Anda di halaman 1dari 31

AGAMA

SEBAGAI PONDASI &


PEDOMAN HIDUP
Standar yang Umumnya Digunakan
Manusia
Pengamatan Indera (1)

Dengan kemampuan inderanya, manusia mampu


memahami fakta yang dihadapinya

Manusia bisa membedakan: apel itu enak dimakan,


dampaknya akan baik. Sedangkan batu itu tidak enak,
dampaknya akan buruk, dst.

Pengetahuan itulah yang menjadi landasan bagi


manusia untuk melakukan sesuatu atau tidak
Pengamatan Indera (1)

Kemampuan inderawi tersebut terus dibantu dengan


kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Memang menunjukkan dampak baik-buruk dari fakta- fakta


yang dihadapi manusia

Namun sebenarnya hanya dalam jangka pendek saja

Untuk jangka panjang, kemampuan iptek


sesungguhnya sangatlah terbatas
Pengamatan Indera :
Contoh
Pengamatan Indera :
Contoh
Bagaimana Dampak Jangka Panjang
Sekali?
Indera dan iptek manusia tidak akan pernah
menjangkau dampak yang panjang sekali

Iptek manusia, bagaimanapun canggihnya, tidak akan pernah


mampu melihat bagaimana nasib manusia yang sudah
masuk di kuburan

Kecuali hanya melihatnya menjadi bangkai dan


melebur menjadi tanah

Pertanyaannya: apakah memang benar demikian?

Iptek menyatakan bahwa materi dan energi itu kekal, berarti


kiamat tidak akan pernah terjadi

Pertanyaannya: benarkah demikian?


Bagaimana Dampak Jangka Panjang
Sekali?

Iptek manusia mampu mengamati apa manfaat daging babi,


bahkan iptek juga mampu menghilangkan dampak buruk
yang ditimbulkan daging babi bagi kesehatan

Pertanyaan: jika manusia makan daging babi, apakah akan


berdampak baik untuk jangka panjang sekali di akherat?

Mampukah iptek memastikannya?

Demikian juga untuk minuman keras, bangkai, darah, dsb.

Apakah manusia mampu memastikan dampak baik


dan buruknya dalam jangka panjang sekali di akherat?
Pengamatan Indera :
Kesimpulan

Kemampuan indera dan iptek yang dimiliki manusia sangat


terbatas dan sangat relatif

Tidak mampu memastikan dampak yang akan diakibatkan


dari perbuatan manusia, terutama untuk jangka panjang
(dalam ratusan tahun), terlebih lagi untuk jangka panjang
sekali di akherat

Tidak dapat dijadikan standar perbuatan yang dapat


memberi jaminan kepastian
Pengamatan Indera :
Komentar Al-Qur’an

Maka tatkala datang kepada mereka rasul-


rasul (yang diutus kepada) mereka dengan
membawa keterangan-keterangan, mereka
merasa senang dengan pengetahuan yang ada
pada mereka [1329] dan mereka dikepung oleh
azab Allah yang selalu mereka perolok-
olokkan itu. (QS: Al Mu’min/Ghafir: 83)
mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada
[1329]
pada mereka maksudnya ialah bahwa mereka sudah merasa
cukup dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka dan
tidak merasa perlu lagi dengan ilmu pengetahuan yang
diajarkan oleh rasul-rasul mereka. Malah mereka
memandang enteng dan memperolok-olokkan keterangan
yang dibawa rasul-rasul itu.
Perasaan / Naluri (2)

Banyak perbuatan manusia yang faktanya tidak dapat


diindera manusia

Misalnya: jujur, santun, keras, lembut, pujian, celaan, dsb

Untuk menilainya manusia memerlukan naluri atau


perasaan

Jujur itu baik, bohong itu jelek, santun itu baik, kurang ajar
itu jelek, menolong itu baik, tidak peduli itu jelek, lembut itu
baik, keras itu jelek, memuji itu baik, mencela itu jelek dsb.
Perasaan / Naluri (2)

Naluri manusia memang mampu merasakan dan


membedakan, bahwa jujur itu baik, bohong itu jelek, lembut
itu baik, kasar itu jelek, dst

Pertanyaan : faktanya apakah setiap jujur itu baik dan setiap


bohong itu jelek?

Apakah setiap kekerasan itu jelek dan setiap yang lembut itu
baik?

Jawabnya : Sangat Relatif

Kesimpulan : perasaan tidak dapat dijadikan standar


(patokan) untuk menilai baik-buruknya perbuatan
Perasaan / Naluri : Komentar Al-Qur’an

”Diwajibkan atas kamu berperang, padahal


berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.

(QS. Al-Baqarah: 216)


Predikat Perbuatan (3)

Manusia memang mampu memberi predikat perbuatan,


bahwa membunuh itu tercela, menolong terpuji, mencuri
tercela, memberi terpuji

Pertanyaan : faktanya apakah setiap membunuh itu tercela,


setiap menolong itu terpuji?

Fakta: membunuh itu perbuatan yang netral, sebagaimana


perbuatan memberi, dll juga netral
Predikat Perbuatan(3)

Status terpuji dan tercela datangnya dari luar perbuatan itu,


yaitu pendapat manusia

Kenyataannya: pendapat manusia sangatlah relatif

Kesimpulan: pendapat manusia tidak dapat dijadikan standar


(patokan) untuk menilai terpuji dan tercelanya perbuatan
Predikat Perbuatan : Komentar Al-Qur’an

”Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan


kepadamu tentang orang-orang yang paling
merugi perbuatannya?“
”Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya”.
”Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap
ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap)
perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-
amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan
suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada
hari kiamat”.
”Demikianlah balasan mereka itu neraka
Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan
disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan
rasul-rasul- Ku sebagai olok-olok”.

(QS. Al-Kahfi: 103-106)


Pendapat Banyak Orang (4)

Manusia memang suka mengikuti apa kata orang banyak

Apakah pendapat banyak orang itu akan memberi


kepastian baik dan buruknya perbuatan?

Ingatlah kisah Lukman dengan anaknya:

Suatu ketika Lukman dengan anaknya pergi dengan


membawa bekal yang cukup banyak yang dibawa oleh
seekor keledai
Pendapat Banyak Orang (4)

Karena Lukman sayang dengan anaknya, anaknya


disuruh menaiki keledai dan dia rela berjalan kaki

Ketika melewati kampung 1, mereka dicela orang- orang


kampung: dasar anak tidak tahu diri, ayahnya disuruh berjalan,
sedangkan dia malah enak-enakan naik keledai
Pendapat Banyak Orang (4)

Akhirnya anaknya disuruh turun dan Lukman menaiki


keledainya

Melewati kampung 2, mereka dicela orang-orang kampung:


dasar bapak tidak tahu diri, anaknya disuruh berjalan,
sedangkan dia malah enak-enakan naik keledai
Pendapat Banyak Orang (4)

Akhirnya anaknya disuruh naik keledai, sehingga


keduanya berada di atas keledai

Melewati kampung 3, mereka dicela orang-orang kampung:


dasar manusia tidak berperikehewanan, keledai kok disiksa,
sudahlah disuruh mengangkut bekal, masih harus
ditunggangi dua orang, apa tidak kasihan
Pendapat Banyak Orang (4)

Akhirnya keduanya turun dan keledainya hanya dituntun


oleh kedua orang tersebut

Melewati kampung 4, mereka dicela orang-orang kampung:


dasar manusia bodoh, bawa keledai kok malah hanya dituntun,
tidak dinaiki, apa tidak sia-sia? Apa tidak lelah harus jalan kaki
terus?

Manakah pendapat yang harus diikuti?

Kesimpulan: pendapat orang banyak juga relatif, tidak dapat


dijadikan standar yang bisa memastikan baik buruknya
perbuatan
Pendapat Banyak Orang :
Komentar Al-Qur’an

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-


orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka
tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan
belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta
(terhadap Allah)”.
(QS. Al-An’am: 116)
Adat Istiadat (5)

Terkadang manusia melihat orang yang celaka karena


melanggar adat dan mendapat keberuntungan karena
mengikuti adat

Pertanyaan: apakah ada jaminan bahwa mengikuti adat pasti


beruntung dan melanggar adat pasti celaka?

Jawabnya : semua itu tetap Relatif

Bahkan aqal manusia itu sendiri sangat sulit


menghubungkan antara adat dengan dampak yang
ditimbulkan, kecuali hanya serba kemungkinan

Kesimpulan: adat istiadat tidak dapat dijadikan standar yang


pasti untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan
Pendapat Banyak Orang :
Komentar Al-Qur’an

”Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa


yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab:
"(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami".
"(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan
tidak mendapat petunjuk?“
(QS. Al-Baqarah: 170)
Undang-Undang (6)
Orang yang melanggar undang-undang memang akan
langsung merasakan dampaknya (hukuman) di dunia ini oleh
negara

Yang harus diingat adalah, undang-undang itu dibuat


berdasarkan kesepakatan mayoritas manusia

Apakah kalau suara mayoritas sudah menetapkan sesuatu, itu


pasti akan berdampak baik pada manusia?

Apakah kalau suara mayoritas melegalkan aborsi, judi,


prostitusi, hubungan sex yang suka sama suka, itu pasti akan
baik bagi manusia?

Jawabnya seperti pembahasan sebelumnya. Pendapat


manusia, walaupun mayoritas tetaplah relatif, tidak dapat
dijadikan standar untuk memastikan perbuatan
Undang-Undang : Komentar
Al-Qur’an

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka


menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu
terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu
dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.
Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”.
(QS. Al-Baqarah: 213)
Mana yang Memberi Kepastian?

Kemampuan Manusia:

Hanya Dampak Jangka Pendek Saja

Tidak Mampu Menjangkau Dampak Jangka Panjang


maupun Jangka Panjang Sekali (di Akherat)

Kesimpulan : Seluruhnya Relatif

Manusia Membutuhkan Standar yang Pasti


Pasti Baik untuk:

Jangka Pendek,
Panjang dan Panjang Sekali
Selanjutnya ……

Darimana Manusia dapat Memperoleh yang Pasti?

Dari Al-Qur’an

Fungsi Al-Qur’an

Menghilangkan Relativitas yang Muncul dari


Pendapat Manusia
Firman Allah SWT:

”Manusia itu adalah umat yang satu.


(Setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi sebagai pemberi kabar
gembira dan pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka Kitab dengan
benar, untuk memberi keputusan di antara
manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan”.
(QS. Al-Baqarah: 213)
Maka ……

Bagaimana Al Qur’an Dapat Menjadi


Standar Perbuatan?

Dengan Mengambil Syari’atnya

Firman Allah SWT

”Kemudian Kami jadikan kamu


berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah
syariat itu dan janganlah
kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui”.

(QS. Al-Jatsiyah: 18)


Kesimpulan

Standar Perbuatan yang memberikan dampak yang


pasti adalah yang sesuai dengan Syari’at Islam

Pasti baik untuk jangka pendek, panjang dan panjang sekali

Baik dalam arti yang haqiqi

Anda mungkin juga menyukai