Anda di halaman 1dari 9

Machine Translated by Google

JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 8 (1) (2020): 28-36, DOI:
https:// doi.org/ 10.31289/ jppuma.v8i1.2913
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA
(Jurnal Pemerintahan dan Sosial Politik UMA)
Tersedia online http:// ojs.uma.ac.id/ index.php/ jppuma

Pemerintahan Terbagi dan Dampaknya Terhadap Kinerja


Peraturan Perundang-undangan di Provinsi Aceh, Indonesia

Sultan Arief Azlansyah*, Retno Sunu Astuti & Budi Puspo Priyadi
Magister Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Diponegoro, Indonesia

Diterima: 12 November 2019; Diterima: 15 Maret 2020; Diterbitkan: Juni 2020

Abstrak
Provinsi Aceh Indonesia memiliki otonomi khusus untuk memiliki partai politik lokal yang diharapkan dapat memajukan kepentingan rakyat di Aceh.
Dalam pengertian ini, otonomi yang diistimewakan harus memiliki kinerja pemerintahan yang baik. Namun demikian, hal tersebut belum berdampak
signifikan terhadap kinerja legislasi. Setelah Pilkada 2017, dua partai politik lokal besar mendominasi pemerintah provinsi Aceh, yang saling
berselisih secara krusial yang menghasilkan pemerintahan yang terpecah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja legislasi di Provinsi Aceh dalam kurun waktu tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Hal ini mengungkapkan bahwa dalam proses legislasi, terjadi komunikasi yang tidak efektif antara pemerintah provinsi Aceh dan DPRD untuk
membuat peraturan daerah yang disebut qanun. Fenomena ini juga dipicu oleh sengketa parlemen yang terpecah antara dua parpol besar lokal.
Dengan komunikasi yang tidak efektif antara pemerintah dan parlemen, mereka tidak bekerja secara maksimal untuk mengesahkan banyak RUU
dalam setiap periode satu tahun. Pemerintahan yang terbelah menyebabkan kekosongan atau tidak produktifnya unsur-unsur pemerintah provinsi.

Kata Kunci: Pemerintahan Terbagi, Kinerja, Peraturan Perundang-undangan

Cara Mengutip: Azlansyah, SA, Astuti, RS & Priyadi, BP (2020). Pemerintahan Terbagi dan Dampaknya
Terhadap Kinerja Peraturan Perundang-undangan di Provinsi Aceh Indonesia. JPPUMA: Jurnal Ilmu
Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 8 (1): 29-36.

*Penulis yang sesuai: E- ISSN 2549-1660 (Cetak)

mail: sultanar060@gmail.com ISSN 2550-1305 (Online)

28
Machine Translated by Google

JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 8(1) (2020): 28-36

PENGANTAR antara pemerintah pusat Indonesia dan


Efektivitas dapat diidentifikasi dari hasil Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang disebut
yang diharapkan dan output nyata yang telah Memorandum of Understanding (MoU).
dicapai (Mahmudi, 2010).
Seseorang dapat mengukur efektivitas suatu Kesepakatan tersebut mengarah pada beberapa
organisasi dengan melihat pencapaiannya poin yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak.
secara keseluruhan dan target yang diharapkan. Jelas terlihat bahwa pemerintah Indonesia
Seperti halnya pemerintah,
organisasi,
kinerja dapat dilihat memberikan otonomi kepada Provinsi Aceh
dari pencapaian program atau proyeknya di untuk menerapkan hukum daerahnya berdasarkan
setiap periode, seperti program tahunan yang hukum syariah Islam dan mendirikan partai politik
direncanakan atau periode program lainnya. lokal. Realisasi kesepakatan tersebut telah
diformalkan dalam norma hukum dalam Undang-
Setiap negara menerapkan sistem Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
pemerintahan yang berbeda, mengikuti Ini adalah otonomi khusus atau hak istimewa
konsensus atau norma dan nilai yang dianut dalam mendirikan partai politik lokal yang tidak
dan dianut oleh negara. Indonesia merupakan dimiliki provinsi lain di Indonesia.
negara demokrasi terbesar ketiga di dunia
setelah Amerika Serikat dan India. Negara Keterlibatan partai-partai lokal dalam
kepulauan dengan keragaman sosial dan percaturan politik di Provinsi Aceh berkontribusi
budaya: berbagai suku bangsa, keyakinan pada komposisi kursi di DPRD Aceh (DPRA),
agama, dan nilai-nilai lokal di setiap daerah. dan selanjutnya, perannya dalam pencalonan
Mengadopsi prinsip “trias politica”, Indonesia pemimpin eksekutif (gubernur) dalam
membagi sistem pemerintahannya menjadi pencalonan dalam pemilihan kepala daerah.
tiga elemen inti, yaitu pemerintah eksekutif, Gubernur Aceh periode 2007 – 2017 merupakan
badan legislatif, dan yudikatif. calon yang diajukan oleh partai politik lokal.
Komposisi kursi DPRD pada Pemilu 2009 dan
Desentralisasi politik telah diterapkan 2014 menunjukkan partai nasional menguasai
untuk membawa pelayanan publik kepada mayoritas kursi. Sedangkan partai lokal
masyarakat lokal. Mengalami pemerintahan memperoleh lebih sedikit dari partai nasional.
yang terpusat selama beberapa dekade,
Indonesia beralih ke pemerintahan yang
terdesentralisasi untuk menyelesaikan masalah Namun, jika kita menghitung perolehan setiap
yang berkonsentrasi pada otoritas pusat. partai, partai lokal, Partai Aceh (Partai Aceh)
Pemerintahan yang terdesentralisasi diyakini memperoleh mayoritas kursi di parlemen (lihat
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi gambar 1).
dan menjalankan kebijakan publik yang berorientasi pada kepentingan lokal.
58,54%
(Bambang, 2017). Undang-Undang Nomor 23 60,00%
50,72%
49,28%
Tahun 2014 mendefinisikan Pemerintahan 50,00% 41,46%
Daerah sebagai suatu sistem pemerintahan
40,00%
yang terdiri dari gubernur sebagai lembaga Partai Lokal

eksekutif, dan DPRD sebagai lembaga legislatif, 30,00%


Partai Nasional

yang diberi mandat untuk menjalankan 20.00%

fungsinya sesuai dengan peraturan. 10,00%

0,00%
Provinsi Aceh merupakan salah satu Tahun 2009 Tahun 2014

daerah di Indonesia yang memiliki otonomi


Gambar 1 Perolehan Kursi Dewan
khusus untuk mengelola pemerintahannya. Perwakilan Rakyat Daerah (DPRA) pada Pemilu 2009
Otonomi telah diterima dari perjanjian damai dan 2014
Helsinki 2005 sebagai negosiasi Sumber: dpra.acehprov.go.id, 2019.

29
Machine Translated by Google

Sultan Arief Azlansyah, Retno Sunu Astuti & Budi Puspo Priyadi, Pembagian Pemerintahan dan Pemerintahannya

Dua partai lokal Aceh mendominasi


No Tahun Jumlah Ditetapkan (%)
pemerintahan provinsi Aceh. Partai Aceh draf Qanun
(Partai Aceh) menguasai badan legislatif Qanun
(DPRD). Sedangkan calon gubernur Aceh 1 2015 15 9 60%
dicalonkan oleh Partain Nangroe Aceh (Partai 2 2016 13 100%
Negeri Aceh). Dengan demikian, setiap partai 3 2017 13 26 17 65,30
lokal mendominasi masing-masing badan %

eksekutif dan legislatif. Eriyanto (2007) 4 2018 26 8 31%


menjelaskan fenomena ini, bahwa jika parlemen
Tabel 1 Rancangan RUU Qanun Aceh Tahun 2015-2018.
didominasi oleh partai oposisi (oposisi terhadap
Sumber: Badan Pengelola Informasi dan
lembaga legislatif), maka akan terjadi
Dokumentasi Aceh, 2019.
pemerintahan yang terbagi.

Fenomena yang sama juga terjadi di beberapa Rancangan undang-undang termasuk


negara bagian di dunia, seperti di Amerika program legislasi (prolegda) setiap tahun
Serikat. Schelker (2017) merupakan tugas yang harus diselesaikan
menyatakan bahwa pemerintahan yang pemerintah dalam jangka waktu tertentu.
terpecah-pecah akan melemahkan salah satu Pemberlakuan Qanun (lihat tabel 1)
lembaga negara, terutama lembaga eksekutif, mencontohkan bahwa kinerja pemerintah Aceh
yang disebut sebagai 'bebek lumpuh'. di bidang legislasi belum mencapai capaian
Pemisahan pemerintahan juga mungkin terjadi yang optimal yang ditunjukkan dengan belum
di Aceh, yang akan berpengaruh signifikan adanya qanun atau qanun yang belum
terhadap kinerja pemerintah dalam mekanisme disahkan oleh kerja sama eksekutif dan
legislasi yang melibatkan lembaga legislatif legislatif.
dan eksekutif. Pengesahan anggaran pendapatan dan
Menyusul pasal 96 Undang-Undang belanja daerah (APBA) juga merupakan bagian
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan dari pemberlakuan qanun Aceh yang harus
Daerah, disebutkan ada tiga fungsi lembaga dilakukan setiap tahun. Pengesahan APBA
legislatif, yaitu penganggaran, pengawasan, diperlukan untuk mengelola semua program
dan legislasi. Proses legislasi melibatkan pemerintah dan fiskal. Sesuai dengan Peraturan
lembaga eksekutif dan legislatif untuk membuat Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016
peraturan. Di Aceh, hal ini telah direncanakan tentang APBD, pengesahan APBD harus
dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda), dilakukan paling lambat sebulan sebelum
di mana kedua lembaga harus menyepakati tanggal berlakunya. Pengesahan ini bertujuan
pengesahan suatu peraturan daerah tertentu untuk mengelola penggunaan anggaran daerah
dalam jangka waktu tertentu. Penilaian kinerja secara efisien mengacu pada program-program
dalam peraturan perundang-undangan yang telah disetujui.
pemerintah Aceh dapat dilihat dari produknya,
berapa banyak peraturan (qanun) Pengesahan yang melanggar peraturan
akan mempengaruhi pelaksanaan anggaran.
Keterlambatan pengesahan akan mengganggu
telah disetujui setiap tahun. pelaksanaan proyek yang telah direncanakan
Pemberlakuan qanun dalam Program Legislasi dan dijadwalkan sebelumnya dan mempengaruhi
Daerah (Prolegda) harus mencapai rencananya ketepatan waktu dan hasilnya.
untuk mengesahkan semua RUU pada periode (Serafiadita, 2015). Pemerintah memainkan
program. Namun demikian, RUU tersebut peran yang lebih besar dalam seluruh proses
belum diundangkan secara keseluruhan seperti pengesahan termasuk anggaran daerah.
yang direncanakan (lihat tabel 1) Selanjutnya, persetujuan rancangan APBD
akan ditentukan oleh

30
Machine Translated by Google

JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 8(1) (2020): 28-36

komposisi fraksi politik di lembaga pemerintah dan partai politik lokal, Aceh diharapkan lebih
yang terlibat dalam pengambilan keputusan fokus pada pembangunan di tingkat lokal.
(Kartiko, 2012). Kenyataannya, permasalahan tersebut
Pemberlakuan RAPBD periode 2015 menunjukkan bahwa kinerja pemerintah dalam
hingga 2018 menunjukkan belum memenuhi proses legislasi tidak optimal dalam empat
syarat yang diatur dalam undang-undang. tahun terakhir, di mana hanya beberapa RUU
Padahal proses ini sudah melibatkan lembaga yang telah disahkan. Berdasarkan situasi
eksekutif dan legislatif. tersebut, pertanyaan yang dapat diajukan
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa
saja yang menghambat kinerja dan capaian
Tabel 2 Persetujuan APBD pemerintah Provinsi Aceh dalam proses
Provinsi Aceh
legislasi?
Tidak ada istilah Anggaran Tanggal legalisasi
1 Anggaran 2015 27 Februari 2015
2
Terkait dengan pertanyaan penelitian
Anggaran 2016 22 Februari 2016
3 Anggaran 2017 17 Januari 2017
tersebut, dalam penelitian ini perlu
4 Anggaran 2018 21 Maret 2018 dipertimbangkan hipotesis, yaitu bahwa
Sumber: Seuramoe informasi Pemerintah Aceh, pemerintahan yang terbagi mempengaruhi
2019. kinerja pemerintah Aceh dalam proses legislasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Menindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam proses legislasi yang dipengaruhi oleh situasi
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman politik di bawah pemerintahan yang terbagi.
Pengelolaan APBD, disebutkan APBD harus Kinerja adalah konstruksi multidimensi
berlaku mulai 1 Januari. yang dibentuk dan dipengaruhi oleh banyak
faktor. Secara sederhana, Campbell (Mahmudi,
Oleh karena itu, pengesahan APBD 2015 – 2015) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi
2018 telah dilakukan belakangan ini. Hal ini oleh beberapa faktor, yaitu pengetahuan,
telah melanggar peraturan. keterampilan, dan motivasi.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan Kinerja suatu organisasi mencerminkan
pembedaan Provinsi Aceh sebagai satu-satunya kinerja para pegawainya (individu). Jika ada
wilayah Indonesia yang memiliki partai politik pegawai yang menunjukkan kinerjanya dengan
lokal. Hak istimewa ini seharusnya membuat baik, maka kinerja organisasi akan baik. Begitu
pemerintah daerah berkonsentrasi terutama juga jika kinerja individu buruk, maka kinerja
pada tujuan pembangunan daerah dengan organisasi juga buruk.
intervensi minimal dari otoritas nasional.
Menurut Dwiyanto, kinerja birokrasi Indonesia
Namun, kehidupan politik di Aceh telah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
didominasi oleh dua partai politik yang saling lingkungan sosial, nilai-nilai budaya, struktur
bersaing, di mana yang satu menguasai birokrasi Weberian, patologi organisasi, di mana
eksekutif dan yang lain menguasai legislatif, setiap elemen terhubung (Dwiyanto, 2015).
yang mengakibatkan terpecahnya pemerintahan.
Proses legislasi tidak lepas dari politik
dalam praktik yang berlangsung dalam sistem Kinerja suatu organisasi dipengaruhi oleh
pemerintahan. Meskipun mekanisme check and dua faktor yaitu internal dan eksternal yang
balance diharapkan dapat memperkuat berasal dari dalam dan luar organisasi. Menurut
pemerintahan yang kuat dengan pengawasan Mahmudi, beberapa faktor yang mempengaruhi
dari badan legislatif, kenyataannya menunjukkan kinerja suatu organisasi, yaitu kepemimpinan
bahwa proses politik berjalan demi kepentingan sosial, lingkungan, budaya organisasi, strategi
kubu politik dan menempatkan kepentingan yang dipilih,
publik di bawah prioritas mereka. Padahal,
dengan hak istimewanya
31
Machine Translated by Google

Sultan Arief Azlansyah, Retno Sunu Astuti & Budi Puspo Priyadi, Pembagian Pemerintahan dan Pemerintahannya

teknologi, struktur organisasi dan proses perpecahan, ketegangan, dan konflik yang
organisasi (Mahmudi, 2015). didorong oleh elit politik dan juga institusi
Teori lain mengatakan bahwa faktor-faktor birokrasi. Berlarut-larutnya keretakan,
yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi ketegangan akan mempertajam konflik yang
dapat diklasifikasikan menjadi tiga indikator, berujung pada kinerja lembaga pemerintah.
yaitu lingkungan eksternal dan internal dan
lingkungan karyawan suatu organisasi Siklus pilkada mengarah pada pergantian
(Wirawan, 2009). Berdasarkan teori di atas, partai penguasa yang memperjuangkan
penulis dapat merangkum beberapa indikator pilkada. Perbedaan partai yang berkuasa di
yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi lembaga legislatif dan eksekutif telah
dengan menyesuaikan dengan fokus dan menyebabkan situasi 'pemerintahan yang
topik penelitian ini. Mengambil indikator terpecah-pecah', yang selanjutnya
penelitian ini, faktor yang membentuk kinerja mempengaruhi legislasi peraturan daerah,
legislasi di Provinsi Aceh adalah lingkungan khususnya dalam pengesahan anggaran
politik dan partisipasi masyarakat. daerah, APBD (Kartiko, 2012).

METODE PENELITIAN
'Divided Government' adalah fenomena Penelitian ini menggunakan metode
politik di mana terjadi perpecahan antara kualitatif untuk mendapatkan informasi yang
lembaga eksekutif dan legislatif. Hal ini juga lebih mendalam tentang fenomena
menunjukkan adanya perpecahan kepentingan pemerintahan yang terpecah belah, yaitu
dan arah politik yang tidak sejalan, bahkan dengan serangkaian wawancara dengan
saling bertentangan dalam konteks pembuatan beberapa informan yang merupakan anggota
kebijakan. Dalam praktik struktur kelembagaan, DPRD, observasi, dan melihat beberapa
legalisasi suatu kebijakan tidak hanya dokumen. Penelitian ini juga membandingkan
bergantung pada peran eksekutif tetapi juga sumber dengan sumber lain untuk memahami
komposisi legislatif (Laver, 1996 dalam Kartiko, situasi secara keseluruhan
2012). Lebih lanjut, 'pemerintahan yang (Moleong, 2005).
terbagi' adalah situasi ketika dua lembaga
demokrasi utama dalam sistem politik,
eksekutif dan legislatif, masing-masing HASIL DAN DISKUSI
didominasi oleh dua partai politik yang Kinerja Legislasi
berbeda. Dalam memperjuangkan kepentingan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001
politiknya, masing-masing parpol dalam
memberikan otonomi khusus bagi Aceh
pemerintahan yang terpecah-pecah tidak
sebagai Provinsi Nanggroes Aceh Darussalam.
selalu harmonis dalam pengambilan kebijakan,
Dalam undang-undang, pemerintah Provinsi
yang dalam hal ini dalam konteks perundang-
Aceh terdiri dari gubernur dan perangkat lain
undangan.
dalam badan eksekutif, badan legislatif atau
Menurut Eriyanto (2007), pemerintahan
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang
yang terpecah terjadi ketika kepala daerah
berfungsi secara kolaboratif dalam menyusun
(bupati atau gubernur) tidak berasal dari atau
dan menetapkan peraturan daerah (qanun).
tidak dicalonkan oleh partai politik yang
Qanun tersebut secara normatif mengatur
menjadi kursi mayoritas di DPRD. Sebaliknya,
kehidupan masyarakat dan kebijakan
pemerintahan terpadu terjadi ketika kepala
pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan
daerah dan wakilnya berasal dari partai politik
dan keamanan di Provinsi Aceh.
yang sama yang menjadi mayoritas anggota
parlemen. Pemerintahan yang terpecah
Pemerintah Daerah bertanggung jawab
menggambarkan banyak hal
atas suatu produk peraturan perundang-
undangan yang berlaku di daerah. pembuatan

32
Machine Translated by Google

JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 8(1) (2020): 28-36

peraturan daerah adalah kerja sama oleh Qanun No 5 Tahun 2011 tentang tata cara
gubernur atau bupati dan DPRD. Undang-undang pembuatan qanun menyebutkan bahwa dalam
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan skema pembuatan qanun prosesnya harus
Daerah pasal 65 menyebutkan bahwa kepala melibatkan masyarakat dalam rapat umum dengar
daerah berhak mengajukan RUU ke DPRD. pendapat (RUDP).
Kepala daerah diberikan kewenangan untuk
mengajukan RUU sebagai upaya memenuhi janji Kajian ini mengungkapkan bahwa skema
politiknya dalam kampanye politik dalam pemilu partisipasi masyarakat dalam RUDP merupakan
dan untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan tahapan wajib yang harus dipenuhi. Sedangkan
oleh undang-undang. masyarakat harus dilibatkan pada mereka yang
memiliki kapasitas tertentu dan dapat
menyampaikan pendapatnya terhadap produk legislasi.
Pembuatan atau perda tersebut dikelola Kelompok-kelompok sosial yang terlibat dalam
secara kolaboratif oleh pemerintah dan DPRD proses ini berasal dari berbagai latar belakang,
untuk seperti masyarakat biasa, akademisi, organisasi
kesepakatan dalam rapat paripurna yang diadakan kepemudaan, LSM dan kelompok lain yang terkait
di parlemen. Sebuah peraturan daerah, qanun, dengan RUU. RUDP berfungsi untuk melihat
dapat digagas dan diajukan baik oleh gubernur tanggapan masyarakat dalam menilai dan
maupun DPRD, yang secara normatif didasarkan memberikan pendapat terhadap rancangan
pada aspirasi masyarakat Aceh. Skema undang-undang yang digagas oleh pemerintah
pembuatan regulasi bukan sekedar pembicaraan Aceh. RUDP dapat berfungsi kuat untuk mengubah
antar pembuat kebijakan. Melainkan harus isi tagihan. Sebagaimana diketahui bahwa
melibatkan pemangku kepentingan lainnya, pemberlakuan peraturan daerah tidak hanya
seperti masyarakat sipil, akademisi, dan partai menjadi domain pemerintah dan elit tetapi juga
politik, yang memiliki kontribusi yang diperlukan berhubungan erat dengan masyarakat pada
untuk menilai isi RUU tersebut. umumnya dan menjadi acuan masyarakat Aceh
dalam menyelesaikan sengketanya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perundang-undangan Keterlibatan masyarakat Aceh dapat


Proses dikelola dengan mengadakan seminar publik di
Partisipasi publik. banyak tempat seperti kampus universitas atau
Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam tempat lain mengikuti distrik atau daerah pemilihan
proses pembuatan kebijakan karena kebijakan anggota DPR. Seperti yang disampaikan oleh
tersebut berdampak langsung kepada masyarakat. salah satu anggota organisasi mahasiswa
Oleh karena itu dengan ikut serta dalam proses HIMMAH bahwa “dalam melibatkan masyarakat
tersebut masyarakat memberikan masukan LSM selalu ada, tetapi produk legislasi belum
kepada pemerintah agar kebijakan yang ditetapkan tentu sesuai dengan harapan masyarakat. Itu
tidak menimbulkan permasalahan baru dalam hanya formalitas”. RUDP merupakan langkah
kehidupan masyarakat. Qanun No 1 Tahun 2015 yang wajib dilakukan oleh Pemerintah Provinsi
tentang Tata Cara Perundang-undangan Aceh, namun sebagian besar untuk memenuhi
mewajibkan setiap anggota DPR melakukan reses prosedur formal kewajiban pemerintah dalam
minimal tiga kali dan maksimal enam kali dalam setahun.
proses legislasi.
Reses dilakukan oleh setiap senator untuk
mengumpulkan dan menampung aspirasi dari Pembuatan peraturan daerah harus
konstituennya. Selain reses, dalam proses mempertimbangkan kepentingan umum sebagai
legislasi, pemerintah juga mengatur mekanisme masyarakat Aceh secara keseluruhan sehingga
pelibatan masyarakat sipil untuk menyampaikan dalam pelaksanaannya tidak berdampak negatif
masukan atau rekomendasi terhadap rancangan bagi masyarakat secara keseluruhan. RUDP
undang-undang. harus menjadi kegiatan yang diperlukan untuk mengamati publik

33
Machine Translated by Google

Sultan Arief Azlansyah, Retno Sunu Astuti & Budi Puspo Priyadi, Pembagian Pemerintahan dan Pemerintahannya

tanggapan agar aspirasi mereka dapat dalam bentuk kinerja Pemerintahan


dipertimbangkan dengan baik oleh Aceh secara keseluruhan”
pemerintah Aceh dalam pengesahan perda tersebut. Di sisi lain, Kasubbag Sekretariat
Lingkungan Politik. Daerah Aceh menjelaskan bahwa,
Program legislasi merupakan rangkaian “Pengesahan Qanun Aceh mengalami
proses yang tidak dapat dipisahkan dari stagnasi pada tahap pembahasan di
kepentingan politik. Keputusan yang dibuat tingkat KPU di DPRD, dan penundaan
oleh pemerintah juga mengandung tujuan politik. ini akan berdampak pada tahap
Merujuk pada data pengesahan qanun selanjutnya”
dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda)
tahun 2015 – 2018, rata-rata terdapat 64,07
persen RUU yang disahkan, yang “penyelesaian Qanun Aceh tersendat
menunjukkan pemerintah Aceh belum pada tahap pembahasan ditingkat
mengesahkan semua RUU secara efektif. komisi-komisi DPRA, keterlambatan akan
rancangan tagihan. berdampak pada fase
di lainnya”.
tersebut
Konteks politik di Aceh dibentuk oleh
dua partai lokal yang dominan di Aceh, yang Selain masalah komunikasi, masalah
masing-masing mendominasi lembaga lain juga dipicu oleh tim yang dibentuk
eksekutif dan legislatif dan saling pemerintah Aceh dalam menangani DPRA,
berseberangan sejak pilkada tahun 2017. yang lebih mengedepankan kepentingan
Hal ini berdampak pada tercapainya program- mereka tanpa mempertimbangkan masukan
program pemerintah yang telah menjadi yang diberikan oleh anggota DPR lainnya.
kewajiban pemerintah Aceh. Salah satu Sedangkan lembaga legislatif ini memiliki
dampak dari permasalahan tersebut dapat kewajiban untuk mendorong partisipasi
dilihat pada tahapan pengambilan keputusan masyarakat kepada pemerintah dan
secara kolaboratif
dalam pengesahan APBD tahun 2018. membuat kesepakatan karena keduanya
APBD tersebut sempat dibekukan dan adalah lembaga publik. Penafsiran yang
mengalami deadlock sehingga Gubernur berbeda tersebut terlihat dari kinerja
Aceh mengambil tindakan untuk pemerintah Aceh secara keseluruhan,
mengesahkannya dalam bentuk Peraturan kurangnya koordinasi antara lembaga
Gubernur. Padahal, APBD harus disahkan legislatif dan eksekutif, yang dapat
dalam Peraturan Daerah atau Perda, yang menumbuhkan ketidakpercayaan publik kepada pemerinta
di Aceh disebut Qanun. Masalah ini Di sisi lain, pengusulan RUU lebih
disebabkan oleh komunikasi yang buruk banyak diprakarsai oleh pemerintah.
antara penduduk lokal Namun, terjebak dalam perdebatan dengan
parlemen (DPRA) dan eksekutif. Seorang parlemen dalam pembahasan RUU tersebut.
anggota DPRA di Komisi I menyatakan hal Situasi ini dirangsang oleh sebagian besar
itu karena, “komunikasi yang buruk antara anggota parlemen yang memaksakan
DPRD dan Pemerintah Provinsi pada kepentingannya untuk memanfaatkan program
setiap saat pengambilan keputusan diprakarsai dan dilaksanakan oleh pemerintah.
akhir. Hal ini dapat dilihat dari kinerja
pemerintah secara keseluruhan“ Koalisi partai yang mendominasi DPRD
berdiri menentang pemerintah. Sikap ini
diperlukan untuk mendukung dan
“kurangnya komunikasi politik antara mengevaluasi secara kritis usulan yang
DPRA dengan Pemerintah Aceh pada digagas pemerintah kepada parlemen.
setiap pengambilan keputusan akhir. Namun pada kenyataannya, parlemen
Hal tersebut terlihat membentuk kelompok oposisi terhadap
pemerintah yang disebut

34
Machine Translated by Google

JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 8(1) (2020): 28-36

Koalisi Aceh Bermartabat (KAB) Aceh diprakarsai baik oleh eksekutif maupun
Bermartabat. Masalahnya pemerintah tidak legislatif untuk disahkan secara kolaboratif.
didukung oleh parlemen sehingga membuat Disharmonisasi antara pemerintah dan
masalah di antara mereka. parlemen menimbulkan miskomunikasi
sehingga terjadi perbedaan pemahaman
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dalam proses legalisasi yang berdampak pada
permasalahan pemerintahan Aceh tidak kinerja pemerintah. Dilihat dari komponen
didasarkan pada konflik antaranggota pemerintahan Aceh, fenomena pemerintahan
parlemen. Setiap anggota parlemen fokus yang terpecah-pecah sedang terjadi dan
untuk memajukan dan mengadvokasi terlihat pada tidak produktifnya salah satu
kepentingan publik untuk diakomodasi secara unsur Pemerintah Aceh dalam melaksanakan
kolaboratif. tugasnya.
Konflik antara pemerintah dan parlemen
merupakan masalah yang harus dihindari
untuk memaksimalkan pelaksanaan tugasnya. PENGAKUAN
Pemerintah secara normatif harus menjadi Terima kasih saya ucapkan kepada Ketua Program
mitra yang baik dalam proses check and
Studi Magister Ilmu Administrasi Publik dan para staf
balance agar kondisi ideal dalam menjalankan
akademik lainnya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
tugasnya dapat tercapai.
dosen pembimbing skripsi saya beserta keluarganya yang
telah memberikan dukungan moril
Hal ini akan berdampak pada kinerja
pemerintah setiap tahunnya. Dalam DAFTAR PUSTAKA
penelitiannya, Schelker (2017) mengungkapkan Bungin, B, (2007). Penelitian Kualitatif [Penelitian
bahwa fenomena pemerintahan yang terpecah- Kualitatif]. Jakarta: PT. Rinka Cipta.
pecah dalam sistem pemerintahan akan pengabdian. S. (2015). Analisis Pengaruh
Keterlambatan Penyusunan Dan Penetapan
melemahkan kekuatan salah satu lembaga,
Apbd Terhadap Penyerapan Anggaran Skpd Di Kabupaten
yaitu badan eksekutif, atau yang disebut Boven Digoel Tahun Anggaran 2014 [Analisis
dengan bebek lumpuh. Kelemahan ini karena pengaruh keterlambatan penyusunan dan
pemerintah tidak dapat mengambil keputusan legislasi APBD terhadap penggunaan anggaran
secara bebas akibat perpecahan antara oleh instansi pemerintah di Kabupaten Boven
Digoel Tahun 2014]. Jurnal Kajian Ekonomi
eksekutif dan legislatif yang masing-masing dan Studi Pembangunan.
didukung oleh partai politik yang berbeda. 2(1): 41-60.
Konflik berkepanjangan tidak hanya Dwiyanto, Agus. (2015). Manajemen Pelayanan
akan berdampak pada kinerja pemerintah Publik [Manajemen Kebijakan Publik].
Aceh. Hal ini juga akan mempengaruhi Yogyakarta: Pers Universitas Gajah Mada.
Eriyanto. (2012). Pilkada dan Pemerintahan yang
kepentingan publik dalam sistem pemerintahan Terbelah Edisi 07
dalam mengadili masalah-masalah yang ada November 2007 [Pilkada dan pemerintahan
di masyarakat. Keadaan ini akan menjadi yang terpecah]. Lingkaran survai Indonesia.
penghambat bagi Provinsi Aceh dalam 12(2): 83-106.
membangun daerah dengan hak istimewa Kartiko, SW (2011). Pengaruh Ketidakmayoritasan
Partai Politik Kepala Daerah Dalam DPRD
yang diberikan oleh pemerintah pusat, yang Terhadap
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Keterlambatan Penetapan APBD (Budget
Delay) Berdasarkan Perspektif Ekonomi politik,
KESIMPULAN Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Penelitian ini berfokus pada faktor-faktor Moleong, LJ (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif
[Metode Penelitian Kualitatif].
yang bekerja dalam proses legislasi di Provinsi Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aceh. Disimpulkan bahwa proses penyusunan Mahmudi. (2015). Manajemen Kinerja Sektor Publik
peraturan daerah atau qanun di Provinsi Aceh [Manajemen Kinerja Sektor Publik]. Yogyakarta:
dapat Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

35
Machine Translated by Google

Sultan Arief Azlansyah, Retno Sunu Astuti & Budi Puspo Priyadi, Pembagian Pemerintahan dan Pemerintahannya

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2016 2001 tentang Otonomi Khusus Aceh Sebagai
tentang Keuangan Daerah [Peraturan Menteri Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam].
Negeri Nomor 13 Tahun 2016 tentang Keuangan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah]. Daerah [Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
Qanun Nomor 5 tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan tentang Pemerintahan Daerah].
Qanun [Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Pemerintah Aceh. 2019. Pengesahan Anggaran Pendapatan
tentang Tata Cara Pembentukan Qanun]. dan Belanja Aceh [Pengesahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Aceh].
Qanun Nomor 1 Tahun 2016 tentang Tata Tertib Diunduh di https://seuramoe.acehprov.go.id/ 8
DPRA [Perda No 1 Tahun 2016 tentang Tata Tertib Januari 2019.
DPRD Aceh]. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Aceh, 2019.
Rancangan Qanun dan Qanun Aceh tahun
Mark, S. (2017). Bebek Pincang Dan Terbagi 2015-2018 [Draft Qanun dan Qanun Aceh Periode
Pemerintah: Bagaimana Pemilih Mengendalikan 2015-2018].
tidak bertanggung jawab. Jurnal Ekonomi Diunduh di https://ppid.acehprov.go.id./ 5
Perbandingan . 21(0): 1-14. Januari 2019.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian (Pendekatan Bisnis Purwoko, B, dkk. (2017). Desentralisasi Radikal
Kuantitatif, Kualitatif R&D) [Desentralisasi Radikal]. Bantul: Penerbitan Ifada.
[Metode Penelitian Bisnis, Kuantitatif, Kualitatif dan
Pendekatan Penelitian dan Pengembangan]. Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber daya Manusia
Bandung: Alfabeta. Teori Aplikasi dan Penelitian [Penilaian Kinerja
Undang-undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Sumber Daya Manusia, Teori dan Praktek]. Jakarta:
Khusus Bagi Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Salemba Empat.
Darussalam [UU No.

36

Anda mungkin juga menyukai