebagai 2012) bahwa bauran pemasaran mengacu pada
dana operasional. variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh
c. Dijalankan oleh Muslim – Biasanya ISE seorang marketer untuk mempengaruhi penjualan atau
digerakkan oleh kelompok yang terdiri dari pangsa pasar suatu merek. Ada empat variabel yang
Muslim. Namun, non-Muslim juga dapat diringkas sebagai 4P pemasaran: produk, harga,
berpartisipasi dalam menjalankan operasional tempat, dan promosi. Strategi bauran pemasaran ini
ISE. juga dibahas di banyak bidang seperti di sektor
d. Pendapatan yang dihasilkan dari bisnis sosial – perbankan syariah. Namun, tidak ada penelitian
ISE harus menerapkan konsep muamalah (bisnis tentang strategi bauran pemasaran ini di sektor social
dari sudut pandang Islam). enterprise maupun di islamic social enterprise.
e. Menghasilkan manfaat tambahan – Seperti Makalah ini akan membahas strategi bauran
pahala dan keridhaan Allah, mengurangi pemasaran dari perspektif non-profit serta perspektif
ketimpangan di antara masyarakat, modal sosial Islam yang memberikan nilai lebih pada perusahaan
dan kohesi masyarakat. sosial islami.
Adapun kajian Goi (Chai Lee Goi, 2009) tentang
Definisi ISE menurut (Muhamed et al, 2016) juga tinjauan bauran pemasaran, ternyata Bordenlah (H.
terdiri dari empat elemen utama; Entitas berbasis Borden, 1959) sebagai orang pertama yang
Islam, sumber amal Islam, kegiatan dan kontribusi mengklaim menggunakan istilah bauran pemasaran
ISE. Definisi ini mengecualikan entitas berbasis Islam yang disarankan kepadanya oleh Culliton (James W
lainnya yang menerima amal dan Culliton, 1948). Bauran pemasaran berasal dari single
mendistribusikannya kepada yang membutuhkan, P (price) dalam teori ekonomi mikro menurut Chong
tanpa mengumpulkan dana tersebut. (Chong, 2003). Sedangkan McCarthy (McCarthy,
1960) dan Bennett (Bennett, 1997) menawarkan
4.2. Pembahasan 'bauran pemasaran', yang sering disebut sebagai '4Ps'
Model Pemasaran pada Perusahaan Sosial sebagai sarana untuk menerjemahkan perencanaan
Islami pemasaran ke dalam praktik. Bauran pemasaran
Strategi pemasaran sangat penting diterapkan bukanlah teori ilmiah, tetapi hanya kerangka
untuk perusahaan social enterprise dan mungkin juga konseptual yang mengidentifikasi pembuat keputusan
bagi perusahaan Islamic social enterprise. Penelitian utama yang dibuat manajer dalam mengonfigurasi
ini menggunakan model penelitian yang sudah ada penawaran mereka agar sesuai dengan kebutuhan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1164
konsumen. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk penelitian Chumaidiyah (Chumaidiyah, 2014)
mengembangkan strategi jangka panjang dan program mengaitkan bauran pemasaran dengan pentingnya
taktis jangka pendek (Palmer, 2004). kontribusi unsur-unsur yang terkait dalam bauran
Umumnya, bauran pemasaran adalah pemasaran yang menunjukkan bagaimana unsur-
seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat unsur tersebut dapat memberikan sumber keunggulan
dikendalikan yang dipadukan perusahaan untuk kompetitif. Strategi bauran pemasaran memiliki
menghasilkan respons yang diinginkan di pasar dampak yang tinggi terhadap keunggulan bersaing
sasaran. Kotler dan Armstrong (Philip Kotler, 2005) namun masing-masing unsur bauran pemasaran
menjelaskan 'program pemasaran yang efektif memiliki kontribusi yang berbeda-beda. Hasil
memadukan semua elemen bauran pemasaran ke penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur strategi
dalam program pemasaran yang dirancang untuk bauran pemasaran meningkatkan keunggulan bersaing
mencapai tujuan pemasaran perusahaan dengan secara simultan dan signifikan.
memberikan nilai kepada pelanggan. Bauran Sebagai penyedia layanan publik, penting bagi
pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat ISE untuk merumuskan kembali tugas pemasaran
dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi bukan sebagai menjual produk melainkan sebagai
permintaan akan produknya. salah satu sarana untuk membangun dan
Produk merupakan salah satu unsur bauran mempertahankan hubungan kunci dalam mencapai
pemasaran. Biasanya produk yang dijual di tujuan strategisnya. Meskipun sejumlah besar
perusahaan sosial adalah barang bekas yang telah pekerjaan di social enterprise telah menghasilkan,
diberikan oleh masyarakat atau donatur. Donasi bisa namun sedikit yang diketahui tentang praktik
berupa finansial dan non-finansial. Berdasarkan pemasaran (Powell & Osborne, 2015). Kajian ini akan
keterangan salah satu manager perusahaan berbasis fokus pada elemen-elemen bauran pemasaran yang
sosial bahwa beberapa produk yang disumbangkan ditonjolkan dalam kajian pengembangan kapabilitas
memiliki kualitas yang baik, dan di beberapa kasus, pemasaran ritel amal yang juga memberikan beberapa
mereka menerima barang-barang bermerek dan asli refleksi terhadap praktik pemasaran di social
dari luar negeri seperti tas dan lain-lain. Selain itu, ada enterprise. Studi pembelajaran organisasi dan
beberapa batasan untuk mendapatkan variasi barang pengembangan kemampuan pemasaran telah
dan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan karena dilakukan untuk operasi ritel amal British social
bergantung pada donasi. enterprise oleh Liu dan Ko (Liu & Ko, 2012). Ini jug
Hejase dan Orfali (Hejase et al., 2012) juga bisa menjadi salah satu parameter praktik pemasaran
menemukan perluasan bauran pemasaran yang yang ditanamkan di Islamic social enterprise.
ditambah empat P, yaitu people, physical presence, Ada beberapa jenis kapabilitas pemasaran yang
process dan physical evidence. Pandangan lain oleh telah disebutkan dalam penelitian Liu dan Ko (2011)
Kotler dan Armstrong (2006) menambahkan kekuatan yang terbagi dalam delapan dimensi yang saling
politik dan pembentukan opini publik pada konsep Ps. bergantung: penetapan harga, pengembangan produk,
Häger dan Waller (Häger & Waller, 2008) juga manajemen saluran, penjualan, manajemen informasi
percaya bahwa 4P tradisional untuk produk pemasaran pasar, komunikasi pemasaran, perencanaan
seperti yang disarankan oleh McCarthy (1964) tidak pemasaran, dan penerapan pemasaran. Liu dan Ko
cukup untuk pemasaran dalam industri berbasis (2011) menyelidiki mekanisme pembelajaran di mana
layanan. Sebaliknya tiga P lagi, yang dia anggap perusahaan sosial mengembangkan kemampuan
sebagai "elemen pemasaran vital" yang akan menyita pemasaran untuk menyebarkan sumber daya mereka
perhatian manajemen, harus ditambahkan ke dalam di pasar sebagai pendorong keunggulan kompetitif
bauran pemasaran; ini adalah Personil, Fasilitas Fisik dalam praktik komersial mereka. Dari literatur
dan Manajemen Proses. kemampuan pemasaran, Morgan dkk. (Morgan et al.,
Terlepas dari semua perdebatan ini, keuntungan 2009) memberikan titik awal yang berguna untuk
dari strategi bauran pemasaran ini tidak terbantahkan. memahami klasifikasi kemampuan pemasaran, seperti
Sebuah studi oleh Singh (Singh, 2012) penetapan harga, pengembangan produk, manajemen
menggambarkan pentingnya hubungan berbagai saluran, penjualan, manajemen informasi pasar,
komponen bauran pemasaran untuk mencapai komunikasi pemasaran, perencanaan pemasaran, dan
keunggulan kompetitif di pasar. Lebih lanjut, implementasi pemasaran. Mereka menemukan bahwa

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1165
proses kodifikasi kapabilitas pemasaran dapat dibagi pelanggan membeli barang elektronik dan furnitur
menjadi dua kelompok: pengembangan kapabilitas dari perusahaan sosial. Hasil ini sejalan dengan
pemasaran baru dan modifikasi kapabilitas pemasaran temuan Lusch dkk. (Lusch et al., 2007) menyarankan
yang sudah ada. Yang pertama mengacu pada jenis bahwa keunggulan kompetitif pada level pengecer
kemampuan pemasaran yang relatif 'baru' bagi dapat ditingkatkan melalui layanan atau kepuasan
organisasi nirlaba (NPO) ketika terlibat dalam ritel pelanggan.
amal, seperti penetapan harga (yaitu, ritel produk), Ketiga, Liu dan Ko (2011) juga menemukan
pengembangan produk, manajemen saluran, dan bahwa ada dua bidang manajemen saluran di sektor
penjualan. ritel amal: hubungan donor dan manajemen saluran
Menurut Dutta dkk. (2003) bahwa kemampuan distribusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penetapan harga dapat dibagi menjadi dua dimensi barang dagangan yang disumbangkan dapat dijual
yaitu: di dalam organisasi dan yang berhadapan baik di toko ritel amal (sekitar 20%-30%) atau ke
dengan pelanggan. Kemampuan penetapan harga perusahaan daur ulang (sekitar 70%-80%). Secara
sebelumnya melibatkan pengidentifikasian dan teori, selama barang dagangan yang disumbangkan
analisis harga pesaing secara sistematis dan terus mengalir, perusahaan sosial dapat tetap lebih
menggunakan analisis ini untuk menempatkan baik, bahkan tanpa menjalin kontak dengan pelanggan
respons terhadap harga. Mereka menemukan bahwa mereka. Oleh karena itu, perusahaan sosial telah
pengetahuan eksplisit tentang mengidentifikasi apa menetapkan standar prosedur untuk mengelola
yang dilakukan pesaing telah dikodifikasikan ke hubungan mereka dengan sumbangan (yaitu,
dalam pedoman harga dan digunakan untuk menyimpan informasi kontak mereka) untuk membuat
mengembangkan kemampuan penetapan harga. mereka merasa dihargai dan membantu mereka
Kemampuan penetapan harga vis-à-vis pelanggan merasakan kontribusi mereka kepada masyarakat.
mengacu pada kemampuan untuk menjual kepada Dalam hal manajemen saluran distribusi, dua
pelanggan tanpa mempengaruhi hubungan bisnis- tema utama muncul dari hasil penelitian yaitu:
pelanggan Hasil temuan Dutta dkk. (2003) juga pendirian gudang dan standarisasi toko. Operasi
tampaknya sangat relevan dengan model pemasaran gudang dengan otomatisasi teknologi tinggi
dalam perusahaan nirlaba, karena menekan memberikan peluang luar biasa bagi perusahaan ritel
perusahaan untuk menyesuaikan harga. Temuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi saluran
mereka menunjukkan bahwa kondisi ini terjadi karena distribusi mereka (Gu et al., 2007). Meskipun
konsumen sangat sadar akan harga dan tidak bisa tetap perusahaan sosial mungkin tidak mampu untuk
setia pada toko ritel amal tertentu. Akibatnya, manajer memasang sistem otomatisasi label harga yang besar
toko perlu dilatih untuk memiliki kesadaran sensitif di gudang mereka, namun mereka bisa memanfaatkan
tentang konsekuensi tentang strategi penetapan harga kemampuan mereka untuk menarik sukarelawan
mereka. untuk bekerja diperusahaan. Namun, standarisasi toko
Sedangkan temuan Liu dan Ko (2012) memberikan manfaat dari kontrol kualitas barang,
menunjukkan data bahwa kemampuan pengembangan minimalisasi biaya, dan keseragaman gambar
produk dikaitkan dengan pengenalan lini produk baru (Kaufmann & Eroglu, 1999). Hasil penelitian ini
atau penambahan elemen layanan ke produk. Mereka menemukan bahwa perusahaan sosial juga ingin
menemukan bahwa perusahaan nirlaba telah menangkap peluang dari manfaat standarisasi produk.
melakukan banyak upaya untuk memperkenalkan Terakhir, mengenai kemampuan menjual, Craven
produk baru ke pasar dengan mencari manager dkk, (Cravens et al., 2011) menunjukkan bahwa
profesional dan melatih untuk selalu akrab dengan organisasi dapat menangkap keunggulan kompetitif
penawaran produk baru, misalnya penawaran produk dengan mengelola tenaga penjualannya secara
baru seperti barang elektronik (yaitu lemari es, strategis melalui pengembangan pengukuran,
kompor, freezer) dan barang-barang listrik kecil, yang penciptaan kompetensi, dan sistem motivasi.
berbeda dari penawaran produk tradisional Keunikan perusahaan sosial adalah bahwa mereka
perusahaan nirlaba (yaitu, buku, pakaian). Selain itu, harus membangun ketiga sistem terutama di sekitar
Liu dan Ko (2011) juga menemukan bahwa tenaga kerja sukarela mereka, karena semua peserta
perusahaan sosial cenderung bersaing melalui layanan penelitian menyarankan bahwa satu toko ritel amal
seperti layanan pemasangan dan pengiriman jika sering dioperasikan oleh satu manajer toko yang

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1166
dibayar dan beberapa staf sukarelawan. Untuk sistem Asyraf Wajdi Dato’ Dusuki. (2011). Islamic Financial
pengukuran, hasil penelitian menunjukkan bahwa System_ Principles & Operations - Google Buku.
semua kasus memiliki sistem pengukuran kinerja International Shari’ah Research Academy for
Islamic Finance (ISRA).
untuk mengukur kinerja penjualan dari tingkat toko ke
https://books.google.co.id/books/about/Islamic_
tingkat individu. Ada penekanan kuat pada Financial_System.html?id=f3KnoAEACAAJ&r
peningkatan kualitas layanan dan kepuasan konsumen. edir_esc=y
Dalam hal sistem penciptaan kompetensi, mereka BAZNAS. (2022). Outlook Zakat Indonesia 2022 (pp.
menemukan bahwa semua kasus menyediakan 1–150). Pusat Kajian Strategis – Badan Amil
beberapa penjualan secara manual atau pelatihan Zakat Nasional (Puskas BAZNAS).
untuk staf sukarelawan mereka. Bennett, A. R. (1997). The five Vs - a buyer’s
perspective of the marketing mix. Marketing
Intelligence & Planning, 15(3), 151–156.
5. KESIMPULAN https://doi.org/10.1108/02634509710165957
Dari berbagai literatur menunjukkan bahwa Brady, E., Brace-Govan, J., Brennan, L., & Conduit, J.
strategi pemasaran pada perusahaan sosial islam (ISE) (2011). Market orientation and marketing in
masih baru dikembangkan dan harus dilakukan nonprofit organizations. Indications for
dengan tepat. Hal ini dikarenakan pentingnya strategi fundraising from Victoria. International Journal
pemasaran dalam mendukung keberlangsungan ISE. of Nonprofit and Voluntary Sector Marketing,
16(1), 84–98. https://doi.org/10.1002/nvsm.403
Seperti disebutkan, banyak peneliti setuju bahwa
Bull, M., & Crompton, H. (2006). Business practices
penerapan strategi pemasaran dalam bisnis nirlaba in social enterprises. Social Enterprise Journal,
sama pentingnya dalam bisnis komersial. Model 2(1), 42–60.
pemasaran di ISE yang harus juga melibatkan elemen https://doi.org/10.1108/17508610680000712
bauran pemasaran seperti produk, harga, tempat, dan Chai Lee Goi. (2009). A Review of Marketing Mix:
promosi, serta harus lebih banyak diterapkan demi 4Ps or More? International Journal of Marketing
Studies, 1(1), 2–16.
keberlanjutan dan efisiensi ISE. penelitian ini
Chong, K. W. (2003). The Role of Pricing in
menyajikan studi kepustakaan yang ada. Dalam Relationship Marketing – A Study of the
literatur pemasaran di perusahaan nirlaba memang Singapore Heavy Equipment Spare Parts
disebutkan tentang kemampuan untuk menyebarkan Industry.
sumber daya mereka di pasar sebagai pendorong Chumaidiyah, E. (2014). The Marketing Mix Strategy
keunggulan kompetitif dalam praktik komersial in Influence to the Competitive Advantage.
mereka, oleh karena itu strategi tersebut juga harus Proceedings of the 2014 International
Conference on Industrial Engineering and
dikembangkan dan harus dieksplorasi lebih lanjut
Operations Management, 818–826.
serta diimplementasikan oleh ISE. Akhirnya, untuk Cravens, D. W., Le Meunier-FitzHugh, K., & Piercy,
penelitian selanjutnya sebaiknya mencari model N. F. (2011). Overview of Strategic Sales and
pemasaran baru dan strategis yang bisa diterapkan di Sales Management. The Oxford Handbook of
ISE dan sebaiknya menggunakan beberapa kasus atau Strategic Sales and Sales Management, July
objek perusahaan sosial islam. 2018, 1–17.
https://doi.org/10.1093/oxfordhb/978019956945
8.003.0001
6. UCAPAN TERIMAKASIH Dolnicar, S., & Lazarevski, K. (2009). Marketing in
Penulis mengucapkan terimakasih kepada istriku non-profit organizations: An international
tercinta yang telah mendukung dan mendoakanku perspective. International Marketing Review,
dalam setiap aktivitas penulis sebagai insan akademik. 26(3), 275–291.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada civitas https://doi.org/10.1108/02651330910960780
akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Dutta, S., Zbaracki, M. J., & Bergen, M. (2003).
PRICING PROCESS AS A CAPABILITY : A
Palopo.
RESOURCE-BASED PERSPECTIVE. Strategic
Management Journal, 630(January), 615–630.
7. REFERENSI https://doi.org/10.1002/smj.323
Anheier. (2005). Nonprofit Organizations_ An
Introduction - Helmut K.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1167
González, L. I. Á., Vijande, M. L. S., & Casielles, R. Kaufmann, P. J., & Eroglu, S. (1999). Standardization
V. (2002). The market orientation concept in the and adaptation in business format franchising.
private nonprofit organisation domain. Journal of Business Venturing, 14(1), 69–85.
International Journal of Nonprofit and Voluntary https://doi.org/10.1016/S0883-9026(97)00097-9
Sector Marketing, 7(1), 55–67. Kotler & Andreason, Alan R., P. (2008). Strategic
https://doi.org/10.1002/nvsm.167 Marketing for Nonprofit Organizations - Google
Gu, J., Goetschalckx, M., & McGinnis, L. F. (2007). Books1. Pearson/Prentice Hall.
Research on warehouse operation: A https://www.google.co.id/books/edition/Strategi
comprehensive review. European Journal of c_Marketing_for_Nonprofit_Organi/2Z-
Operational Research, 177(1), 1–21. SAgAAQBAJ?hl=id&kptab=overview
https://doi.org/10.1016/j.ejor.2006.02.025 Liu, G., & Ko, W. W. (2012). Organizational Learning
H. Borden, N. (1959). The Concept of the Marketing and Marketing Capability Development: A Study
Mix. Journal of Advertising Research, II(2), 2–7. of the Charity Retailing Operations of British
https://motamem.org/wp- Social Enterprise. Nonprofit and Voluntary
content/uploads/2019/07/Borden-1984_The- Sector Quarterly, 41(4), 580–608.
concept-of-marketing-mix.pdf https://doi.org/10.1177/0899764011411722
Häger, Sarah & Waller, K. (2008). Cultural Impacts Lusch, R. F., Vargo, S. L., & Brien, M. O. (2007).
on Manufacturing Swedish Companies ’ Competing through service : Insights from
Marketing Mix in Germany. service-dominant logic. Journal of Retailing, 83,
Hameed, S., & Ibrahim, M. (2005). The emerging 5–18.
issues on the objectives and characteristics of https://doi.org/10.1016/j.jretai.2006.10.002
islamic accounting for Islamic business Macedo, I. M., & Pinho, J. C. (2006). The relationship
organizations. Malaysian Accounting Review, between resource dependence and market
4(1), 75–92. orientation: The specific case of non-profit
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/1 organisations. European Journal of Marketing,
7747 40(5–6), 533–553.
Hati, S. R. H., & Idris, A. (2014). Antecedents of https://doi.org/10.1108/03090560610657822
customers’ intention to support Islamic social Madill, J., Brouard, F., & Hebb, T. (2010). Canadian
enterprises in Indonesia: The role of social enterprises: An empirical exploration of
socioeconomic status, religiosity, and social transformation, financial self-sufficiency,
organisational credibility. Asia Pacific Journal of and innovation. Journal of Nonprofit and Public
Marketing and Logistics, 26(5), 707–737. Sector Marketing, 22(2), 135–151.
https://doi.org/10.1108/APJML-08-2014-0126 https://doi.org/10.1080/10495141003674044
Haugh, H. (2005). A research agenda for social Martin, B. R. L., & Osberg, S. (2007). Social
entrepreneurship. March 2005, 1–12. Entrepreneurship : The Case for Definition. 1–13.
https://doi.org/10.1108/17508610580000703 https://community-
Hejase, H., Hamdar, B., Orfali, M., & Hejase, A. wealth.org/sites/clone.community-
(2012). Marketing Mix: An Exploratory wealth.org/files/downloads/2007SP_feature_mar
Research in Syria from an Islamic Perspective. tinosberg.pdf
American Journal of Scientific Research, Dec McCarthy, E. (1960). McCarthy, E. Homewood, Ill.,
2012, 33–52. R.D. Irwin, 1960.
http://www.eurojournals.com/ajsr.htm https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=uc1.b3157
James W Culliton. (1948). The management of 586&view=1up&seq=3&skin=2021
marketing costs_ Culliton, James W_ Amazon. Mitchell, A., Madill, J., & Chreim, S. (2015).
Division of Research, Graduate School of Marketing and social enterprises: implications
Business Administration, Harvard Univ (January for social marketing. Journal of Social Marketing,
1, 1948). 5(4), 285–306. https://doi.org/10.1108/JSOCM-
https://www.amazon.com/management- 09-2014-0068
marketing-costs-James- Morgan, N. A., Vorhies, D. W., & Mason, C. H.
Culliton/dp/B0006ARNEK (2009). Research notes and commentaries market
Kara, A., Spillan, J. E., & DeShields, O. W. (2004). orientation: Marketing capabilities, and firm
An Empirical Investigation of the Link between performance. Strategic Management Journal,
Market Orientation and Business Performance in 30(8), 909–920. https://doi.org/10.1002/smj.764
Nonprofit Service Providers. Journal of Muhamed et al. (2016). .._._. INTERNATIONAL
Marketing Theory and Practice, 12(2), 59–72. CONFERENCE ON ECONOMICS, BUSINESS
https://doi.org/10.1080/10696679.2004.1165851 AND SOCIAL SCIENCES (ICEBUSS 2016), 7–
9 15.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1168
Nasir, M. (1998). Metode penelitian - Google Books. Powell, M., & Osborne, S. P. (2015). Can marketing
Ghalia Indonesia. contribute to sustainable social enterprise? Social
https://www.google.co.id/books/edition/_/9GrKt Enterprise Journal, 11(1), 24–46.
QEACAAJ?hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjovP- https://doi.org/10.1108/sej-01-2014-0009
Lo472AhXlT2wGHbFfB_8Qre8FegQICRAC Sargeant. (2002). “Dead Man Walking”: Case
Padanyi, P., & Gainer, B. (2004). Market Orientation statements as organizational change narratives.
in the Nonprofit Sector: Taking Multiple Journal of Nonprofit and Public Sector
Constituencies into Consideration. Journal of Marketing, 10(2), 83–114.
Marketing Theory and Practice, 12(2), 43–58. https://doi.org/10.1300/J054v10n02_05
https://doi.org/10.1080/10696679.2004.1165851 Sheila et Al. (2012). Integrating Zakat, Waqf and
8 Sadaqah: Myint Myat Phu Zin Clinic Model in
Palmer, A. (2004). Introduction to Marketing_ Theory Myanmar. Tazkia Islamic Finance and Business
and Practice_ Amazon. Oxford University Press, Review, 8.2, 1–17.
USA. https://www.amazon.co.uk/Introduction- Singh, M. (2012). Marketing Mix of 4P’S for
Marketing-Practice-Adrian- Competitive Advantage. IOSR Journal of
Palmer/dp/0199266271 Business and Management, 3(6), 40–45.
Philip Kotler, G. M. A. (2005). Principles of https://doi.org/10.9790/487x-0364045
Marketing (11th Editi). Prentice Hall.
https://www.goodreads.com/book/show/74280.P
rinciples_of_Marketing

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

Anda mungkin juga menyukai