Anda di halaman 1dari 124

HARMONI INTERAKSI MASYARAKAT MULTIKULTURAL

(Studi Deskriptif di Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa


Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan oleh:

HILDA YANI

NIM: 130901040

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

PADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

penyertaan, hikmat serta kasihNya. Tuhanlah yang membimbing dan membantu

disetiap apa yang menjadi kendala dan kesusahan saya. Dia datang disaat yang

tepat dalam mencerahkan setiap langkahku dan pemikiranku bahkan Tuhanlah

yang mengakatku ketika aku tidak berdaya, member semangat ketika aku malas

dan tidak punya semangat, sehingga skripsi yang berjudul “HARMONI

INTERAKSI MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI DESA UJUNG

SERDANG KECAMATAN TANJUNG MORAWA” dapat terselesaikan guna

memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dari Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Jadi layaknya

segala pujian, hormat dan ucapan syukur bagi Tuhan Allah kita.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak

skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini yaitu kepada :

1. Bapak Husni Thamrin,S.Sos,MSP selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Harmona Daulay,MA selaku ketua departemen sosiologi dan

selaku dosen selama masa perkuliahan saya yang terus memberikan

masukan dan pengarahan dan selalu siap membantu.

Universitas Sumatera Utara


3. Rasa Hormat dan Terima Kasih sebesar-besarnya kepada bapak Drs.Muba

Simanihuruk, M.Si selaku dosen penasehat Akademik sekaligus dosen

pembimbing saya yang selalu meluangkan waktunya ditengah-tengah

kesibukan beliau serta sabar dalam membimbing penulis hingga penulisan

skripsi ini selesai. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua

kebaikan yang beliau berikan kepada penulis serta diberikan kesehatan dan

umur yang panjang.

4. Seluruh dosen di Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmu,

bimbingan, maupun arahan selama di dalam maupun di luar perkuliahan.

5. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, dengan rasa hormat dan kagum

Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta

dan tersayang yakni, bapak S. Tarigan dan mamak M. Sembiring, atas

semua doa, dukungan, pengorbanan dan kasih sayangnya yang telah

diberikannya kepada penulis sampai saat ini. Dorongan motivasi dan juga

pengertian yang diberikan oleh orang tua penulis semakin menambah

semangat penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Kepada masyarakat Desa Ujung Serdang dan terkhusus kepada informan

penulis atas keramahannya dan kesediannya untuk menjadi informan

penulis dan meluangkan waktunya untuk di wawancarai untuk

penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada seluruh badan pengurus harian muda-mudi gereja katolik st.paulus

ujung serdang yang selalu memberikan semangat untuk saya selama

penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


8. Kepada teman-teman akrab saya yang ada di kampus rasa trima kasih

sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, motivasi yang diberikan kepada

saya selama penulisan skripsi ini.

9. Kepada teman saya Hot Gres Damanik saya ucapkan banyak terima kasih

atas perhatian, dorongan, motivasi yang diberikan kepada saya agar saya

semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Kepada seluruh saudara seperjuangan Sosiologi stambuk 2013 atas

kebersamaan dan rasa persaudaraan yang telah terbangun selama ini.

Semoga ini menjadi fondasi awal bagi kita dalam meraih kesuksesan

dimasa depan.

11. Kepada abng saya Njuahi Ardianto atas dukungan dan bantuan berupa

uang yang selalu ia berikan kepada saya selama saya menulis skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat bebagai

kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, dan saran

yang sifatnya membangun. Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga

tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu

penulisan skripsi ini.

Medan, Juli 2017

Penulis,

Hilda Yani

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberagaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami

masyarakat di masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Keberagaman secara

sederhana dapat dipahami sebagai pengakuan bahwa sebuah masyarakat adalah

beragam dan majemuk. Keberagaman bisa mendatangkan manfaat yang besar,

namun bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat yang

bersangkutan jika tidak dikelola dengan baik. Untuk tetap menjaga keharmonisan

hubungan dalam masyarakat yang beragam tersebut diperlukan upaya penanaman

kesadaran sikap toleransi, prinsip kesetaraan, dan memandang perbedaan sebagai

anugrah Tuhan. Kesadaran berkebudayaan dengan segala keragaman dan potensi

konflik dalam masyarakat yang mengarah pada perpecahan (dalam beritasore,

2009)

Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat

perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa, ras, agama,

ideologim dan budaya. Keberagaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan

yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam

masyarakat.

Furnival (dalam Bambang, 2015:34 ) berpendapat bahwa masyarakat

beragam adalah suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas atau

kelompok-kelompok yang secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta

memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lain. Menurut

Bambang, 2015:35 menjelaskan bahwa beberapa faktor yang mendorong

Universitas Sumatera Utara


keberagaman masyarakat Indonesia adalah: 1). Keadaan geografis Indonesia yang

terpisah-pisah oleh lautan mengakibatkan penduduk yang tersebar di pulau-pulau

di Indonesia tumbuh menjadi kesatuan-kesatuan suku bangsa yang terisolasi

dengan yang lain. Mereka kemudian mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan

ikatan-ikatan kebudayaan lainnya yang berbeda satu sama lain. 2). Indonesia yang

terletak pada posisi silang antara dua samudera dan dua benua merupakan daya

tarik tersendiri bagi bangsa-bangsa asing untuk datang, singgah, dan menetap di

Indonesia, ada yang datang untuk berdagang, menyebarkan agama, dan

sebagainya. Banyak bangsa asing yang berinteraksi dengan penduduk lokal. Dari

interaksi ini terjadi amalgamasi dan asimilasi kebudayaan. Akibatnya terbentuklah

ras, subras, agama, dan kepercayaan yang berbeda-beda di Indonesia. 3). Iklim

yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain di kawasan

Indonesia menimbulkan kondisi alam yang berbeda. Kondisi ini akhirnya

membentuk pola-pola perilaku dan sistem mata pencaharian yang berbeda-beda.

Akibatnya terjadi keberagaman regional antara daerah-daerah di Indonesia. 4).

Pembangunan di berbagai sektor menyebabkan keragaman masyarakat Indonesia,

khususnya secara vertikal. Kemajuan dan industrilisasi yang terjadi menghasilkan

kelas-kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi. Di dalam potensi

keberagaman budaya tersebut sebenarnya terkandung potensi disintegrasi, konflik,

dan separatism sebagai dampak dari Negara kesatuan yang bersifat multietnik dan

struktur masyarakat Indonesia yang mejemuk dan plural.

Karena struktur sosial budayanya yang sangat kompleks, Indonesia

selalu berpotensi menghadapi permasalahan konflik antaretnik, kesenjangan

sosial, dan sulitnya terjadi integrasi nasional secara permanen. Hal tersebut

Universitas Sumatera Utara


disebabkan adanya perbedaan budaya yang mengakibatkan perbedaan dalam cara

pandang terhadap kehidupan politik, sosial, dan ekonomi masyarakat. Pola

kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi dua. Pertama,

diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat (custom differentiation)

perbedaan etnik, budaya, agama, dan bahasa. Kedua, diferensiasi yang disebabkan

oleh perbedaan struktural(structural differentiation) yang disebabkan oleh adanya

perbedaan kemampuan untuk mengakses potensi ekonomi dan politik antaretnik

yang menyebabkan kesenjangan sosial antaretnik. Sebagai masyarakat majemuk,

Indonesia memiliki dua kecenderungan atau dampak akibat keberagaman budaya

tersebut, antara lain sebagai berikut: 1). Berkembangnya perilaku konflik di antara

bebagai kelompok etnik. 2). Pemaksaan oleh kelompok kuat sebagai kekuatan

utama yang mengintegrasikan masyarakat.

Namun, kemajemukan masyarakat tidak selalu menunjukkan sisi

negatif saja. Pada satu sisi kemajemukan budaya masyarakat menyimpan

kekayaan budaya dan khzanah tentang kehidupan bersama yang harmonis apabila

integrasi masyarakat berjalan dengan baik. Seperti hal nya yang terjadi di Desa

Ujung Serdang terlihat pada sifat dan kebiasaan masyarakatnya yang mampu

membina dan menjaga sikap toleransi dan prinsip kesetaraan dan memandang

perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan agar tidak terjadi konflik antaretnik yang

dapat memicu terjadinya benturan atau konflik antaretnik. Sikap masyarakat yang

saling menghargai satu sama lain, perbedaan yang ada pada masyarakat Desa

Ujung Serdang tidak menjadikan pemicu atau penghalang bagi masyarakat untuk

menciptakan kondisi atau keadaan masyarakat yang harmoni.

Universitas Sumatera Utara


Kesetaraan dan harmoni sosial sering tidak terjadi dalam masyarakat

sekarang ini. Banyak orang dari ras dan suku tertentu tidak senang dengan budaya

yang lain dan akhirnya melupakan pentingnya kebersamaan sebagai masyarakat

multikultural untuk kesatuan Negara Indonesia yang memiliki banyak suku ras

dan agama. Namun yang terjadi pada masyarakat Desa Ujung Serdang tidak

seperti pernyataan tersebut, karena masyarakat yang ada di Desa Ujung Serdang

saling menghargai dan memberikan toleransi atau respon yang tinggi terhadap

etnik lain yang ada di Desa Ujung Serdang, dan masing-masing etnik saling

mengemban prinsip kesetaraan dan memandang perbedaan itu adalah anugrah dari

Tuhan yang tidak harus dipermasalahkan dan membuat perselisihan atau konflik

antar etnik. Masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang hidup saling

menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-

masing etnik atau suku, perbedaan yang ada tidak menjadi penghalang bagi

mereka untuk saling bekerjasama dan saling memberikan toleransi yang tinggi

terhadap sesama mereka yang sama-sama tinggal di Desa Ujung Serdang .

Untuk menjaga kondisi masyarakat yang tetap kondusif, dimana

masing-masing kelompok dapat mengekspresikan keyakinan kebudayaan atau

sukunya dalam kehidupan bermasyarakat sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu hak kelompok lainnya yang berbeda suku atau etnis, Negara

memiliki kebijakan yang di tetapkan dalam UUD Nomor 40 tahun 2008 tentang

Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Adanya kebijakan tersebut, memberikan kebebasan kepada setiap warga

Negara untuk menganut suku atau etnis tanpa ada paksaan dan perlakuan yang

tidak adil dari pihak manapun. Sehingga masing-masing kelompok masyarakat

Universitas Sumatera Utara


saling menghormati dan hidup rukun. Sikap tersebut merupakan perwujudan dari

sifat harmoni. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki sifat harmoni

masyarakat multikultural adalah Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung

Morawa kabupaten Deli Serdang.

Masyarakat Desa Ujung Serdang dikategorikan sebagai masyarakat

yang multikultural karena masyarakat yang tinggal di desa ini adalah mereka

yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda terutama di bidang suku, ras,

agama, dan budaya, dan masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang ini dapat

pula dikatakan masyarakat multikultural yang harmoni karena jika ditinjau dari

kehidupan bertetangga yang saling menghormati/ saling menghargai walaupun

mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda, walaupun menganut agama

yang berbeda-beda namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk mereka tidak

saling menghargai dan tidak saling membantu satu sama lain, mereka hidup

bertetangga saling menghargai dan mereka saling memberikan toleransi atau

respon yang baik kepada sesama mereka yang tinggal berdekatan atau

bertetangga. Masayarakat Desa Ujung Serdang ini juga dapat dikategorikan

sebagai masyarakat yang harmoni jika ditinjau atau dilihat dari kemajuan desa

ini. Menurut hasil praobservasi desa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat,

bukti yang paling nyata adalah berdirinya rumah-rumah ibadah yang sudah

termasuk lengkap, mulai dari rumah ibadah muslim ( mesjid/ mushola) dan rumah

ibadah non muslim ( gereja ), selain itu bukti nyata yang mendukung bahwa

kemajuan desa ini sangatlah pesat terlihat dari jumlah penduduknya yang semakin

lama semakin bertambah.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang (

dalam Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka 2016 ) masyarakat yang tinggal

di Kota Tanjung Morawa menganut beberapa Suku Bangsa yakni, Jawa, Melayu,

Toba, Karo, Simalungun. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kota

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang khususnya di Desa Ujung Serdang

memiliki kondisi masyarakat yang multikultural.

Table 1.1 Jumlah Banyaknya Penduduk Masyarakat Kota Tanjung

Morawa Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Tanjung Morawa tahun

2015

No Desa/Kelurahan Jawa Melayu Toba Karo Simalungun


1 Medan Sinembah 5937 398 410 950 156
2 Bandar Labuhan 3171 2399 27 149 39
3 Bangun Rejo 11173 3163 18 1236 221
4 Aek Pancur 308 24 75 10 6
5 Naga Timbul 1339 542 2 504 282
6 Lengau Seprang 3436 338 46 491 337
7 Sei Merah 1098 82 103 32 15
8 Dagang Kerawan 4334 277 322 692 124
9 Tanjung Morawa 1345 706 470 441 195
Pkn
10 Tanjung Morawa 8226 1029 905 2160 797
A
11 Limau Manis 18450 318 584 515 523
12 Ujung Serdang 839 168 1342 1712 24
13 Bangun Sari 13856 289 459 607 751
14 Bangun Sari Baru 9415 131 598 445 389
15 Buntu Bedimbar 5883 9111 89 190 250
16 Telaga Sari 6454 88 23 97 61
17 Dagang Kelambir 1289 585 702 23 9
18 Tanjung Morawa 5222 7136 577 586 337
B
19 Tanjung Baru 8611 108 35 82 422
20 Punden Rejo 2087 52 98 70 32
21 Tanjung Mulia 475 58 963 126 28
22 Perdamean 1030 47 2864 292 223
23 Wonosari 11014 132 2 245 163
24 Dalu Sepuluh A 3746 3955 2 36 10
25 Dalu Sepuluh B 6942 110 56 2 1

Universitas Sumatera Utara


26 Penara Kebun 290 37 2 6 8
Jumlah 13597 31283 10774 11699 5403
0
Sumber : Data Sensus Penduduk 2015- Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli
Serdang Kecamatan Tanjung morawa
Dari data Badan Pusat Statistik ( BPS ) tersebut, suku yang memiliki

jumlah penganut terbanyak adalah suku Jawa dengan jumlah 135970 jiwa,

selanjutnya disusul oleh suku melayu dengan jumlah 31283 jiwa, dan suku karo

dengan jumlah 11699 jiwa. Selain itu, masyarakat yang suku Toba dengan jumlah

10774 dan suku Simalungun 5403 jiwa.

Jumlah masyarakat Kota Tanjung Morawa berdasarkan suku bangsa

terbesar di beberapa desa yang termasuk dalam wilayah Kota Tanjung Morawa,

yakni desa Ujung Serdang. Desa Ujung Serdang merupakan salah satu desa yang

ada di kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera

Utara, Indonesia. Secara geografis Desa Ujung Serdang terletak di sebelah selatan

Ibu Kota Kecamatn Tanjung Morawa merupakan bagian integral dari wilayah

Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu

Kota Kabupaten 17 km, sedangkan Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan

batas- batas wilayah Utara adalah Desa Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun

Sari dan Desa Limau Manis, Selatan adalah Desa Medan Sinembah dan Barat

adalah Kota Medan dan Kecamatan Patumbak.

Berdasarkan Data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk

Desa Ujung Serdang 3.960 jiwa, dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-

laki berjumlah 2.021 jiwa, sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah

1.939 jiwa. Berkaitan jumlah penduduk dapat dilihat pada table berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Ujung

Serdang 2015

No Jenis Kelamin Jumlah


1 Laki –laki 2.021
2 Perempuan 1.939
Jumlah 3.960
Sumber : Buku / Makalah memori Sertijab Kepala Desa Ujung
Serdang

Dari segi suku bangsa yang dianut, kondisi Desa Ujung Serdang

menganut suku Karo. Secara kultural, suku yang dianut merupakan warisan dari

orang tua terdahulu yang diwariskan turun-temurun. Sedangkan sebagian kecil

masyarakat Desa Ujung Serdang menganut suku bangsa lain di luar suku karo.

Berikut table penduduk Desa Ujung Serdang yang menganut suku bangsa.

Tabel 1.3 Menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) Kabupaten Deli Serdang

Jumlah Penduduk Desa Ujung Serdang Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku /Etnis Jumlah


1 Jawa 839
2 Melayu 168
3 Toba 1342
4 Karo 1712
5 Simalungun 24
Sumber : BPS Kecamatan Dalam Angka 2016

Dari tabel 1.3 di atas, suku atau etnis yang mayoritas atau jumlah terbesar di

Desa Ujung Serdang adalah suku karo yang berjumlah 1712 jiwa, dan disusul oleh

suku toba yang berjumlah 1342, dan etnis Jawa yang berjumlah 839, Melayu

berjumlah 168 jiwa dan simalungun berjumlah 24 jiwa.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.4 Menurut Badan Pusat Statistik ( BPS) Kabupaten Deli Serdang

jumlah penduduk Desa Ujung Serdang berdasarkan agama pada tahun 2015.

No. Agama Jumlah


1 Islam 1918
2 Protestan 1630
3 Katolik 143
4 Budha 28
5 Hindu 27
Sumber : BPS tahun 2015.

Dari tabel 1.4 di atas, agama yang mayoritas atau jumlah terbesar yang

dianut oleh warga Desa Ujung Serdang adalah agama Islam yang berjumlah 1918

Jiwa, Protestan 1630 jiwa, Katolik 143, Budha 28 jiwa dan Hindu 27 jiwa. Hasil

dari tabel diatas merupakan hasil menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada

tahun 2015 dan menurut hasil praobservasi bahwa peningkatan jumlah penduduk

yang sudah menganut agama sesuai denan kepercayaan dan keyakinan masing-

masing warga sangat berkembang pesat.

Dari hasil praobservasi jika dilihat dari sejarahnya, Desa Ujung Serdang

merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten

Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Secara geografis Desa Ujung

Serdang terletak di sebelah selatan Ibu Kota Kecamatn Tanjung Morawa

merupakan bagian integral dari wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan jarak

dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu Kota Kabupaten 17 km, sedangkan

Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan batas- batas wilayah Utara adalah Desa

Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun Sari dan Desa Limau Manis, Selatan

adalah Desa Medan Sinembah dan Barat adalah Kota Medan dan Kecamatan

Patumbak. Desa ini terkenal dengan sebuatan kampong karo, dikarenakan desa ini

lebih awal di di huni dan dipimpin oleh seorang pemimpin yang menganut suku

Universitas Sumatera Utara


karo, seiring berkembangnya jaman dan riwayat migrasi atau perpindahan

penduduk maka masyarakat atau penduduk Desa Ujung Serdang semakin

bertambah, tidak dari segi julmah penduduknya saja yang bertambah tetapi jumlah

suku dan agama yang mendiami Desa Ujung Serdang ini pun semakin bertambah

hingga saat ini Desa ini dapat dikatakan Desa yang memiliki masyarakat yang

Multikultural.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arfy, 2015 yang

berjudul Harmonisasi Interaksi Antar Etnis di Desa Baru kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang mengatakan bahwa harmonisasi interaksi antar etnis

yang terjadi di Desa Baru disebabkan karena faktor ekonomi dan faktor sistem

sosial kekerabatan pada masing-masing etnis yang terdapat di Desa Baru. Hal ini

dapat dilihat kebanyakan kedatangan warga pendatang yang datang ke Desa Baru

dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan

meningkatkan pandapatan dan perekonomian keluarga. Karena ekonomi

merupakan faktor penting untuk kebutuhan manusia dalam proses kehidupan

sosial.

Dari pemikiran dan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengetahui Apa yang menjadi faktor pendukung terjadinya Harmoni Masyarakat

Multikultural di Desa Ujung Serdang, kecamatan Tanjung Morawa kabupaten

Deli Serdang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada suatu realita manusia akan membutuhkan interaksi

dengan manusia lainnya dan beradaptasi untuk mencapai tujuan hidupnya dalam

kehidupan bermasyarakat. Pertemuan antar etnis dalam kegiatan sehari-hari tidak

Universitas Sumatera Utara


dapat dihindarkan lagi. Setiap etnis memiliki karakter yang berbeda-beda secara

kultural, namun sebagai kesatuan masayarakat mereka harus saling melakukan

hubungan timbal balik sebagai proses interaksi dan proses adaptasi sebagai

penyesuaian dalam lingkungan sosial. Dengan adanya perbedaan berdasarkan

suku bangsa ini, merupakan hal yang di anggap menarik untuk dilakukannya

penelitian. Melalui penelitian ini, penulis mencoba untuk menelaah Bagaimana

harmoni interaksi masyarakat multikultural dan apa penyebab dari harmoni

interaksi masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung

Morawa Kabupaten Deli Serdang dan penelitian ini dilakukan melalui pendekatan

teori sosiologi. Berdasarkan pembahasan latar belakang masalah yang telah di

jelaskan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apa yang menjadi faktor pendukung terjadinya Harmoni Interaksi

Masyarakat Multikultural di Desa Ujung Serdang, kecamatan Tanjung

Morawa kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan

untuk lebih mandalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan

sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik segi teoritis maupun

praktis. Adapaun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui,

menganalisis, dan menginterpretasikan Apa yang menjadi faktor pendukung

terjadinya Harmoni Interaksi pada Masyarakat Multikultural di Desa Ujung

Serdang, kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri

sendiri ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Adapun manfaat yang di harapkan dan dapat di peroleh dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan konstribusi baik secara

langsung ataupun tidak langsung bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

kepustakaan Departemen Sosiologi khususnya untuk menambah kajian tentang

hubungan antar kelompok dan interaksi sosial. Selain itu memberikan kontribusi

kepada pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan sebagai perbandingan

penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam

membuat suatu karya ilmiah dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian

selanjutnya, agar diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat

tetang pe ntingnya harmoni sosial dalam kehidupan sosial.

1.5. Defenisi Konsep

1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu kegiatan yang di lakukan oleh individu

dengan individu, individu dengan kelompok serta kelompok dengan yang terdapat

hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang berperan saling

mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan

antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan proses setiap

Universitas Sumatera Utara


orang menjalin kontak dan berkomunikasi dan saling mempengaruhi dalam

pikiran maupun tindakan.

2. Harmoni

Suatu sesuai dengan keinginan masyarakat umum, seperti keadaan

tertib, teratur, aman dan nyaman dapat disebut sebagai suatu kehidupan yang

penuh harmoni. Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan

serasi dengan tujuan masyarakatnya. Harmoni sosial juga terjadi dalam

masyarakat ditandai dengan solidaritas.

3. Masyarakat Harmoni

Masyarakat harmonis adalah masyarakat yang tatanan hidupnya sejalan

atau searah dengan aturan yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri. Harmonis

mengandung artian kehidupan yang aman dan sejahtera.

4. Masyarakat Multikultural

Suatu masyarakat yang terdiri dari berbagai elemen, baik itu suku, ras,

agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dan lain-lain yang hidup dalam suatu

kelompok masyarakat yang memiliki satu pemerintahan tetaoi dalam masyarakat

itu masing-masing terdapat segmen-segmen yang tidak bisa di satukan.

5. Keberagaman

Suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan

dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa, ras, agama, adat istiadat dan situasi

ekonomi.

6. Etnis

Universitas Sumatera Utara


Etnis adalah suatu golongan manusia yang angota-anggotanya

mengidentifikasikan dirinya sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan

yang dianggap sama.

7. Nilai dan Norma Sosial

Nilai dan norma memiliki hubungan yang saling terkait, kendati keduanya

memiliki perbedaan. Jika nilai merupakan sesuatu yang dianggap sebagai hal yang

baik, patut, layak, benar, maka norma merupakan perwujudan dari nilai yang di

dalamnya terdapat kaidah, aturan, patokan, atau kaidah pada suatu tindaka ( aksi ).

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan

sesamanya karena untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya yang dikehendaki

bergantung bantuan dari orang lain. Inilah dasar dan alasan antara individu yang

satu dan yang lain melakukan interaksi sosial. Di lingkungan individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat tidak lepas adanya hubungan sosial ini.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial ( yang juga dapat

dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama

terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan

bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-

hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-

perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang

peroranggan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi

sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling

berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu

merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi, karena masing-masing

sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam

perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh

misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. ( dalam

Soerjono Soekanto, 2012:55).

Universitas Sumatera Utara


A. Bentuk-Bentuk Interaksi

Dalam Soerjono Soekanto, 2012:65-97 Interaksi sosial mempunyai dua

bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan (proses

asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses disosiatif).

1. Proses asosiatif

Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan

kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, anatara lain sebagai

berikut:

a. Kerja sama (corporation), dapat diartikan sebagai terpusatnya berbagai

usaha secara langsung untuk tujuan terpisah. Hal ini merupakan

kesesuaian dengan situasi tujuan akhir tidak dapat dicapai dengan

usaha khusus individu. Ada pula menunjukkan bahwa kerja sama

adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana, tujuan anggota kelompok

yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain, atau tujuan

kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat

mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai tujuan.

b. Akomodasi merupakan bentuk interaksi sosial berupa penyesuaian diri

guna menjaga persatuan dan menghindari atau meredakan pertentanan.

Akomodasi mengacu pada kesenjangan social. Akomodasi bertujuan

untuk mengurangi perbedaan pandangan, menghindari pertentangan

politik atau permusuhan antar golongan, menciptakan keseimbangan

antar masyarakat yang dipisahkan oleh system kelas, dan

mengupayakan proses pembauran di antara kelompok.

Universitas Sumatera Utara


c. Asimilasi merupakan bentuk interaksi asosiatif berupa upaya-upaya

untuk mengurangi perbedaan individu dan kelompok untuk mencapai

kesepakatan bersama. Jadi, interaksi yang terjadi pada akhirnya fokus

pada tujuan dan kepentingan bersama.

d. Akulturasi merupakan bentuk interaksi sosial asosiatif yang ditandai

dengan berpadunya dua kebudayaan yang berbeda sehingga terbentuk

suatu kebudayaan baru yang masih mengandung unsur-unsur asal dari

masing-masing kebudayaan.

2. Proses Disosiatif,

proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, persis

halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun

bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat

bersangkutan. Apakah suatu masyarakat lebih menekankan pada salah satu

bentuk oposisi, atau lebih menghargai kerja sama, hal itu tergantung pada unsur-

unsur kebudayaan terutama yang menyangkut sistem nilai, struktur masyarakat

dan sistem sosialnya. Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan,

a. Persaingan (competition)

Persaingan atau kopetition dapat diartikan sebagai suatu proses social, di

mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari

keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu

menjadi pusat perhatian umum ( baik perseorangan maupun kelompok manusia)

dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang

telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai

dua tipe umum yakni bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingan yang bersifat

Universitas Sumatera Utara


pribadi, orang-perorangan, atau individu secara langsung bersaing untuk, misalnya

memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu organisasi. Di dalam persaingan

yang tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan

misalnya dapat terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk

mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

b. Kontravensi ( contravention)

Kontavensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang

berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama

ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau

suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebecian, atau

keraguan-keraguan terhadap kepribadian sesorang. Atau, perasaan tersebut dapat

pula berkembang terhadap kemungkinan, keguanaan, keharusan atau penilaian

terhadap suatu usul, buah pikiran, kepercayaan, doktrin, atau rencana yang

dikemukakan orang-perorangan atau kelompok manusia lain.

B. Syarat Terjadinya Interaksi

Agar interaksi sosial dapat terjadi, dibutuhkan beberapa syarat. Seperti

syarat terjadinya interaksi sosial adalah sebagai berikut:

1. Kontak Sosial : hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain yang

merupakan awal terjadinya interaksi sosial dan masing-masing pihak

saling bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial

dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu kontak antar individu, kontak

antar individu dengan kelompok, dan kontak antara kelompok.

2. Komunikasi : pada kontak sosial pengertiannya lebih ditekankan kepada

orang atau kelompok yang berinteraksi, sedangkan komunikasi lebih

Universitas Sumatera Utara


ditekankan kepada bagaimana pesannya itu diproses. Komunikasi muncul

setelak kontak berlangsung ( ada kontak belum tentu terjadi komunikasi ).

Komunikasi memiliki maksud yang luas dibandingkan dengan kontak,

karena komunikasi dapat dimiliki maksud yang luas dibandingkan

beberapa penafsiran yang berbeda-beda, seperti tersenyum dapat

ditafsirkan sebagai penghormatan atau ejekan terhadap seseorang.

2.2. Multikultural

Secara etimologis, multikultural, berasal dari kata multi, yang artinya

banyak/beragam dan kultural, yang artinya budaya. Keragaman budaya itulah arti

dari multikultural. Keragaman budaya mengidintifikasikan bahwa terdapat

berbagai macam budaya yang memiliki cirri khas tersendiri, yang saling berbeda

dan dapat dibedakan satu sama lain. Paham atau ideology mengenai mulitikultural

disebut dengan multikulturalisme. “multikulturalisme” pada dasarnya adalah

pandanan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan

kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan,

pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat ( dalam

Bambang, 2015:39)

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat terdiri dari berbagai

elemen, baik itu suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dan lain-

lain yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat yag memiliki satu

pemerintahan tetapi dalam masyarakat itu masing-masing terdapat segmen-

segmen yang tidak bisa disatukan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat

Universitas Sumatera Utara


multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur

kebudayaan. Hal tersebut disebakan karena banyaknya suku bangsa yang

memiliki struktur budaya sendiri yang berbeda dengan suku bangsa yang lainnya.

Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia

yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan

ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat yang lain.

Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan

menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Sikap multikultural merupakan sikap

yang terbuka pada perbedaan, mereka yang memiliki sikap multikultural

berkeyakinan: perbedaan bila tidak dikelola dengan baik memang bisa

menimbulkan konflik, namun bila kita mampu mengelolahnya dengan baik maka

perbedaan justru memperkaya dan bisa sangat produktif ( dalam Aini, 2016: 18-

19).

a. Keberadaan Masyarakat Multikultural

Tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya konsep multikulturalisme

yang mencakup sedikitnya tiga unsur yaitu:

1. Terkait dengan kebudayaan

2. Merujuk kepada pluralitas ( keragaman) kebudayaan , dan,

3. Cara tertentu untuk menanggapi pluralitas tersebut.

b. Karakteristik Masyarakat Multikultural

Pada masyarakat multikultural, individu maupun kelompok dari berbagai

budaya dan suku bangsa dalam kesatuan sosial tanpa kehilangan jati diri budaya

dan suku bangsanya meskipun tetap ada jarak. Masyarakat multikultural

merupakan masyarakat yang kelompok suku bangsa dan budayanya berada dalam

Universitas Sumatera Utara


kesetaraan derajat dan toleransi sejati. Terdapat lima jenis multikulturalisme yang

disampaikan oleh Azra, 2007 menutip dari argumen parekh ( dalam Bambang,

2015 : 42).

1. Dalam masyarakat multikultural, tiap-tiap budaya bersifat otonom,

2. Masyarakat multikultural dalam perkembangannya akan

bersinggungan dengan konsep bersama untuk mencari kehidupan

bersama,

3. Adanya semangat untuk hidup berdampingan secara damai dalam

perbedaan kultur yang ada, baik secara individual maupun secara

kelompok dan masyarakat,

4. Dikembangkannya toleransi, saling memahami, dan menghargai

perbedaan yang ada,

5. Terkait dengan upaya pencapaian civility (keadapan), yang amat

esensial bagi terwujudnya demokrasi yang berkeadaban dan keadaban

yang demokratis.

2.3 Harmoni Sosial

Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi

dengan tujuan masyarakatnya dan masing-masing anggota masyarakatnya dapat

menjalani hidup secara baik sesuai kodrat dan posisi sosialnya. Cara mewujudkan

harmoni sosial dalam masyarakat multikultural yaitu dengan cara

membudidayakan sikap toleransi, saling memahami, dan menghargai perbedaan

yang ada antar kelompok masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia, sikap

toleransi merupakan sikap yang sulit diterapakn dalam kelompok masyarakat.

Kelompok masyarakat tersebut tentu ingin menunjukkan kekeuasaan dan

Universitas Sumatera Utara


kemampuan mereka dalam bentuk konflik. Mereka enggan untuk menyelesaikan

permasalahan dengan musyawarah atau demokrasi, buktinya masih banyak

konflik antar suku diberbagai wilayah pedalaman Indonesia seperti di Papua. Cara

menumbuhkan sikap toleransi yaitu dengan menyadari bahwa kita adalah satu

kesatuan, menyadari bahwa perbedaan tidak menjadi masalah untuk bersatu dan

bekerjas ama, dan menyadari bahwa kita berpedoman pada pancasila.

Menghilangkan perilaku promordialisme, yaitu paham yang memegang

teguh hal-hal yang dibawa sejak lahir, baik mengenai tradisi, kepercayaan,

maupun segala sesuatu yang ada didalam lingkungan pertamanya. Prilaku

primodialisme yang tumbuh di kelompok masyarakat akan menghalangi proses

integrasi.

Menghilangkan sikap etnosentrisme, yaitu sikap atau pandangan yang

berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan

sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Dengan

sikap etnosentrisme akan menyebabkan dampak buruk, yaitu terjadinya konflik

antar kelompok masyarakat yang disebabkan oleh kebudayaa.

Menghilangkan pandangan politik aliran atau sekterian, yaitu keadaan

dimana sebuah kelompok atau organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah

organisasi massa(ormas), baik formal maupun tidak formal. Politik alran dapat

menyebabkan konsilidasi, yang berdampak anggota masyarakat hanya solid

dengan kelompok masyarakatnya. Hal ini sangat menghambat proses integrasi.

Menghilangkan sikap fanatic dan ekstrem. Fanatic adalah sikap berlebihan

yang ditunjukkan individu atau kelompok terhadap apa yang mereka idolakan.

Ekstrem merupakan kelanjutan dari fanatic. Seorang ektrem akan berpandangan

Universitas Sumatera Utara


bahwa hanya pendapatnya atau kelompoknya sendirilah yang benar dan menolak

pendapat dari kelompok lain.

Dengan adanya sikap toleransi, memahami, dan menghargai perbedaan

yang ada tidak aka nada konflik di masyarakat. Antar kelompok masyarakat yang

saling berdampingan akan hidup dengan serasi, makmur, damai, dan sejahtera.

Cara selanjutnya untuk mewujudkan harmoni sosial dalam masyarakat

multikultural yaitu mmenyadari bahwa antar kelompok masyarakat saling

membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan. Kesadaran bahwa setiap anggota

kelompok masyarakat mempunyai hak asasi manusia juga diperlukan untuk

mewujudkan harmoni sosial dalam masyarakat multikultural. Dengan adanya

kesadaran tersebut kelompok yang masyarakat akan menghargai setiap anggota

kelompok yang lain dan tidak akan memaksakan kehendak yang ia inginkan.

Kelompok masyarakat juga harus mengetahui perbedaan apa saja yang

ada. Tanpa mengetahui perbedaan yang ada, mereka tidak dapat mengontrol

tindakan yang mungkin akan menimbulkan konflik dengan kelompok masyarakat

lainnya. Kelompok masyarakat sebaiknya mengemukakan perbedaan, agar

kelompok yang lain tahu dan saling memahami. Mengotrol emosi di diri anggota

kelompok masyarakat juga penting, karena emosi yang tidak terkontrol akan

menimbulkan perbuatan yang tidak rasional. Perbuatan yang rasional dapat

memicu reaksi yang tidak menyenangkan dari kelompok masyarakat yang lain.

2.4. Nilai dan Norma Sosial

Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai

sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau

tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi

Universitas Sumatera Utara


oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan. Dalam sebuah masyarakat

yang menjunjung tinggi kesalehan beribadah maka apabila ada orang yang malas

beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan atau makian. Sebaliknya

kepada orang-orang yang rajin beribadah akan dinilai sebagai orang yang pantas

dan harus dihormati dan diteladani. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan

berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat dapat

disebut sebagai nilai individual. Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian

besar anggota masyarakat disebut nilai social. Suatu kelompok masyarakat yang

hidup bersama tidak cukup hanya dipandang dari satu kesatuan wilayah geografis

saja, akan tetapi bentuk kesatuan kelompok masyarakat tersebut selalu ada sistem

kebudayaan yang menjadi alat untuk menyatukan kelompok tersebut. Beberapa

faktor pemersatu diantaranya adalah kekuasaan, identitas bersama, solidaritas

bersama dan yang lebih penting lagi adalah adanya sistem nilai didalam kesatuan

kelompok tersebut. Nilai inilah yang dijadikan sebagai dasar untuk menyatukan

kelompok tersebut. Secara makro, bangsa Indonesia, misalnya memiliki nilai-nilai

nasional yang digunakan untuk mempersatukan bangsa yang majemuk ini. Nilai

tersebut diantaranya pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam konsep

mikro, nilai dapat dijabarkan dalam bentuk kehidupan yang bahagia, ketentraman,

damai, sejahtera, makmur, dan sebagainya. Didalam konsep yang lebih makro,

nilai dapat dijabarkan dalam konsep “keadilan, kebebasan, demokrasi,

pemerataan, kemanusiaan”, sebagaiamana dalam penjabaran nilai-nilai bangsa

Indonesia, yaitu menuju masyarakat yang adil,makmur, sejahtera, aman, dan

damai dalam naungan pancasila dan UUD 1945. (Elly M. Setiadi.Kolip

Usman.2011).

Universitas Sumatera Utara


a. Nilai Sosial(social value)

Konsep-konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak,

pantas yang keberadaannya dicita-citakan, diinginkan, dihayati, dan

dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan kehidupan

bersama di dalam masyarakat, mulai dari unit keastuan sosial terkecil hingga

suku, bangsa, dan masyarakat internasional. Penjabaran nilai dalam konsep

mikro adalah bentuk kehidupan yang bahagia, tentram, damai, sejahtera,

makmur dan sebagainya. Penjabaran Nilasi dalam konsep makro berupa

konsep “keadilan, kebebasan, demokrasi, pemerataan, kemanusiaan”,

masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, aman, dan damai dan sebagainya.

b. Norma Sosial (Social Norms)

Perwujudan dari nilai yang di dalamnya terdapat kaidah, aturan, patokan,

atau kaidah pada suatu tindakan (aksi) yang dilengkapi dengan sanksi bagi

pelanggarnya, misalnya digosipkan, ditegor, dimarahi, diancam hingga

hukuman yang diberikan oleh negara melalui aparat hukum. (norma adalah

alat untuk mempertahankan nilai). Norma adalah penjabaran nilai-nilai secara

rinci terperinci ke dalam bentuk tata aturan atau tata kelakuan yang secara

makro adalah konstitusi, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, konvensi

dan aturan tidakk tertulis lainnya. Contoh; nilai-nilai keluarga dalam Islam

adalah keluarga yang harmonis, bahagia, tentram baik di dunia maupun di

akhirat. Qur’an dan Hadits (norma) adalah pedoman untuk mencapai nilai-

nilai tersebut. Macam-macam norma yang berlaku di masyarakat

Universitas Sumatera Utara


1. Norma agama =ketentuan-ketentuan yang bersumber dari ajaran-ajaran

agama yang dianggap sebagai wahyu dari Tuhan yang keberadaannya

tidak boleh ditawar-tawar lagi.

2. Norma kesopanan=ketentuan-ketentuan hidup yang sumbernya adalah

pola-pola perikelakuan sebagai hasil interaksi sosial di dalam

kehidupan kelompok.

3. Norma kesusilaan ketentuan-ketentuan kehidupan yang berasal dari hati

nurani, yang produk dari norma susila ini adalah moral.

4. Norma hukum=ketentuan-ketentuan hidup yang berlaku dalam

kehidupan sosial yang sumbernya adalah Undang-undang yang dibuat

oleh lembaga formal kenegaraan.

Untuk membedakan kekuatan mengikat norma-norma, secara sosiologis

dikenal empat pengertian, yaitu:

1. Cara (usage)

Lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat.

Suatu penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman

yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang

dihubunginya.

2. Kebiasaan (folkways)

Mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan

yang diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang

sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.

Dan bahwa apabila kebiasaan tersebut tidak semata-mata dianggap sebagai

Universitas Sumatera Utara


cara perilaku saja. Akan tetapi diterima sebagai norma-norma, pengatur

maka kebiasaan tadi disebutkan sebagai mores atau tata kelakuan.

3. Tata Kelakuan ( Mores)

Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok

manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun

tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-angotanya. Tata kelakuan di

satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan pihak melarangnya sehingga

secaralangsung merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan

perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut.

4. Adat Istiadat ( custom )

Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola

perilaku masyarakat dapat meningkatkan kekuatan mengikatnya menjadi

custom atau adat istiadat. Anggota masyarakat yang melanggar adat

istiadat akan menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang secara

tidak langsung diperlakukan. Menurut Soerjono Soekanto ( dalam Arfy,

2015 ) Biasanya individu yang melakukan pelanggaran tersebut

dikeluarkan dari masyarakat. Juga keturunannya sampai dia dapat

mengembalikan keadaan yang semula.

1.5. Interaksionis Simbolis

Interaksionis simbolik adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami

antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu.

Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang

mereka ciptakan.realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada

beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu

Universitas Sumatera Utara


berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh,

antara lain suara atau vocal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu

mempunyai maksud yang disebut dengan simbol. Menurut Mead orang tidak

hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan

demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis

dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri.

Menurut Blumer ( dalam Afry,2015:34) interaksi simbolis bertumpu pada

tiga premis yaiyu;

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada

pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna tersebut berasal dan interaksi sosial seseorang dengan orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial

berlangsung.

Tidak ada yang inheren dalam suatu obyek sehingga ia menyediakan

makna bagi manusia. Demikian juga dengan semua obyek lain yang kita temukan

tidak secara langsung, tetapi dengan makna-makna yang terkait dengannya.

Makna-makna tersebut berasal dari interaksi dengan orang lain, terutama dengan

orang yang dianggap cukup berarti. Sebagai mana dinyatakan Blumer (dalam

Afry,2015:35) bagi seorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain

bertindak terhadapnya dalam kegiatannya dengan sesuatu itu. Tindakan-tindakan

yang mereka lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain.

Aktor memilih, memeriksa, berfikir, mengelompokkan, dan

menstransformir makna dalam hubungannya dengan situasi dimana dia

ditempatkan dan arah tindakannya. Sebenarnya, interpretasinya seharusnya tidak

Universitas Sumatera Utara


dianggap hanya sebagai penerapan makna-makna yang telah ditetapkan, tetapi

sebagai suatu proses pembentukan dimana makna yang dipakai dan

disempurnakan sebagai instrument bagi pengarahan dan pembentukan tindakan.

Menyanggah individu bukan dikelilingi oleh lingkungan objek-objek

potensial yang mempermainkannya dan membentuk prilakunya. Gambaran yang

benar ialah dia membentuk objek-objek itu misalnya, berpakaian atau

mempersiapkan diri untuk karir professional-individu sebenarnya sedang

merancang objek-objek yang berada, memberikannya arti, menilai kesesuaiannya

dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Inilah

yang dimaksud dengan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol.

Blumer( dalam Afry,2015:26)

Dengan demikian manusia merupakan aktor yang sadar dan refleksif, yang

menyatukan objek-objek yang diketahuinya melalui apa yang disebut Blumer

(dalam Afry,2015:36) sebagai proses self-indication. Self-indication adalah proses

komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu,

menilainya, memberikan makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan

makna itu. Proses self-indication ini terjadi dalam konteks social dimana individu

mencoba mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan

tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu. Pertimbangan yang

diberikan wanita muda terhadap undangan dari teman sekerja itu dihubungkan

dengan konteks dimana hal itu disampaikan dan pengalaman-pengalaman

sebelumnya, yang membuat dia bisa menilai masalah dan memberinya makna,

kemudianmemberi tanggapan berdasarkan makna itu.

Universitas Sumatera Utara


Tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan pengertian. Tindakan-

tindakan mana saling diselaraskan dan menjadi apa yang disebut kaum

fungsionalis sebagai struktur-sosial. Blumer lebih senang menyebutkan fenimena

ini sebagai tindakan bersama, atau pengorganisasian secara social tindakan-

tindakan yang berbeda dari partisipan yang berbeda pula. Setiap tindakan berjalan

dalam bentuk prosesual, dan masing-masing saling berkaitan dengan tindakan-

tindakan prosesual dari orang lain.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif diartikan

sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang

diperoleh dari apa yang diamati. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa

angka-angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya.

Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin

menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan

tuntas. Peneliti dalam penelitian kualitatif mencoba mengerti makna suatu

kejadian atau peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam

situasi/fenomena tersebut.

Menurut Moleong ( dalam Aini, 2016:29), metode penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang merupakan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis maupun lisan dari orang dan prilaku yang diamati. Dengan metode studi

kasus yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat

memberikan gambaran yang jelas tentang, “Harmoni Interaksi Masyarakat

Multikultural)”. Sehingga diupayakan dapat menjelaskan pokok-pokok

permasalahan yang akan diteliti didalam penelitian ini berdasarkan data dan

informasi yang diperoleh selama melakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian yaitu di Desa Ujung Serdang

Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih

lokasi ini adalah pertama, lokasi merupakan ciri dari Masyarakat Multikultural di

Kota Tanjung Morawa. Kedua, peneliti ingin melihat dan mengetahui faktor apa

yang menyebabkan terjadinya harmoni interaksi masyarakat multikultural yang

ada di Desa Ujung Serdang.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal tertentu yang diperhitungkan sebagai

subjek penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis dan objek dalam penelitian

ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai dan dapat memberikan

informasi bagi peneliti. Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai

dan memahami data informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian ( Bungin,

2008:108). Berdasarkan dengan tujuan penelitian kualitatif, maka pemilihan

informan penelitian menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan

subjek penelitian. Dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana

menentukan informan kunci ( key informan) atau situasi sosial tertentu yang syarat

informasi sesuai dengan fokus penelitian. Dalam purposive sampling jumlah

sampel atau informan bisa sedikit, dan bisa juga banyak terutama tergantung dari

tepat atau tidaknya pemilihan informan dan kompleksitas dan keragaman yang

Universitas Sumatera Utara


diteliti ( Bungin, 2007:53) . Adapun yang menjadi informan sebagai sumber

informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

1. informan yang sudah tinggal di Desa Ujung Serdang lebih dari 4 tahun.

2. Informan yang sudah mencapai umur 17 tahun ke atas

3. Dapat memahami maksud dan tujuan dari pertayaan-pertayaan yang di

diberikan peneliti terhadap informan

4. Informan yang dapat memeberikan jawaban secara lisan saat

diwawancarai

5. Bersedia untuk di wawancarai

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa

penelitian sebagai cara untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang

diperlukan. Peneliti akan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam,

serta melalui dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun

teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara

langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara. Oleh karena itu

untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara

penelitian lapangan. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara:

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (

bungin 2010). Metode observasi atau pengamatan adalah metode

Universitas Sumatera Utara


pengumpulan data yang menggunakan pengamtan terhadap objek

penelitian secara langsung. Peneliti akan melihat langkah-langkah yang

lebih mendalam tentang harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung

Serdang.

2. Wawancara mendalam

Metode wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (quid) wawancara dan

pertayaan-pertayaan yang diajukan dapat berkembang sesuai dengan

jawaban dan menjawab rumusan masalah penelitian. Pada penelitian kali

ini, peneliti akan melakukan wawancara mendalam kepada informan

mengenai harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian. Data ini diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan

dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan

dengan studi kepustakaan atau pencatatan dokumen, yaitu pengumpulan data yang

berasal dari buku-buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta materi-

materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Dalam melaksanakan studi pustaka, peneliti melakukan penelusuran

sumber-sumber tulisan dari buku, majalah, dokumentasi, jurnal, peraturan-

peraturan, sumber elektronik, sumber online, dan sebagainya. Metode ini peneliti

Universitas Sumatera Utara


gunakan untuk memperoleh dan mengenai teori-teori dan kajian yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data, baik itu data

primer dan data sekunder yang telah didapatkan dari catatan lapangan. Interpretasi

data tentang harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang yang

dilakukan secara terus menerus sejak awal dan proses penelitian berlangsung

hingga akhir penelitian. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam interpretasi data ini

yakni :

1. Pemrosesan Satuan

Peneliti menyusun satuan informasi dan data dengan membaca hasil

analisis kerja lapangan dan menafsirkan data tersebut dengan rinci,

teleti, dan memaknai data yang diperoleh agar dapat menggambarkan

proses dan fakta yang sebenarnya tentang harmoni interaksi

masyarakat multikultural Desa Ujung Serdang.

2. Kategorisasi

Dalam hal ini, peneliti meyusun kategori yang disusun atas dasar

pikiran, instuisi, pendapat atau kriteria tertentu tentang harmoni

interaksi masyarakat multikultural Desa Ujung Serdang.

3. Penafsiran Data

Dalam penafsiran data, peneliti melakukannya berdasarkan kenyataan

di lapangan dan menyusunnya dalam hasil penelitian yang mengacu

pada konsep dan teori yang relevan tentang harmoni interaksi

masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang.

Universitas Sumatera Utara


3.6. Alat Bantu Penelitian

Alat bantu yang digunakan penelitian ini adalah:

3.6.1. Alat perekam suara

Alat perekam suara digunakan agar diperoleh data yang utuh,

meminimalkan bias yang terjadi karena keterbatasan subjektif peneliti dan

lemahnya ingatan peneliti. Alat perekam suara ini digunakan setelah mendapatkan

izin dari informan penelitian.

3.6.2. Catatan lapangan dan alat tulis

Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai apa yang didengar,

dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi

terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan dibuat peneliti dalam

bentuk kata-kata kunci sewaktu mengadakan observasi dan wawancara. Alat tulis

seperti bolpen dan pensil digunakan untuk menulis pada lembar catatan lapangan.

3.7. Keterbatasan Penelitian

Melihat banyaknya masalah yang muncul, agar masalah tersebut terarah

maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dilakukan dengan

mempertimbangkan keterbatasan dalam penelitian ini adalah uraian tentang

keterbatasan dan hambatan yang ditemui dalam penelitian sendiri. Keterbatasan

ini disebabkan oleh kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk

melalukan kegiatan penelitian ilmiah. Walaupun terdapat berbagai keterbatsan

penelitian, peneliti tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan

informasi dari informan, melalui bimbingan skripsi sehingga data yang diterima

bisa seobjektif mungkin.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Deskripsi Sejarah Desa Ujung Serdang

Menurut legenda sebagaimana yang diceritakan dari para leluhur dan

sesepuh desa terdahulu bahwa Desa Ujung Serdang adalah satu daerah yang

sangat terpinggirkan dan kurang mendapat perhatian yang serius dan daerah ini

adalah masuk dalam Kesultanan Serdang yang pada saat ini pusat

pemerintahannya di perbaungan. Secara kebetulan menurut cerita bahwa daerah

ini adalah batas antara kesultanan serdang dan daerah ini yang paling ujung

wilayah kekuasaan dari sultan serdang. Dan kesultanan deli yang pusat

pemerintahannya berada di delitua, daerah ini lama kelamaannya sesuai dengan

ahli riset para ahli ketika itu ( penduduk Belanda) mempunyai lahan yang sangat

bagus sebagai tempat pertanian. Sehingga daerah ini mulai diminati oleh beberapa

pendatang untuk mencoba bercocok tanam dan ternyata hasil pertanian tersebut

sangat bagus dan menjanjikan. Disisi lain pihak Belanda berusaha menguasai

areal daratan untuk dikembangkan sebagai tanaman tembakau yang dikenal

dengan tembakai deli yang konon tembakau ini sangat terkenal mutunya di Eropa.

Sehingga pada saat Indonesia merdeka areal ini kembali dikembangkan dan

dikuasai oleh pemerintah/Negara yang dikenal dengan PNP.IX/PTP.IX dan

kembali digabung/merger menjadi PTP.II Tanjong Morawa dan dilanjutkan pada

tanaman tersebut sehingga terakhir saat tahun 1978 areal ini diganti tanaman

menjadi perkebunan kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara


Kemudian disisi lain Desa Ujung Serdang asal mulanya adalah kampong

kecil yang hampir hilang dari peta wilayah kabupaten Deli Serdang, namun

dengan adanya situasi perkembangan dan kemajuan zaman wilayah ini

dikembangkan dan menjadi kampung yang konon nama desa ini belum ditemukan

lambat laun kampong ini diberi nama menjadi Desa Ujung Serdang hingga sampai

saat ini desa ini tetap menjadi desa definitive yang terus mengejar cita-cita

memperbaiki dan mengubah seluruh pembangunan dari seluruh aspek dan sektor

dan terus menggali potensi dan dengan melibatkan sumber daya manusianya

menjadi desa yang mandiri.

4.1.2 Geografi

Desa Ujung Serdang merupakan salah satu desa yang ada di

kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara,

Indonesia. Secara geografis Desa Ujung Serdang terletak di sebelah selatan Ibu

Kota Kecamatn Tanjung Morawa merupakan bagian integral dari wilayah

Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu

Kota Kabupaten 17 km, sedangkan Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan

batas- batas wilayah Utara adalah Desa Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun

Sari dan Desa Limau Manis, Selatan adalah Desa Medan Sinembah dan Barat

adalah Kota Medan dan Kecamatan Patumbak.

Berdasarkan data monografi, luas keseluruhan Desa Ujung Serdang adalah

seluas 301 Ha, yang terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1: Luas dan aspek penggunaan lahan yang terdiri dari
No Uraian Luas (Ha)
1 Luas pemukiman/Ladang 171,8
2 Luas persawahan 127
3 Luas perkebunan -
4 Luas kuburan 1,1
5 Luas perkantoran 0,1
6 Luas prasarana umum lainnya 0,5
Total Luas 301
(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016)
4.1.3 Demografi

a. Penduduk

Penduduk Desa Ujung Serdang terdiri dari penduduk yang heterogen.

Selain dihuni oelh masyarakat asli atau tuan rumah yakni etnis karo. Juga terdapat

migran yang berasal dari berbagai daerah di pulau Jawa dan Sumatera. Penduduk

atau masyarakat pendatang dari pulau Jawa, Nias, dan yang paling banyak datang

dari daerah Batak Toba.

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Serdang pada tahun 2016,

jumlah penduduk di Desa Ujung Serdang sebanyak 3.960 jiwa dengan penduduk

berjenis kelamin laki-laki 2.021 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan

sebanyak 1.939 jiwa.

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Serdang jumlah penduduk yang

berusia 18 s/d 56 tahun sebanyak 557, penduduk yang bekerja sebanyak 304 dan

penduduk yang tidak bekerja sebanyak 53 orang. Banyaknya tenaga kerja yang

bekerja menurut lapangan pekerjaan di Desa Ujung Serdang sebagai berikut:

Tabel 2 : Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan


No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Petani pemilik 288
2 Petani penggarap 165
3 Buruh tani 384

Universitas Sumatera Utara


4 Karyawan perusahaan swasta 189
5 Pedagang 74
6 Jasa pengobatan alternative 3
7 Peternak itik/ perikanan 24
8 Pembantu rumah tangga 21
9 Buruh bangunan 260
10 Tukang kayu/tukang batu bangunan 24
11 Penjahit/kerajinan border/merajut 6
12 Pegawai negri sipil (PNS) 26
13 Tni/polri 2
14 Bidan/perawat 6
15 Buruh migran/tki 0
16 Dukun terlatih 0
17 Perangkat desa 11
18 Montir 3
Jumlah 1.486
(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016)

b. Pendidikan

Kesadaran akan pentingnya peran pendidikan di Desa Ujung Serdang

dapat dilihat pada komposisi jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam dunia

pendidikan berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu sebagai berikut:

Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah


1 Taman kanak-kanak 224
2 Sekolah dasar 510
3 SMP 542
4 SMA/ SMU 331
5 Akademi /D1-D3 19
6 Sarjana 32
7 Pasca sarjana -

Universitas Sumatera Utara


8 Lulusan pendidikan khusus -
9 Pondok pesantren -
10 Pendidikan keagamaan 3
11 Sekolah luar biasa -
12 Kursus keterampilan -
13 Tidak lulus/tidak/belum sekolah -
Jumlah 1.661
(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016)

c. Mata Pencaharian

Berdasarkan data monografi Desa Ujung Serdang, maka komposisi

penduduk menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut:

Tabel 4: Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian

No Mata pencaharian Jumlah


1 Petani 837
2 Karyawan perusahaan swasta 189
3 Pedagang 74
4 Buruh bangunan 260
5 Pegawai negri sipil (PNS) 26
6 Bidan/perawat 6
7 Lainnya 92
(sumber : Desa Ujung Serdang, Mei 2016)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Ujung

Serdang memiliki mata pencaharian yang bermacam-macam dan lebih didominasi

oleh matapencaharian sebagai petani. Setiap lapangan pekerjaan atau mata

pencaharain yang dilakukan masyarakat Desa Ujung Serdang terdapat perbedaan-

perbedaan baik agam, suku, ras, atau perbedaan yang lainnya namun perbedaan

tersebut tidak menjadikan masyarakat tidak menciptakan keadaan atau kondisi

yang kondusif atau harmoni, mereka saling menghargai satu sama lain mereka

sangat saling memeberikan toleransi atau respon yang sangat baik kepada sesama,

walaupun masyarakat Desa Ujung Serdang memiliki pekerjaan yang berbeda-

Universitas Sumatera Utara


beda dan memiliki kepentingan pribadi yang sangat berbeda mereka memandang

perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan yang tidak perlu untuk di

permasalahkan.

d. Pemeluk Agama

Dilihat dari segi agama penduduk Desa Ujung Serdang terdiri dari

pemeluk agama sebagai berikut:

Tabel 5: Komposisi penduduk berdasarkan agama


No. Agama Jumlah
1 Islam 1918
2 Protestan 1630
3 Katolik 143
4 Budha 28
5 Hindu 27

Sumber : BPS tahun 2015.


Dari tabel 1.5 di atas, agama yang mayoritas atau jumlah terbesar yang

dianut oleh warga Desa Ujung Serdang adalah agama Islam yang berjumlah 1918

Jiwa, Protestan 1630 jiwa, Katolik 143, Budha 28 jiwa dan Hindu 27 jiwa. Hasil

dari tabel diatas merupakan hasil menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada

tahun 2015 dan menurut hasil praobservasi bahwa peningkatan jumlah penduduk

yang sudah menganut agama sesuai denan kepercayaan dan keyakinan masing-

masing warga sangat berkembang pesat.

Dilihat dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Ujung

Serdang dari segi agama cenderung heterogen dengan mayoritas penduduk

memeluk agama islam kemudian diikuti oleh agama protestan, katolik, budha dan

Universitas Sumatera Utara


hindu. Sarana peribadatan yang terdapat di Desa Ujung Serdang yaitu sebagai

berikut.

Tabel 6: Sarana Peribadatan

No Sarana peribadatan Jumlah


1 Masjid 1
2 Musholla 2
3 Gereja protestan 6
4 Gereja katolik 1

(sumber :Desa Ujung Serdang, Mei 2016)


e. Pemeluk Etnis/ Suku

Tabel 7: Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis


No Suku /Etnis Jumlah
1 Jawa 839
2 Melayu 168
3 Toba 1342
4 Karo 1712
5 Simalungun 24

Sumber : BPS Kecamatan Dalam Angka 2016


Dari tabel 1.7 di atas, suku atau etnis yang mayoritas atau jumlah

terbesar di Desa Ujung Serdang adalah suku karo yang berjumlah 1712 jiwa, dan

disusul oleh suku toba yang berjumlah 1342, dan etnis Jawa yang berjumlah 839,

Melayu berjumlah 168 jiwa dan simalungun berjumlah 24 jiwa.

4.1.4 Sarana dan Prasarana Desa Ujung Serdang

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat untuk mendukung

keberhasilan suatu proses yang dilakukan dalam pelayanana publik dan proses

perkembangannya suatu daerah karena apabila sarana dan prasarana tidak

Universitas Sumatera Utara


dipenuhi akan menghambat laju perkembangan suatu daerah baik secara umum

maupun secara khusus. Untuk mendukung aktivitas masyarakat di Desa Ujung

Serdang terdapat beberapa sarana dan prasarana yang mendukung beberapa

kegiatan kehidupan masyarakat. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut

kehidupan masyarakat di Desa Ujung Serdang akan terbantu dan berjalan dengan

baik. Adapun sarana penunjang kegiatan pemerintahan di Desa Ujung Serdang

adalah:

a. Sarana Kegiatan Pemerintahan

Sarana kegiatan dalam menunjang pemerintahan di Desa Ujung Serdang

dapat dikatakan sudah memadai dan sudah layak. Hal ini terlihat jelas dengan

adanya fasilitas yang lengkap yang terdapat di Desa Ujung Serdang, yaitu Kantor

kepala Desa Ujung Serdang yang sebagai tempat untuk melayani masyarakat

misalnya untuk mengurus keperluan yang dibutuhkan masyarakat setempat dan

mengenai data-data kependudukan. Kantor Kepala Desa ini juga dilengkapi

dengan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan para pemerintahan

Desa Ujung Serdang, seperti mesin ketik, komputer, printer, proyektor, Ac, meja

dan kursi yang layak pakai, dan sarana yang lainnya.

b. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Desa Ujung Serdang dapat dikatakan sudah cukup

bagus, karena sarana pendidikan sudah dapat dinikmati oleh semua masyarakat

desa ini. Desa Ujung Serdang terdapat sarana pendidikan PAUD/TK terdapat 4

unit, Sekolah Dasar (SD) terdapat 1 unit. Tetapi untuk melanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas masyarakat harus

keluar dari desa ini dikarenakan di desa ini belum ada sarana dan prasarana

Universitas Sumatera Utara


pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah

Atas. Dan untuk Perguruan Tinggi, akademi lainnya umumnya masyarakat Desa

Ujung Serdang harus ke kota Medan agar bisa menjadi sarjana. Dengan demikian

sarana pendidikan sngatlah penting bagi masyarakat Desa Ujung Serdang untuk

kualitas kehidupan mereka selanjutnya dan menjadi generasi penerus bangsa ini,

baik itu Etnis Jawa, Etnis Karo, Etnis Batak dan Etnis lainnya karena setiap

mereka sebagai orang tua terlebih orangtua yang ada di Desa Ujung Serdang

ingin anaknya lebih baik dibandingkan dengan dirinya agar nantinya bisa lebih

berhasil dari orangtuanya. Maka dari itu setiap orang tua yang ada di Desa Ujung

Serdang ini sangatlah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

c. Prasarana kesehatan

Sarana kesehatan merupakan sarana terpenting dalam melanjutkan

maupun bertahan hidup. Di Desa Ujung Serdang terdapat aktivitas yang

menunjang untuk kesehatan masyarakat setempat dan tenaga medis. Setiap 1

bulan sekali pemerintah setempat mengadakan posyandu terhadap anak-anak,

untuk sarana kesehatan ini pemerintah setempat menyediakan posyandu atau

polindes sebanyak 5 unit dan disertai dengan kader posyandu sebanyak 25 orang,

dan terdapat juga puskesdes yang ditetapkan pemerintah dan 1 bidan desa ( tenaga

medis).

d. Sarana Ibadah

Kerukunan umat beragama di Desa Ujung Serdang sangat terlihat

dijunjung tinggi. Dengan banyaknya perbedaan agama di Desa Ujung Serdang ini

akan tetapi keadaan Desa Ujung Serdang ini sangat baik dan harmoni, walaupun

terdapat banyak perbedaan-perbedaan yang ada pada masyarakat di desa ini

Universitas Sumatera Utara


namun perbedaan itu tidak menjadikan masyarakat tersebut menjadi pribadi yang

sombong dan tidak menghargai, masyarakat yang ada di desa ini sadar bahwa

perbedaan yang ada pada mereka adalah sebuah anugrah pemberian Tuhan kepada

mereka. Untuk meningkatkan keimanan masyarakat di Desa Ujung Serdang

terdapat berbagai sarana kepribadahan yang sesuai dengan berbagai kenyakinan

yang dianut oleh masyarakat. Dimana terdapat 6 Gereja Protestan dan 1 Gereja

Katolik, 1 unit mesjid dan 2 unit mushola.

e. Sarana Umum

Sarana umum merupakan sarana yang dapat dipergunakan oleh seluruh

masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang, baik Suku Karo, Suku Batak

dan Suku Jawa, Agama Islam ataupun Agama Kristen. Salah satu sarana umum

yang ada di Desa Ujung Serdang adalah Balai Pertemuan (Balai Desa) dimana

balai desa ini merupakan tempat pertemuan masyarakat desa ini baik dalam acara

suka dan duka. Balai pertemuan ini diberi nama dalam bahasa karo “Jambur Ta

Ras” yang artinya “Milik Bersama”.

f. Sarana Sosial Kemasyarakatan

Sarana sosial kemasyarakatan di Desa Ujung Serdang terdapat beberapa

organisasi kemasyarakatan seperti serikat tolong –menolong ( STM ), organisasi

kepemudaan seperti Karang Taruna yang kegiatannya bergotong royong dalam

melakukan pekerjaan umum seperti membersihkan desa dan tanah perkuburan

yang ada di desa ini, membantu dalam mensukseskan acara/pesta suka maupun

duka yang ada di Desa Ujung Serdang. Ada juga beberapa organisasi lainnya yang

berdasarkan suku yang dianut seperti serikat tolong menolong etnis simalungun (

STMS ), Arisan berdasarkan marga yang disandang dan arisan yang dibentuk

Universitas Sumatera Utara


berdasrakan kesepakatan bersama ( umum). Dan ada juga organisasi keagamaan

seperti perwiritan untuk bapak-bapak dan ibu-ibu, terdapat juga remaja Mesjid

dan remaja Gereja, Pertemuan untuk kaum bapak-bapak dan kaum ibu-ibu untuk

Kristen.

4.2 Karakteristik Informan

Informan, baik itu informan kunci ataupun informan biasa dinilai

sangat penting dalam sebuah penelitian terutama penelitian kualitatif. Hal ini

dikarenakan informan merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk

memperoleh informasi-informasi yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini,

peneliti membagi informan berdasarkan lima karakteristik yaitu berdasarkan

Etnis, lama tinggal, umur, dan agama di Desa Ujung Serdang. Kategori klasifikasi

etnis informan dibagi menjadi empat yakni etnis Jawa, etnis Batak Toba, etnis

Batak Simalungun dan etnis Karo. Informan tersebut sangat dibutuhkan untuk

mendeskripsikan apa yang menjadi faktor pendukung terjadinya harmoni

masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang, Kecamatan Tanjung Morawa

kabupaten Deli Serdang. Untuk lebih lengkapnya, Peneliti akan mendeskripsikan

karakteristik informan sebagai berikut:

4.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

Tabel 4.1
Karakteristik Informan Berdasarkan Umur

No Kategori Umur Jumlah (n)


1 22-40 tahun 5
2  40 tahun 6
Total 11

Sumber : Hasil Penelitian 2017 ( data diolah)

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian

berdasarkan umur terdapat 5 orang adalah informan yang berumur 22-40 tahun

dan 6 orang adalah informan yang berumur diatas 40 tahun.

4.2.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Agama

Tabel 4.2
Karakteristik Informan Berdasarkan Agama
No Kategori Agama Jumlah (n)
1 Islam 1
2 Kristen 7
3 Katolik 3
Total 11

Sumber : Hasil Penelitian 2017 ( data diolah )

Berdasarkan tabel 4.2 memperlihatkan bahwa informan penelitian

berdasarkan agama islam terdapat 1 orang, Kristen terdapat 7 orang, dan katolik

sebanyak 3 orang.

4.2.3. Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal Di Desa Ujung

Serdang

Tabel 4.3
Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal Di Desa Ujung Serdang

No Lama Tinggal Jumlah (n)


1 5-10 tahun 2
2  10 tahun 9
Total 11

Sumber : Hasil penelitian 2017 ( data diolah )


Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa informan penelitian

berdasarkan lama tinggal di Desa Ujung Serdang terdapat 2 orang yang tinggal di

Universitas Sumatera Utara


Desa Ujung Serdang selama 5 sampai 10 tahun, dan 9 orang yang tinggal selama

10 tahun lewat.

4.2.4. Karakteristik Informan Berdasarkan Suku

Tabel 4.4
Karakteristik Informan Berdasarkan Etnis

No Kategori Etnis Jumlah (n)


1 Batak simalungun 4
2 Batak toba 1
3 Karo 3
4 Nias 2
5 Jawa 1
Total 11

Sumber : Hasil penelitian 2017 ( data diolah )


Berdasarkan tabel 4.4 memperlihatkan bahwa informan penelitian

berdasarkan etnis terdapat 4 orang etnis Batak Simalungun, 1 orang Batak Toba,

Karo 3 orang, 2 orang etnis Nias dan 1 orang etnis Jawa.

4.3. Profil Informan Masyarakat Desa Ujung Serdang

1. Nama : Sumiati Umi Lindawati S.Sos

Jenis kelamin :Perempuan

Usia :39 tahun

Suku :Jawa

Agama :Islam

Lama tinggal di desa UJ.Serdang:17 tahun

Jumlah saudara beda agama 0

Jumlah saudara beda suku : 3 kepala keluarga ( 15 orang )

Universitas Sumatera Utara


Menurut ibu Sumiati terjadinya perkawinan campuran tersebut tidak

menjadi masalah dalam keluarga besar ibu Sumiati, perbedaan yang ada tidak

menjadi alasan untuk mereka saling membenci melainkan saling menghargai dan

saling melengkapi kekurangan yang ada. Ibu Sumiati tidak hanya memiliki

keluarga yang berbeda agama dengannya melainkan ibu Sumiati juga memiliki

saudara atau keluarga yang berbeda suku dengannya yakni suku karo dan suku

batak simalungun. Menurut ibu Sumiati walaupun hidup dalam perbedaan yang

sangat banyak namun hal tersebut tidak mengharuskan untuk tidak saling

menghargai namun saling menghargai dan saling tolong menolong. Untuk

membantu kebenaran pendapat ibu Sumiati terlihat dari hubungan ibu sumiati

dengan warga yang tinggal di sekitar rumah ibu Sumiati ( tetangga )yang hidup

saling menghargai, tidak pernah terjadi konflik dikarenakan perbedaan yang ada,

ibu Sumiati memiliki tetangga sebelah kanan rumah yang menganut suku jawa

dan menganut agama islam dan sebelah kiri adalah warga yang menganut suku

batak toba dan menganut agama Kristen protestan dan warga yang tinggal di

depan rumah ibu Sumiati ialah warga yang menganut suku menggali dan

menganut agama kriten namun perbedaan yang sangat terlihat tidak menjadikan

ibu Sumiati dan warga atau tetangga menjadi tidak harmoni. Hal tersebut bisa

tercipta dikarenakan adanya sikap dan kesadaran diri bahwa perbedaan itu adalah

pemberian Tuhan, anugrah yang diberikan Tuhan untuk manusia, dan manusia

dituntut untuk menciptakan keadaan atau situasi yang lebih harmoni, baik itu

bersama keluarga, tetangga dan masyarakat luas.

Tetapi ibu Sumiati juga berpendapat bahwa sikap menghargai dan

kebiasaan tolong menolong dan juga sikap toleransi yang ada pada sebagian

Universitas Sumatera Utara


warga desa ini tidak semua murni berasal dari dalam hati atau dalam diri sendiri

melainkan hanya bersandiwara atau dramaturgi, sama halnya dengan apa yang

dilakukan oleh pemilik rumah ibu Sumiati, demi untuk memperoleh sesuatu hal

yang menguntungkan yakni agar ibu Sumiati tetap mau menempati atau

mengontrak rumahnya maka si pemilik rumah bersikap ramah dan memberikan

perhatian atau memebrikan bantuan yang kepada ibu Sumiati dengan begitu

sipemilik rumah mendapat keuntungan yakni uang dari hasil kontrak rumah yang

ditempatti oleh ibu Sumiati. Menurut ibu Sumiati hal seperti ini memang saling

memperoleh keuntungan baik untuk pemilik rumah dan untuk ibu Sumiati,

keuntungan yang diperoleh pemilik rumah yakni menapat penghasilan atau uang

dari ibu Sumiati sebagai imbalan atau uang sewa rumah yang ditempati oleh ibu

Sumiati, dan keuntungan yang diperoleh ibu Sumiati beserta keluarga yakni ibu

Sumiati bisa menempati rumah tersebut, membuka usaha milik sendiri yakni Foto

Copy dan bisa saling bersosialisasi dengan warga yang memiliki perbedaan

dengannya, perbedaan agama, suku, ras dan perbedaan yang lainnya dengan

adanya sosialisai tersebut ibu Sumiati menjadi lebih mengetahui tentang sedikit

atau banyaknya tentang warga yang berbeda suku dan agama dengannya, bisa

lebih menambah pengetahuan ibu Sumiati tentang agama lain dan juga tentang

suku yang lain dengan ibu Sumiati, selain bersosialisasi ibu Sumiati dan warga

sekitar rumah juga bisa saling memberikan toleransi.

Ibu Sumiati sangat bersyukur karena berkesempatan bisa tinggal di sekitar

warga sama-sama memiliki perbedaan yang sangat terlihat, dengan perbedaan

tersebut mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati setiap perbedaan

yang ada pada sesama warga terlebih sesama warga yang tinggal dalam satu desa.

Universitas Sumatera Utara


Menurut ibu Sumiati Desa Ujung Serdang sudah termasuk desa yang

terbaik, karena Desa Ujung Serdang adalah desa yang keadaan masyarakatnya

tertib, aman dan nyaman, kondisi masyarakat yang mampu menciptakan keadaan

aman, kehidupan yang penuh harmoni. Individu mampu hidup sejalan dan serasi

dengan tujuan masyarakatnya yang terpenuhi, tujuan yang baik. Masyarakat yang

memiliki solidaritas atau kekompakan/ kesetiakawanan yang tinggi. Menurut ibu

Sumiati hal tersebut dapat tercipta dikarenakan masyarakat yang tinggal di Desa

Ujung Serdang sama-sama memiliki tujuan yang sama untuk tinggal di desa ini

yakni ingin meningkatkan atau ingin memperoleh pekerjaan untuk menghasilkan

uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka setiap

warga berlomba-lomba untuk bekerja.

2. Nama : Emanuel Laoili

Jenis kelamin :laki-laki

Usia :41 tahun

Suku :Nias

Agama :Kristen Protestan

Lama tinggal di Desa UJ.Serdang:22 tahun

Jumlah saudara beda agama :6 orang

Jumlah saudara beda suku :7 kepala keluarga ( 25 orang )

Bapak Emanuel berpendapat bahwa tinggal di Desa Ujung Serdang ini

sangat menyenangkan, selain warganya terlebih dahulu tinggal di desa ini

memiliki sifat yang terbuka dengan pendatang seperti bapak Emauel, selain

Universitas Sumatera Utara


memiliki warga yang bersifat baik, terbuka dan ramah desa ini juga termasuk desa

yang selalu mengalami perkembangan yang sangat cepat, perkembangan melalui

perubahan sikap yang menjunjung tinggi solidaritas dan gotong royong yang

tinggi sehingga desa ini terus menglami kemajuan terhadap perubahan yang lebih

baik dan maju, pola pikir warga yang tidak mau ketinggalan mode atau zaman.

Walaupun memiliki agama, suku, ras, kepentingan yang berbeda-beda namun

warga yang tinggal di desa ini saling menghargai dan saling tolong menolong

terlebih warga yang tinggal di sekitar rumah bapak ( tetangga) Emanuel ini, ia

berpendapat bahwa tetangganya sangatlah baik, ramah, dan paling penting bagi

bapak ini yakni sifat partisipasi yang tinggi yang dimiliki tetangganya, walaupun

tetangganya juga berbeda suku dan agama dengan bapak ini, ada yang suku karo

dan suku batak bahkan di sebelah kanan rumah bapak ini adalah warga yang suku

jawa yang menganut agama islam, namun tetangganya ini tidak sombong bahkan

sangat baik dan suka membantu bapak ini. Menurut bapak ini kehidupan

bertetangga bapak ini sangat harmoni, sudah 23 tahun bapak ini tinggal di sekitar

warga yang multikultural belum pernah terjadi konflik atau keributan sekecil apa

pun itu. Baik tetangganya yang etnis karo, batak dan jawa bisa saling menghargai

dan saling tolong menolong.

Bapak Emanuel berpendapat bahwa di Desa Ujung Serdang dipenuhi

dengan masyarakat yang memiliki sifat yang baik, keinginan untuk menciptakan

keadaan yang tertib aman dan nyaman meskipun masyarakat yang tinggal di Desa

Ujung Serdang memiliki sifat yang multikultural, warga yang ada di Desa Ujung

Serdang tetap bersatu untuk memajukan dan mencapai tujuan desa untuk

mempersatukan warga yang memiliki perbedaan. Solidaritas atau kekompakan

Universitas Sumatera Utara


dan kesetiakawanan yang dimiliki oleh setiap warga desa ini sangat baik.

Menurutnya hal tersebut bisa tercapai dikarenakan masyarakatnya memang sama-

sama memiliki keinginan yang sama yakni ingin menciptakan keadaan atu kondisi

yang aman dan tertib agar warga yang tinggal di desa ini tidak terhalang atau

terganggu untuk bekerja.

3. Nama : Yustini Dao

Jenis kelamin :Perempuan

Usia :44 Tahun

Suku :Nias

Agama :Kristen Protestan

Lama tinggal di desa UJ.Serdang: 22 Tahun

Jumlah saudara beda agama 0

Jumlah saudara beda suku :6 orang

Menurut ibu Yustini selama ibu ini tinggal di Desa Ujung Serdang 22

tahun lamanya belum pernah mendengar terjadinya pertengkaran atau konflik

antar etnis, antar agama, menurut ibu ini masyarakat yang terlebih dahulu tingga

di Desa Ujung Serdang ini memiliki sifat yang baik, sifat yang suka tolong

menolong, ibu ini berpendapat bahwa di desa ini sangat banyak organisasi-

organisasi kecil yang kegunaannya untuk saling membantu, saling berinteraksi

dan bersosialisasi baik yang kaya maupun yang miskin, ada oraganisasi kecil yang

dibentuk sperti arisan keluaga berdasarkan marga yang disandang, ada juga arisan

atau organisasi umum yang siapa saja boleh mengkutinya dengan ketentua

bersedia mengkuti peraturan-peraturan yang sudah disepakati. Warga desa ini

Universitas Sumatera Utara


yang berinteraksi secara langsung yang sangat patur untuk dicontoh, , tegur sapa,

terlebih para perempuan ( ibu2 ) yang ada di desa ini.

Ibu Yustini berpendapat bahwa keadaan masyarakat di Desa Ujung

Serdang yang aman dan nyaman dan keadaan yang tertib bisa diterapkan oleh

masyarakat desa ini karena dukungan dan motivasi dari pihak pemerintahan desa

ini terutama dukungan dan motivasi dari Kepala Desa yang ada di Desa Ujung

Serdang, melalui kegiatan gotong royong seluruh masyarakat yang dianjurkan

oleh Kepala Desa yang mempertemukan warga, bertemu dan berinteraksi dalam

melakukan sustu pekerjaan yakni gotong royong, untuk memeproleh tujuan yang

sempurna atau untuk memperoleh hasil kerja gotong royong yang baik maka

setiap warga harus bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut, dengan bekerja

sama tanpa memilih –milih teman maka warga sudah melakukan interaksi yang

baik dan secara tidak sadar mereka sudah menunjukan bahwa tidak ada masalah

yang timbul dari kebersamaan yang memiliki perbedaan-perbedaan yang terlihat

pada masyarakat.

Ibu Yustini juga berpendapat bahwa keadaan yang tertib, aman dan

nyaman, teratur bisa tercapai tidak terlepas dari factor ekonomi masyarakat yang

memiliki tujuan dan maksud yang sama yakni ingin meningkatkan perekonomian

dengan bekerja di Desa Ujung Serdang, baik bekerja sebagai petani buruh, petani

pemilik modal, bekerja sebagai wiraswasta dan membuka usaha sendiri.

Menurutnya jika keadaan tidak harmoni tidak akan bisa mendapat pekerjaan

sekalipun itu pekerjaan sebagi asisten rumah tangga.

4. Nama : Marlinson Purba

Jenis kelamin : Lk

Universitas Sumatera Utara


Usia : 43 Tahun

Suku : Batak Simalungun

Agama : Kristen protestan

Lama tinggal di Desa UJ.Serdang: 24 Tahun

Jumlah saudara beda agama 0

Jumlah saudara beda suku : 4 kepala keluarga ( 20 orang )

Menurut bapak Marlinson tinggal di Desa Ujung Serdang merupakan

suatu kebanggaan baginya karena selama tinggal di desa ini ia merasakan

perubahan yang sangat besar perubahan yang lebih baik daripada sebelumnya

terutama perubahan perekonomian keluarganya, pada saat pertama tinggal di desa

ini bapak ini sangat susah bahkan biaya untuk makan saja sangat susah dan rumah

yang bapak tempati pada saat itu sangatlah tidak layak untuk dihuni tetapi bapak

Marlinson dan istrinya tetap bertahan tinggal di rumah itu walaupun sangat

memprihatinkan karena hanya rumah itu lah yang bisa ditempati secara geratis

tanpa membayar uang sewa, dan pemilik rumah tersebut adalah warga Desa

Ujung Serdang yang menganut suku karo dan menganut agama Katolik.

Menurut bapak Marlinson ini selama ia tinggal di Desa Ujung Serdang

belum pernah terjadi konflik antar warga meskipun warga yang tinggal di desa ini

adalah masyarakat yang multikultural, namun warga di desa ini sadar bahwa

perbedaan yang ada tidak menjadikan warga yang tinggal di desa ini menjadi

tidak harmoni melainkan mereka mampu menciptakan keadaan yang tertib aman

dan nyaman, hal tersebut bisa tercapai dikarenakan setiap warga yang tinggal di

desa ini memiliki tujuan yang sama yakni ingin menciptaka keadaan yang

harmoni. Bapak Marlinson berpendapat bahwa kunci utama agar bisa

Universitas Sumatera Utara


menciptakan keadaan tertib dan aman nyaman dalam masyarakat multikultural itu

yakni memiliki sifat yang tidak egois, memiliki kesadaran bahwa perbedaan yang

ada adalah pemberian Tuhan dan perbedaan itu adalah sederajat tidak ada yang

lebih tinggi statusnya dan tidak ada yang lebih rendah dimata Tuhan semua

manusia itu sama.

Tidak memiliki sifat yang tidak egois adalah ciri utama yang dimiliki

oleh masyarakat Desa Ujung Serdang, dan ia juga mengatakan bahwa kondisi

yang tertib, tidak pernah terjadi konflik antar warga meskipun masyarakat yang

tinggal di desa ini memiliki sifat multikultural. Menurut bapak Marlinson ini

kondisi masyarakat yang hidup harmoni di desa ini juga tidak terlepas dari faktor

ekonomi, dimana setiap warga yang tinggal di desa ini pasti memiliki keinginan

yang sama yakni ingin bekerja dan mendapatkan uang dengan tinggal di desa ini

bisa bekerja dan menghasilkan uang dan dengan keadaan yang harmoni bisa lebih

mudah untuk bekerja dan mendapat penghasilan yang lebih.

5. Nama : Hermian Simarmata

Jenis kelamin : Pr

Usia :30 Tahun

Suku : Batak Simalungun

Agama : Kristen Protestan

Lama tinggal di Desa UJ.Serdang: 7 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 3 orang

Jumlah saudara beda suku : 3 kepala keluarga (16 orang )

Menurut ibu Hermian ini selama ia tinggal di Desa Ujung Serdang ia

belum pernah melihat dan mendengar terjadinya konflik yang terjadi antar warga

Universitas Sumatera Utara


meskipun warga yang tinggal di desa ini masyarakat yang multikultural,

masyarakat yang memiliki perbedaan yang sangat banyak, namun perbedaan yang

ada tidak menjadikan warga untuk bersifat sombong melainkan warga yang

tinggal di desa ini saling ,menghargai dan saling tolong menolong. Menurut ibu

ini tingga di desa ini sangat enak, banyak organisasi kecil ada di bentuk oleh

masyarakat di desa ini, arisan kecil yang dibentuk berdasarkan lokasi tempat

tinggal, arisan yang dibentuk berdasarkan marga yang disandang, arisan umum

yang dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama yang anggotanya

adalahmasyarakat yang multikultural, banyak oraganisasi dan pertemuan yang

bisa mempertemukan warga agar bisa saling berinteraksi lebih dekat, bekerja

sama dengan baik.

Menurut ibu Hermian keaadaan yang tertib, aman dan nyaman damai

dan mampu mencapai tujuan desa ini yakni untuk memajukan desa tahap demi

tahap mampu tercapai, hal tersebut dapat terjadi karena kekompakan warga yang

tinggal di desa ini, kemauan yang sama untuk memajukan desa ini menjadi lebih

baik lagi. Hal tersebut bisa tercapai karena dukungan dan motivasi oleh Kepala

Desa dan pemerintahan desa yang lainnya dan juga faktor lingkungan desa ini

yang sangat membantu perekonomian warga. Tinggal di desa ini sangat

menguntungkan bagi ibu Hermian dikarenakan bisa bekerja di salah satu

perusahaan swasta yang ada di Desa Ujung Serdang.

Menurut Ibu Hermian, masyarakat Desa Ujung Serdang mampu

melakukan interaksi antar individu dengan individu maupun indidu dengan

kelompok dikarenakan adanya respon dari individu lain, adanya sifat toleransi

yang tinggi di dalam diri setiap indivu, ia mengatakan tidak akan bisa hidup

Universitas Sumatera Utara


sejalan dan aman jika hanya seorang invidu saja yang bersifat baik melainkan

kerja sama antar semua warrga yang ada di Desa Ujung serdang sehingga terlihat

dalam kondisi atau keadaan yang harmoni.

6. Nama : Herlina Sipayung

Jenis kelamin : Pr

Usia : 31 Tahun

Suku : Batak Simalungun

Agama : Kristen protestan

Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 5 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 1 orang

Jumlah saudara beda suku : 2 kepala keluarga ( 11 orang )

Menurut ibu Herlina Selama ia tinggal di Desa Ujung Serdang ia belum

pernah mendengar dan melihat adanya konflik yang terjadi antara warga yang

tinggal di desa ini meskipun masyarakat yang tinggal di desa ini adalah

masyarakat yang multikultural. Warga yang tinggal di desa ini masing-masing

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang masyarakatnya multikultural,

mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan sesama masyarakat yang tinggal di

desa ini, dengan kemampuan warganya yang seperti itu kondisi masyarakat di

desa ini dapat dikatakan sudah termasuk keadaan desa yang tertib, aman dan

nyaman. Masyarakat yang memiliki kesadaran adanya kesamaan atau

kesederajatan perbedaan yang ada, kesadaran masyarakat yang sadar bahwa tidak

ada suku atau agama yang lebih tinggi dan mulia namun semuanya adalah sama

atau sederajat terlebih dimata Tuhan, ibu ini juga mengatakan bahwa perbedaan

yang ada pada manusia itu adalah hasil pemberian dari Tuhan yang harus di jaga

Universitas Sumatera Utara


agar tidak ada perpecahan antar manusia yang diakibatkan oleh perbedaan itu

sendiri, jadi kunci utamanya untuk menciptakan keadaan yang tertib, aman dan

nyaman ( harmoni ) adalah sikap saling menghargai dan tolong menolong.

Selain berpendapat bahwa keadaan masyarakat yang tertib, aman dan

nyaman dapat tercapai karena kesadaran masyarakat sendiri ada juga faktor

pendorong terciptanya harmoni dalam masyarakat yang multikultural di Desa

Ujung Serdang dikarenakan oleh dukungan dan motivasi dari Kepala Desa yang

selalu menekankan bahwa perbedaan yang ada dalam masyarakat desa ini adalah

suatu anugrah dari Tuhan agar setiap warga yang ada di desa ini bisa saling

menghargai terlebih bagi warga pendatang ke desa ini, Kepala Desa yang selalu

memberikan arahan dan dorongan agar warganya selalu menjaga solidaritas atau

kesetiakawanan dan kekompakan yang sudah tertanam sejak dari zaman dulu agar

tetap dipertahankan walaupun dalam masyarakat yang multikultural.

Ibu Herlina juga mengatakan bahwa masyarakat yang ada di Desa

Ujung Serdang mampu hidup sejalan dan mampu menciptakan keadaan yang

tertib tanpa ada konflik diantara warga yang bersifat multikultural dipengaruhi

oleh faktor ekonomi, dimana warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang terutama

warga pendatang memiliki tujuan dan maksud yang sama yaitu sama-sama ingin

meningkatkan perekonomian keluarga, kemampuan dan adanya kesadaran atau

keinginan untuk menciptakan keadaan yang tertib dan aman akan mempermudah

kita untuk melangkah kedepan untuk mencari pekerjaan.

7. Nama : Epidona Napitupulu

Jenis kelamin : Pr

Universitas Sumatera Utara


Usia : 37 Tahun

Suku : Batak Toba

Agama : Kristen protestan

Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 15 Tahun

Jumlah saudara beda agama 0

Jumlah saudara beda suku 0

Menurut ibu Epidona sejak ia tinggal di Desa ujung serdang belum

pernah terjadi konflik atau pertentangan antar warga walaupun warga yang tinggal

di desa ini adalah masyarakat yang multikultural, warga yang memiliki sifat dan

kepentingan yang berbeda-beda. Ibu ini berpendapat bahwa masrakat yang tinggal

di desa ini terlebih warga asli desa ini sangatlah terbuka dan memiliki sifat yang

baik, ramah, dan memiliki solidaritas atau kekompakan dan kesetiakawanan yang

sangat tinggi, dengan adaya sifat-sifat tersebut warga yang tinggal di desa ini

mampu manciptakan keadaan atau kondisi masayarakat yang harmoni, keadaan

yang tertib, aman, dan nyaman. Menurutnya hal tersebut dapat tercapai

dikarenakan adanya kesadaran warga bahwa hidup dalam perbedaan itu adalah

anugrah dari Tuhan yang tidak perlu untuk di jadikan permasalah yang nantinya

akan mengakibatkan perpecahan antar warga dan keadaan yang harmoni tersebut

bisa tercipta karena warga yang tinggal di desa ini hampir 100% memiliki

keinginan untuk menambah penghasilan selain dari gaji pokok yang ia terima dari

tempat bekerjanya seperti di pabrik, dengan tinggal di desa ini warga bisa bertani

dan bekerja sebagai buruh tani sepulang ia bekerja dari perusahaan tempat warga

bekerja.

8. Nama : Maghdalena br sembiring

Universitas Sumatera Utara


Jenis kelamin : Pr

Usia : 48 Tahun

Suku : Karo

Agama : Katolik

Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 48 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 4 kepala keluarga ( 20 orang)

Jumlah saudara beda suku : 5 orang

Menurut ibu Maghdalena selama ia tinggal di Desa Ujung Serdang

belum pernah terjadi konflik atau pertentangan antar warga meskipun warga yang

tinggal di desa ini adalah masyarakat yang multikultural. Ibu ini berpendapat

bahwa perbedaan yang ada pada warga desa ini tidak menjadikannya tidak

bersosialisasi dan berinteraksi dengan warga yang memiliki perbedaan dengannya

melainkan ia selalu berinteraksi dan bersosialisasi dengan warga yang berbeda

kenyakinan dan berbeda suku dengannya, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan

ibu ini memiliki tetangga rumah yang berbeda keyakinan dan berbeda suku

dengannya yakni di sebelah kanan rumahnya adalah warga yang menganut suku

batak toba dan di sebelah kiri rumahnya adalah warga yang menganut suku batak

toba.

Kondisi yang aman, nyaman, tertib yang tercipta di tengah-tengah

masyarakat Desa Ujung Serdang tidak terlepas dari faktor ekonomi. Ibu ini

berpendapat bahwa kondisi masyarakat yang harmoni di pengaruhi oleh faktor

ekonomi karena setiap warga baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal di

Desa Ujung Serdang memiliki kegiatan untuk bekerja baik di rumah seperti

berjualan, baik di luar rumah seperti berjualan keliling dan ada juga yang bekerja

Universitas Sumatera Utara


di perusahaan swasta yang ada di Desa Ujung Serdang hal tersebut dilakukan

untuk menambah penghasilan keluarga, terlebih warga yang bermigrasi ke desa

ini mereka juga pasti memiliki keinginan yang sama dengan ibu Maghdalena ini

yakni ingin bekerja dan mendapat pengasilan. Ibu ini berpendapat bahwa kondisi

masyarakat yang harmoni juga bisa tercipta dikarena desa ini merupakan desa

yang dapat memberikan kehidupan yang layak dikarenakan tanah yang subur yang

cocok untuk bercocok tanam dan juga lapangan pekerjaan yang cukup membantu

perekonomian keluarga.

Ibu Maghdalena juga berpendapat bahwa terciptanya harmoni

masyarakat yang bersifat multikultural karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan,

dimana lingkungan yang dimaksud disini yaitu lingkungan sosial yang baik atau

susasana yang baik dimana masyarakatnya yang hidup dan berinteraksi sehingga

dapat berkembang.

9. Nama : Anna br Sinaga

Jenis kelamin : Pr

Usia : 39 Tahun

Suku : Batak Simalungun

Agama : Kristen protestan

Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 17 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 2 orang

Jumlah saudara beda suku : 3 kepala keluarga ( 16 orang )

Menurut Ibu Anna, selama ia tinggal di Desa Ujung Serdang ia belum

pernah melihat dan mendengar adanya konflik antar warga terutama antara warga

yang berbeda suku dan agama, ia berpendapat bahwa tinggal di Desa Ujung

Universitas Sumatera Utara


Serdang merupakan suatu hal yang patut dibanggakan karena bisa hidup dan

berinteraksi dengan orang-orang yang mampu menerapkan prinsip bahwa hidup

tidak bisa sendiri, buktinya di Desa Ujung Serdang warganya hidup dengan aman,

tentram, dan saling menghargai satu sama lain meskipun warga yang tinggal di

Desa Ujung Serdang adalah masyarakat yang bersifat multikultural, dengan

melihat kondisi warganya yang memiliki perbedaan yang sangat terlihat tetapi

warga tidak mempermasalahkan hal tersebut dikarenakan warga yang tinggal di

Desa Ujung Serdang menyadari bahwa perbedaan yang ada adalah suatu hal

anugrah dari Tuhan dan segala yang di anugrahkan oleh Tuhan untuk setiap

manusia tidak perlu untuk di permasalhkan tetapi untuk menciptakan keadaan

yang tertib dan sejalan sehingga mampu menciptakan dan menghasilkan suatu hal

yang baik.

Menurut Ibu Anna, keadaan atau kondisi yang tertib, aman dan nyaman,

saling menghargai dan saling memberikan toleransi yang tinggi terhadap sesama

warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang tidak terlepas faktor ekonomi, hal

tersebut ia katakana karena menurutnya setiap orang yang hidup memiliki

keinginan untuk memperoleh hidup yang lebih baik dan lebih maju, dan hal

tersebut dapat diperoleh dari perjuangn kita untuk bekerja dan menghasilkan uang

untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan kebutuhan hidup bisa dipenuhi dengan

bekerja dan agar bisa bekerja dengan aman tanpa adanya konflik maka setiap

orang harus memiliki sifat yang saling menghargai dan saling tolong menolong

serta memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap sesama warga terlebih sesama

warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang. faktor lingkungan sosial juga

Universitas Sumatera Utara


mempengaruhi keberhasilan dalam menciptakan keadaan masyarakat yang

harmoni walaupun dalam masyarakat yang bersifat multikultural.

10. Nama : S. Tarigan

Jenis kelamin : Lk

Usia : 50 Tahun

Suku : Karo

Agama : Katolik

Lama tinggal di Desa UJ. Serdang : 50 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 5 kepala keluarga ( 25 orang )

Jumlah saudara beda suku : 7 kepala keluarga ( 50 orang )

Menurut bapak S. Tarigan ini sejak awal ia tinggal di Desa Ujung

Serdang belum pernah terjadi konflik antar warga terutama antar warga yang

berbeda keyakinan dan berbeda suku dan ras, setiap warga yang tinggal di desa ini

hidup saling menghargai dan saling tolong menolong. Menurut bapak ini,

masyarakat yang pertama menghuni atau tinggal di Desa Ujung Serdang ini

adalah masyarakat yang menganut suku karo, dan dengan perkembangan maka

desa ini dipenuhi oleh masyarakat yang multikultural, tetapi walaupun setiap

warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang ini memiliki sifat multikultural

kondisi masyarakat tetap harmoni, kesetiakawanan dan solidaritas yang tinggi

yang dimiliki dan dipelihara oleh warga lah yang menjadikan warga tetap

harmoni, keadaan yang tertib, aman, dan nyaman juga mampu diciptakan dan

dipertahankan oleh warga desa ini. Menurut bapak ini juga bahwa masyarakat

yang merantau ke desa ini juga mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan

masyarakat asli di desa ini meskipun memiliki perbedaan yang sangat terlihat,

Universitas Sumatera Utara


dengan kondisi dan keadaan yang harmoni warga mampu bekerja dan mampu

meningkatkan perekonomian keluarga.

Bapak ini juga berpendapat bahwa warga yang merantau ke desa ini

juga wajib mampu mempertahankan keadaan masyarakat yang aman, karena

kalau warga yang merantau ke desa ini tidak mampu berinteraksi dan

bersosialisasi dengan baik dan menciptakan keaadaan yang tertib maka warga

yang merantau akan mengalami kesulitan untuk bekerja. Bapak ini mengatakan

bahwa hidup harus saling melengkapi, segala kekurangan dan kelebihan dan

segala perbedaan yang ada pada diri warga bukannlah hal yang menjadikan setiap

warga untuk tidak saling berinteraksi dan bersosialisasi melainkan mampu

menciptakan hubungan yang baik.

Bapak S. Tarigan berpendapat bahwa kehidupan yang dijalani tidak bisa

berjalan dengan mudah tanpa adanya interaksi dengan orang-orang yang ada

disekitar lingkungan tempat tinggal, saling menghormati dan saling memahami

satu sama lain menjadikan individu mampu untuk berinteraksi dan bersosialisasi

dengan orang lain sekalipun dengan orang yang berbeda suku dan agama.

11. Nama : Jadi Kristian Ginting

Jenis kelamin : Lk

Usia : 77 Tahun

Suku : Karo

Agama : Kristen protestan

Lama tinggal di Desa UJ.Serdang : 77 Tahun

Jumlah saudara beda agama : 2 kepala keluarga ( 11 orang )

Jumlah saudara beda suku : 15 kepala keluarga

Universitas Sumatera Utara


Bapak Jadi Ginting merupakan warga yang tinggal di Desa Ujung

Serdang yang sudah sangat lama menjadi warga Desa Ujung Serdang bahkan

sudah dua puluh tahun lamanya ia menjabat sebagai Kepala Desa di Desa Ujung

Serdang. Bapak ini berumur 77 tahun dan memiliki pendidikan akhir Sekolah

Menengah Pertama ( SMP). Bapak ini tidak hanya seorang warga yang biasa-

biasa saja melainkan bapak ini adalah tokoh pejuang bagi masyarakat di Desa

Ujung Serdang karena bapak ini sangat banyak memberikan hal-hal yang baik

bahkan banyak yang sudah ia berikan kepada masyarakat Desa Ujung Serdang

yakni dengan memperjuangkan beberapa infestasi desa berupa: Tanah dan

sertifikat Sekolah Dasar (SD) dan pada saat memperjuangkan tanah atau lahan

Sekolah Dasar ini bapak ini belum menjabat sebagai Kepala Desa, bapak ini juga

telah berhasil memperjuangkan suatu balai pertemuan ( balai desa ) yang

merupakan dulunya milik PTP Dua dan saat ini balai pertemuan ini dikelola oleh

satu oraganisasi persatuan desa yaitu PSP ( persadan sada perarihen dalam bahasa

karo ) yang artinya Persatuan Satu Kesepakatan, bapak ini juga berhasil

memeperjuangkan tanah wakap untuk tempat penguburan bagi masyarakat yang

sudah meninggal yang ada di Desa Ujung Serdang, bapak ini juga berhasil

memperjuangkan dan membangun kantor Kepala Desa dan berhasil juga

memperjuangkan lahan yang nantinya akan di bangun kantor Kepala Desa yang

baru dan juga lahan atau tanah yang saat ini dibangun Puskesmas Desa merupakan

hasil perjuangan dari bapak Jadi Ginting tidak hanya itu saja bapak ini juga

berhasil memperjuangkan tanah yang kegunaannya untuk dibangun tempat ibadah

yanki GBKP ( Gereja Batak Karo Protestan) dan HKBP (Huria Kristen Batak

Protestan) tidak hanya lahan atau bangunannya saja yang berhasil ia perjuangkan

Universitas Sumatera Utara


melainkan semua yang ia perjuangkan memiliki surat dan sertifikat yang sah dan

sah dipergunakan untuk kebutuhan umum. Bapak ini tidak hanya pernah menjabat

sebagai Kepala Desa melainkan bapak ini juga merupakan tokoh adat di Desa

Ujung Serdang hingga saat ini juga.

Bapak Jadi ini berpendapat bahwa selama ia tinggal di Desa Ujung

Serdang ia belum pernah terjadi konflik terutama konflik antar suku dan agama. Ia

berpendapat bahwa masyarakat yang tinggal di desa ini walaupun memiliki sifat

multikultural tetapi masyarakatnya mampu menciptakan kondisi dan situasi yang

tertib, saling memahami, saling menghormati dan saling menghormati merupakan

kunci untama untuk menciptakan masyarakat yang harmoni di tengah-tengah

masyarakat yang multikultural. Menurut bapak ini hal tersebut bisa tercapai

karena masrakatnya yang benar-benar memiliki sifat dan tujuan untuk

menciptakan kedamaian. Pekerjaan juga mempengaruhi terciptanya kondisi

masyarakat yang harmoni.

4.4. Gambaran Harmoni Interaksi Masyarakat Multikultural Di Desa

Ujung Serdang

4.4.1. Gambaran Perubahan dan Perkembangan Desa Ujung Serdang di

Mata Masyarakat

Desa Ujung Serdang merupakan desa yang mengalami perkembangan

dari tahun ke tahun. Desa ini adalah desa yang termasuk dalam Kecamatan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Asal mulanya desa ini merupakan

kampung kecil yang hampir hilang dari peta wilayah kabupaten Deli Serdang

Namun dengan adanya situasi perkembangan dan kemajuan zaman desa ini

mengalami perubahan yang mengarah kemajuan terutama dari aspek pertambahan

Universitas Sumatera Utara


jumlah penduduk, dan penduduk asli yang pertama menghuni kampung ini adalah

penduduk yang menganut etnis karo. Hal ini terungkap melalui wawancara

dengan Bapak Suranta Tarigan yaitu:

“Sejak awal saya tinggal di Desa Ujung Serdang ini saya


melihatnya banyak perkembangan dan kemajuan yang terjadi di
desa ini, terutama perkembangan dari jumlah penduduk nya,
kalau dulu jumlah penduduknya bisa dihitung dalam waktu cepat
karena sangkit sedikitnya penduduk yang tinggal di desa ini dan
penduduk pertama yang menghuni desa ini adalah kami yang
menganut etnis karo. Perkembangan demi perkembangan maka
jumlah penduduk pun semakin bertambah dan tidak hanya
penduduk yang etnis Karo saja yang menghuni desa ini melainkan
sudah banyak, sudah termasuk desa yang dihuni oleh banyak
penduduk yang menganut berbagai suku dan budaya, terlebih saat
ini dapat adek lihat sendiri sudah tidak terhitung lagi dalam waktu
yang cepat, ada yang suku Karo, suku Batak Toba, suku Batak
Simalungun, suku Jawa dan bahkan sekarang sudah mulai banyak
pulak orang Nias yang datang ke desa kami ini”

Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa Desa Ujung Serdang

ini memang mengalami perkembangan dan pertambahan penduduk yang tidak

hanya etnis karo saja melainkan sudah dihuni oleh masyarakat yang multikultural,

terlebih pada saat ini Desa Ujung Serdang ini selalu mengalami perkembangan

yang sangat pesat mulai dari struktur pembangunan desa bahkan fasilitas yang

dilengkapi oleh desa untuk dipakai oleh masyarakat yang tinggal di desa ini. Hal

ini terungkap melalui wawancara dengan Ibu Maghdalena Sembiring yaitu:

“Kalau dulu desa ini terlihat sangat jelek karena susunan dan
bentuk bangunan yang ada di sini masih jelek-jelek sekali, ada
yang masih pakai dinding tepas ( sebutan untuk anyaman dari
bambu dalam bahasa karo) ada juga yang dari papan, dan jarak
antara satu rumah dengan rumah yang lain sangat jauh lebih
banyak lahan kosong daripada rumah yang sudah dihuni jadi
kalau kita keluar dimalam hari bisa ketakutan karena gelap sekali,
tapi sekarang ini adek lihat lah betapa banyaknya rumah dan
betapa cantik-cantiknya rumah yang ada di desa ini”

Universitas Sumatera Utara


Pada saat ini Desa Ujung Serdang sudah banyak mengalami perubahan

dimata masyarakat terlebih dimata masyarakat yang bukan penduduk asli desa ini

atau perantau, dari segi kependudukan dan wilayahnya secara geografis. Awal

kedatangan mereka pada kurun waktu 1995 sampai 2000 jika dibandingkan

dengan apa yang terlihat pada saat ini menunjukkan perubahan yang signifikan.

Selama beberapa decade terakhir pembangunan baik dari segi bangunan fisik

maupun segi perkembangan ekonomi, tampak berkembang pesat. Penduduk yang

dahulu didominasi oleh masyarakat asli etnis Karo yang kebanyakan bekerja

sebagai petani dan sebagaian lainnya sebagai pegawai di perusahaan swasta, kini

cenderung lebih beragam seiring semakin banyaknya pendatang dari berbagai

daerah dengan matapencaharian yang beragam pula. Hal ini terungkap dari

wawancara dengan Ibu Yustini Dao ( etnis Nias) yaitu:

“Waktu kaka ( sebutan kakak dalam bahasa nias) pindah ke sini


tahun 1995an, waktu baru menikah dengan abangmu ini, kondisi
Desa Ujung Serdang ini masih belum seperti saat ini, kalau
sekarang kan sudah enak de sudah ada angkutan umum jadi tidak
cape lagi berjalan kaki, kalau dulu untuk bisa sampai rumah harus
berjalan kaki dari simpang ke sini, udah jalannya jelek, kalau
hujan sudah lah berbecek-becek lah kita dipenuhi lumpur lah kaki
kita, terus perekonomian penduduk di desa ini juga masih relatif
rendah terlihat pada saat kaka ke sini masih jarang sekali yang
memiliki alat komunikasi seperti hand phone jadi kalau ada perlu
sama orang kita harus mendatanginya meskipun itu jauh, kalau
sekarang sudah hampir semua memiliki alat komunikasi terutama
hand phone bukan hanya hand phone tapi alat elektronik yang
lainnya juga sudah lengkap seperti televisi bahkan ade tau gak
kalau kalau di Desa Ujung Serdang ini juga sudah hampir
memiliki mobil minimal satu dalam setiap kepala rumah tangga,
kan dilihat dari barang-barang yang dimiliki penduduk di desa
saat ini sudah bisa kita simpulkan bahwa ada kemajuan dari segi
perekonomian dan segi bangunan fisik.”
Hal tersebut sama juga dengan yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu

Bapak Jadi Kristian Ginting dimana bapak ini merupakan tokoh adat dan

Universitas Sumatera Utara


merupakan sosok pejuang di Desa Ujung Serdang karena sudah banyak yang

berhasil ia perjuangkan dan ia berikan kepada Desa Ujung Serdang dan untuk

dinikmati oleh masyarakat, yang mengatakan :

“…kalau masalah perkembangan dan kemajuan desa ini sangatlah


panjang ceritanya tapi intinya memang desa ini terus mengalami
perkembangan yang mengarah kemajuan yang baik, baik dari segi
fisiknya, segi jumlah penduduknya, pengetahuan masyarakatnya, dan
kebersihan lingkungan desa ini juga sudah semakin baik sudah banyak
warga yang mengerti bahwa membuang sampah yang sembarangan tidak
baik yang bisa mengakibatkan fatal untuk kesehatan tubuh…kalau dulu
desa ini sangatlah terpencil dan hampir punah, udah penduduknya yang
masih sedikit dan hanya orang karo saja yang ada di desa ini, dulu belum
ada apa-apanya desa ini, sekolah, balai pertemuan, gereja, sekolah
bahkan kalau ada orang ninggal itu harus dikubur di ladangnya masing-
masing belum ada lokasi atau wakap tempat penguburan, saya melihatnya
sangat sedih terlebih pada saat dulu setiap ada pesta harus rela kenak
hujan dan panas karena belum ada lokasi atau balai pertemuan hanya
bermodalkan tikar yang dibentangkan di halaman rumah yang berpesta
atau orang yang kemalangan…melihat itu saya langsung berniat untuk
membangun balai pertemuan untuk semua masyarakat dan posisinya itu
pas di ujung desa ini di perbatasan antara Desa Ujung Serdang ini
dengan Desa Medan Sinembah, kenapa saya lebih memilih untuk
memperjuangkan lahan itu untuk dibangun balai pertemuan karena lahan
itu dulu milik PTP maksud saya makanya saya bangun disitu supaya kelak
mudah untuk memberikan petunjuk bahwa batas Desa Ujung Serdang ini
adalah pas sampai balai pertemuan itu sekarang balai pertemuan itu
dikelola oleh organisasi PSP masyarakat dan diberi nama Balai Ta Ras (
dalam bahasa karo yang artinya balai kita bersama), setelah itu orang
meninggal dan kebetulan yang ninggal ini adalah termasuk orang yang
susah tidak memiliki ladang untuk tempat dia dikuburkan lalu saya
berfikir lagi dan melihat desa ini lahan yang mana lagi yang perlu saya
perjuangkan untuk tempat penguburan dan singkat cerita saya juga
berhasil mendapatkan surat sertifikat tanah PTP untuk dipergunakan
masyarakat umum untuk tempat penguburan, tidak lama saya merasa
masih banyak yang perlu dibutuhkan dan perlu diperjuangkan untuk desa
ini lalu saya dengan keinginan saya untuk memajukan desa ini akhirnya
saya mencalon sebagai kepala desa dan puji Tuhan saya menang, awal
saya menjabat sebagai kepala desa saya langsung memperjuangkan surat
sertifikat tanah Sekolah Dasar (SD) impress yang dulunya tidak memiliki
sertifikat hanya ada bangunan saja ketika itu pemilik lahan itu ada tiga
orang dan mereka mengijinkan untuk dibangun sekolah tapi saya berfikir
untuk kedepannya pasti aka nada keributan nantinya sehingga saya
berinisiatif untuk mengurus surat sertifikatnya. Tidak hanya itu saja yang
saya perjuangkan untuk desa ini ada kayak surat tanah Gereja Batak
Karo Protestan(GBKP) dan Gereja HKBP itu saya juga yang berhasil

Universitas Sumatera Utara


mendaptkannya, kalau untuk keperluan umum saya sangat semangat untuk
memperjuangkannya, dan tanah puskesmas desa ini itu juga saya yang
berhasil mendapatkannya dari PTP dan juga tanah atau lahan yang baru-
baru ini peletakan batu pertama untuk dibangun kantor kepala desa yng
baru itu juga saya yang memperjuangkannya dan satu lagi tanah beserta
kantor kepala desa yang sekarang ini juga hasil perjuangan saya, selama
saya menjabat sebagai Kepala Desa di Desa Ujung Serdang ini 20 ( dua
puluh ) tahun lamanya kurang lebih itu lah yang saya perjuangkan dan
dengan perkembangan zaman sudah banyak yang bertambah di desa ini.
Perkembangan terus terjadi, bentuk bangunan rumah-rumah yang sudah
bagus-bagus, lingkungan yang semakin bersih, jumlah penduduk yang
terus menambah dan tidak hanya orang karo lagi yang ada di desa ini
melainkan sudah banyak etnis yang datang dari berbagai daerah…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpilkan bahwa Desa Ujung

Serdang dari tahap tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan dan mengarah

kea rah yang lebih maju dan lebih baik, baik dari segi fisik dan segi jumlah

penduduk yang selalu mengalami perkembangan yang maju.

4.4.2. Gambaran Dunia Usaha Masyarakat Multikultural di Desa Ujung

Serdang

Dunia usaha dapat diartikan sebagai suatu lingkup yang di dalamnya

terdapat kegiatan produksi, distribusi dan upaya-upaya lain yang diarahkan pada

pemuasan maksimal keinginan dan kebutuhan manusia. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam lingkup dunia usaha yang majemuk serta saling berinteraksi

misalnya usaha pertanian, logam mulia, transportasi dan sebagainya.

Usaha dalam bidang pertanian ini merupakan jenis usaha yang cocok

untuk Desa Ujung Serdang karena Desa Ujung Serdang merupakan daerah

dengan tanah yang sangat subur, sangat cocok untuk bercocok tanam. Hal ini

terungkap dalam wawancara dengan Bapak S. Tarigan yang mengatakan:

“…desa terkenal dengan kesuburan tanahnya yang dapat menghasilkan


buah yang melimpah dari hasil tanaman yang di tanam…contohnya itu
saya, adalah seorang petani dari dulu hingga sekarang dan berkat tanah

Universitas Sumatera Utara


yang subur sehingga hasil dari apa yang saya tanam menghasilkan buah
yang bagus sehingga bisa membantu perekonomian saya, dengan begitu
saya berhasil bangkit dari kesusahan saya yang saya rasakan pada jaman
dulu, tanaman yang sangat cocok untuk ditanam di sini itu adalah ubi
kayu atau singkong, sangat cocok untuk suhu udara yang tidak terlalu
panas dan tidak terlalu dingin, selain ubi kayu yang cocok ditanam di
daerah desa ini yaitu jagung, jagung juga sangat cocok ditanam disini dan
sampai sekarang banyak warga yang pekerjaanya sebagai seorang petani
menanam ubi atau jagung…”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu informan penelitian ini
yaitu Bapak Marlinson purba yang mengatakan :
“…di desa ini banyak masyarakat yang bekerja sebagai petani terutama
warga yang etnis karo, mereka selain bekerja sebagai pegawai atau tenaga kerja
di sebuah perusahaan diluar dari desa ini masyarakat juga bekerja sebagai
petani, petani pemilik modal dan pemilik tanah,kalau nanti mereka tidak sempat
menyelesaikan pekerjaan diladang mak mereka mencari warga yang sedang tidak
bekerja dengan bayaran perhari atau bisa juga perminggu, makanya etnis
pendatang di desa ini pun sudah banyak juga yang pandai bertani meskipun
dulunya dia sama sekali tidak pernah bertani tetapi dengan tinggal di sini maka
mereka sudah mengetahui sedikit banyaknya tentang cara bertani, contohnya
saya sendiri, saya meskipun sudah bekerja di salah satu perusahaan atau pabrik
tapi saya masih menerima tawaran kerja dari warga yang sedang membutuhkan
tenaga untuk menyelesaikan pekerjaannya di ladang atau sawahnya tetapi tidak
setiap hari saya bisa menerima pekerjaan itu melainkan pada saat saya sedang
tidak masuk kerja, tanah disini masih subur masih bisa menghasilkan tanaman
yang cantik…kalau di desa ini banyak sekali lah warga yang bekerja sebagai
petani apalagi yang etnis karo
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang banyak yang terjun atau bekerja

di usaha bidang pertanian, baik petani buruh maupun petani pemilik modal. Akan

tetapi kalau berbicara masalah usaha dalam bidang pertanian ini tak selamanya

hanya seputar tanam-tanaman saja namun banyak sekali jenis usaha yang masih

berhubungan dengan pertanian dan menguntungkan seperti membuka took obat

dan alat pertanian, menanam rempah-rempah, berbisnis tanaman hias, menanam

sayuran organik, menanam buah organik. Hal ini terungkap dalam wawancara

dengan salah satu informan yaitu Ibu Maghdalena Sembiring yang mengatakan:

Universitas Sumatera Utara


“…ada juga warga yang senang menanam remah-rempah yang menurut
merek tidak banyak menguras tenanga seperti menanam kencur, kunyit, jahe
karena tidak harus di pompa, dibersihkan secara rutin dan tidak harus berat
untuk mengangkat hasil penennya nanti rempah yang paling banyak di tanam
warga disini itu adalah lengkuas dengan sere..”

Selain bekerja di bidang pertanian, masyarakat Desa Ujung Serdang

juga bekerja sebagai tukang jahit pakaian. Jasa jahit ini tidak akan sepi

pengunjungnya sebab bukan hanya untuk membuat atau menjahit pakaian jadi tapi

untuk perbaikan baju robek juga bisa dilakukan. Jasa jahit pakaian masih ramai

bahkan bukan hanya ibu rumah tangga tapi banyak juga penjahit yang berasal dari

kalangan pria. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan informan yaitu

Bapak Emanuel Laoli yang mengatakan :

“…selain saya bekerja di perusahaan swasta yang ada di depan itu, saya
juga bekerja sebagai tukang jahit ( Edu Taylor) sebenarnya pekerjaan saya dulu
adalah tukang jahit di Nias Cuma karena tidak laku dan tidak banyak yang
menjahit maka saya sering tidak bekerja dan tidak dapat uang jadi saya dulu
merantau ke Medan lalu ada kawan saya mengajak saya untuk tinggal di desa ini
katanya ada lowongan kerja di pabrik dan saya mencobanya Puji Tuhan saya di
terima dan saya mulai menjahit lagi sampai saat ini pakaian yang harus saya
jahit sudah sangat banyak..”
Selain bekerja di bidang keahlian seperti menjahit, warga Desa Ujung

Serdang juga memiliki dunia usaha yang lain, terutama masyarakat pendatang

yang membuka usaha took campuran. Usaha took campuran bahan pokok

tentunya sudah lazim untuk anda lihat di tanah air, dimana took yang juga biasa

disebut warung ini dapat dengan mudah ditemukan mulai dari lorong atau gang-

gang kecil, jalan-jalan kecil dan besar, disekolah, dikampus, diterminal dan

berbagai tempat lainnya. Toko atau warung penjual bahan-bahan pokok

merupakan usaha yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Desa Ujung

Serdang terutama masyarakat pendatang baik Etnis Batak, Karo, Jawa dan Nias.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini terungkap dalam wawancara dengan salah satu informan yaitu Ibu Anna br

Sinaga yang mengatakan :

“… kalau disini banyak kerjaan yang bisa dikerjakan asalkan kita mau
dan tidak malu, seperti tukang jualan warung-warung kecil atau pun
warung besar biasa disebut disini kedai grosir dan banyak juga pemilik
grosir yang memperkerjakan anak-anak muda untuk mengangkat barang-
barang pesanan dari warung-warung kecil untuk diantar, terus bisa juga
kerja di Depot Air sebagai tukang antar air, bisa juga kerja di bengkel,
makanya saya bilang kalau tinggal di desa ini tidak akan bisa kelaparan
karena tidak ada nasi untuk dimakan aslakan mau dan tidak malu untuk
bekerja yakinlah pasti bisa membantu perekonomian keluarga..”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulakan bahwa

masyarakat Desa Ujung Serdang tidak hanya bekerja di bidang pertanian saja

melainkan banyak pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka. Misalnya membuka usaha seperti Depot Air,

membuka usaha pencuci kreta ( dorsemer), usaha foto copy, dan lain sebagainya.

Kegiatan sehari-hari masyarakat Desa Ujung Serdang adalah kegiatan yang

menghasilkan uang atau menghasilkan interaksi antar masyarakat baik antar etnis

pendatang ataupun sesama warga setempat.

4.4.3. Gambaran Interaksi Sosial Secara Langsung Pada Masyarakat

Desa Ujung Serdang

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan

sesamanya karena untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya yang dikehendaki

bergantung bantuan dari orang lain. Inilah dasar dan alasan antara individu yang

satu dan yang lain melakukan interaksi sosial. Dilingkungan individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat tidak lepas adanya hubungan sosial ini. Interaksi sosial

seperti ini, seperti yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto (dalam Bambang,

2015), yaitu “hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut

Universitas Sumatera Utara


hubungan antara orang perorangan antara kelompok-kelompok manusia maupun

antara orang perorangan dengan kelompok manusia”. Komunikasi verbal dengan

nonverbal adalah sarana yang digunakan dalam berinteraksi tersebut, dengan

memelihara dan mengembangkan komunikasi yang baik akan mempererat

hubungan antar individu maupun kelompok.

Menurut Soerjono Soekanto (dalam Afry,2015:75) interaksi terjadi

dengan adanya dua jenis syarat yang harus dilaksanakan, yakni kontak sosial dan

komunikasi. Kontak sosial dapat dipahami bahwa tidak selalu terjadi melalui

interaksi atau hubungan fisik, sebab orang melakukan kontak sosial dengan pihak

lain tanpa menyentuhnya. Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yakni kontak

sosial positif dan negatif. Interaksi yang dilakukan melalui kontak sosial yang

terjadi di Desa Ujung Serdang merupakan interaksi melalui kontak sosial yang

positif, dimana dapat dilihat ada beberapa etnis yang tinggal di Desa Ujung

Serdang yang tidak memepermasalahkan latar belakang antar satu Etnis dengan

Etnis lainnya sehingga terjalin suatu keadaan atau kondisi yang harmoni dimana

keadaan masyarakat yang aman dan nyaman, tertib, memiliki solidaritas dan

kekompaan yang tinggi diantara masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang.

Hidup saling menghargai dan memberikan toleransi terhadap sesama warga yang

tinggal di Desa Ujung Serdang yang mempererat hubungan yang baik,

memelihara rasa kepedulian terhadap sesama warga yang tinggal di Desa Ujung

Serdang terlebih sesame tetangga rumah walaupun memiliki latar belakang yang

berbeda namun hal itu tidak menjadikan warga untuk tidak saling menghargai dan

kebiasaan warga tersebut menghasilakan kondisi masyarakat yang multikultural

menjadi harmoni. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sumiati yaitu :

Universitas Sumatera Utara


“ Tinggal di Desa Ujung Serdang ini enak sekali dek, udah
penduduknya ramah-ramah, sopan, yang paling utama itu mereka
tidak membeda-bedakan, tidak ada yang lebih mengutamakan yang
sama agama, atau yang sama suku tapi mereka bersikap netral,
seperti yang mereka perlakukan kepada saya meskipun saya
berbeda suku dan etnis dengannya tapi tetap saja mereka bersikap
sama dengan yang sama suku atau agama dengannya, hal itu saya
rasakan terutama dari tetangga rumah saya, meskipun ada yang
suku Batak Toba, Batak Simalungun, Karo bahkan ada tetangga
baru saya dia orang Nias tapi dia tidak sombong malahan dia baik
sama saya, yaa meskipun ada yang bersikap baik hanya untuk
memperoleh keuntungan baginya itu saya tidak tahu lah ya dek,
seperti pemilik rumah saya ini dia sangat baik sama saya, peduli
sama keluarga saya, kami tidak pernah berantam tapi kan dek
menurut saya dia itu bersikap baik sama saya biar saya tetap mau
menempati rumahnya ini, dan memang sih sama-sama
menguntungkan sih, dia dapat uang saya dapat rumah tapi itu lah
dek tinggal di Desa Ujung Serdang ini sangat enak, tidak pernah
terjadi konflik antar warga meskipun masyarakatnya bersifat
multikultural, banyak perbedaan dan kepentingan yang berbeda
tapi tidak menjadi penghalang untuk memberikan toleransi yang
tingggi dan tetap ada kekompaan terutama untuk mencapai dan
memperoleh sesuatu pasti semuanya bekerja sama demi kebaikan”
Hal ini diperkuat oleh penjelasan salah satu informan oleh E. Ginting

yang merupakan salah satu warga Desa Ujung Serdang tetapi tidak termasuk

informan dalam penelitian ini tapi E. Ginting ini ada pada saat penulis melakukan

wawancara mendalam terhadap informan penelitian, yakni :

“Memang benar apa yang dikatakan ibu sumiati ini dek, kalau
tidak ada sifat saling menghargai dan ingin menang sendiri pasti
udah pernah bahkan sering sekali terjadi konflik di desa ini, semua
pengen menang sendiri dan pengen diagungkan itu pasti gak bisa,
tapi disini tidak seperti itu dek, kalau saya lihat warganya semua
saling menghargai walaupun memiliki latar belakang yang
berbeda-beda, kayak aku lah dek…tetanggaku yang disebelah kiri
itu orang batak Toba banyak yang bilang kalau batak toba itu
orangnya keras, pengen menang sendiri tapi sampe saat ini udah
hampir sepuluh tahun kami bertetangga belum pernah kami
berantam apalagi berantam hanya untuk mempermasalahkan hal-
hal yang gak penting itu belum pernah terjadilah dan mudah-
mudahan jangan terjadilah untuk kedepannya, biar bisa aman-
aman tinggal di desa kayak Desa Ujung Serdang ini kuncinya
Cuma satu dek yakni saling menghargai dan saling memberikan
toleransi ke sesama, jadi orang yang tadinya berkunjung ke desa

Universitas Sumatera Utara


ini ntah ke rumah saudaranya yang ada di desa ini jadi kita gak
malu malahan dia pasti bangga, dengan keberagaman yang
dimiliki oleh penduduk tapi mampu menciptakan kondisi dan
keadaan yang tertib, aman dan nyaman itu semua buah atau hasil
dari sifat yang dimiliki oleh warga desa ini dek”.

Dalam penelitian ini, interaksi sosial secara langsung ditandai dengan

adanya kontak langsung antar individu maupun kelompok yang melakukan

percakapan antara dua orang atau lebih secara tatap muka tanpa adanya perantara

seperti halnya untuk bertegur sapa dengan tetangganya. Seperti yang dilakuakan

oleh Ibu Anna br Sinaga yaitu:

“sering kali lah saya berkomunikasi dengan tetangga saya apalagi


cerita-cerita udah panjang lebar nanti ntah sampai mana saja
cerita ini, dari a sampai ke z nanti bisa diceritakan udah sama
seperti menggosip, namanya juga ibu-ibu yang sukaknya cerita-
cerita saja apalagi kalau ada waktu kosong langsunglah nyarik
teman untuk cerita, apalagi kalau udah jumpa di warung pada saat
belanja pastilah saya sapa dulu tetangga saya terus kami cerita-
cerita apa saja…”
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa, tanpa

disadari oleh masyarakat Desa Ujung Serdang melakukann proses interaksi sosial

berupa kontak dan komunikasi dengan tetangganya. Kontak sosial yang terjadi

tidak harus bersentuhan secara fisik, malalui percakapan yang diawali dengan

bertegur sapa dan kemudian menayakan kabar serta sesuatu hal terkait

keadaanyang ada di tempat tinggal mereka ataupun berbicara dengan ,enggunakan

bahasa isyarat. Setelah adanya kontal sosial dalam masyarakat tentunya akan

muncul komunikasi yang lebih menekankan pada bagaimana pesan itu akan

diproses yang ditandai dengan adanya penafsiran seperti tersenyum yang

ditafsirkan sebagai bentuk penghormatan atau ejekan. Dalam keseharian

berinteraksi sama sekali tidak memilih-milih dengan siapa mereka akan

berkomunikasi walaupun dengan etnis yang berbeda asalakan adanya rasa

Universitas Sumatera Utara


kenyamanan di antara mereka dan adanya kesan baik yang ditimbulkan saat

pertama kali melakukan interaksi.

4.4.4. Gambaran Interaksi Secara Tidak Langsung Pada Masyarakat

Desa Ujung Serdang

Interaksi sosial secara tidak langsung adalah dengan adanya

penggunaan alat bantu sebagai perantara Dallam berinteraksi seperti halnya

melalui telepon, surat ataupun alat bantu lainnya. Interaksi sosial secara tidak

langsung ini juga terdapat kontak ataupun komunikasi sebagai syarat terjadinya

interaksi hanya saja dilakukan dengan penggunaan sarana bantuan berkomunikasi.

Seperti halnya akan diadakana kegiatan perwiritan atau pertemuan ibu –ibu arisan

maka pengurus yang bersangkutan dalam kegiatan tersebut akan memberitahkan

kepada setiap anggota atau peserta untuk mengadakan kegiatan tersebut, biasanya

informasi yang diberikan berupa ajakan ataupun jadwal kegiatan akan

dilaksanakan yang dapat membantu masyarakat dalam berinteraksi. Seperti yang

dikatakan oleh Ibu Sumiati:

“…kalo untuk ngasih tau satu-persatu secara langsung tentang


jadwal wirit susah juga karna bisa jadi pada saat pengurus
mendatangi rumahnya dia tidak ada kan capek dijalan dan buang-
buang waktu saja lebih bagus lagi memberitahukannya lewat
telepon atau xmx saja lebih cepat dan lebih simple, seperti saya
juga sering di telfon oleh pengurus harian kegiatan wirit kami
kalau ada kegiatan wirit, terus pada saat kegiatan wirit sudah mau
selesai diumumkan untuk tempat atau lokasi wirit selanjutnya jadi
bisa mendengar semua dan untuk mengingatkan lagi baru pakai
telepon…”

Selain itu juga, pihak-pihak poskesdes akan memberitahukan kepada

masyarakat Desa Ujung Serdang melalui media perantara seperti halnya spanduk

yang memberitahukan tentang kegiatan yang akan dilakukan di poskesdes yang

biasanya berupa ajakan atau informasi akan dilaksakannya posyandu atau

Universitas Sumatera Utara


imunisasi terhadap anak-anak balita, maka pihak puskesdes akan menelfon kader-

kader di setiap dusun mengenai jadwal atau persiapan yang diperlukan pada saat

posyandu berlangsung, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu

Ibu Maghdalena br sembiring yang mengatakan:

“…saya kan kader posyandu di dusun empat di desa ini, kami


biasanya posyandu setiap tanggal 16 setiap bulannya kalau ada
perubahan atau sesuatu hal yang diperlukan maka ibu bidan kami
akan menelfon saya atau teman saya satu lagi, tidak perlu
mendatangi rumah karna bisa jadi nanti tidak ktemu kalau hand
phone kan pasti selalu dibawak karena bentuk atau fisiknya yang
kecil dan mudah dibawak-bawak kemana-mana jadi informasi
dapat diketahui lebih cepat daripada menunggu didatangi oleh
ibuk bdan…”
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dengan adanya alat

bantu berkomunikasi maka warga tidak harus saling bertatap muka untuk

berinteraksi. Dengan demikian onformasi-informasi penting dapat sampai ke

masyarakat Desa Ujung Serdang dengan cepat. Interaksi sosial secara tidak

langsung ini membuktikan bahwa berinteraksi tidak harus bersentuhan secara fisik

ataupun badaniah melainkan ada cara-cara lain yang dapat membantu terjadinya

interaksi sosial dalam masyarakat namun tetap mengarah kepada syarat terjadinya

interaksi.

4.4. Bentuk Interaksi Masyarakat Multikultural Bersifat Assosiatif

Dari hasil interaksi yang dilakukan masyarakat Desa Ujung Serdang

maka dapat dilihat bahwa bentuk interaksi yang terjadi bersifat assosiatif yang

ditandai dengan adanya bentuk kerja sama. Kerja sama merupakan untuk

menggambarkan sebagaian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa

segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan pada kerja sama.

Universitas Sumatera Utara


Kerja sama yang dimaksud sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan

atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai

kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai

cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-

kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang

penting dalam kerja sama yang berguna.

Sejalan dengan penelitian ini berdasarkan penjelasan di atas, interaksi

antar masyarakat multikultural yang terjadi di Desa Ujung Serdang terjalin

interaksi proses asosiatif yaitu interaksi kerja sama antar masyarakat yang satu

dengan yang lainnya. Kerja sama yang dilakukan baik saling menguntungkan bagi

mereka, kerja sama yang bertujuan untuk mencapai sesuatu hal yang berguna

untuk bersama, suatu hasil yang dapat dinikmati bersama seperti keadaan an

kondisi yang tertib, aman dan nyaman adalah salah satu tujuan utama yang dapat

dinikmati bersama dan untuk memperoleh hal tersebut membutuhkan kerja sama

yang baik, tidak ada hal yang tidak mungkin terjadi segala sesuatu dapat terjadi

baik yang buruk maupun yang baik tetapi sesuatu hal yang terjadi yang sangat

diharapkan oleh setiap warga itu pasti sesuatu hal yang baik untuk pribadi maupun

untuk sesama. Salah satu contoh kecil kerja sama yang sudah dilakukan oleh

masyarakat di Desa Ujung Serdang adalah memberikan rumah yang kosong untuk

disewa oleh warga lain yang belum memiliki rumah dengan begitu kedua belah

pihak mendapatkan keuntungan yang sama, yakni sipemilik rumah mendapatkan

hasil berupa uang sewa dan si penyewa mendapat rumah untuk di tempati, sama

Universitas Sumatera Utara


halnya juga dengan membeli lahan atau rumah si penjual mendapat uang dan

sipembeli mendapatkan rumah atau lahan dan tentunya kerjasa sama ini tidak

menutup kemungkinan terjadi antara warga yang berbeda etnis karena pemilik

lahan atau rumah yang mayoritas di Desa Ujung Serdang adalah warga yang

menganut etnis Karo dan pendatang pasti ada yang menganut etnis Batak Toba,

Nias, Jawa, Batak Simalungun dal yang lainnya. Dengan begitu pendatang dapat

tempat tinggal dan membuka usaha untuk keberlangsungan hidup mereka dan

harapan untuk mendapatkan perekonomian yang lebih baik dari tempat mereka

sebelumnya. Dengan demikian kedatangan masyarakat pendatang ke Desa Ujung

Serdang warga yang sudah lebih dulu tinggal di Desa Ujung Serdang tidak

melihat sisi negatifnya melainkan mereka melihat adanya kesempatan untuk

mendapatkan keuntungan dari masyarakat pendatang dan sebaliknya masyarakat

pendatang juga mendapatkan keuntungan yaitu dapat mencari perekonomian yang

lebih baik dari sebelumnya. Sehingga interaksi antar masyarakat multikultural

yang dilakukan oleh warga Desa Ujung Serdang interaksi proses asosiatif yaitu,

kerja sama. Penjelasan di atas sesuai dengan apa yang disampaikan oleh salah satu

informan Ibu Sumiati (Jawa/Islam) yang mengatakan:

“Pertama kali saya pindah ke Desa Ujung Serdang ini, saya


bingung mau tinggal dimana karena jujur saja saya agak ragu
juga bisa berbaur dengan warga yang berbeda keyakinan dan
berbeda suku dengan saya, namun ketakutan dan keraguan saya
ternyata salah, saya mampu berbaur dengan warga yang berbeda
dengan saya orang pertama yang saya temui ketika melihat lokasi
ke desa ini yaitu warga yang menganut etnis karo, waktu itu saya
bertemu dengannya pada saat saya berhenti di salah satu warung
dan ibu tersebut menegur dan bertaya pada saya, datang darimana
dan ada maksud apa datang ke desa ini lalu saya menjelaskan
bahwa saya ingin mencari rumah kontrakan dengan ekspresi
wajah yang senang ibu tersebut langsung mangajak saya untuk
melihat rumah kosong yang ia konrakkan, saat itu kami langsung
pergi bersama melihat rumah yang ia katakana dan ketika sampai

Universitas Sumatera Utara


dirumah tersebut saya bertaya dengan orang apa saya nantinya
saya berinteraksi dan bersosialisasi sehari-harinya lalu ibu itu
berkata kalau saya akan berinteraksi dan bersosialisasi dengan
orang Batak Toba, Karo, dan orang mandailing karena orang
yang tinggal disekitar rumah tersebut adalah Etnis Batak, Karo
dan Mandailing, lalu saya terdiam sejenak dan berfikir bagaimana
bisa saya bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang yang
berbeda dengan saya, itu lah yang saya pikirkan namun prinsip
saya kalau saya pasti bisa dan saya juga sudah terlajur suka
dengan rumah yang ia tawarkan kepada saya karena letaknya
yang pas di pinggir jalan dengan begitu saya bisa membuka usaha
dan Alhamdulillah saya bisa membuka usaha foto copy ini hingga
saat ini saya masih menyewa rumah ini karena ibu tersebut tidak
mau menjual rumah ini hanya untuk di sewakan saja dan akhirnya
saya berfikir untuk membeli rumah untuk jaga-jaga manatau suatu
saat saya tidak mampu lagi membayar uang sewa rumah ini jadi
saya bisa pindah ke rumah yang sudah saya beli, dan rumah yang
sudah saya beli tidak jauh dari rumah ini kq, saya membelinya
dari orang Karo sama dengan pemeilik rumah ini orang Karo juga
karna memang rata-rata pemilik rumah kosong dan lahan yang
ksosng di desa ini mereka orang-orang karo”.
Hal tersebut sama juga seperti yang dikatakan oleh salah satu informan

yaitu Bapak Emanuel Laoli yang mengatakan:

“…pertama saya tinggal di desa ini saya belum memiliki rumah,


masih numpang di rumah teman setelah dua hari saya numpang
saya mendengar kalau ada warga disini yang mau jula tanahnya
tanpa mikir panjang lagi saya langsung mendatangi warga
tersebut dengan hasil kerja sama dalam penentuan harga tanah itu
akhirnya saya sah membeli tanahnya dan saya membangun rumah
pada saat itu masih sangat kecil tidak seperti saat ini hal ini bisa
terjadi karena adanya kerja sama antara saya dan pemilik tanah
ini karena adanya komunikasi yang baik sehingga kegiatan tawar
menawar dalam penentuan harga tanah ini sehingga kami berdua
mendapat keuntungan yakni dia dapat uang dan saya dapat rumah,
dengan begitu saya jadi lebih akrab lagi dengan pemilik tanah ini
bahkan sampai saat ini…”

Kerja sama yang terjadi pada masyarakat Desa Ujung Serdang tidak

hanya seperti halnya yang dijelaskan di atas, namun ada juga kerja sama diantara

warga dalam bentuk organisasi, organisasi yang diperuntukkan untuk semua

orang, semua warga meskipun masyarakatnya bersifat multikultural, nama

Universitas Sumatera Utara


organisasi tersebut yakni PSP dan PERMASKA, dimana PSP ini adalah sebuah

organisasi persatuan desa untuk semua warga yang tinggal di Desa Ujung

Serdang. Psp ini berupa kegiatan membantu warga yang sedang melaksanakan

pesta suka ataupun duka dengan catatan mengundang organisasi ini, dan anggota

yang didalamnya tidak hanya satu etnis saja melainkan ada banyak etnis yang ikut

serta dalam kegiatan ini, jumlah kepala keluarga perstuan ini kurang lebih 150

kepala keluarga yang ikut serta dalam persatuan ini . Sistem kerja organisasi atau

persatuan ini yakni setiap anggota yang ingin mengadakan pesta maka setiap

anggota persatuan ini membayar atau member sumbangan (teken les ) untuk yang

pesta suka atau duka tidak hanya membayar namun anggota tersebut harus

mengikuti setiap rangkaian acara pesta tersebut, membantu dalam biaya,

membantu dalam segi kehadiran dan membantu mulai dari perencanaan hingga

akhir selesainya pesta tersebut, dan setia anggota persatuan ini dibagi menjadi 3

kelompok yakni kelompok satu, dua, dan tiga kelompok ini lah yang bekerja

untuk membantu mensukseskan setiap acara atau pesta suka ataupun duka yang

ada di Desa Ujung Serdang dan kelompok tersebut bekerja secara bergiliran mulai

dari kelompok pertama hingga kelompok terakhir. Misalnya pesta si A yang

bertugas memasak, menyuci piring,adalah kelompok satu dan pesta berikutnya

yang bertugas adalah kelompok dua dan begitu seterunya. Persatuan ini sama juga

dengan persatuan Permaska namun yang membedakan adalah permaska ini

diperuntukkan kepada setiap etnis yang ada di Desa Ujung Serdang namun tidak

untuk agama islam. Persatuan ini dibentuk atas dasar kesepakatan bersama dan

dikelola oleh seluruh masyarakat yang ada di Desa Ujung Serdang. Organisasi

atau persatuan ini juga mempengaruhi terjadinya interaksi dan kerja sama antar

Universitas Sumatera Utara


warga yang tinggal di desa ini, dengan adanya persatuan ini warga secara tidak

sadar dituntut untuk mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat

yang bersifat multikultural. Masyarakat sangat senang dengan adanya persatuan

desa ini (psp) karena menurutnya sangat membantu ketika terkena musibah atau

mengadakan pesta suka ataupun duka karena persatuan ini merupakan persatuan

yang bergerak dibidang sosial. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah

satu informan yaitu Ibu Herlina Sipayung yang mengatakan:

“…disini ada persatuan desa yang gunanya itu untuk membantu


atau meringankan biaya untuk kita berpesta atau pada saat kita
kemalangan, karna semua anggota persatuan itu nanti akan
membayar uang teken les untuk yang pesta teken les ini sudah wajib
dibayar oleh anggota persatuan sejumlah 30 ribu per kepala
keluarga ditambah lagi nanti sumbangan sukarela kita untuk yang
pesta jadi yang mengadakan pesta pun gak berat kali mengeluarkan
biaya bahkan bisa-bisa nanti mendapatkan untung bisa mencapai
delapan juta, pokoknya enak lah kalau masuk persatuan desa ini
udah anggotanya gk hanya orang karo saja tapi memang
pengursnya lebih banyak orang karo tapi anggotanya tidak semua
orang karo bercampur lah semua, ada Etnis Jawa, Etnis Batak Toba
atau Simalngun, Etnis Nias jadi dengan adanya persatuan ini jadi
ada kesempatan kami untuk berkumpul dan berinteraksi dengan
warga Desa Ujung Serdang kalau kerumah masing-masing ya gak
mungkinlah palingan Cuma dengan tetangga rumah saja yang
sering berbaur, berinteraksi dan bersosialisasi, persatuan ini sudah
termasuk lama dan semakin lama semakin banyak anggota
masyarakat yang mendaftar menjadi anggota tetap, bertahannya
persatuan ini karena semua anggota yang ikut serta didalam bekerja
sama untuk mempertahankan persatuan ini agar tidak terjadi konflik
terutama konflik antar anggota persatuan ini karna kalau udh ada
konflik sedikit saja pasti bakalan tidak semangat lagi untuk ikut
dalam persatuan ini, adanya persatuan ini secara tidak sengaja dan
tidak sadar kita diwajibkan untuk saling menghargai dan saling
menghormati di tengah-tengah perbedaan yang ada, memiliki rasa
toleransi yang tinggi, awalnya tadi kita tidak saling kenal tapi
dengan bertemunya di persatuan ini jadi saling berkenalan jadi
kalau nanti kapan-kapan lagi bertemu sudah tidak malu untuk
menyapanya…”

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulakn bahwa bentuk

kerja sama antar warga yang ada di Desa Ujung Serdang dapat terlihat dalam

sebuah organisasi atau persatuan, tidak hanya kedua persatuan tersebut yang ada

di Desa Ujung Serdang melainkan banyak lagi organisasi atau persatuan-persatuan

kecil yang ada di Desa Ujung Serdang misalnya seperti Arisan keluarga, arisan

menurut marga dan lain sebagainya.

Kegiatan lainnya yang menjadi wadah untuk masyarakat Desa Ujung

Serdang bekerja sama adalah pada saat dilaksanakan kegiatan rutin gotong royong

hal ini dianggap sangat efektif dalam menyatukan kerja sama antar masyarakat

Desa Ujung Serdang. dalam hal ini terdapat unsure-unsur kerukunan antar etnis di

Desa Ujung Serdang. kerukunan tersebut terwujud dari kerjasama yang dibangun

oleh masyarakat Desa Ujung Serdangdengan tidak memandang etnisdan

kerjasama ini tetap dipertahankan guna untuk mempererat solidaritas antar etnis di

Desa Ujung Serdang. kerjasama ini diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari

masyarakt Desa Ujung Serdang, sebagai bentuk strategi pola hidup bersama untuk

meringankan beban masing-masing kerjaan. Adanya kerjasama semacam ini

merupakan sustu bukti adanya keselarasan hidup antar sesama, terutama yang

masih menghormati dan menjalankan nilai-nilai kehidupan.

Selain kerjasama yang terjadi terdapat pula proses akomodasi sebagai

bentuk peredam konflik yang akan bisa terjadi kapan saja yang memungkinkan

terjadinya perpecahan dalam masyarakat. Asimilasi juga terjadi dengan adanya

pencampuran dua budaya yang berbeda yang terjadi akibat interaksi dan sudah

berlangsung sangat lama seperti yang terjadi pada Ibu Anna yang berasal dari

Etnis Batak Simalungun dan suaminya Bapak M. Karo-karo yang berasal dari

Universitas Sumatera Utara


Etnis Karo. Perbedaan tersebut menimbulkan oerbedaan budaya (perbedaan

bahasa, kebiasaan, atau adat istiadat) diantara keduanya. Namun dengan

berjalannya waktu Ibu Anna dan suaminya dapat menyesuaikan diri dan saling

bertoleransi sehingga tidak menimbulkan konflik atau permusuhan.

Kemudian akulturasi yang tampak segi kebudayaan yang dianut namun

terjadi pencampuran dengan budaya lain dan tidak meninggalkan kebudayaan

aslinya. Selain asimilasi dan akulturasi terdapat pula amalgamasi yang dihasilkan

dari proses interaksi. Terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa

informan menyebutkan bahwasannya dikeluarga mereka adanya perkawinan

campuran (amalgamasi), seperti perkawinan campuran Etnis Jawa dengan Etnis

Karo, Etnis Batak dengan Etnis Nias dan masih banyak lagi. Masyarakat Desa

Ujung Serdang tidak memungkiri adanya perkawinan campuran di keluarga

mereka dengan membuka diri dan bisa menerima etnis lain yang dapat

mengurangi pandangan-pandangan buruk terhadap etnis lainnya sehingga tidak

ada lagi perpecahan yang sering ditimbulkan akibat perbedaan etnis.

4.5. Masyarakat Multikultural

Masyarakat multikultural merupakan suatu masyarakat yang terdiri dari

berbagai elemen, baik itu suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa

dan lain-lain yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat yang mememiliki satu

pemerintahan tetapi dalam masyarakat itu masing-masing terdapat segemn-

segmen yang tidak dapat disatukan.

Konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erta bagi pembentukan

masyarakat yang berlandaskan Bhineka Tunggal Ika serta mewujudkan suatu

kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun,

Universitas Sumatera Utara


dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi

terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

Masyarakat multikultural yang terdapat Desa Ujung Serdang terdapat

beberapa golongan etnis didalamnya seperti Etnis Nias sebagai etnis minoritas di

Desa Ujung Serdang, Etnis Jawa yang terdapat di pinggiran jalan Desa Ujung

Serdang yang mebuka usaha rumah makan yang populasinya hanya beberapa saja,

Etnis batak yang juga memiliki harta berupa tanah dan Etnis Karo yang

mendominasi terhadap harta berupa tanah, rumah kontrakan dan ruko. Tetapi

semua etnis yang terdapat di sini sudah membawur dalam satu lingkungan antara

etnis, agama, ras, pendidikan, ekonomi, bahasa dan lain-lain.

Penjelasan di atas sesuai dengan yang diuraikan oleh Bapak Jadi

Kristian Ginting yang mengatakan:

“…di desa Ujung Serdang ini yang dulunya hanya ada etnis karo
saja tetapi sekarang sudah tidak lagi, melainkan banyak etnis yang
tinggal di desa ini, kayak etnis Nias, Etnis Jawa, Etnis Batak
Simalungun, Batak Toba. Karo bahkan ada juga Batak pakpak dan
orang menggali ( india) namun orang india dan orang pakpak ini
tidak banyak palingan ada 3 atau 4 orang lah, walaupun banyak
etnis, banyak agama, banyak pendidikan yang berbeda-beda di
desa ini sudah saling bercampur dan saling berbaur dan saling
menghormati dan saling menghargai sehingga belum pernah lah
terjadi konflik antar warga gara-gara beda suku dan agama
sampai saat ini masih aman-aman saja kok, buktinya meskipun
yang mendominasi di desa ini adalah orang karo dan termasuk
juga orang batak tidak mempersoalkan atau mempermasalahkan
etnis pendatang untuk membuka usaha atau mendominasi untuk
membuka usaha milik sendiri seperti membuka warung atau toko-
toko kecil…”
Hal ini diperkuat oleh penjelasan salah satu informan yaitu Ibu Hermian

Simarmata yang mengatakan:

“…awal saya pindah ke desa ini saya terkejut melihat


penduduknya, herannya saya banyak etnis dan agama tapi aku
lihat aman-aman saja, sudah 7 tahun aku disini belum pernah aku

Universitas Sumatera Utara


dengar konflik atau orang yang berantam karna faktor iri atau
karna faktor lain padahal rumah-rumah disini penghuninya beda-
beda suku, beda agama, terus ada yang kaya dan ada yang miskin
kali sampe sampe belik beras pun terkadang sulit tapi walaupun
begitu tetap saja aman-aman dan tertib semuanya aku lihat saling
berbaur tidak ada yang sombong-sombong walaupun dia termasuk
sudah orang kaya, kayak tetanggaku ini kan yang disebelah kiri ini
adalah orang karo dan dia menurut saya adalah orang kaya tapi
saya lihat dia baik ke semua kami tetangganya, ke tetangganya
yang di depan rumahnya ini kan orang jawa saya lihat mereka
saling berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik, melihat hal itu
saya salut, saya bangga melihatnya dan akhirnya saya pun jadi
terbiasa juga dengan situasi seperti ini jadi terikut sendiri menjadi
orang yang ramah dan saling berbagi satu sama lain dan menurut
saya kuncinya itu biar gak berantam walaupun beda agama dan
beda suku adalah memiliki sifat toleransi yang tinggi, kepedulian
yang tinggi jadi dengan seperti ini pasti baik-baik saja kehidupan
bertetangga ini…”

Hal ini juga diperkuat oleh penjelasan salah satu informan Ibu Yustini Dao

yang mengatakan :

“…disini banyak etnis yang tinggal dan setiap etnis itu pasti
memiliki usaha untuk menambah penghasilan dan untuk
memperbaiki keadaan ekonominya, kayak orang jawa kan mereka
rata-rata membuka usaha rumah makan ada yang jualan mie sop,
sarapan pagi dan ada orang jawa ini banyak juga yang bekerja
sebaggai asisten rumah tangga orang karo, terus ada orang batak
juga yang membuka rumah makan khas batak, terus orang Nias
seperti saya ini ada yang jualan bak mie, ada yang membuka usaha
jahit, terus ada juga yang bekerja di pabrik depan itu, terus ada
orang india yang saya lihat jualan susu lembu yang tiap sore lewat
dan orang karo yang merupakan mendominasi harta berupa tanah
di desa ini banyak ragam profesi pekerjaan yang mereka kerjakan,
ada yang bertani, ada yang jualan, ada yang bekerja sebagai
pegawai negri bahkan aparat pemerintahan desa ini beragam juga
ada orang jawa, ada orang karo, ada orang batak, walaupun banyak
ragamnya tapi tidak saling mengejek dan saling membenci
melainkan semuanya saling membantu terlebih membantu tetangga
rumah yang berdekatan seperti saya ini sering dibantu sama kakak
itu yang orang karo itu nanti dia mau jaga anakku ini, terus nanti
kalau aku sibuk dia mau bantuin kalau udah siap kerjaannya…”

Berdasarkan hasil wawancara di atas menyimpulkan bahwa penduduk

Desa Ujung Serdang merupakan bersifat multikultural yang terdiri dari berbagai

Universitas Sumatera Utara


elemen, baik suku, agama, ras, pendidikan, ekonomi dan bahasa yang hidup dalam

suatu kelompok masyarakat yang memiliki satu pemerintahan yang sama. Hidup

saling menghargai dan saling menegur menjadikan warga Desa Ujung Serdang

masyarakat multikultural yang harmoni, tanpa ada konflik, dan mampu hidup

sejalan dan dengan tujuan yang sama yakni ingin memperoleh kehidupan yang

lebih baik lagi baik dari segi ekonomi dan segi kehidupan sosialnya masing-

masing.

4.6. Nilai Sosial dan Norma Sosial

Adapun yang melatarbelakngi suatu hubungan yang harmoni dalam

masyarakat multikultural yang dilakukan dalam harmoni masyarakat multikultural

di Desa Ujung Serdang tidak terlepas dari nilai sosial dan norma sosial.

1. Nilai Sosial

Nilai sosial merupakan pandangan baik-buruknya suatu tindakan dan

bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai sosial. dimana

suatu tindakan dianggap sah, secara moral dapat diterima apabila tindakan

tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh

masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam bermasyarakat yang

sangat rajin beribadah akan dinilai sebagai orang baik, pantas dan harus dihormati

dan dicontoh sedangkan orang yang malas untuk beribadah akan menjadi bahan

pembicaraan orang sekitarnya.

Setiap individu memiliki nilai-nilai yang berbeda dan bahkan bertentangan

dengan individu-individu lai dalam masyarakat. Nilai yang dianut oleh seorang

individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota

Universitas Sumatera Utara


masyarakat dapat disebut nilai individual. Dan nilai-nilai yang dianut oleh

sebagian besar anggota masyarakat disebut nilai sosial.

Sejalan dengan penelitian dengan konsep nilai sosial dalam harmoni

masyarakat multikultural yang dilakukan di Desa Ujung Serdang karena ada suatu

unsur yang dianggap masyarakat sekitar berharga dan bernilai untuk

dimanfaatkan. Kebanyakan masyarakat yang tinggal di daerah Desa Ujung

Serdang merupakan warga atu etnis pendatang yang datang dari berbagai daerah

untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik dari segi ekonomi. Dengan

datangnya warga pendatang ke Desa Ujung Serdang masyarkat yang lebih dulu

tinggal di Desa Ujung Serdang melihat ada nilai guna yang sangat baik dengan

kehadiran etnis pendatang ke Desa Ujung Serdang. Masyarakat yang memiliki

tanah kosong di Desa Ujung Serdang yang sebelumnya tidak dimanfaatkan akan

tetapi dengan kehadiran etnis pendatang etnis yang mempunyai lahan kososng

mulai membersihkan dan membangun rumah kontrakan untuk tempat tinggal

warga pendatang yang ingin tinggal di Desa Ujung Serdang dan banayk juga

masyarakat asli yang menjual lahan atau tanah kosong untuk warga pendatang

untuk di bangun rumah atau untuk di gunakan membuka lahan pertanian.

Penjelasan di atas sesuai dengan yang disampaikan oleh salah satu

informan yang bernama Jadi Kristian Ginting yang mengatakan:

“…Di Desa Ujung Serdang ini banyak warga atau etnis pendatang
yang datang dari berbagai daerah pindah kemari karena faktor
ekonomi mereka yang sebelumnya masih tergolong rendah
buktinya saya melihat pertama ia pidah sangat kelihatan
bagaimana penampilan dan gaya hidup mereka yang masih
sederhana, tetapi setelah tinggal di desa ini banyak pekerjaan
yang bisa dikerjakan dan untuk menambah penghasilan membuat
kehidupan ekonomi etnis pendatang menjadi lebih baik dari
sebelumnya, dan dengan kedatangan warga tersebut masyarakat
yang lebih dulu tinggal disini mendapat keuntungan dari hasil

Universitas Sumatera Utara


penjualan atau uang sewa lahan dan rumah yang ditempati atau
dibeli oleh warga pendatang dan sebaliknya warga pendatang pun
mendapat keuntungan yakni mendapatkan sebuah rumah atau
lahan yang nantinya menjadi bukti kesuksesan mereka di desa ini,
dengan adanya rumah terutama lahan yang dijadikan untuk
bertani atau membuka usaha membuat mereka semakin bertambah
penghasilan.
Disamping memiliki nilai sosial dalam harmoni masyarakat multikultural

di Desa Ujung Serdang, konsep norma juga mempengaruhi harmoni masyarakat

multikultural di Desa Ujung Serdang. Konsep nilai sosial yang hanya melihat baik

dan buruknya tindakan sedangkan norma berperan dalam mengontrol bentuk-

bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Dan ukuran yang digunakan oleh

masyarakat apakah tindakkan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan

harapan sebagain besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang

menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagaian besar warga

masyarakat.

Pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan sanksi dari masyarakat.

Norma-norma sosial akan sangat berperan penting dalam mengontrol perilaku

yang tumbuh dalam masyarakat. Norma merupakan sekumpulan aturan yang

diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu tertentu.

Dalam melaksanakan harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang

dianggap berperan penting dalam hal ini. Norma atau hukum adat yang telah

ditanamkan di Desa Ujung Serdang sangat berlaku baik bagi warga pendatang,

dimana kepada setiap warga pendatang wajib atau diharuskan menaati peraturan

yang telah dibuat oleh warga dan pemerintahan setempat seperti saling

menghormati antar warga baik yang berbeda etnis dan berbeda agama sekalipun,

mengikuti kegiatan warga yang telah di sepakati bersama misalnya kerja bhakti

Universitas Sumatera Utara


bergotong – royong, saling membantu antar warga dan mengikuti kegiatan yang

dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh warga

misalnya mengikuti kegiatan perwiritan, mengikuti kegiatan kerohanian dan lebih

ditekankan untuk menghindari dan jangan mudah di provokasi yang ingin

menimbulkan maslaha antar warga.

Penjelasana di atas sesuai dengan yang diutarakan oleh salah satu

informan yaitu bapak S. Tarigan yang mengatakan:

“… setiap warga atau etnis pendatang yang tinggal di desa ini


wajib mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintahan desa
maupun peraturan-peraturan yang diberlakukan di setiap kegiatan seperti saling
menghargai itu harus sangat ditekankan di desa ini karena di desa ini bukan
hanya satu etnis saja, bukan hanya satu agama saja, bukan orang-orang kaya
atau miskin saya yang tinggal di desa ini melainkan masyarakat yang tinggal di
desa ini bermacam-macam baik dari segi ekonomi, agama, suku, ras, pendidikan
dan sebagainya, jadi kalau tidak menaati peraturan yang sudah ada maka kondisi
atau keadaan masyarakat tidak akan bisa harmoni melainkan penuh dengan
konflik kerena semuanya pasti menganggap dan ingin di agungkan dan dipuji-piji
maka untuk menghindari hal tersebut setiap warga pendatang maupun warga asli
harus mematuhi peraturan yang sudah ada…”

4.7 . Harmoni Masyarakat Multikultural Di Desa Ujung Serdang


Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik

Menurut Blumer dalam (Arfy, 2015 :95) interaksionisme simbolik

bertumpu pada tiga premis:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang

ada pada sesuatu itu.

2. Makna tersebut berasal dan interaksi sosial sesorang dengan orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial

berlangsung.

Sesuai dengan konsep di atas, dan sejalan dengan penelitian ini proses

harmoni interaksi sosial di Desa Ujung Serdang karena adanya makna yang

Universitas Sumatera Utara


disampaikan oleh sesuatu terhadap individu dalam masyarakat, dalam hal ini

proses terjadinya interaksi sosial yang harmoni di Desa Ujung Serdang dimulai

dengan kedatangan Etnis pendatang yang ingin tinggal di Desa Ujung Serdang

dengan maksud agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik, kemudian

masyarakat yang sudah tinggal lebih dahulu di Desa Ujung Serdang menafsirkan

makna dengan kedatangan warga baru yang jumlahnya semakin banyak di desa

tersebut. Makna yang ditangkap oleh masyarakat sekitar Desa Ujung Serdang

berasal dari interaksi sosial yang terjadi baik antar masyarakat setempat atau

masyarakat etnis pendatang. Bagia sebagian individu setempat tidak memaknai

adanya kedatangan etnis pendatang namun bagi setiap warga lainnya dengan

kedatangan etnis lain memaknai sebagai kesempatan untuk meningkatkan

perekonomian kehidupan keluarga dengan cara menyewakan atau menjual lahan

atau rumah yang tidak mereka pergunakan dengan begitu warga pendatang dapat

memanfaatkan atau menggunakan rumah atau lahan tersebut untuk wadah untuk

mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga dengan cara ada yang

mebuka kios atau membuka toko-toko kecil, membuka usaha laundry, usaha foto

copy, bengkel, membuka rumah makan dan lain-lain.

Makna yang ditafsirkan oleh warga dalam masyarakat menghasilkan

tindakan seperti dalam harmoni masyarakat multikultural di Desa Ujung Serdang

yang dilakukan oleh masyarakat setempat, yaitu menggarap tanah kosong mereka

yang selama ini tidak diurus dengan tumbuhnya poho atau semak-semak dan

rumah kosong yang sebelumnya tidak pernah diurus mempunyai nilai guna

setelah dibersihkan. Atas tindakan yang dilakukan oleh individu dalam

masyarakat setempat para warga pendatang menangkap makna tersebut dengan

Universitas Sumatera Utara


mengajak temannya atau keluarganya yang berada di kampong halamannya untuk

tinggal di Desa Ujung Serdang untuk meningkatkan perekonomian mereka yang

lebih baik sehingga proses harmoni antar etnis di desa tersebut berjalan dengan

baik melalui interaksi sosial yang terjadi selama ini.

Dapat disimpulkan dengan munculnya keberadaan warga pendatang ke

Desa Ujung Serdang direspon oleh masyarakat setempat, artinya keberadaan Desa

Ujung Serdang tersebut sudah dimaknai sebagai Desa berkembang dan tempat

keberlangsungan hidup lebih baik dalam segi perekonomian, pemaknaan tersebut

berasal dari interaksi yang mampu menguatkan makna keberadaan warga

pendatang, dimana setiap individu penting yang memberikan pemahaman akan

makna keberadaan warga pendatang melakukan interaksi sosial antar warga satu

dengan yang lainnya demi memperkuat makna keberadaan warga pendatang itu

sendiri agar tidak dipandang negative dengan keberadaan warga pendatang

tersebut. Dan makna keberadaan warga pendatang tersebut semakin kuat dan

terlihat dalam melakukan interaksi sosial dalam menciptakan suasana yang

harmoni antar warga baik antar etnis, agama yang berbeda tinggal dalam satu

lingkungan.

Bagi masyarakat setempat yang menafsirkan keberadaan warga

pendatang ke Desa Ujung Serdang mamaknai dengan keberadaan warga

pendatang ke Desa Ujung Serdang mendatangkan keuntungan bagi masyarakat

setempat dalam meningkatkan pendapatan dan perekonomian keluarga yang

semula pendapatannya hanya dihasilkan dari petani, buruh, berdagang dan pns.

Dengan kedatangan warga pendatang ke Desa Ujung Serdang tersebut membuat

desa tersebut menjadi desa yang berkembang dan maju yang beragam etnis,

Universitas Sumatera Utara


agama, ras, pendidikan, ekonomi yang tinggal di desa tersebut sehingga menjadi

proses interaksi sosial dalam menciptakan suasana yang harmoni masyarakat

multikultural. Dengan kedatangan warga pendatang ke desa masyarakat setempat

juga mendatangkan keuntungan bagi warga pendatang dengan cara membuka

usaha yang sebelumnya daerah tersebut belum ada usaha yang sudah dibuka oleh

warga pendatang uang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian mereka yang

lebih baik.

Penjelasan di atas sesuai dengan yang diutarakan oleh salah satu

informan Ibu Maghdalena Sembiring yang mengatakan:

“…dengan kedatangan warga pendatang ke Desa Ujung Serdang


pasti akan meningkatkan pendapatan perekonomian warga yang
lebih dulu tinggal di desa ini atau warga asli di desa ini dan
pendapatan keluarga yang biasanya pendapatannya hanya dari
hasil dari kerja mereka sehari-hari, dengan keberadaan warga
pendatang pasti mereka akan mencari rumah atau lahan untuk
ditempati atau untuk membuka usaha maka dengan begitu warga
asli berkesempatan untuk menawarkan dan menjual rumah atau
lahan mereka, dengan begitu warga asli dan warga pendatang
mendapatkan keuntungan yang sama…”

Hal ini diperkuat oleh penjelasan salah satu informan yaitu Ibu Yustini
Dao yang mengatakan :
“…pendapan warga asli di desa ujung serdang ini pasti
bertambah lah dari hasil uang sewa atau uang jual tanah mereka, kami juga
warga pendatang pendapatn kami semakin bertambah karena kami bisa bekerja
tidak hanya satu pekerjaan saja melainkan kami bisa bekerja dengan orang asli
disini yang memili sawah atau ladang yang sangat luas untuk dikerjakan,
sepulang dari pekerjaan kami seperti yang kerja di pabrik kan kadang Cuma
setengah hari jadi setengah harinya kami bisa bekerja di sawah warga disini…”

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapatlah kesimpulannya

sebagai

berikut :

1. Desa Ujung Serdang adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan

Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, yang merupakan daerah yang

ditempati oleh beberapa etnis bangsa yaitu Etnis Jawa, Etnis Batak Toba,

Etnis Batak Simalungun, Nias, Karo dan daerah yang ditempati oleh

beberapa agama yakni Islam, Katoli, dan Kristen Protestan dan daerah

yang ditempati oleh orang-orang yang memiliki beragam macam

pekerjaan dan pendidikan yang berbeda-beda. Dimana etnis yang pertama

sekali menempati desa ini adalah Etnis Karo dan dipimpin oleh seorang

Kepala Desa yang pertama yang menganut agama islam, dan dengan

perkembangan zaman desa ini semakin maju baik segi jumlah penduduk

dan segi fisik desa ini ditandai dengan bertambahnya etnis pendatang ke

desa ini sehingga desa ini termasuk desa yang dihuni oleh masyarakat

yang bersifat multikultural. Kebanyakan etnis pendatang membuka usaha

setelah tinggal di Desa Ujung Serdang untuk mendapatkan peningkatan

perekonomian. Dan dengan kedatang ewarga pendatang ke desa ini

Universitas Sumatera Utara


memiliki makna bagi masyarkat setempat dalam meningkatkan pendapatan

dan perekonomian keluarga.

2. Interaksi sosial yang terjadi di Desa Ujung Serdang berlangsung dengan

baik, sama halnya yang memiliki perbedaan etnis, agama, pendapatan,

pendidikan atau pun sesama. Hubungan yang baik ini ditandai dengan

adanya faktor-faktor dari interaksi itu sendiri seperti faktor imitasi yang

merupakan tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai

tokoh idealnya, faktor simpati yang merupakan suatu proses seseorang

yang merasa tertarik pada orang lain, faktor empati yang merupakan

kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif dan

seseorang atau orang lain dalam konsidi yang sebesar-besarnya, seolah-

olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, faktor motivasi

yang merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang

diberikan seorang individu yang lain sedemikian rupa sehingga orang yang

diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan

secara kritik, rasional, dan penuh tanggung jawab.

3. Bentuk interaksi sosial yang terjadi di Desa Ujung Serdang bersifat

asosiatif yang berarti adanya kerja sama dan akomodasi di Desa Ujung

Serdang yang menghasilkan adanya amalgamasi yang merupakan proses

perkawinan campuran baik antar etnis maupun agama. Proses ini terjadi

dikarenakan hasil dari interaksi yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Ujung Serdang untuk mengurangi perbedaa-perbedaan di antara mereka.

4. Harmoni masyarakat multikultural yang terjadi di Desa Ujung Serdang

disebabkan oleh faktor ekonomi dan faktor lingkungan yang terdapat di

Universitas Sumatera Utara


Desa Ujung Serdang. Hal ini dapat dilihat kebanyakan kedatangan warga

pendatang yang datang ke Desa Ujung Serdang dengan tujuan

mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan

meningkatkan pendapatan dan perekonomian keluarga. Karena ekonomi

merupakan faktor penting untuk kebutuhan manusia dalam proses

kehidupan sosial. dengan kedatangan warga pendatang, masyarakat

setempat memaknai kedatangan warga pendatang bukan mendatangkan

masalah melainkkan mendapatkan keuntungan dalam meningkatkan

pendapatan dan perekonomian keluarga dengan cara, masyarakat setempat

yang memiliki lahan yang selama ini tidak diurus yang kemudian

membersihkannya dan rumah yang selama ini tidak ada yang menempati

dan juga membangun rumah yang baru serta kios-kios yang disewakan

kepada warga pendatang yang ingin tinggal dan membuka tempat usaha

untuk keberlangsungan hidup mereka. Tidak hanya faktor ekonomi yang

mempengaruhi terjadinya harmoni pada masyarakat multikultural di Desa

Ujung Serdang melainkan faktor lingkungan juga mempengaruhi dimana

lingkungan yang bersih dan aman yang membuat warga menjadi tahan

atau betah untuk tinggal di Desa Ujung Serdang, di desa ini yang masih

menggunakan sumur bor untuk memperoleh air yang bersih, air yang

bersumber dari mata air sendiri yakni dari bawah tanah dan lingkungan

yang dihuni oleh masyarakat yang menerapkan sikap toleransi dan sikap

menghargai yang sangat tinggi.

5. Harmoni interaksi yang terjadi pada masyarakat multikultural di Desa

Ujung Serdang yang dilakukan oleh masyarakat dalam penelitian ini juga

Universitas Sumatera Utara


mengandung nilai yang positif yaitu nilai kebudayaan dan nilai kerjasama.

Nilai kebudayaan yang terkandung dalam harmoni interaksi masyarakat

multikultural di Desa Ujung Serdang ini dapat dilihat, dimana ada

beberapa etnis yang berada dengan latar belakang kebudayaan tinggal

dalam satu lingkungan, dan tidak pernah terjadi masalah antar kelompok

etnis, kelompok agama satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan baik

warga asli atau setempat yang sudah tinggal di Desa Ujung Serdang sangat

lama dan warga pendatang yang datang ke Desa Ujung Serdang tidak

mempermasalahkan latar belakang kebudayaan antar etnis satu dengan

yang lain, antar agama satu dengan agama yang lain, dengan pendidikan

yang rendah maupun pendidikan yang tinggi dan juga orang kaya maupun

orang miskin dan warga setempat memperolehkan kebudayaan warga

pendatang untuk tidak meninggalkan kebudayaan dan

mempertahankannya di Desa Ujung Serdang, ini dilihat setiap warga

pendatang yang menganut Etnis Jawa masih menggunakan bahasa jawa

dan mengikuti kegiatan perwiritan, dan Etni Nias yang masih

menggunakan bahasa Nias dan mengikuti pertemuan atau persatuan Etnis

Nias yang ada di desa ini, dan Etnis Batak yang masih menggunakan

bahasa batak, baik batak Simalungun maupun Batak Toba. Dan nilai kerja

sama antar warga yang berbeda juga terkandung dalam penelitian tersebut,

ini dapat dilihat baik warga setempat yang tidak mempermasalahkan

kehadiran warga atau etnis pendatang melainkan menjalin sebuah kerja

sama yang saling menguntungkan antar warga satu dengan warga lainnya

terbukti dari terbentuknya organisasi atau persatuan masyarakat desa yang

Universitas Sumatera Utara


bernama PSP dan PERMASKA dimana kedua persatuan ini dibentuk atas

dasar kesepakatan seluruh masyarakat Desa Ujung Serdang dan diikuti

oleh warga yang bersifat multikultural, ker sama yang nyata juga ditandai

denfan cara masyarakat setempat yang sengaja menyediakan lahan kosong

atau rumah kosong agar warga pendatang mempunyai tempat tinggal dan

tempat untuk membuka usaha dengan cara menyewakannya untuk

masyarakat pendatang untuk digunakan keberlangsungan hidup mereka

nanti.

5.2 Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti sampaikan adalah :

1. Kepada masyarakat Desa Ujung Serdang tetap mempertahankan interaksi

yang sudah berjalan dengan baik dan mempererat solidaritas antar etnis,

antar agama dan berinteraksi dengan warga yang bersifat multikultural

sangat diperlukan agar memperluas pandangan dan pola pikir tentang suku

bangsa lainnya.

2. Tetap saling menghargai dan bertoleransi kepada masyarakat yang berbeda

etnis ataupun agama.

3. Tetap pertahankan kebudayaan dari masing-masing etnis sebab itu

merupakan keunikan yang berada di Desa Ujung Serdang yang di huni

dengan masyarakat yang multikultural.

4. Hindari konflik yang berkaitan dengan etnis ataupun agama yang dapat

membuat perpecahan di Desa Ujung Serdang.

5. Semua lapisan masyarakat Desa Ujung Serdang menjaga hubungan baik

agar tidak ada kesenjangan.

Universitas Sumatera Utara


6. Untuk perangkat Desa Ujung Serdang untuk tetap menjaga dan mengawasi

masyarakat memiliki berbagai macam etnis serta keanekaragaman lainnya.

7. Memperbanyak kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga Desa

Ujung Serdang agar terciptanya solidaritas yang lebih kuat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Saptono. 2007. Sosiologi Untuk Kelas XI. Jakarta: PT. Phibeta Aneka
Gama

Barth, Fredik. 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Universitas Indonesia UI


Press

Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang. 2016. Kecamatan Tanjung


Morawa Dalam Angka.

Burhan, Bungin. 2014. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Fajar Interpratama


Mandiri

Burhan, Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. PT. Kencana

Elly, Setiadi, Medan Kolip Usman. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial. Teori Aplikasi dan Pemecahan. Jakarta:
Kencana

Hutasoit, Thomson. 2011. KeluhuranBudayaBatak Toba. Jakarta: Forkala From


Komunikasi Antar Lembaga Adat

Peranginangin, Martin. 2004. Orang-Orang Karo Diantara Orang Batak. Jakarta:


Praninta Jaya Mandiri

Pietch,William. 1998. Komunikasi Timbal Balik,Cara Menjalin Hubungan dan


Menghindar iKonflik.Dahara Prize

Ritzer, Goerge. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:


Rjawali Perss

Ritzer,George. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Rustanto, Bambang. 2015. Masyarakat Multikultural di Indonesia. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Suyanto.Bagong.2010. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.jakarta:kencana.

Soepomo,Gloria. 1979. Wacana Bahasa Jawa. Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja


GrafindoPersada

Universitas Sumatera Utara


Wirawan.2012.Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma Fakta Sosial, Defenisi
Sosial, dan Perilaku social. Jakarta: Kencana

Yusuf, Muri.2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group

Jurnal/Skripsi:

Fitri Yati. 2014. Manifestasi Misi Budaya Perantauan Etnis Minangkabau.


Medan:Universitas Sumatera Utara

Hidayat,Yusuf.2013. Hubungan Sosial Antar Etnis Banjar Dan Etnis Madura Di


Kota Banjar Masin.Jurnal Komunikasi 5(1) (2013): 87-92

Juniasyah, Sandi. 2015. Interaksi Masyarakat Yang Berbeda Etnis Di Kecamatan


Masama. Jurnal Pendidikan, vol.3, No. 3, (2015)

Lubis,Andriani,Lusiana.2012. Komunikasi Antar budaya Etnis Tionghoa dan

Pribumi di Kota Medan. Jurnal Komunikasi, Vol. 10, No. 1, Januari-April


2012

Rafita,Dwi,Aini. 2016. Bentuk Interaksi Masyaraka Multikultural. Skripsi.


Medan: Universitas Sumatera Utara.

Revida,Erika. 2006. Interaksi Sosial Masyarakat Etnik Cina dengan Pribumi di

Kota Medan Sumatera Utara.Jurnal Harmoni Sosial, Vol.1,


No.1,September 2006

Robert,Robertus.2013..Altruisme,Solidaritas, dan Kebijakan Sosial.Jurnal


sosiologi MASYARAKAT, vol.18, No. 1, Januari 2013:1-18.

Sari,Ravita. 2015. Hubungan Sosial Pada Masyarakat Berbeda Etnis. Jurnal


Sosiologi, Vol 3, No. 2.

Septian, Afry Sembiring. 2015. Harmonisasi Interaksi Antar Etnis Di Desa Baru
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Jurusan Sosiologi.
Universitas Sumatera Utara

Sumber website :

http://beritasumut.com/view/politikpemerintahan/12776/kalteng-puji-
Harmonisasi-antar-etnis-di-sumut.html#.UwDQcSdm6hq.(Diakses pada
29 desember 2016 pukul 20.00 wib).

Universitas Sumatera Utara


http://bangkitindonesiakita.blogspot.co.id/2013/12/menanamkan-kearifan-lokal-
menumbuhkan.html?m=1

http://www.deliserdangkab.go.id 2013 (Diaksespada 30 Desember 2016pukul


20.30 Wib)

(http://eprints.ung.ac.id/id/eprint/13178)

(http://ejurnal.ilkom.fisip-unmui.ac.id.efektifitas komunikasi verbal dan non


verbal.pdf.

(http://nurlela.note.fisip.uns.ac.id/2015/09/23/Komunikasi-Verbal-dan -Non-
verbal).

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Gambar 4.1

Sarana dan Prasarana Di Desa Ujung Serdang

Keterangan : Foto Kantor Kepala Desa di Desa Ujung Serdang


Kecamatan Tanjung Morawa

Universitas Sumatera Utara


````

Keterangan : Foto Poskesdes di Desa Keterangan: Foto Pos


Kamling di

Ujung Serdang Desa Ujung serdang ( Tempat


pembagian

Universitas Sumatera Utara


Bantuan Beras kepada
Masyarakat Miskin)

Keterangan : Balai Pertemuan Masyarakat Desa Ujung Serdang ( dalam


tahap renovasi )

Keterangan : Tanah Perkuburan Muslim ( Jawa, Mandailing )

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : Tanah perkuburan umat Kristen

Keterangan : Lapangan Badminton yang ada Di Desa Ujung serdang

Keterangan : Lapangan Futsal yang ada di Desa Ujung Serdang

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : Foto Tempat Ibadah masyarakat agama Islam ( Jawa

Keterangan : Foto tempat ibadah masyarakat Etnis Karo

Keterangan : Tempat ibadah masyarakat Etnis Batak Simalungun

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : Tempat ibadah masyarakat Etnis Batak Toba

Keterangan : Tempat Ibadah Masyarakat Etnis Batak Toba, Etnis Batak


Simalungun, Karo, Nias ( umum) yang ada di Desa Ujung Serdang.

Universitas Sumatera Utara


GAMBAR 4.2

GAMBARAN USAHA MASYARAKAT

Keterangan : Merupakan tempat usaha Keterangan :Merupakan tempat


usaha salah Satu

Salah satu masyarakat yang tinggal di masyarakat yang tinggal di Desa


Ujung Serdang

Desa Ujung Serdang yang menganut su- yang menganut suku Batak Toba (
Kristen).

Universitas Sumatera Utara


ku Karo (Katolik).

Keterangan : Merupakan tempat usaha Salah satu masyarakat yang tinggal di


Desa Ujung Serdang yang merupakan usaha warga yang menganut Enis
Mandailing

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : Foto Usaha warga etnis Keterangan: Foto usaha warga etnis
Jawa

Batak toba

Keterangan : Foto usaha warga etnis Keterangan : Foto usaha warga etnis
Karo

Karo

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : Foto usaha milik warga etnis karo

Keterangan : Foto usaha milik warga etnis karo

Keterangan : Foto usaha milik warga Etnis Jawa

GAMBAR 4.3

Universitas Sumatera Utara


DOKUMENTASI INFORMAN

Keterangan : Informan Etnis Jawa Keterangan : Informan Etnis


Batak Toba

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : Foto kedua Informan ini Etnis Batak Simalungun

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : Foto kedua Informan Ini Etnsi Batak Simalungun

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : Foto kedua Informan tersebut Merupakan Suku Nias

Universitas Sumatera Utara


Keterangan : Foto Informan yang merupakan Etnis Karo

Informan yang merupakan tokoh adat

Pernah menjabat sebagai kepala desa di Desa Ujung Serdang


selama 20 tahun

Pejuang tanah wakap tempat penguburan orang yang sudah


meninggal

Pejuang tanah atau lahan balai pertemuan yang ada di Desa Ujung
Serdang

Pejuang tanah atau lahan Sekolah Dasar Negri ( SDN) di Desa


Ujung Serdang

Pejuang tanah Gereja GBKP dan HKBP

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai