Anda di halaman 1dari 10

PELAKSANAAN KETERBUKAAN AKSES INFORMASI

UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Mochamad Mirzan Nasrulloh / 20040704174


Fakutas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia,
1

mochamad.20174@mhs.unesa.ac.id /

Abstrak

Akses informasi yang terbuka merupakan salah satu alat untuk mengawasi kerja
instrumen lingkungan. Instrumen lingkungan ikut andil pada pembangunan
berkelanjutan. PROPER merupakan program evaluasi kinerja perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan, instrumen yang terus dilaksanakan oleh pemerintah sejak
tahun 1995 dan dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Tujuan
PROPER adalah untuk memantau dan meningkatkan pengelolaan lingkungan
perusahaan. Akses terbuka ke informasi dapat membantu kinerja yang benar. Salah
satu cara untuk menyebarkan informasi adalah dengan memposting hasil yang
BENAR menggunakan gambar ikon berwarna. Berdasarkan hal tersebut, artikel ini
bertujuan untuk memahami proses penerapan akses informasi yang benar. Dari hasil
identifikasi, tentukan mekanisme implementasi saat mengakses informasi secara
langsung (pencapaian pengetahuan) dan tidak langsung (menggunakan sarana
perantara). Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan PROPER adalah
peningkatan kapasitas, peningkatan transparansi, peningkatan koordinasi dan
perbaikan sistem sosialisasi. Meningkatkan transparansi penilaian, menjaga penilaian
dengan gambar nasional dan ikon berwarna, merupakan cara mudah untuk
mengedukasi seluruh masyarakat dan memanfaatkan tokoh masyarakat untuk
berperan mendidik masyarakat agar benar-benar mengerti.

Kata Kunci: Pengelolaan lingkungan perusahaan, kebijakan publik, keterbukaan


infomasi lingkungan, PROPER, partisipasi masyarakat.

.
A. PENDAHULUAN

Kondisi populasi yang terus berkembang dapat menyebabkan penurunan

kualitas ekologis. Kerusakan ekologis secara konsisten akan menjadi masalah

yang paling mendesak untuk ditangani. Selain itu, tingginya intensitas kegiatan

perekonomian misalnya, industri dan perakitan dapat menyebabkan meningkatnya

pencemaran dan kerusakan lingkungan yang sangat serius. Semua ini menjadikan

pelaksanaan pengelolaan lingkungan sangat penting. Semua pemangku

kepentingan harus dilibatkan agar pengelolaan lingkungan berjalan lancar. Tata

kelola yang baik merupakan prasyarat terpenting untuk mencapai pengelolaan

lingkungan yang baik dan pembangunan berkelanjutan yang optimal.

Kesepakatan nasional untuk lebih menekankan pada konsep pembangunan

berkelanjutan Indonesia diprakarsai pada Konferensi Nasional Pembangunan

Berkelanjutan di Yogyakarta pada Januari 2005 . Salah satu kesepakatan yang

disimpulkan dan diterima dalam Konferensi tersebut adalah pengembangan dan

pemanfaatan komunikasi dan informasi. Dalam konteks pengelolaan lingkungan,

pengembangan dan pemanfaatan komunikasi dan informasi dipahami tidak hanya

sebagai upaya penyediaan informasi secara linier, top-down atau terbalik (bottom-

up), tetapi juga sebagai cara arus informasi. untuk dipertukarkan sehingga terjadi

dalam suatu dialog.[1]

Keterbukaan akses informasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

mengendalikan dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan. Akses terbuka

adalah hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan

meningkatkan kualitas hidupnya. Hak atas informasi lingkungan dapat

meningkatkan efektivitas partisipasi dalam pengelolaan lingkungan. Menurut


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, hak

akses publik atas informasi adalah bahwa semua informasi tersedia untuk publik

dan dapat diakses oleh semua pengguna informasi publik, kecuali sangat dibatasi.

Meningkatnya kebutuhan akan transparansi dan partisipasi publik dalam

pengelolaan lingkungan telah berkontribusi pada akses yang lebih baik terhadap

informasi lingkungan.

Hak akses diakui sebagai bagian integral dari Prinsip Deklarasi Rio 10, Ini

menyatakan bahwa setiap orang harus memiliki akses ke informasi lingkungan

yang harus dipelihara oleh otoritas publik dan terus diinformasikan untuk

kepentingan masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang Pengelolaan

Perlindungan Lingkungan Hidup (UUPLH) No. 32 Tahun 2009 dan Undang-

Undang Kehumasan dan Keterbukaan Informasi (UUKIP) No. 1 Tahun 2008,

pemerintah daerah khususnya dapat berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan.

Ketika akses publik terhadap informasi lingkungan meningkat, ia dapat

memainkan peran penting dalam meningkatkan polusi, membuat keputusan, dan

meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan. Hubungan satu pihak dalam

pengelolaan lingkungan berarti bahwa semua kegiatan pengelolaan lingkungan

yang disepakati secara terus menerus dikomunikasikan dan diketahui semua pihak.

Informasi mengenai keterlibatan publik dapat dilihat dari laporan pengaduan

berdasarkan website KLH. Pada tahun 2020 KLH telah menerima pengaduan

lingkungan sebanyak 2113 laporan, ini menunjukkan bahwa kepedulian

masyarakat masih banyak. Akses informasi yang terbuka merupakan salah satu

mekanisme yang mengontrol berfungsinya alat-alat lingkungan. Perangkat

lingkungan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. PROPER merupakan


program evaluasi kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, instrumen

yang terus dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahun 1995 dan dikembangkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup. PROPER merupakan kebijakan yang menilai

kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan dengan peringkat warna. PROPER

dirancang untuk menginspirasi perusahaan untuk berkomitmen pada pemeliharaan

lingkungan melalui alat insentif dan disinsentif. Insentif berupa sosialisasi reputasi

atau citra yang baik kepada publik bagi perusahaan dengan praktik pengelolaan

lingkungan yang baik. Mereka ditandai dengan label biru, hijau dan kuning.

Disinsentif berupa menyebarkan reputasi buruk atau citra buruk kepada

perusahaan dengan praktik pengelolaan lingkungan yang buruk. Itu ditandai

dengan label hitam dan label merah.[2]

PROPER menggunakan instrumen kepatuhan dan instrumen pelaporan

sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan lingkungan

perusahaan. Kepatuhan terhadap Instrumen diukur dengan serangkaian peraturan

yang dikeluarkan pemerintah. Instrumen informasi diukur melalui penyebaran

hasil kinerja perusahaan ke masyarakat dan juga pelibatan masyarakat sebagai

kontrol sosial dalam pengelolaan dampak lingkungan. Selain berupa pengaduan

lingkungan, PROPER juga menerima pelayanan informasi. Meskipun mekanisme

pelayanan informasi memang belum dijelaskan secara detail di dalam UUKIP dan

peraturan turunan lainnya. Maka dari penjelasan permasalahan di atas dapat

ditinjau rumusan masalah artikel yaitu bagaimana mekanisme implementasi akses

informasi kepada masyarakat dalam mengelola lingkungan melalui PROPER.


B. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROPER merupakan salah satu instrumen pengelolaan lingkungan dalam

upaya pembangunan berwawasan lingkungan. Melalui instrumen informasi,

PROPER ditujukan untuk mencegah hingga mendorong perusahaan memperbaiki

lingkungan yang telah mengalami kerusakan melalui peraturan dan partisipasi

masyarakat (social control). PROPER melimpahkan kesempatan kepada seluruh

masyarakat guna berperan aktif dalam pengendalian terhadap dampak ekologis.

Untuk kepentingan demokratis, peran individu dan masyarakat diperlukan secara

giatdi baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Dasar hukum PROPER

tercantum dalam Pasal 10 huruf e Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH). UUPLH menyatakan bahwa dalam

rangka pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah berkewajiban untuk

mengembangkan perangkat yang meliputi pemantauan (pengendalian),

pencegahan (preventing) dan proaktif (respons) dalam upaya mencegah kerusakan

lingkungan lebih lanjut, pengurangan toleransi dan toleransi lingkungan.

Lingkungan dan masalah yang menjadi satu adalah suatu sistem yang padu, terdiri

atas banyak skema berbeda, yang mana masing-masing mempunyai kegunaan dan

perilaku yang berbeda-berbeda dan saling bergantung. Sebagai sistem yang

kompleks, ilmu pengetahuan dan teknologi terlalu sederhana jika digunakan untuk

memecahkan masalah yang ada.[3]

Pemberian informasi secara aktif dari pemerintah menuju masyarakat

merupakan upaya dalam menjamin hak masyarakat atas informasi. Pemberian

informasi lanjutan yaitu memberikan informasi atas inisiatif pemilik atau badan

penguasa informasi tanpa perlu terlebih dahulu meminta informasi tersebut, baik
secara langsung maupun tersurat. Artinya, dalam periode waktu tertentu, instansi

pemilik atau penguasa informasi menyediakan informasi yang dimiliki atau

dikuasai melalui media komunikasi yang dimiliki.[4] UUPPLH menurunkan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 18 tahun 2010, tentang PROPER.

Pelaksanaan PROPER diharapkan dapat memperkuat berbagai instrument

pengelolaan lingkungan yang ada, seperti penegakan hukum lingkungan, dan

instrumen ekonomi. Hal tersebut sejalan dengan penerapan pasal 42 dan pasal 43

UUPPLH, Pasal 43 (3), mengenai insentif dan atau disinsentif antara lain

diterapkan dalam bentuk sistem penghargaan kinerja dalam bidang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup. Disamping itu penerapan PROPER bisa

menuntaskan kebutuhan akses informasi, transparansi dan partisipasi publik

dalam pengelolaan lingkungan.

Lingkungan hidup adalah milik publik yang perlu dijaga kelestariannya,

sehingga dapat dinikmati oleh seluruh kalangan tanpa terkecuali. Dalam UUPPLH

dikatakan seluruh lapisan masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi keadaan lingkungan yang sehat dan baik. Demi terjaminnya

pelaksanaan UUPPLH tersebut, maka diperlukan bentuk kebijakan publik yang

tepat. Sesuai dengan UUPPLH juga menjelaskan pemanfaatan sumber daya alam

harus menyelaraskan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan fungsi lingkungan

hidup. Oleh karena itu, kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan harus

dijiwai dengan kewajiban melestarikan lingkungan hidup dan mencapai tujuan

pembangunan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,

salah satu cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dalam

Pasal 70 adalah dengan mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam


pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Aturan tersebut menjelaskan

beberapa peran yang dapat dimainkan masyarakat, antara lain memantau

perusahaan, memberikan saran pendapat, saran, keberatan, pengaduan, dan

menyampaikan informasi dan/atau laporan.[5] Dalam menjaga kepemilikan

penilaian PROPER, proses penilaian dilakukan dengan sistem penilaian rahasia.

Berdasarkan evaluasi tim teknis PROPER KLH. Kemudian dilanjutkan dengan

penilaian oleh tim teknis bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan kota untuk

memberikan informasi terkini tentang praktik pengelolaan lingkungan perusahaan

di wilayah tersebut. Hasil diskusi dengan aparat setempat kemudian dievaluasi

oleh pejabat tingkat 1 KLH. Selain itu, dibahas lebih detail di tingkat dewan

penasihat PROPER. Pada level ini, dewan pertimbangan akan memberikan

masukan dan bila perlu melakukan uji lapangan untuk menentukan peringkat

suatu perusahaan.

Untuk memastikan standar kewajaran dan keterusterangan dalam pelaksanaan

PROPER, deklarasi yang tepat diselesaikan dalam dua tahap. Tahap awal adalah

pengumuman melalui surat pemberitahuan pemeringkatan kepada masingmasing

perusahaan. Perusahaan ditawari kesempatan untuk menjelaskan tentang hasil

pemeringkatan dalam waktu tertentu. Setelah KLH mendapat penjelasan dari

perusahaan tersebut, selanjutnya Dewan Pertimbangan PROPER memeriksa

terhadap tanggapan perusahaan tersebut. Dengan mempertimbangkan kemajuan

yang dicapai dalam pengelolaan alam oleh perusahaan, Dewan Penasihat

memutuskan Koherensi Peringkat Kinerja yang diberikan kepada masing-masing

perusahaan. Selain itu, peringkat yang diusulkan oleh masing-masing perusahaan

diajukan kepada Menteri Negara yang membidangi Lingkungan Hidup untuk


disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia dan selanjutnya, peringkat

kinerja masing-masing perusahaan diumumkan kepada publik.

PROPER memiliki berbagai cara untuk memberikan informasi kinerja

lingkungan kepada masyarakat secara luas. Informasi akan diberikan kepada

siapapun, baik perseorangan maupun yang mewakili badan atau komunitas atau

lembaga atau institusi tertentu. Informasi yang akan diberikan oleh PROPER

kepada masyarakat, baik berupa tanggapan hingga melakukan tinjauan lapangan

memiliki berbagai syarat. Syarat tersebut adalah setiap informasi yang dikirimkan

oleh masyarkat memiliki identitas pemohon dan apa yang ingin diketahui atau

dilaporkan secara jelas. Identitas terkait data diri, yaitu nama, badan atau

komunitas atau lembaga atau institusi tertentu, alamat yang bisa dihubungi beserta

nomor kontak. PROPER telah merujuk kepada Peraturan Pemerintah mengenai

tata cara pengaduan. PROPER juga memiliki tata cara untuk memberikan

informasiinformasi yang dibutuhkan masyarakat terkait PROPER, namun bukan

kategori pengaduan. PROPER memiliki ruang untuk melayani masyarakat melalui

dua cara, yakni menerima pemohon secara aktif (datang langsung) ataupun

menerima kiriman informasi secara pasif (melalui surat, email, sms dan atau

telepon).
C. PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan tersebut bahwa Mekanisme pelaksanaan

keterbukaan akses informasi telah dilaksanakan oleh PROPER melalui

infrastruktur dan mengacu pada Peraturan Menteri No. 09 Tahun 2010 untuk

memberikan layanan pengaduan informasi. Berdasarkan pembahasan tersebut

didapatkan implementasi pelaksanaan dalam mengakses informasi adalah secara

langsung dengan datang ke Kantor Lingkungan Hidup sembari mengisi formulir

atau buku tamu dan secara tidak langsung dengan menggunakan media perantara

yaitu melalui Website, SMS, E-mail, Fax, Telp dan surat. Namun demikian,

belum ada peraturan lanjutan dari UUKIP tentang mekanisme layanan informasi.

Selain itu, keterbukaan informasi yang dimiliki oleh PROPER masih perlu

ditingkatkan lagi dari segi kapasitas, sosialisasi, tranparansi dan koordinasi.

Saran
Sosialisasi secara progresif memang sangat diperlukan oleh pihak PROPER

karena terbatasnya sumber-sumber yang ada. Dengan bekerjasama dengan

berbagai pihak, sehingga tujuan PROPER dalam memantau pengelolaan

lingkungan terhadap perusahaan dapat berjalan secara optimal. Sosialisasi

bertahap dapat melalui wakil-wakil masyarakat di lapangan dan juga melalui

institusi lain. Dengan demikian sosialisasi secara bertahap kepada masyarakat

dapat terwujud. Dan masyarakat dapat tetap berhubungan dengan peristiwa

disekitar masyarakat dengan cara yang tepat.


.

DAFTAR PUSTAKA

[1] E. Kurniawan, “Studi Analisis Pemberitaan Media Massa tentang Lingkungan


Hidup dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di
Kabupaten Bangka.” Program Pasca Sarjana, 2010.
[2] IEC, “Latar Belakang Training PROPER HIJAU DAN EMAS,” 2014.
https://environment-indonesia.com/latar-belakang-training-proper-hijau-dan-
emas/.
[3] H. Subagiyo, “Jaminan Akses Informasi dalam Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Rekomendasi Penguatan Hak Akses Informasi
Lingkungan),” J. Huk. Lingkung. Indones., vol. 1, no. 1, pp. 74–108, 2014.
[4] ICEL, “MENDORONG KEBIJAKAN PEMBERIAN INFORMASI
LINGKUNGAN SECARA PROAKTIF OLEH KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,” 2010. https://icel.or.id/wp-
content/uploads/Kertas-Kebijakan-Mendorong-Keterbukaan-Informasi-
Lingkungan-Proaktif-KLHK-compres.pdf.
[5] W. Edorita, “Peran Serta Masyarakat Terhadap Lingkungan Menurut UU No. 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” J. Ilmu
Huk., vol. 5, no. 1, pp. 53–60, 2015.

Anda mungkin juga menyukai