SKRIPSI
Diajukan oleh:
HILDA YANI
NIM: 130901040
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
MEDAN
2017
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
disetiap apa yang menjadi kendala dan kesusahan saya. Dia datang disaat yang
yang mengakatku ketika aku tidak berdaya, member semangat ketika aku malas
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Jadi layaknya
segala pujian, hormat dan ucapan syukur bagi Tuhan Allah kita.
skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
skripsi ini selesai. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua
kebaikan yang beliau berikan kepada penulis serta diberikan kesehatan dan
5. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, dengan rasa hormat dan kagum
Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta
diberikannya kepada penulis sampai saat ini. Dorongan motivasi dan juga
9. Kepada teman saya Hot Gres Damanik saya ucapkan banyak terima kasih
atas perhatian, dorongan, motivasi yang diberikan kepada saya agar saya
Semoga ini menjadi fondasi awal bagi kita dalam meraih kesuksesan
dimasa depan.
11. Kepada abng saya Njuahi Ardianto atas dukungan dan bantuan berupa
uang yang selalu ia berikan kepada saya selama saya menulis skripsi ini.
kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, dan saran
tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
Penulis,
Hilda Yani
PENDAHULUAN
masyarakat di masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Keberagaman secara
namun bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat yang
bersangkutan jika tidak dikelola dengan baik. Untuk tetap menjaga keharmonisan
2009)
yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam
masyarakat.
beragam adalah suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas atau
dengan yang lain. Mereka kemudian mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan
ikatan-ikatan kebudayaan lainnya yang berbeda satu sama lain. 2). Indonesia yang
terletak pada posisi silang antara dua samudera dan dua benua merupakan daya
tarik tersendiri bagi bangsa-bangsa asing untuk datang, singgah, dan menetap di
sebagainya. Banyak bangsa asing yang berinteraksi dengan penduduk lokal. Dari
ras, subras, agama, dan kepercayaan yang berbeda-beda di Indonesia. 3). Iklim
yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain di kawasan
dan separatism sebagai dampak dari Negara kesatuan yang bersifat multietnik dan
sosial, dan sulitnya terjadi integrasi nasional secara permanen. Hal tersebut
perbedaan etnik, budaya, agama, dan bahasa. Kedua, diferensiasi yang disebabkan
tersebut, antara lain sebagai berikut: 1). Berkembangnya perilaku konflik di antara
bebagai kelompok etnik. 2). Pemaksaan oleh kelompok kuat sebagai kekuatan
kekayaan budaya dan khzanah tentang kehidupan bersama yang harmonis apabila
integrasi masyarakat berjalan dengan baik. Seperti hal nya yang terjadi di Desa
Ujung Serdang terlihat pada sifat dan kebiasaan masyarakatnya yang mampu
membina dan menjaga sikap toleransi dan prinsip kesetaraan dan memandang
perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan agar tidak terjadi konflik antaretnik yang
dapat memicu terjadinya benturan atau konflik antaretnik. Sikap masyarakat yang
saling menghargai satu sama lain, perbedaan yang ada pada masyarakat Desa
Ujung Serdang tidak menjadikan pemicu atau penghalang bagi masyarakat untuk
sekarang ini. Banyak orang dari ras dan suku tertentu tidak senang dengan budaya
multikultural untuk kesatuan Negara Indonesia yang memiliki banyak suku ras
dan agama. Namun yang terjadi pada masyarakat Desa Ujung Serdang tidak
seperti pernyataan tersebut, karena masyarakat yang ada di Desa Ujung Serdang
saling menghargai dan memberikan toleransi atau respon yang tinggi terhadap
etnik lain yang ada di Desa Ujung Serdang, dan masing-masing etnik saling
mengemban prinsip kesetaraan dan memandang perbedaan itu adalah anugrah dari
Tuhan yang tidak harus dipermasalahkan dan membuat perselisihan atau konflik
antar etnik. Masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang hidup saling
masing etnik atau suku, perbedaan yang ada tidak menjadi penghalang bagi
mereka untuk saling bekerjasama dan saling memberikan toleransi yang tinggi
mengganggu hak kelompok lainnya yang berbeda suku atau etnis, Negara
memiliki kebijakan yang di tetapkan dalam UUD Nomor 40 tahun 2008 tentang
Negara untuk menganut suku atau etnis tanpa ada paksaan dan perlakuan yang
sifat harmoni. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki sifat harmoni
yang multikultural karena masyarakat yang tinggal di desa ini adalah mereka
yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda terutama di bidang suku, ras,
agama, dan budaya, dan masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang ini dapat
pula dikatakan masyarakat multikultural yang harmoni karena jika ditinjau dari
yang berbeda-beda namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk mereka tidak
saling menghargai dan tidak saling membantu satu sama lain, mereka hidup
respon yang baik kepada sesama mereka yang tinggal berdekatan atau
sebagai masyarakat yang harmoni jika ditinjau atau dilihat dari kemajuan desa
ini. Menurut hasil praobservasi desa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat,
bukti yang paling nyata adalah berdirinya rumah-rumah ibadah yang sudah
termasuk lengkap, mulai dari rumah ibadah muslim ( mesjid/ mushola) dan rumah
ibadah non muslim ( gereja ), selain itu bukti nyata yang mendukung bahwa
kemajuan desa ini sangatlah pesat terlihat dari jumlah penduduknya yang semakin
dalam Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka 2016 ) masyarakat yang tinggal
di Kota Tanjung Morawa menganut beberapa Suku Bangsa yakni, Jawa, Melayu,
2015
jumlah penganut terbanyak adalah suku Jawa dengan jumlah 135970 jiwa,
selanjutnya disusul oleh suku melayu dengan jumlah 31283 jiwa, dan suku karo
dengan jumlah 11699 jiwa. Selain itu, masyarakat yang suku Toba dengan jumlah
terbesar di beberapa desa yang termasuk dalam wilayah Kota Tanjung Morawa,
yakni desa Ujung Serdang. Desa Ujung Serdang merupakan salah satu desa yang
Utara, Indonesia. Secara geografis Desa Ujung Serdang terletak di sebelah selatan
Ibu Kota Kecamatn Tanjung Morawa merupakan bagian integral dari wilayah
Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu
Kota Kabupaten 17 km, sedangkan Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan
batas- batas wilayah Utara adalah Desa Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun
Sari dan Desa Limau Manis, Selatan adalah Desa Medan Sinembah dan Barat
Desa Ujung Serdang 3.960 jiwa, dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-
1.939 jiwa. Berkaitan jumlah penduduk dapat dilihat pada table berikut ini:
Serdang 2015
Dari segi suku bangsa yang dianut, kondisi Desa Ujung Serdang
menganut suku Karo. Secara kultural, suku yang dianut merupakan warisan dari
masyarakat Desa Ujung Serdang menganut suku bangsa lain di luar suku karo.
Berikut table penduduk Desa Ujung Serdang yang menganut suku bangsa.
Tabel 1.3 Menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) Kabupaten Deli Serdang
Dari tabel 1.3 di atas, suku atau etnis yang mayoritas atau jumlah terbesar di
Desa Ujung Serdang adalah suku karo yang berjumlah 1712 jiwa, dan disusul oleh
suku toba yang berjumlah 1342, dan etnis Jawa yang berjumlah 839, Melayu
jumlah penduduk Desa Ujung Serdang berdasarkan agama pada tahun 2015.
Dari tabel 1.4 di atas, agama yang mayoritas atau jumlah terbesar yang
dianut oleh warga Desa Ujung Serdang adalah agama Islam yang berjumlah 1918
Jiwa, Protestan 1630 jiwa, Katolik 143, Budha 28 jiwa dan Hindu 27 jiwa. Hasil
dari tabel diatas merupakan hasil menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada
tahun 2015 dan menurut hasil praobservasi bahwa peningkatan jumlah penduduk
yang sudah menganut agama sesuai denan kepercayaan dan keyakinan masing-
Dari hasil praobservasi jika dilihat dari sejarahnya, Desa Ujung Serdang
merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten
Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Secara geografis Desa Ujung
merupakan bagian integral dari wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan jarak
dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu Kota Kabupaten 17 km, sedangkan
Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan batas- batas wilayah Utara adalah Desa
Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun Sari dan Desa Limau Manis, Selatan
adalah Desa Medan Sinembah dan Barat adalah Kota Medan dan Kecamatan
Patumbak. Desa ini terkenal dengan sebuatan kampong karo, dikarenakan desa ini
lebih awal di di huni dan dipimpin oleh seorang pemimpin yang menganut suku
bertambah, tidak dari segi julmah penduduknya saja yang bertambah tetapi jumlah
suku dan agama yang mendiami Desa Ujung Serdang ini pun semakin bertambah
hingga saat ini Desa ini dapat dikatakan Desa yang memiliki masyarakat yang
Multikultural.
berjudul Harmonisasi Interaksi Antar Etnis di Desa Baru kecamatan Pancur Batu
yang terjadi di Desa Baru disebabkan karena faktor ekonomi dan faktor sistem
sosial kekerabatan pada masing-masing etnis yang terdapat di Desa Baru. Hal ini
dapat dilihat kebanyakan kedatangan warga pendatang yang datang ke Desa Baru
dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan
sosial.
Deli Serdang.
dengan manusia lainnya dan beradaptasi untuk mencapai tujuan hidupnya dalam
hubungan timbal balik sebagai proses interaksi dan proses adaptasi sebagai
suku bangsa ini, merupakan hal yang di anggap menarik untuk dilakukannya
Morawa Kabupaten Deli Serdang dan penelitian ini dilakukan melalui pendekatan
jelaskan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :
untuk lebih mandalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan
sendiri ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Adapun manfaat yang di harapkan dan dapat di peroleh dari hasil penelitian ini
hubungan antar kelompok dan interaksi sosial. Selain itu memberikan kontribusi
penelitian selanjutnya.
membuat suatu karya ilmiah dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian
1. Interaksi Sosial
dengan individu, individu dengan kelompok serta kelompok dengan yang terdapat
hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang berperan saling
mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan
2. Harmoni
tertib, teratur, aman dan nyaman dapat disebut sebagai suatu kehidupan yang
penuh harmoni. Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan
3. Masyarakat Harmoni
atau searah dengan aturan yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri. Harmonis
4. Masyarakat Multikultural
Suatu masyarakat yang terdiri dari berbagai elemen, baik itu suku, ras,
agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dan lain-lain yang hidup dalam suatu
5. Keberagaman
dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa, ras, agama, adat istiadat dan situasi
ekonomi.
6. Etnis
Nilai dan norma memiliki hubungan yang saling terkait, kendati keduanya
memiliki perbedaan. Jika nilai merupakan sesuatu yang dianggap sebagai hal yang
baik, patut, layak, benar, maka norma merupakan perwujudan dari nilai yang di
dalamnya terdapat kaidah, aturan, patokan, atau kaidah pada suatu tindaka ( aksi ).
KAJIAN PUSTAKA
bergantung bantuan dari orang lain. Inilah dasar dan alasan antara individu yang
satu dan yang lain melakukan interaksi sosial. Di lingkungan individu, keluarga,
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial ( yang juga dapat
sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling
misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. ( dalam
bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan (proses
1. Proses asosiatif
kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, anatara lain sebagai
berikut:
yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain, atau tujuan
masing-masing kebudayaan.
2. Proses Disosiatif,
halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun
bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat
bentuk oposisi, atau lebih menghargai kerja sama, hal itu tergantung pada unsur-
a. Persaingan (competition)
dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang
dua tipe umum yakni bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingan yang bersifat
yang tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan
misalnya dapat terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk
b. Kontravensi ( contravention)
suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebecian, atau
terhadap suatu usul, buah pikiran, kepercayaan, doktrin, atau rencana yang
1. Kontak Sosial : hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain yang
saling bereaksi meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial
dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu kontak antar individu, kontak
2.2. Multikultural
banyak/beragam dan kultural, yang artinya budaya. Keragaman budaya itulah arti
berbagai macam budaya yang memiliki cirri khas tersendiri, yang saling berbeda
dan dapat dibedakan satu sama lain. Paham atau ideology mengenai mulitikultural
Bambang, 2015:39)
elemen, baik itu suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dan lain-
lain yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat yag memiliki satu
segmen yang tidak bisa disatukan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
memiliki struktur budaya sendiri yang berbeda dengan suku bangsa yang lainnya.
yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan
ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat yang lain.
menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Sikap multikultural merupakan sikap
menimbulkan konflik, namun bila kita mampu mengelolahnya dengan baik maka
perbedaan justru memperkaya dan bisa sangat produktif ( dalam Aini, 2016: 18-
19).
budaya dan suku bangsa dalam kesatuan sosial tanpa kehilangan jati diri budaya
merupakan masyarakat yang kelompok suku bangsa dan budayanya berada dalam
disampaikan oleh Azra, 2007 menutip dari argumen parekh ( dalam Bambang,
2015 : 42).
bersama,
yang demokratis.
Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi
menjalani hidup secara baik sesuai kodrat dan posisi sosialnya. Cara mewujudkan
konflik antar suku diberbagai wilayah pedalaman Indonesia seperti di Papua. Cara
menumbuhkan sikap toleransi yaitu dengan menyadari bahwa kita adalah satu
kesatuan, menyadari bahwa perbedaan tidak menjadi masalah untuk bersatu dan
teguh hal-hal yang dibawa sejak lahir, baik mengenai tradisi, kepercayaan,
integrasi.
sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Dengan
organisasi massa(ormas), baik formal maupun tidak formal. Politik alran dapat
yang ditunjukkan individu atau kelompok terhadap apa yang mereka idolakan.
yang ada tidak aka nada konflik di masyarakat. Antar kelompok masyarakat yang
saling berdampingan akan hidup dengan serasi, makmur, damai, dan sejahtera.
kelompok yang lain dan tidak akan memaksakan kehendak yang ia inginkan.
ada. Tanpa mengetahui perbedaan yang ada, mereka tidak dapat mengontrol
kelompok yang lain tahu dan saling memahami. Mengotrol emosi di diri anggota
kelompok masyarakat juga penting, karena emosi yang tidak terkontrol akan
memicu reaksi yang tidak menyenangkan dari kelompok masyarakat yang lain.
Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai
sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau
tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi
yang menjunjung tinggi kesalehan beribadah maka apabila ada orang yang malas
kepada orang-orang yang rajin beribadah akan dinilai sebagai orang yang pantas
dan harus dihormati dan diteladani. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan
berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat dapat
disebut sebagai nilai individual. Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian
besar anggota masyarakat disebut nilai social. Suatu kelompok masyarakat yang
hidup bersama tidak cukup hanya dipandang dari satu kesatuan wilayah geografis
saja, akan tetapi bentuk kesatuan kelompok masyarakat tersebut selalu ada sistem
bersama dan yang lebih penting lagi adalah adanya sistem nilai didalam kesatuan
kelompok tersebut. Nilai inilah yang dijadikan sebagai dasar untuk menyatukan
nasional yang digunakan untuk mempersatukan bangsa yang majemuk ini. Nilai
tersebut diantaranya pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam konsep
mikro, nilai dapat dijabarkan dalam bentuk kehidupan yang bahagia, ketentraman,
damai, sejahtera, makmur, dan sebagainya. Didalam konsep yang lebih makro,
Usman.2011).
bersama di dalam masyarakat, mulai dari unit keastuan sosial terkecil hingga
masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, aman, dan damai dan sebagainya.
atau kaidah pada suatu tindakan (aksi) yang dilengkapi dengan sanksi bagi
hukuman yang diberikan oleh negara melalui aparat hukum. (norma adalah
rinci terperinci ke dalam bentuk tata aturan atau tata kelakuan yang secara
dan aturan tidakk tertulis lainnya. Contoh; nilai-nilai keluarga dalam Islam
akhirat. Qur’an dan Hadits (norma) adalah pedoman untuk mencapai nilai-
kehidupan kelompok.
1. Cara (usage)
yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang
dihubunginya.
2. Kebiasaan (folkways)
beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu
antara lain suara atau vocal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu
mempunyai maksud yang disebut dengan simbol. Menurut Mead orang tidak
hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan
demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis
2. Makna tersebut berasal dan interaksi sosial seseorang dengan orang lain.
berlangsung.
makna bagi manusia. Demikian juga dengan semua obyek lain yang kita temukan
Makna-makna tersebut berasal dari interaksi dengan orang lain, terutama dengan
orang yang dianggap cukup berarti. Sebagai mana dinyatakan Blumer (dalam
Afry,2015:35) bagi seorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain
yang mereka lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain.
Dengan demikian manusia merupakan aktor yang sadar dan refleksif, yang
makna itu. Proses self-indication ini terjadi dalam konteks social dimana individu
diberikan wanita muda terhadap undangan dari teman sekerja itu dihubungkan
sebelumnya, yang membuat dia bisa menilai masalah dan memberinya makna,
tindakan mana saling diselaraskan dan menjadi apa yang disebut kaum
tindakan yang berbeda dari partisipan yang berbeda pula. Setiap tindakan berjalan
METODE PENELITIAN
sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang
diperoleh dari apa yang diamati. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa
Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin
situasi/fenomena tersebut.
tertulis maupun lisan dari orang dan prilaku yang diamati. Dengan metode studi
permasalahan yang akan diteliti didalam penelitian ini berdasarkan data dan
lokasi ini adalah pertama, lokasi merupakan ciri dari Masyarakat Multikultural di
Kota Tanjung Morawa. Kedua, peneliti ingin melihat dan mengetahui faktor apa
subjek penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis dan objek dalam penelitian
3.3.2. Informan
dan memahami data informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian ( Bungin,
menentukan informan kunci ( key informan) atau situasi sosial tertentu yang syarat
sampel atau informan bisa sedikit, dan bisa juga banyak terutama tergantung dari
tepat atau tidaknya pemilihan informan dan kompleksitas dan keragaman yang
1. informan yang sudah tinggal di Desa Ujung Serdang lebih dari 4 tahun.
diwawancarai
teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara. Oleh karena itu
untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara
1. Observasi
Serdang.
2. Wawancara mendalam
untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian. Data ini diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan
dengan studi kepustakaan atau pencatatan dokumen, yaitu pengumpulan data yang
berasal dari buku-buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta materi-
peraturan, sumber elektronik, sumber online, dan sebagainya. Metode ini peneliti
Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data, baik itu data
primer dan data sekunder yang telah didapatkan dari catatan lapangan. Interpretasi
dilakukan secara terus menerus sejak awal dan proses penelitian berlangsung
hingga akhir penelitian. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam interpretasi data ini
yakni :
1. Pemrosesan Satuan
2. Kategorisasi
Dalam hal ini, peneliti meyusun kategori yang disusun atas dasar
3. Penafsiran Data
lemahnya ingatan peneliti. Alat perekam suara ini digunakan setelah mendapatkan
dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan dibuat peneliti dalam
bentuk kata-kata kunci sewaktu mengadakan observasi dan wawancara. Alat tulis
seperti bolpen dan pensil digunakan untuk menulis pada lembar catatan lapangan.
ini disebabkan oleh kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk
informasi dari informan, melalui bimbingan skripsi sehingga data yang diterima
sesepuh desa terdahulu bahwa Desa Ujung Serdang adalah satu daerah yang
sangat terpinggirkan dan kurang mendapat perhatian yang serius dan daerah ini
adalah masuk dalam Kesultanan Serdang yang pada saat ini pusat
ini adalah batas antara kesultanan serdang dan daerah ini yang paling ujung
wilayah kekuasaan dari sultan serdang. Dan kesultanan deli yang pusat
ahli riset para ahli ketika itu ( penduduk Belanda) mempunyai lahan yang sangat
bagus sebagai tempat pertanian. Sehingga daerah ini mulai diminati oleh beberapa
pendatang untuk mencoba bercocok tanam dan ternyata hasil pertanian tersebut
sangat bagus dan menjanjikan. Disisi lain pihak Belanda berusaha menguasai
dengan tembakai deli yang konon tembakau ini sangat terkenal mutunya di Eropa.
Sehingga pada saat Indonesia merdeka areal ini kembali dikembangkan dan
tanaman tersebut sehingga terakhir saat tahun 1978 areal ini diganti tanaman
kecil yang hampir hilang dari peta wilayah kabupaten Deli Serdang, namun
dikembangkan dan menjadi kampung yang konon nama desa ini belum ditemukan
lambat laun kampong ini diberi nama menjadi Desa Ujung Serdang hingga sampai
saat ini desa ini tetap menjadi desa definitive yang terus mengejar cita-cita
memperbaiki dan mengubah seluruh pembangunan dari seluruh aspek dan sektor
dan terus menggali potensi dan dengan melibatkan sumber daya manusianya
4.1.2 Geografi
Indonesia. Secara geografis Desa Ujung Serdang terletak di sebelah selatan Ibu
Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibu Kota Kecamatan 6 km dan dari Ibu
Kota Kabupaten 17 km, sedangkan Ibu Kota Propinsi sekitar 11 km, dengan
batas- batas wilayah Utara adalah Desa Bangun Sari, Timur adalah Desa Bangun
Sari dan Desa Limau Manis, Selatan adalah Desa Medan Sinembah dan Barat
a. Penduduk
Selain dihuni oelh masyarakat asli atau tuan rumah yakni etnis karo. Juga terdapat
migran yang berasal dari berbagai daerah di pulau Jawa dan Sumatera. Penduduk
atau masyarakat pendatang dari pulau Jawa, Nias, dan yang paling banyak datang
jumlah penduduk di Desa Ujung Serdang sebanyak 3.960 jiwa dengan penduduk
berjenis kelamin laki-laki 2.021 jiwa dan penduduk berjenis kelamin perempuan
berusia 18 s/d 56 tahun sebanyak 557, penduduk yang bekerja sebanyak 304 dan
penduduk yang tidak bekerja sebanyak 53 orang. Banyaknya tenaga kerja yang
b. Pendidikan
dapat dilihat pada komposisi jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam dunia
c. Mata Pencaharian
perbedaan baik agam, suku, ras, atau perbedaan yang lainnya namun perbedaan
yang kondusif atau harmoni, mereka saling menghargai satu sama lain mereka
sangat saling memeberikan toleransi atau respon yang sangat baik kepada sesama,
perbedaan itu adalah anugrah dari Tuhan yang tidak perlu untuk di
permasalahkan.
d. Pemeluk Agama
Dilihat dari segi agama penduduk Desa Ujung Serdang terdiri dari
dianut oleh warga Desa Ujung Serdang adalah agama Islam yang berjumlah 1918
Jiwa, Protestan 1630 jiwa, Katolik 143, Budha 28 jiwa dan Hindu 27 jiwa. Hasil
dari tabel diatas merupakan hasil menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada
tahun 2015 dan menurut hasil praobservasi bahwa peningkatan jumlah penduduk
yang sudah menganut agama sesuai denan kepercayaan dan keyakinan masing-
Dilihat dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Ujung
memeluk agama islam kemudian diikuti oleh agama protestan, katolik, budha dan
berikut.
terbesar di Desa Ujung Serdang adalah suku karo yang berjumlah 1712 jiwa, dan
disusul oleh suku toba yang berjumlah 1342, dan etnis Jawa yang berjumlah 839,
keberhasilan suatu proses yang dilakukan dalam pelayanana publik dan proses
kehidupan masyarakat di Desa Ujung Serdang akan terbantu dan berjalan dengan
adalah:
dapat dikatakan sudah memadai dan sudah layak. Hal ini terlihat jelas dengan
adanya fasilitas yang lengkap yang terdapat di Desa Ujung Serdang, yaitu Kantor
kepala Desa Ujung Serdang yang sebagai tempat untuk melayani masyarakat
dengan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan para pemerintahan
Desa Ujung Serdang, seperti mesin ketik, komputer, printer, proyektor, Ac, meja
b. Sarana Pendidikan
bagus, karena sarana pendidikan sudah dapat dinikmati oleh semua masyarakat
desa ini. Desa Ujung Serdang terdapat sarana pendidikan PAUD/TK terdapat 4
unit, Sekolah Dasar (SD) terdapat 1 unit. Tetapi untuk melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas masyarakat harus
keluar dari desa ini dikarenakan di desa ini belum ada sarana dan prasarana
Atas. Dan untuk Perguruan Tinggi, akademi lainnya umumnya masyarakat Desa
Ujung Serdang harus ke kota Medan agar bisa menjadi sarjana. Dengan demikian
sarana pendidikan sngatlah penting bagi masyarakat Desa Ujung Serdang untuk
kualitas kehidupan mereka selanjutnya dan menjadi generasi penerus bangsa ini,
baik itu Etnis Jawa, Etnis Karo, Etnis Batak dan Etnis lainnya karena setiap
mereka sebagai orang tua terlebih orangtua yang ada di Desa Ujung Serdang
ingin anaknya lebih baik dibandingkan dengan dirinya agar nantinya bisa lebih
berhasil dari orangtuanya. Maka dari itu setiap orang tua yang ada di Desa Ujung
c. Prasarana kesehatan
polindes sebanyak 5 unit dan disertai dengan kader posyandu sebanyak 25 orang,
dan terdapat juga puskesdes yang ditetapkan pemerintah dan 1 bidan desa ( tenaga
medis).
d. Sarana Ibadah
dijunjung tinggi. Dengan banyaknya perbedaan agama di Desa Ujung Serdang ini
akan tetapi keadaan Desa Ujung Serdang ini sangat baik dan harmoni, walaupun
sombong dan tidak menghargai, masyarakat yang ada di desa ini sadar bahwa
perbedaan yang ada pada mereka adalah sebuah anugrah pemberian Tuhan kepada
yang dianut oleh masyarakat. Dimana terdapat 6 Gereja Protestan dan 1 Gereja
e. Sarana Umum
masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang, baik Suku Karo, Suku Batak
dan Suku Jawa, Agama Islam ataupun Agama Kristen. Salah satu sarana umum
yang ada di Desa Ujung Serdang adalah Balai Pertemuan (Balai Desa) dimana
balai desa ini merupakan tempat pertemuan masyarakat desa ini baik dalam acara
suka dan duka. Balai pertemuan ini diberi nama dalam bahasa karo “Jambur Ta
yang ada di desa ini, membantu dalam mensukseskan acara/pesta suka maupun
duka yang ada di Desa Ujung Serdang. Ada juga beberapa organisasi lainnya yang
berdasarkan suku yang dianut seperti serikat tolong menolong etnis simalungun (
STMS ), Arisan berdasarkan marga yang disandang dan arisan yang dibentuk
seperti perwiritan untuk bapak-bapak dan ibu-ibu, terdapat juga remaja Mesjid
dan remaja Gereja, Pertemuan untuk kaum bapak-bapak dan kaum ibu-ibu untuk
Kristen.
sangat penting dalam sebuah penelitian terutama penelitian kualitatif. Hal ini
Etnis, lama tinggal, umur, dan agama di Desa Ujung Serdang. Kategori klasifikasi
etnis informan dibagi menjadi empat yakni etnis Jawa, etnis Batak Toba, etnis
Batak Simalungun dan etnis Karo. Informan tersebut sangat dibutuhkan untuk
Tabel 4.1
Karakteristik Informan Berdasarkan Umur
berdasarkan umur terdapat 5 orang adalah informan yang berumur 22-40 tahun
Tabel 4.2
Karakteristik Informan Berdasarkan Agama
No Kategori Agama Jumlah (n)
1 Islam 1
2 Kristen 7
3 Katolik 3
Total 11
berdasarkan agama islam terdapat 1 orang, Kristen terdapat 7 orang, dan katolik
sebanyak 3 orang.
Serdang
Tabel 4.3
Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal Di Desa Ujung Serdang
berdasarkan lama tinggal di Desa Ujung Serdang terdapat 2 orang yang tinggal di
10 tahun lewat.
Tabel 4.4
Karakteristik Informan Berdasarkan Etnis
berdasarkan etnis terdapat 4 orang etnis Batak Simalungun, 1 orang Batak Toba,
Suku :Jawa
Agama :Islam
menjadi masalah dalam keluarga besar ibu Sumiati, perbedaan yang ada tidak
menjadi alasan untuk mereka saling membenci melainkan saling menghargai dan
saling melengkapi kekurangan yang ada. Ibu Sumiati tidak hanya memiliki
keluarga yang berbeda agama dengannya melainkan ibu Sumiati juga memiliki
saudara atau keluarga yang berbeda suku dengannya yakni suku karo dan suku
batak simalungun. Menurut ibu Sumiati walaupun hidup dalam perbedaan yang
sangat banyak namun hal tersebut tidak mengharuskan untuk tidak saling
membantu kebenaran pendapat ibu Sumiati terlihat dari hubungan ibu sumiati
dengan warga yang tinggal di sekitar rumah ibu Sumiati ( tetangga )yang hidup
saling menghargai, tidak pernah terjadi konflik dikarenakan perbedaan yang ada,
ibu Sumiati memiliki tetangga sebelah kanan rumah yang menganut suku jawa
dan menganut agama islam dan sebelah kiri adalah warga yang menganut suku
batak toba dan menganut agama Kristen protestan dan warga yang tinggal di
depan rumah ibu Sumiati ialah warga yang menganut suku menggali dan
menganut agama kriten namun perbedaan yang sangat terlihat tidak menjadikan
ibu Sumiati dan warga atau tetangga menjadi tidak harmoni. Hal tersebut bisa
tercipta dikarenakan adanya sikap dan kesadaran diri bahwa perbedaan itu adalah
pemberian Tuhan, anugrah yang diberikan Tuhan untuk manusia, dan manusia
dituntut untuk menciptakan keadaan atau situasi yang lebih harmoni, baik itu
kebiasaan tolong menolong dan juga sikap toleransi yang ada pada sebagian
melainkan hanya bersandiwara atau dramaturgi, sama halnya dengan apa yang
dilakukan oleh pemilik rumah ibu Sumiati, demi untuk memperoleh sesuatu hal
yang menguntungkan yakni agar ibu Sumiati tetap mau menempati atau
perhatian atau memebrikan bantuan yang kepada ibu Sumiati dengan begitu
sipemilik rumah mendapat keuntungan yakni uang dari hasil kontrak rumah yang
ditempatti oleh ibu Sumiati. Menurut ibu Sumiati hal seperti ini memang saling
memperoleh keuntungan baik untuk pemilik rumah dan untuk ibu Sumiati,
keuntungan yang diperoleh pemilik rumah yakni menapat penghasilan atau uang
dari ibu Sumiati sebagai imbalan atau uang sewa rumah yang ditempati oleh ibu
Sumiati, dan keuntungan yang diperoleh ibu Sumiati beserta keluarga yakni ibu
Sumiati bisa menempati rumah tersebut, membuka usaha milik sendiri yakni Foto
Copy dan bisa saling bersosialisasi dengan warga yang memiliki perbedaan
dengannya, perbedaan agama, suku, ras dan perbedaan yang lainnya dengan
adanya sosialisai tersebut ibu Sumiati menjadi lebih mengetahui tentang sedikit
atau banyaknya tentang warga yang berbeda suku dan agama dengannya, bisa
lebih menambah pengetahuan ibu Sumiati tentang agama lain dan juga tentang
suku yang lain dengan ibu Sumiati, selain bersosialisasi ibu Sumiati dan warga
yang ada pada sesama warga terlebih sesama warga yang tinggal dalam satu desa.
terbaik, karena Desa Ujung Serdang adalah desa yang keadaan masyarakatnya
tertib, aman dan nyaman, kondisi masyarakat yang mampu menciptakan keadaan
aman, kehidupan yang penuh harmoni. Individu mampu hidup sejalan dan serasi
dengan tujuan masyarakatnya yang terpenuhi, tujuan yang baik. Masyarakat yang
Sumiati hal tersebut dapat tercipta dikarenakan masyarakat yang tinggal di Desa
Ujung Serdang sama-sama memiliki tujuan yang sama untuk tinggal di desa ini
uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka setiap
Suku :Nias
memiliki sifat yang terbuka dengan pendatang seperti bapak Emauel, selain
perubahan sikap yang menjunjung tinggi solidaritas dan gotong royong yang
tinggi sehingga desa ini terus menglami kemajuan terhadap perubahan yang lebih
baik dan maju, pola pikir warga yang tidak mau ketinggalan mode atau zaman.
warga yang tinggal di desa ini saling menghargai dan saling tolong menolong
terlebih warga yang tinggal di sekitar rumah bapak ( tetangga) Emanuel ini, ia
berpendapat bahwa tetangganya sangatlah baik, ramah, dan paling penting bagi
bapak ini yakni sifat partisipasi yang tinggi yang dimiliki tetangganya, walaupun
tetangganya juga berbeda suku dan agama dengan bapak ini, ada yang suku karo
dan suku batak bahkan di sebelah kanan rumah bapak ini adalah warga yang suku
jawa yang menganut agama islam, namun tetangganya ini tidak sombong bahkan
sangat baik dan suka membantu bapak ini. Menurut bapak ini kehidupan
bertetangga bapak ini sangat harmoni, sudah 23 tahun bapak ini tinggal di sekitar
warga yang multikultural belum pernah terjadi konflik atau keributan sekecil apa
pun itu. Baik tetangganya yang etnis karo, batak dan jawa bisa saling menghargai
dengan masyarakat yang memiliki sifat yang baik, keinginan untuk menciptakan
keadaan yang tertib aman dan nyaman meskipun masyarakat yang tinggal di Desa
Ujung Serdang memiliki sifat yang multikultural, warga yang ada di Desa Ujung
Serdang tetap bersatu untuk memajukan dan mencapai tujuan desa untuk
sama memiliki keinginan yang sama yakni ingin menciptakan keadaan atu kondisi
yang aman dan tertib agar warga yang tinggal di desa ini tidak terhalang atau
Suku :Nias
Menurut ibu Yustini selama ibu ini tinggal di Desa Ujung Serdang 22
antar etnis, antar agama, menurut ibu ini masyarakat yang terlebih dahulu tingga
di Desa Ujung Serdang ini memiliki sifat yang baik, sifat yang suka tolong
menolong, ibu ini berpendapat bahwa di desa ini sangat banyak organisasi-
dan bersosialisasi baik yang kaya maupun yang miskin, ada oraganisasi kecil yang
dibentuk sperti arisan keluaga berdasarkan marga yang disandang, ada juga arisan
atau organisasi umum yang siapa saja boleh mengkutinya dengan ketentua
Serdang yang aman dan nyaman dan keadaan yang tertib bisa diterapkan oleh
masyarakat desa ini karena dukungan dan motivasi dari pihak pemerintahan desa
ini terutama dukungan dan motivasi dari Kepala Desa yang ada di Desa Ujung
oleh Kepala Desa yang mempertemukan warga, bertemu dan berinteraksi dalam
melakukan sustu pekerjaan yakni gotong royong, untuk memeproleh tujuan yang
sempurna atau untuk memperoleh hasil kerja gotong royong yang baik maka
setiap warga harus bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut, dengan bekerja
sama tanpa memilih –milih teman maka warga sudah melakukan interaksi yang
baik dan secara tidak sadar mereka sudah menunjukan bahwa tidak ada masalah
pada masyarakat.
Ibu Yustini juga berpendapat bahwa keadaan yang tertib, aman dan
nyaman, teratur bisa tercapai tidak terlepas dari factor ekonomi masyarakat yang
memiliki tujuan dan maksud yang sama yakni ingin meningkatkan perekonomian
dengan bekerja di Desa Ujung Serdang, baik bekerja sebagai petani buruh, petani
Menurutnya jika keadaan tidak harmoni tidak akan bisa mendapat pekerjaan
Jenis kelamin : Lk
perubahan yang sangat besar perubahan yang lebih baik daripada sebelumnya
ini bapak ini sangat susah bahkan biaya untuk makan saja sangat susah dan rumah
yang bapak tempati pada saat itu sangatlah tidak layak untuk dihuni tetapi bapak
Marlinson dan istrinya tetap bertahan tinggal di rumah itu walaupun sangat
memprihatinkan karena hanya rumah itu lah yang bisa ditempati secara geratis
tanpa membayar uang sewa, dan pemilik rumah tersebut adalah warga Desa
Ujung Serdang yang menganut suku karo dan menganut agama Katolik.
belum pernah terjadi konflik antar warga meskipun warga yang tinggal di desa ini
adalah masyarakat yang multikultural, namun warga di desa ini sadar bahwa
perbedaan yang ada tidak menjadikan warga yang tinggal di desa ini menjadi
tidak harmoni melainkan mereka mampu menciptakan keadaan yang tertib aman
dan nyaman, hal tersebut bisa tercapai dikarenakan setiap warga yang tinggal di
desa ini memiliki tujuan yang sama yakni ingin menciptaka keadaan yang
yakni memiliki sifat yang tidak egois, memiliki kesadaran bahwa perbedaan yang
ada adalah pemberian Tuhan dan perbedaan itu adalah sederajat tidak ada yang
lebih tinggi statusnya dan tidak ada yang lebih rendah dimata Tuhan semua
Tidak memiliki sifat yang tidak egois adalah ciri utama yang dimiliki
oleh masyarakat Desa Ujung Serdang, dan ia juga mengatakan bahwa kondisi
yang tertib, tidak pernah terjadi konflik antar warga meskipun masyarakat yang
tinggal di desa ini memiliki sifat multikultural. Menurut bapak Marlinson ini
kondisi masyarakat yang hidup harmoni di desa ini juga tidak terlepas dari faktor
ekonomi, dimana setiap warga yang tinggal di desa ini pasti memiliki keinginan
yang sama yakni ingin bekerja dan mendapatkan uang dengan tinggal di desa ini
bisa bekerja dan menghasilkan uang dan dengan keadaan yang harmoni bisa lebih
Jenis kelamin : Pr
belum pernah melihat dan mendengar terjadinya konflik yang terjadi antar warga
masyarakat yang memiliki perbedaan yang sangat banyak, namun perbedaan yang
ada tidak menjadikan warga untuk bersifat sombong melainkan warga yang
tinggal di desa ini saling ,menghargai dan saling tolong menolong. Menurut ibu
ini tingga di desa ini sangat enak, banyak organisasi kecil ada di bentuk oleh
masyarakat di desa ini, arisan kecil yang dibentuk berdasarkan lokasi tempat
tinggal, arisan yang dibentuk berdasarkan marga yang disandang, arisan umum
bisa mempertemukan warga agar bisa saling berinteraksi lebih dekat, bekerja
Menurut ibu Hermian keaadaan yang tertib, aman dan nyaman damai
dan mampu mencapai tujuan desa ini yakni untuk memajukan desa tahap demi
tahap mampu tercapai, hal tersebut dapat terjadi karena kekompakan warga yang
tinggal di desa ini, kemauan yang sama untuk memajukan desa ini menjadi lebih
baik lagi. Hal tersebut bisa tercapai karena dukungan dan motivasi oleh Kepala
Desa dan pemerintahan desa yang lainnya dan juga faktor lingkungan desa ini
kelompok dikarenakan adanya respon dari individu lain, adanya sifat toleransi
yang tinggi di dalam diri setiap indivu, ia mengatakan tidak akan bisa hidup
kerja sama antar semua warrga yang ada di Desa Ujung serdang sehingga terlihat
Jenis kelamin : Pr
Usia : 31 Tahun
pernah mendengar dan melihat adanya konflik yang terjadi antara warga yang
tinggal di desa ini meskipun masyarakat yang tinggal di desa ini adalah
desa ini, dengan kemampuan warganya yang seperti itu kondisi masyarakat di
desa ini dapat dikatakan sudah termasuk keadaan desa yang tertib, aman dan
kesederajatan perbedaan yang ada, kesadaran masyarakat yang sadar bahwa tidak
ada suku atau agama yang lebih tinggi dan mulia namun semuanya adalah sama
atau sederajat terlebih dimata Tuhan, ibu ini juga mengatakan bahwa perbedaan
yang ada pada manusia itu adalah hasil pemberian dari Tuhan yang harus di jaga
sendiri, jadi kunci utamanya untuk menciptakan keadaan yang tertib, aman dan
nyaman dapat tercapai karena kesadaran masyarakat sendiri ada juga faktor
Ujung Serdang dikarenakan oleh dukungan dan motivasi dari Kepala Desa yang
selalu menekankan bahwa perbedaan yang ada dalam masyarakat desa ini adalah
suatu anugrah dari Tuhan agar setiap warga yang ada di desa ini bisa saling
menghargai terlebih bagi warga pendatang ke desa ini, Kepala Desa yang selalu
memberikan arahan dan dorongan agar warganya selalu menjaga solidaritas atau
kesetiakawanan dan kekompakan yang sudah tertanam sejak dari zaman dulu agar
Ujung Serdang mampu hidup sejalan dan mampu menciptakan keadaan yang
tertib tanpa ada konflik diantara warga yang bersifat multikultural dipengaruhi
oleh faktor ekonomi, dimana warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang terutama
warga pendatang memiliki tujuan dan maksud yang sama yaitu sama-sama ingin
keinginan untuk menciptakan keadaan yang tertib dan aman akan mempermudah
Jenis kelamin : Pr
pernah terjadi konflik atau pertentangan antar warga walaupun warga yang tinggal
di desa ini adalah masyarakat yang multikultural, warga yang memiliki sifat dan
kepentingan yang berbeda-beda. Ibu ini berpendapat bahwa masrakat yang tinggal
di desa ini terlebih warga asli desa ini sangatlah terbuka dan memiliki sifat yang
baik, ramah, dan memiliki solidaritas atau kekompakan dan kesetiakawanan yang
sangat tinggi, dengan adaya sifat-sifat tersebut warga yang tinggal di desa ini
yang tertib, aman, dan nyaman. Menurutnya hal tersebut dapat tercapai
dikarenakan adanya kesadaran warga bahwa hidup dalam perbedaan itu adalah
anugrah dari Tuhan yang tidak perlu untuk di jadikan permasalah yang nantinya
akan mengakibatkan perpecahan antar warga dan keadaan yang harmoni tersebut
bisa tercipta karena warga yang tinggal di desa ini hampir 100% memiliki
keinginan untuk menambah penghasilan selain dari gaji pokok yang ia terima dari
tempat bekerjanya seperti di pabrik, dengan tinggal di desa ini warga bisa bertani
dan bekerja sebagai buruh tani sepulang ia bekerja dari perusahaan tempat warga
bekerja.
Usia : 48 Tahun
Suku : Karo
Agama : Katolik
belum pernah terjadi konflik atau pertentangan antar warga meskipun warga yang
tinggal di desa ini adalah masyarakat yang multikultural. Ibu ini berpendapat
bahwa perbedaan yang ada pada warga desa ini tidak menjadikannya tidak
kenyakinan dan berbeda suku dengannya, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
ibu ini memiliki tetangga rumah yang berbeda keyakinan dan berbeda suku
dengannya yakni di sebelah kanan rumahnya adalah warga yang menganut suku
batak toba dan di sebelah kiri rumahnya adalah warga yang menganut suku batak
toba.
masyarakat Desa Ujung Serdang tidak terlepas dari faktor ekonomi. Ibu ini
ekonomi karena setiap warga baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal di
Desa Ujung Serdang memiliki kegiatan untuk bekerja baik di rumah seperti
berjualan, baik di luar rumah seperti berjualan keliling dan ada juga yang bekerja
ini mereka juga pasti memiliki keinginan yang sama dengan ibu Maghdalena ini
yakni ingin bekerja dan mendapat pengasilan. Ibu ini berpendapat bahwa kondisi
masyarakat yang harmoni juga bisa tercipta dikarena desa ini merupakan desa
yang dapat memberikan kehidupan yang layak dikarenakan tanah yang subur yang
cocok untuk bercocok tanam dan juga lapangan pekerjaan yang cukup membantu
perekonomian keluarga.
dimana lingkungan yang dimaksud disini yaitu lingkungan sosial yang baik atau
susasana yang baik dimana masyarakatnya yang hidup dan berinteraksi sehingga
dapat berkembang.
Jenis kelamin : Pr
Usia : 39 Tahun
pernah melihat dan mendengar adanya konflik antar warga terutama antara warga
yang berbeda suku dan agama, ia berpendapat bahwa tinggal di Desa Ujung
tidak bisa sendiri, buktinya di Desa Ujung Serdang warganya hidup dengan aman,
tentram, dan saling menghargai satu sama lain meskipun warga yang tinggal di
melihat kondisi warganya yang memiliki perbedaan yang sangat terlihat tetapi
Desa Ujung Serdang menyadari bahwa perbedaan yang ada adalah suatu hal
anugrah dari Tuhan dan segala yang di anugrahkan oleh Tuhan untuk setiap
yang tertib dan sejalan sehingga mampu menciptakan dan menghasilkan suatu hal
yang baik.
Menurut Ibu Anna, keadaan atau kondisi yang tertib, aman dan nyaman,
saling menghargai dan saling memberikan toleransi yang tinggi terhadap sesama
warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang tidak terlepas faktor ekonomi, hal
keinginan untuk memperoleh hidup yang lebih baik dan lebih maju, dan hal
tersebut dapat diperoleh dari perjuangn kita untuk bekerja dan menghasilkan uang
untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan kebutuhan hidup bisa dipenuhi dengan
bekerja dan agar bisa bekerja dengan aman tanpa adanya konflik maka setiap
orang harus memiliki sifat yang saling menghargai dan saling tolong menolong
serta memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap sesama warga terlebih sesama
warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang. faktor lingkungan sosial juga
Jenis kelamin : Lk
Usia : 50 Tahun
Suku : Karo
Agama : Katolik
Serdang belum pernah terjadi konflik antar warga terutama antar warga yang
berbeda keyakinan dan berbeda suku dan ras, setiap warga yang tinggal di desa ini
hidup saling menghargai dan saling tolong menolong. Menurut bapak ini,
masyarakat yang pertama menghuni atau tinggal di Desa Ujung Serdang ini
adalah masyarakat yang menganut suku karo, dan dengan perkembangan maka
desa ini dipenuhi oleh masyarakat yang multikultural, tetapi walaupun setiap
warga yang tinggal di Desa Ujung Serdang ini memiliki sifat multikultural
yang dimiliki dan dipelihara oleh warga lah yang menjadikan warga tetap
harmoni, keadaan yang tertib, aman, dan nyaman juga mampu diciptakan dan
dipertahankan oleh warga desa ini. Menurut bapak ini juga bahwa masyarakat
yang merantau ke desa ini juga mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan
masyarakat asli di desa ini meskipun memiliki perbedaan yang sangat terlihat,
Bapak ini juga berpendapat bahwa warga yang merantau ke desa ini
kalau warga yang merantau ke desa ini tidak mampu berinteraksi dan
bersosialisasi dengan baik dan menciptakan keaadaan yang tertib maka warga
yang merantau akan mengalami kesulitan untuk bekerja. Bapak ini mengatakan
bahwa hidup harus saling melengkapi, segala kekurangan dan kelebihan dan
segala perbedaan yang ada pada diri warga bukannlah hal yang menjadikan setiap
berjalan dengan mudah tanpa adanya interaksi dengan orang-orang yang ada
satu sama lain menjadikan individu mampu untuk berinteraksi dan bersosialisasi
dengan orang lain sekalipun dengan orang yang berbeda suku dan agama.
Jenis kelamin : Lk
Usia : 77 Tahun
Suku : Karo
Serdang yang sudah sangat lama menjadi warga Desa Ujung Serdang bahkan
sudah dua puluh tahun lamanya ia menjabat sebagai Kepala Desa di Desa Ujung
Serdang. Bapak ini berumur 77 tahun dan memiliki pendidikan akhir Sekolah
Menengah Pertama ( SMP). Bapak ini tidak hanya seorang warga yang biasa-
biasa saja melainkan bapak ini adalah tokoh pejuang bagi masyarakat di Desa
Ujung Serdang karena bapak ini sangat banyak memberikan hal-hal yang baik
bahkan banyak yang sudah ia berikan kepada masyarakat Desa Ujung Serdang
sertifikat Sekolah Dasar (SD) dan pada saat memperjuangkan tanah atau lahan
Sekolah Dasar ini bapak ini belum menjabat sebagai Kepala Desa, bapak ini juga
merupakan dulunya milik PTP Dua dan saat ini balai pertemuan ini dikelola oleh
satu oraganisasi persatuan desa yaitu PSP ( persadan sada perarihen dalam bahasa
karo ) yang artinya Persatuan Satu Kesepakatan, bapak ini juga berhasil
sudah meninggal yang ada di Desa Ujung Serdang, bapak ini juga berhasil
memperjuangkan lahan yang nantinya akan di bangun kantor Kepala Desa yang
baru dan juga lahan atau tanah yang saat ini dibangun Puskesmas Desa merupakan
hasil perjuangan dari bapak Jadi Ginting tidak hanya itu saja bapak ini juga
yanki GBKP ( Gereja Batak Karo Protestan) dan HKBP (Huria Kristen Batak
Protestan) tidak hanya lahan atau bangunannya saja yang berhasil ia perjuangkan
sah dipergunakan untuk kebutuhan umum. Bapak ini tidak hanya pernah menjabat
sebagai Kepala Desa melainkan bapak ini juga merupakan tokoh adat di Desa
Serdang ia belum pernah terjadi konflik terutama konflik antar suku dan agama. Ia
berpendapat bahwa masyarakat yang tinggal di desa ini walaupun memiliki sifat
masyarakat yang multikultural. Menurut bapak ini hal tersebut bisa tercapai
Ujung Serdang
Mata Masyarakat
dari tahun ke tahun. Desa ini adalah desa yang termasuk dalam Kecamatan
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Asal mulanya desa ini merupakan
kampung kecil yang hampir hilang dari peta wilayah kabupaten Deli Serdang
Namun dengan adanya situasi perkembangan dan kemajuan zaman desa ini
penduduk yang menganut etnis karo. Hal ini terungkap melalui wawancara
hanya etnis karo saja melainkan sudah dihuni oleh masyarakat yang multikultural,
terlebih pada saat ini Desa Ujung Serdang ini selalu mengalami perkembangan
yang sangat pesat mulai dari struktur pembangunan desa bahkan fasilitas yang
dilengkapi oleh desa untuk dipakai oleh masyarakat yang tinggal di desa ini. Hal
“Kalau dulu desa ini terlihat sangat jelek karena susunan dan
bentuk bangunan yang ada di sini masih jelek-jelek sekali, ada
yang masih pakai dinding tepas ( sebutan untuk anyaman dari
bambu dalam bahasa karo) ada juga yang dari papan, dan jarak
antara satu rumah dengan rumah yang lain sangat jauh lebih
banyak lahan kosong daripada rumah yang sudah dihuni jadi
kalau kita keluar dimalam hari bisa ketakutan karena gelap sekali,
tapi sekarang ini adek lihat lah betapa banyaknya rumah dan
betapa cantik-cantiknya rumah yang ada di desa ini”
dimata masyarakat terlebih dimata masyarakat yang bukan penduduk asli desa ini
atau perantau, dari segi kependudukan dan wilayahnya secara geografis. Awal
kedatangan mereka pada kurun waktu 1995 sampai 2000 jika dibandingkan
dengan apa yang terlihat pada saat ini menunjukkan perubahan yang signifikan.
Selama beberapa decade terakhir pembangunan baik dari segi bangunan fisik
dahulu didominasi oleh masyarakat asli etnis Karo yang kebanyakan bekerja
sebagai petani dan sebagaian lainnya sebagai pegawai di perusahaan swasta, kini
daerah dengan matapencaharian yang beragam pula. Hal ini terungkap dari
Bapak Jadi Kristian Ginting dimana bapak ini merupakan tokoh adat dan
berhasil ia perjuangkan dan ia berikan kepada Desa Ujung Serdang dan untuk
Serdang dari tahap tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan dan mengarah
kea rah yang lebih maju dan lebih baik, baik dari segi fisik dan segi jumlah
Serdang
terdapat kegiatan produksi, distribusi dan upaya-upaya lain yang diarahkan pada
bahwa dalam lingkup dunia usaha yang majemuk serta saling berinteraksi
Usaha dalam bidang pertanian ini merupakan jenis usaha yang cocok
untuk Desa Ujung Serdang karena Desa Ujung Serdang merupakan daerah
dengan tanah yang sangat subur, sangat cocok untuk bercocok tanam. Hal ini
masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang banyak yang terjun atau bekerja
di usaha bidang pertanian, baik petani buruh maupun petani pemilik modal. Akan
tetapi kalau berbicara masalah usaha dalam bidang pertanian ini tak selamanya
hanya seputar tanam-tanaman saja namun banyak sekali jenis usaha yang masih
sayuran organik, menanam buah organik. Hal ini terungkap dalam wawancara
dengan salah satu informan yaitu Ibu Maghdalena Sembiring yang mengatakan:
juga bekerja sebagai tukang jahit pakaian. Jasa jahit ini tidak akan sepi
pengunjungnya sebab bukan hanya untuk membuat atau menjahit pakaian jadi tapi
untuk perbaikan baju robek juga bisa dilakukan. Jasa jahit pakaian masih ramai
bahkan bukan hanya ibu rumah tangga tapi banyak juga penjahit yang berasal dari
kalangan pria. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan informan yaitu
“…selain saya bekerja di perusahaan swasta yang ada di depan itu, saya
juga bekerja sebagai tukang jahit ( Edu Taylor) sebenarnya pekerjaan saya dulu
adalah tukang jahit di Nias Cuma karena tidak laku dan tidak banyak yang
menjahit maka saya sering tidak bekerja dan tidak dapat uang jadi saya dulu
merantau ke Medan lalu ada kawan saya mengajak saya untuk tinggal di desa ini
katanya ada lowongan kerja di pabrik dan saya mencobanya Puji Tuhan saya di
terima dan saya mulai menjahit lagi sampai saat ini pakaian yang harus saya
jahit sudah sangat banyak..”
Selain bekerja di bidang keahlian seperti menjahit, warga Desa Ujung
Serdang juga memiliki dunia usaha yang lain, terutama masyarakat pendatang
yang membuka usaha took campuran. Usaha took campuran bahan pokok
tentunya sudah lazim untuk anda lihat di tanah air, dimana took yang juga biasa
disebut warung ini dapat dengan mudah ditemukan mulai dari lorong atau gang-
gang kecil, jalan-jalan kecil dan besar, disekolah, dikampus, diterminal dan
merupakan usaha yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Desa Ujung
Serdang terutama masyarakat pendatang baik Etnis Batak, Karo, Jawa dan Nias.
“… kalau disini banyak kerjaan yang bisa dikerjakan asalkan kita mau
dan tidak malu, seperti tukang jualan warung-warung kecil atau pun
warung besar biasa disebut disini kedai grosir dan banyak juga pemilik
grosir yang memperkerjakan anak-anak muda untuk mengangkat barang-
barang pesanan dari warung-warung kecil untuk diantar, terus bisa juga
kerja di Depot Air sebagai tukang antar air, bisa juga kerja di bengkel,
makanya saya bilang kalau tinggal di desa ini tidak akan bisa kelaparan
karena tidak ada nasi untuk dimakan aslakan mau dan tidak malu untuk
bekerja yakinlah pasti bisa membantu perekonomian keluarga..”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulakan bahwa
masyarakat Desa Ujung Serdang tidak hanya bekerja di bidang pertanian saja
melainkan banyak pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Misalnya membuka usaha seperti Depot Air,
membuka usaha pencuci kreta ( dorsemer), usaha foto copy, dan lain sebagainya.
menghasilkan uang atau menghasilkan interaksi antar masyarakat baik antar etnis
bergantung bantuan dari orang lain. Inilah dasar dan alasan antara individu yang
satu dan yang lain melakukan interaksi sosial. Dilingkungan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat tidak lepas adanya hubungan sosial ini. Interaksi sosial
seperti ini, seperti yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto (dalam Bambang,
dengan adanya dua jenis syarat yang harus dilaksanakan, yakni kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial dapat dipahami bahwa tidak selalu terjadi melalui
interaksi atau hubungan fisik, sebab orang melakukan kontak sosial dengan pihak
lain tanpa menyentuhnya. Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yakni kontak
sosial positif dan negatif. Interaksi yang dilakukan melalui kontak sosial yang
terjadi di Desa Ujung Serdang merupakan interaksi melalui kontak sosial yang
positif, dimana dapat dilihat ada beberapa etnis yang tinggal di Desa Ujung
Serdang yang tidak memepermasalahkan latar belakang antar satu Etnis dengan
Etnis lainnya sehingga terjalin suatu keadaan atau kondisi yang harmoni dimana
keadaan masyarakat yang aman dan nyaman, tertib, memiliki solidaritas dan
kekompaan yang tinggi diantara masyarakat yang tinggal di Desa Ujung Serdang.
Hidup saling menghargai dan memberikan toleransi terhadap sesama warga yang
memelihara rasa kepedulian terhadap sesama warga yang tinggal di Desa Ujung
Serdang terlebih sesame tetangga rumah walaupun memiliki latar belakang yang
berbeda namun hal itu tidak menjadikan warga untuk tidak saling menghargai dan
menjadi harmoni. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sumiati yaitu :
yang merupakan salah satu warga Desa Ujung Serdang tetapi tidak termasuk
informan dalam penelitian ini tapi E. Ginting ini ada pada saat penulis melakukan
“Memang benar apa yang dikatakan ibu sumiati ini dek, kalau
tidak ada sifat saling menghargai dan ingin menang sendiri pasti
udah pernah bahkan sering sekali terjadi konflik di desa ini, semua
pengen menang sendiri dan pengen diagungkan itu pasti gak bisa,
tapi disini tidak seperti itu dek, kalau saya lihat warganya semua
saling menghargai walaupun memiliki latar belakang yang
berbeda-beda, kayak aku lah dek…tetanggaku yang disebelah kiri
itu orang batak Toba banyak yang bilang kalau batak toba itu
orangnya keras, pengen menang sendiri tapi sampe saat ini udah
hampir sepuluh tahun kami bertetangga belum pernah kami
berantam apalagi berantam hanya untuk mempermasalahkan hal-
hal yang gak penting itu belum pernah terjadilah dan mudah-
mudahan jangan terjadilah untuk kedepannya, biar bisa aman-
aman tinggal di desa kayak Desa Ujung Serdang ini kuncinya
Cuma satu dek yakni saling menghargai dan saling memberikan
toleransi ke sesama, jadi orang yang tadinya berkunjung ke desa
percakapan antara dua orang atau lebih secara tatap muka tanpa adanya perantara
seperti halnya untuk bertegur sapa dengan tetangganya. Seperti yang dilakuakan
disadari oleh masyarakat Desa Ujung Serdang melakukann proses interaksi sosial
berupa kontak dan komunikasi dengan tetangganya. Kontak sosial yang terjadi
tidak harus bersentuhan secara fisik, malalui percakapan yang diawali dengan
bertegur sapa dan kemudian menayakan kabar serta sesuatu hal terkait
bahasa isyarat. Setelah adanya kontal sosial dalam masyarakat tentunya akan
muncul komunikasi yang lebih menekankan pada bagaimana pesan itu akan
melalui telepon, surat ataupun alat bantu lainnya. Interaksi sosial secara tidak
langsung ini juga terdapat kontak ataupun komunikasi sebagai syarat terjadinya
Seperti halnya akan diadakana kegiatan perwiritan atau pertemuan ibu –ibu arisan
kepada setiap anggota atau peserta untuk mengadakan kegiatan tersebut, biasanya
masyarakat Desa Ujung Serdang melalui media perantara seperti halnya spanduk
kader di setiap dusun mengenai jadwal atau persiapan yang diperlukan pada saat
posyandu berlangsung, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu
bantu berkomunikasi maka warga tidak harus saling bertatap muka untuk
masyarakat Desa Ujung Serdang dengan cepat. Interaksi sosial secara tidak
langsung ini membuktikan bahwa berinteraksi tidak harus bersentuhan secara fisik
ataupun badaniah melainkan ada cara-cara lain yang dapat membantu terjadinya
interaksi sosial dalam masyarakat namun tetap mengarah kepada syarat terjadinya
interaksi.
maka dapat dilihat bahwa bentuk interaksi yang terjadi bersifat assosiatif yang
ditandai dengan adanya bentuk kerja sama. Kerja sama merupakan untuk
segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan pada kerja sama.
atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
interaksi proses asosiatif yaitu interaksi kerja sama antar masyarakat yang satu
dengan yang lainnya. Kerja sama yang dilakukan baik saling menguntungkan bagi
mereka, kerja sama yang bertujuan untuk mencapai sesuatu hal yang berguna
untuk bersama, suatu hasil yang dapat dinikmati bersama seperti keadaan an
kondisi yang tertib, aman dan nyaman adalah salah satu tujuan utama yang dapat
dinikmati bersama dan untuk memperoleh hal tersebut membutuhkan kerja sama
yang baik, tidak ada hal yang tidak mungkin terjadi segala sesuatu dapat terjadi
baik yang buruk maupun yang baik tetapi sesuatu hal yang terjadi yang sangat
diharapkan oleh setiap warga itu pasti sesuatu hal yang baik untuk pribadi maupun
untuk sesama. Salah satu contoh kecil kerja sama yang sudah dilakukan oleh
masyarakat di Desa Ujung Serdang adalah memberikan rumah yang kosong untuk
disewa oleh warga lain yang belum memiliki rumah dengan begitu kedua belah
hasil berupa uang sewa dan si penyewa mendapat rumah untuk di tempati, sama
sipembeli mendapatkan rumah atau lahan dan tentunya kerjasa sama ini tidak
menutup kemungkinan terjadi antara warga yang berbeda etnis karena pemilik
lahan atau rumah yang mayoritas di Desa Ujung Serdang adalah warga yang
menganut etnis Karo dan pendatang pasti ada yang menganut etnis Batak Toba,
Nias, Jawa, Batak Simalungun dal yang lainnya. Dengan begitu pendatang dapat
tempat tinggal dan membuka usaha untuk keberlangsungan hidup mereka dan
harapan untuk mendapatkan perekonomian yang lebih baik dari tempat mereka
Serdang warga yang sudah lebih dulu tinggal di Desa Ujung Serdang tidak
yang dilakukan oleh warga Desa Ujung Serdang interaksi proses asosiatif yaitu,
kerja sama. Penjelasan di atas sesuai dengan apa yang disampaikan oleh salah satu
Kerja sama yang terjadi pada masyarakat Desa Ujung Serdang tidak
hanya seperti halnya yang dijelaskan di atas, namun ada juga kerja sama diantara
organisasi persatuan desa untuk semua warga yang tinggal di Desa Ujung
Serdang. Psp ini berupa kegiatan membantu warga yang sedang melaksanakan
pesta suka ataupun duka dengan catatan mengundang organisasi ini, dan anggota
yang didalamnya tidak hanya satu etnis saja melainkan ada banyak etnis yang ikut
serta dalam kegiatan ini, jumlah kepala keluarga perstuan ini kurang lebih 150
kepala keluarga yang ikut serta dalam persatuan ini . Sistem kerja organisasi atau
persatuan ini yakni setiap anggota yang ingin mengadakan pesta maka setiap
anggota persatuan ini membayar atau member sumbangan (teken les ) untuk yang
pesta suka atau duka tidak hanya membayar namun anggota tersebut harus
membantu dalam segi kehadiran dan membantu mulai dari perencanaan hingga
akhir selesainya pesta tersebut, dan setia anggota persatuan ini dibagi menjadi 3
kelompok yakni kelompok satu, dua, dan tiga kelompok ini lah yang bekerja
untuk membantu mensukseskan setiap acara atau pesta suka ataupun duka yang
ada di Desa Ujung Serdang dan kelompok tersebut bekerja secara bergiliran mulai
yang bertugas adalah kelompok dua dan begitu seterunya. Persatuan ini sama juga
diperuntukkan kepada setiap etnis yang ada di Desa Ujung Serdang namun tidak
untuk agama islam. Persatuan ini dibentuk atas dasar kesepakatan bersama dan
dikelola oleh seluruh masyarakat yang ada di Desa Ujung Serdang. Organisasi
atau persatuan ini juga mempengaruhi terjadinya interaksi dan kerja sama antar
desa ini (psp) karena menurutnya sangat membantu ketika terkena musibah atau
mengadakan pesta suka ataupun duka karena persatuan ini merupakan persatuan
yang bergerak dibidang sosial. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah
kerja sama antar warga yang ada di Desa Ujung Serdang dapat terlihat dalam
sebuah organisasi atau persatuan, tidak hanya kedua persatuan tersebut yang ada
kecil yang ada di Desa Ujung Serdang misalnya seperti Arisan keluarga, arisan
Serdang bekerja sama adalah pada saat dilaksanakan kegiatan rutin gotong royong
hal ini dianggap sangat efektif dalam menyatukan kerja sama antar masyarakat
Desa Ujung Serdang. dalam hal ini terdapat unsure-unsur kerukunan antar etnis di
Desa Ujung Serdang. kerukunan tersebut terwujud dari kerjasama yang dibangun
kerjasama ini tetap dipertahankan guna untuk mempererat solidaritas antar etnis di
masyarakt Desa Ujung Serdang, sebagai bentuk strategi pola hidup bersama untuk
merupakan sustu bukti adanya keselarasan hidup antar sesama, terutama yang
bentuk peredam konflik yang akan bisa terjadi kapan saja yang memungkinkan
pencampuran dua budaya yang berbeda yang terjadi akibat interaksi dan sudah
berlangsung sangat lama seperti yang terjadi pada Ibu Anna yang berasal dari
Etnis Batak Simalungun dan suaminya Bapak M. Karo-karo yang berasal dari
berjalannya waktu Ibu Anna dan suaminya dapat menyesuaikan diri dan saling
aslinya. Selain asimilasi dan akulturasi terdapat pula amalgamasi yang dihasilkan
dari proses interaksi. Terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa
Karo, Etnis Batak dengan Etnis Nias dan masih banyak lagi. Masyarakat Desa
mereka dengan membuka diri dan bisa menerima etnis lain yang dapat
berbagai elemen, baik itu suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa
dan lain-lain yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat yang mememiliki satu
beberapa golongan etnis didalamnya seperti Etnis Nias sebagai etnis minoritas di
Desa Ujung Serdang, Etnis Jawa yang terdapat di pinggiran jalan Desa Ujung
Serdang yang mebuka usaha rumah makan yang populasinya hanya beberapa saja,
Etnis batak yang juga memiliki harta berupa tanah dan Etnis Karo yang
mendominasi terhadap harta berupa tanah, rumah kontrakan dan ruko. Tetapi
semua etnis yang terdapat di sini sudah membawur dalam satu lingkungan antara
“…di desa Ujung Serdang ini yang dulunya hanya ada etnis karo
saja tetapi sekarang sudah tidak lagi, melainkan banyak etnis yang
tinggal di desa ini, kayak etnis Nias, Etnis Jawa, Etnis Batak
Simalungun, Batak Toba. Karo bahkan ada juga Batak pakpak dan
orang menggali ( india) namun orang india dan orang pakpak ini
tidak banyak palingan ada 3 atau 4 orang lah, walaupun banyak
etnis, banyak agama, banyak pendidikan yang berbeda-beda di
desa ini sudah saling bercampur dan saling berbaur dan saling
menghormati dan saling menghargai sehingga belum pernah lah
terjadi konflik antar warga gara-gara beda suku dan agama
sampai saat ini masih aman-aman saja kok, buktinya meskipun
yang mendominasi di desa ini adalah orang karo dan termasuk
juga orang batak tidak mempersoalkan atau mempermasalahkan
etnis pendatang untuk membuka usaha atau mendominasi untuk
membuka usaha milik sendiri seperti membuka warung atau toko-
toko kecil…”
Hal ini diperkuat oleh penjelasan salah satu informan yaitu Ibu Hermian
Hal ini juga diperkuat oleh penjelasan salah satu informan Ibu Yustini Dao
yang mengatakan :
“…disini banyak etnis yang tinggal dan setiap etnis itu pasti
memiliki usaha untuk menambah penghasilan dan untuk
memperbaiki keadaan ekonominya, kayak orang jawa kan mereka
rata-rata membuka usaha rumah makan ada yang jualan mie sop,
sarapan pagi dan ada orang jawa ini banyak juga yang bekerja
sebaggai asisten rumah tangga orang karo, terus ada orang batak
juga yang membuka rumah makan khas batak, terus orang Nias
seperti saya ini ada yang jualan bak mie, ada yang membuka usaha
jahit, terus ada juga yang bekerja di pabrik depan itu, terus ada
orang india yang saya lihat jualan susu lembu yang tiap sore lewat
dan orang karo yang merupakan mendominasi harta berupa tanah
di desa ini banyak ragam profesi pekerjaan yang mereka kerjakan,
ada yang bertani, ada yang jualan, ada yang bekerja sebagai
pegawai negri bahkan aparat pemerintahan desa ini beragam juga
ada orang jawa, ada orang karo, ada orang batak, walaupun banyak
ragamnya tapi tidak saling mengejek dan saling membenci
melainkan semuanya saling membantu terlebih membantu tetangga
rumah yang berdekatan seperti saya ini sering dibantu sama kakak
itu yang orang karo itu nanti dia mau jaga anakku ini, terus nanti
kalau aku sibuk dia mau bantuin kalau udah siap kerjaannya…”
Desa Ujung Serdang merupakan bersifat multikultural yang terdiri dari berbagai
suatu kelompok masyarakat yang memiliki satu pemerintahan yang sama. Hidup
saling menghargai dan saling menegur menjadikan warga Desa Ujung Serdang
masyarakat multikultural yang harmoni, tanpa ada konflik, dan mampu hidup
sejalan dan dengan tujuan yang sama yakni ingin memperoleh kehidupan yang
lebih baik lagi baik dari segi ekonomi dan segi kehidupan sosialnya masing-
masing.
di Desa Ujung Serdang tidak terlepas dari nilai sosial dan norma sosial.
1. Nilai Sosial
bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai sosial. dimana
suatu tindakan dianggap sah, secara moral dapat diterima apabila tindakan
tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh
sangat rajin beribadah akan dinilai sebagai orang baik, pantas dan harus dihormati
dan dicontoh sedangkan orang yang malas untuk beribadah akan menjadi bahan
dengan individu-individu lai dalam masyarakat. Nilai yang dianut oleh seorang
individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota
masyarakat multikultural yang dilakukan di Desa Ujung Serdang karena ada suatu
Serdang merupakan warga atu etnis pendatang yang datang dari berbagai daerah
untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik dari segi ekonomi. Dengan
datangnya warga pendatang ke Desa Ujung Serdang masyarkat yang lebih dulu
tinggal di Desa Ujung Serdang melihat ada nilai guna yang sangat baik dengan
tanah kosong di Desa Ujung Serdang yang sebelumnya tidak dimanfaatkan akan
tetapi dengan kehadiran etnis pendatang etnis yang mempunyai lahan kososng
warga pendatang yang ingin tinggal di Desa Ujung Serdang dan banayk juga
masyarakat asli yang menjual lahan atau tanah kosong untuk warga pendatang
“…Di Desa Ujung Serdang ini banyak warga atau etnis pendatang
yang datang dari berbagai daerah pindah kemari karena faktor
ekonomi mereka yang sebelumnya masih tergolong rendah
buktinya saya melihat pertama ia pidah sangat kelihatan
bagaimana penampilan dan gaya hidup mereka yang masih
sederhana, tetapi setelah tinggal di desa ini banyak pekerjaan
yang bisa dikerjakan dan untuk menambah penghasilan membuat
kehidupan ekonomi etnis pendatang menjadi lebih baik dari
sebelumnya, dan dengan kedatangan warga tersebut masyarakat
yang lebih dulu tinggal disini mendapat keuntungan dari hasil
multikultural di Desa Ujung Serdang. Konsep nilai sosial yang hanya melihat baik
bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Dan ukuran yang digunakan oleh
orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan
masyarakat.
diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu tertentu.
dianggap berperan penting dalam hal ini. Norma atau hukum adat yang telah
ditanamkan di Desa Ujung Serdang sangat berlaku baik bagi warga pendatang,
dimana kepada setiap warga pendatang wajib atau diharuskan menaati peraturan
yang telah dibuat oleh warga dan pemerintahan setempat seperti saling
menghormati antar warga baik yang berbeda etnis dan berbeda agama sekalipun,
mengikuti kegiatan warga yang telah di sepakati bersama misalnya kerja bhakti
dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh warga
2. Makna tersebut berasal dan interaksi sosial sesorang dengan orang lain.
berlangsung.
Sesuai dengan konsep di atas, dan sejalan dengan penelitian ini proses
harmoni interaksi sosial di Desa Ujung Serdang karena adanya makna yang
proses terjadinya interaksi sosial yang harmoni di Desa Ujung Serdang dimulai
dengan kedatangan Etnis pendatang yang ingin tinggal di Desa Ujung Serdang
masyarakat yang sudah tinggal lebih dahulu di Desa Ujung Serdang menafsirkan
makna dengan kedatangan warga baru yang jumlahnya semakin banyak di desa
tersebut. Makna yang ditangkap oleh masyarakat sekitar Desa Ujung Serdang
berasal dari interaksi sosial yang terjadi baik antar masyarakat setempat atau
adanya kedatangan etnis pendatang namun bagi setiap warga lainnya dengan
atau rumah yang tidak mereka pergunakan dengan begitu warga pendatang dapat
memanfaatkan atau menggunakan rumah atau lahan tersebut untuk wadah untuk
mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga dengan cara ada yang
mebuka kios atau membuka toko-toko kecil, membuka usaha laundry, usaha foto
yang dilakukan oleh masyarakat setempat, yaitu menggarap tanah kosong mereka
yang selama ini tidak diurus dengan tumbuhnya poho atau semak-semak dan
rumah kosong yang sebelumnya tidak pernah diurus mempunyai nilai guna
lebih baik sehingga proses harmoni antar etnis di desa tersebut berjalan dengan
Desa Ujung Serdang direspon oleh masyarakat setempat, artinya keberadaan Desa
Ujung Serdang tersebut sudah dimaknai sebagai Desa berkembang dan tempat
makna keberadaan warga pendatang melakukan interaksi sosial antar warga satu
dengan yang lainnya demi memperkuat makna keberadaan warga pendatang itu
tersebut. Dan makna keberadaan warga pendatang tersebut semakin kuat dan
harmoni antar warga baik antar etnis, agama yang berbeda tinggal dalam satu
lingkungan.
semula pendapatannya hanya dihasilkan dari petani, buruh, berdagang dan pns.
desa tersebut menjadi desa yang berkembang dan maju yang beragam etnis,
usaha yang sebelumnya daerah tersebut belum ada usaha yang sudah dibuka oleh
lebih baik.
Hal ini diperkuat oleh penjelasan salah satu informan yaitu Ibu Yustini
Dao yang mengatakan :
“…pendapan warga asli di desa ujung serdang ini pasti
bertambah lah dari hasil uang sewa atau uang jual tanah mereka, kami juga
warga pendatang pendapatn kami semakin bertambah karena kami bisa bekerja
tidak hanya satu pekerjaan saja melainkan kami bisa bekerja dengan orang asli
disini yang memili sawah atau ladang yang sangat luas untuk dikerjakan,
sepulang dari pekerjaan kami seperti yang kerja di pabrik kan kadang Cuma
setengah hari jadi setengah harinya kami bisa bekerja di sawah warga disini…”
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sebagai
berikut :
1. Desa Ujung Serdang adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan
ditempati oleh beberapa etnis bangsa yaitu Etnis Jawa, Etnis Batak Toba,
Etnis Batak Simalungun, Nias, Karo dan daerah yang ditempati oleh
beberapa agama yakni Islam, Katoli, dan Kristen Protestan dan daerah
sekali menempati desa ini adalah Etnis Karo dan dipimpin oleh seorang
Kepala Desa yang pertama yang menganut agama islam, dan dengan
perkembangan zaman desa ini semakin maju baik segi jumlah penduduk
dan segi fisik desa ini ditandai dengan bertambahnya etnis pendatang ke
desa ini sehingga desa ini termasuk desa yang dihuni oleh masyarakat
pendidikan atau pun sesama. Hubungan yang baik ini ditandai dengan
adanya faktor-faktor dari interaksi itu sendiri seperti faktor imitasi yang
merupakan tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai
yang merasa tertarik pada orang lain, faktor empati yang merupakan
olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, faktor motivasi
diberikan seorang individu yang lain sedemikian rupa sehingga orang yang
asosiatif yang berarti adanya kerja sama dan akomodasi di Desa Ujung
perkawinan campuran baik antar etnis maupun agama. Proses ini terjadi
yang memiliki lahan yang selama ini tidak diurus yang kemudian
membersihkannya dan rumah yang selama ini tidak ada yang menempati
dan juga membangun rumah yang baru serta kios-kios yang disewakan
kepada warga pendatang yang ingin tinggal dan membuka tempat usaha
lingkungan yang bersih dan aman yang membuat warga menjadi tahan
atau betah untuk tinggal di Desa Ujung Serdang, di desa ini yang masih
menggunakan sumur bor untuk memperoleh air yang bersih, air yang
bersumber dari mata air sendiri yakni dari bawah tanah dan lingkungan
yang dihuni oleh masyarakat yang menerapkan sikap toleransi dan sikap
Ujung Serdang yang dilakukan oleh masyarakat dalam penelitian ini juga
dalam satu lingkungan, dan tidak pernah terjadi masalah antar kelompok
etnis, kelompok agama satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan baik
warga asli atau setempat yang sudah tinggal di Desa Ujung Serdang sangat
lama dan warga pendatang yang datang ke Desa Ujung Serdang tidak
yang lain, antar agama satu dengan agama yang lain, dengan pendidikan
yang rendah maupun pendidikan yang tinggi dan juga orang kaya maupun
Nias yang ada di desa ini, dan Etnis Batak yang masih menggunakan
bahasa batak, baik batak Simalungun maupun Batak Toba. Dan nilai kerja
sama antar warga yang berbeda juga terkandung dalam penelitian tersebut,
sama yang saling menguntungkan antar warga satu dengan warga lainnya
oleh warga yang bersifat multikultural, ker sama yang nyata juga ditandai
atau rumah kosong agar warga pendatang mempunyai tempat tinggal dan
nanti.
5.2 Saran
yang sudah berjalan dengan baik dan mempererat solidaritas antar etnis,
sangat diperlukan agar memperluas pandangan dan pola pikir tentang suku
bangsa lainnya.
4. Hindari konflik yang berkaitan dengan etnis ataupun agama yang dapat
Bambang, Saptono. 2007. Sosiologi Untuk Kelas XI. Jakarta: PT. Phibeta Aneka
Gama
Elly, Setiadi, Medan Kolip Usman. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial. Teori Aplikasi dan Pemecahan. Jakarta:
Kencana
Jurnal/Skripsi:
Septian, Afry Sembiring. 2015. Harmonisasi Interaksi Antar Etnis Di Desa Baru
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Jurusan Sosiologi.
Universitas Sumatera Utara
Sumber website :
http://beritasumut.com/view/politikpemerintahan/12776/kalteng-puji-
Harmonisasi-antar-etnis-di-sumut.html#.UwDQcSdm6hq.(Diakses pada
29 desember 2016 pukul 20.00 wib).
(http://eprints.ung.ac.id/id/eprint/13178)
(http://nurlela.note.fisip.uns.ac.id/2015/09/23/Komunikasi-Verbal-dan -Non-
verbal).
Gambar 4.1
Desa Ujung Serdang yang menganut su- yang menganut suku Batak Toba (
Kristen).
Batak toba
Keterangan : Foto usaha warga etnis Keterangan : Foto usaha warga etnis
Karo
Karo
GAMBAR 4.3
Pejuang tanah atau lahan balai pertemuan yang ada di Desa Ujung
Serdang