Oh MAKALAH KLP 4
Oh MAKALAH KLP 4
2022
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadiratnya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ilmiah tentang studi AL- QUR’AN, dan semoga
bermanfaat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini.
Untuk kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhirnya kata kami berharap makalah ilmiah ini tentang studi AL-
QUR’AN ini semoga bermanfaat untuk masyarakat, ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 7
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih ....................................................................... 7
B. Contoh Ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat ....................................................... 8
C. Sebab-sebab Terjadinya Tasyabuh dalam Al-Qur’an ................................................ 10
D. Pandangan dan Sikap Ulama Tentang Ayat-ayat Mutasyabihat .............................. 12
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 16
B. Saran ........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ayat yang menjadi dasar adanya Muhkam dan Mutasyabih adalah ayat ke-
7 dari surat Ali-`Imran :
4
orang yang mendalam ilmunya berkata : “kami beriman kepada ayat- ayat
yang mutasyabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak mengambil
pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis merasa perlu
membahas tentang Aqsam Al-Qur’an dengan membatasi pembahasan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian muhkam dan mutasyabih ?
2. Bagaimana contoh – contoh ayat muhkam dan mutasyabih ?
3. Apa sebab – sebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur’an ?
4. Bagaimana pandangan dan sikap ulama tentang ayat-ayat mutasyabihat?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan beberapa tujuan
masalah sebagai berikut :
1. Mampu memahami pengertian muhkam dan mutasyabih
2. Mampu mengetahui contoh – contoh ayat muhkam dan mutasyabih
3. Mampu mengetahui sebab – sebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur’an
4. Mampu mengetahui pandangan dan sikap ulama tentang ayat – ayat
mutasyabihat
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
ِ ُير ا ٓل ۚر ِك َٰت َبٌ أ ُ ۡح ِك َم ۡت َءا َٰ َيت ُ ٓهُ ث ُ َّم ف
صلَ ۡت ِ ُا ٓل ۚر ِك َٰت َبٌ أ ُ ۡح ِك َم ۡت َءا َٰ َيت ُ ٓهُ ث ُ َّم ف
ٍ صلَ ۡت ِمن لَّد ُۡن َح ِك ٍيم َخ ِب
. ير ٍ ِِمن لَّد ُۡن َح ِك ٍيم َخب
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang
Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (QS. Hud [11] : 1).
1. Muhkam adalah yang dapat diketahui maksudnya dengan nyata dan jelas
maupun dengan cara ta`wil. Sedangkan mutasyabih adalah sesuatu yang
hanya diketahui oleh Allah seperti kedatangan hari kiamat dan maksud
dari huruf-huruf terpisah yang terdapat pada beberapa awal surah.
2. Muhkam adalah yang tidak dapat dita`wilkan kecuali hanya dengan satu
penta`wilan saja, sedangkan mutasyabih adalah yang mungkin dapat
dita`wilkan dengan banyak penta`wilan.
3. Muhkam adalah ayat yang menerangkan tentang faraidl, ancaman, dan
harapan. Sedangkan mutasyabih adalah tentag ayat-ayat yang berhubungan
dengan kisah-kisah dan amstal.
4. Muhkam adalah lafadz yang tidak diulang-ulang. Sedangkan mutasyabih
adalah sebaliknya.
5. Muhkamat adalah ayat-ayat yang tidak dinasakh, maka mutasyabihat
adalah ayat-ayat atau ajaran-ajaran yang telah dinasakh.
6. Muhkam adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan halal dan haram,
sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat selain yang berkenaan dengan
halal dan haram.
Adapun mutasyabih secara etimologis berarti tasyabuh, yakni apabila
salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Syuhbah ialah keadaan
7
dimana salah satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena
kemiripan di antara keduanya. Mutasyabih secara bahasa berarti sesuatu yang
menyerupai dari segala segi antara satu dengan yang lain.5 Mutasyabih juga
terkadang dipadankan dengan mutamatsil dalam perkataan dan keindahan.
Dengan ungkapan tasyabuh al-kalam dapat diartikan “kesamaan dan
kesesuaian dalam perkataan, karena sebagiannya membenarkan sebagian
yang lain dalam kesempurnaannya dan sesuai pula dengan makna yang
dimaksudkannya.
1) Muhkam
8
terputusnya wahyu dan Nabi telah wafat, maka ini dinamakan muhkam
li ghairihi, jenis ini mencakup al-dzahir, al-nash, al-mufassar, dan al-
muhkam”, karena masing-masing belum terkena nasakh hingga
muhkam yang disebabkan oleh terputusnya kemungkinan adanya
nasakh. Artinya dianggap muhkam ini karena suatu lafadz yang
menunjukkan atas keabadian berlakunya, sehingga tidak dapat
dimansukhkan, atau muhkam karena faktor luar bila tidak dapatnya
lafadz itu dinasakh bukan karena nash atau teks nya itu sendiri tetapi
karena tidak ada nash yang menasakhnya. Contohnya ada pada Q.S An-
Nur[24] :4
ْٱج ِلدُو ُه ۡم ث َ َٰ َمنِينَ َج ۡلدَ اة َو ََّ ت َۡقبَلُوا ُ ت ث ُ َّم لَ ۡم يَ ۡأتُواْ بِأ َ ۡربَعَ ِة
ۡ َش َهدَآ َء ف َ َوٱلَّذِينَ يَ ۡر ُمونَ ۡٱل ُم ۡح
ِ َص َٰن
ٓ
َش َٰ َهدَة ً أَبَدا ۚا َوأ ُ ْو َٰلَئِكَ ُه ُم ۡٱل َٰفَ ِسقُون
َ لَ ُه ۡم
2) Mutasyabih
a. Mutasyabih ayat yang terdapat dalam lafadz huruf berupa huruf-huruf
pada permulaan beberapa surah dalam Al-Qur`an.
b. Mutasyabih yang terdapat dalam mafhum ayat seperti yang terdapat
pada ayat-ayat yang berbicara tentang sifat-sifat Allah.
9
C. Sebab-sebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur’an
10
apabila seseorang memiliki ‘’sarana’’ yang memadai untuk menyingkap
maknanya yang tersirat dibali lafal dan maknanya yang tersurat itu, sebagai
contoh dapat dijumpai dalam firman Allah yaitu al qur’an surat Al Baqarah
: ayat 189
ْس ۡٱلبِ ُّر بِأَن ت َۡأتُوا َ اس َو ۡٱل َحجِ َولَ ۡي ِ َّ ِة قُ ۡل ِه َ َم َٰ َوقِيتُ ِللنٞۖ َّع ِن ۡٱلَهِل َ َسَٔٔ لُونَكۡ َ۞ ي
ورهَ ا َو َٰلَ ِك َّن ۡٱلبِ َّر َم ِن ٱتَّقَ َٰى َو ۡأتُواْ ۡٱلبُيُوتَ ِم ۡن أ َ ۡب َٰ َوبِ َه ۚ ا َوٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّ ُك ۡم ُ ۡٱلبُيُوتَ ِمن
ِ ظ ُه
َت ُ ۡف ِل ُحون
11
“Allah Ta’ala mengabarkan bahwa di dalam Al Qur’an terdapat ayat ayat
alquran yang merupakan induk Al Qur’an, yaitu ayat ayat yang jelas maknanya,
tidak tersembunyi pada semua orang” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/6).
Ulama banyak berbeda pendapat, apakah makna ayat mutasyabih bisa
diketahui manusia atau tidak. Sebagian mereka mangatakan tidak dapat
diketahui manusia dan hanya Allah yang mengetahuinya. Pendapat ini berasal
dari kebanyakan sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in dan di ikuti oleh golongan
ahlusunnah wa al-jamaah.
َت َفأ َ َّم ا ٱلَّذِينٞۖٞ شبِ َٰ َه َ َٰ َ ب َوأُخ َُر ُمت ِ َ ت ُّم ۡح َك َٰ َمتٌ ُه َّن أ ُ ُّم ۡٱل ِك َٰتٞ َب ِم ۡنهُ َءا َٰي َ َ علَ ۡيكَ ۡٱل ِك َٰت
َ ِي أَنزَ َل
ٓ ُه َو ٱلَّذ
ََّّ ِِ ُِۦه َو َم ا يَعۡ لَ ُم ت َۡأ ِويلَ ٓٓهٞۖ غ فَيَتَّبِعُونَ َمَ ا ت َٰ ََشََََََبَهَ ِم ۡنهُ ۡٱبتِغَ ا ٓ َء ۡٱل ِف ۡتنَ ِة َو ۡٱبتِغَ ا ٓ َء ت َۡأ ِوي ِلٞ فِ قُلُوبِ ِه ۡم زَ ۡي
ِ َّ أ ُ ْولُواْ ۡٱل َۡل َٰ َب
ب ٓ َّ ِِ ل ِم ۡن ِعن ِد َربِنَ ا َو َم ا يَذَّ َّك ُرٞ ٱلر ِس ُخونَ فِ ۡٱل ِع ۡل ِم يَقُولُونَ َءا َمنَّ ا بِِۦه ُك
َّ َٰ ٱللَّهُ َو
12
Tokoh sahabat seperti Ubay ibn Ka’ab, Ibn Mas’ud, Ibn Abbas dan sejumlah
sahabat lainnya, tabi’in dan ahlusunnah berpendapat bahwa waw pada kalimat
“war-rasikhuna fil ‘ilmi yaquluna amanna bihi” adalah waw ist’naf. Pendapat ini
didukung oleh hadits yang di keluarkan Abdurrazzak dalam tafsirnya dan Hakim
dalam kitab Mustadrak yang berasal dari Ibn Abbas bahwa ia membaca “ wama
ya’lamu ta’wilahu illallah, wayaqulur rosikhuna fil ‘ilmu amanna bihi”.
13
Pendapat ini tidak benar karena menjadikan perkataan Allah tidak punya
makna dan menjadikan para salafusshalih pada derajat orang-orang bodoh yang
disebutkan Allah sebagai orang-orang yang memperbuat kata-kata yang sia-sia
dan tertutup yang tidak bisa dipahami maknanya. Tidaklahlah masuk akal jika
kita mendengarkan perkataan orang asing yang berbicara dengan bahasanya
yang tidak kita pahami dan kita tidak tau bahasanya lantas kita berkata setelah
mendengarkan pembicaraannya “perkataanmu bagus, dan susunannya baik,
perkataanmu itu tidak ada yang salah dan kami membenarkan setiap
perkaanmu”.
Lafaz ayat yang sama sekali tidak diketahui hakikatnya, hanya Allah yang
dapat mengetahuinya, seperti waktu tibanya hari kiamat, kalimat daabbatul ardhi
(binatang yang akan keluar menjelang hari kehancuran alam).
14
Ayat mutasyabih yang dengan berbagai sarana manusia dapat mengetahui
maknanya, seperti mengetahui makna kalimat yang gharib dan hukum yang
belum jelas.
Ayat mutasyabih yang khusus dapat diketahui maknanya oleh orang orang
yang ilmunya mendalam dan tidak dapat diketahui orang-orang selain mereka
sebagaimana diisyaratkan oleh do’a nabi bagi Ibn Abbas:
“Ya Allah, ajarkanlah ilmu agama yang mendalam kepadanya dan dan
limpakanlah pengetahuan tentang ta’wil kepadanya”
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
Kesamaran pada makna ayat ; Kesamaran atau ketersembunyian yang
terjadi pada makna ayat, umumnya adalah berupa ayat ayat mutasyabihat
yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawbakan.
Untuk saran bisa berisi kritik maupun saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18