1. Politik pendidikan sangat diperlukan dalam membangun suatu bangsa dan negara karena
politik pendidikan berfungsi untuk memadukan dan mengintegrasikan perbedaan-
perbedaan kepentingan pendidikan dari para pemangku kepentingan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermuara pada penyejahteraan dan pemakmuran
rakyat secara benar, bermoral, indah, berkeadilan, berkemanfaatan, berkepastian, dan
terkendali. Adanya politik pendidikan memberikan ruang kepada publik untuk mengkritisi
berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan.
Seluruh birokrat pendidikan harus memiliki political will tentang pembangunan pendidikan
karena maka dapat menjamin keberlangsungan pendidikan anak-anak di Indonesia.
3. Berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan. UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menegaskan
adanya prinsip pendidikan yang diselenggarakan secara berdemokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Indonesia saat ini mencanangkan pendidikan
wajib belajar 12 tahun, 6 tahun SD, 3 tahun SMP, dan 3 tahun SMA. Untuk mewujudkan
wajib belajar 12 tahun, pemerintah harus bisa menjamin semua aspek yang dapat
mendukung program tersebut, baik dari biaya, guru, sarana dan prasana, dan aspek-aspek
lainnya.
5. “Didiklah anakmu untuk generasi dan jamannya, bukan untuk generasi dan jamanmu”.
Rumusan kebijakan yang tepat untuk mewujudkan pesan ini adalah
a. Membuat kurikulum yang sesuai dengan jaman,
b. Menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan jaman
c. Melatih guru-guru untuk dapat mengajar sesuai tuntutan jaman.
6. Sistem pendidikan nasional yang dibangun dalam suatu negara, suatu daerah, dan atau
suatu institusi seharusnya menyesuaikan profil lulusan pendidikan yang diharapkan di
suatu level itu. Untuk itu yang dilakukan oleh pimpinan institusi pendidikan maupun oleh
pendidik harusnya menemukan secara seksama mengenai tujuan yang diharapkan dari
pendidikan. Kemudian pemerintah menyusun kurikulum yang sesuai dengan profil lulusan
pendidikan yang diharapkan.
7. Membangun pendidikan yang bermutu merupakan harapan semua, apalagi di era terbuka
saat ini. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk membangun pendidikan bermutu adalah
sebagai berikut:
a. Membuat dan menerapkan kurikulum pendidikan yang memiliki daya saing dan
kompatibel dengan lapangan kerja.
b. Meningkatkan kualitas guru di semua daerah agar setara secara nasional
c. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai
d. Mengajak semua pihak yang terlibat dalam pendidikan untuk sama-sama meningkatkan
pendidikan di Indonesia.
8. Akuntabilitas pendidikan dewasa ini sangat penting, terutama dalam membangun institusi
pendidikan bermutu dan akuntabel. Tantangan-tantangan yang sering dijumpai dalam
mewujudkan pengelolaan pendidikan yang akuntabel adalah sebagai berikut:
a. Adanya pejabat di lembaga yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan. Biasanya
ini disebabkan karena pejabat tersebut dekat dengan pejabat pemerintahan. Seharusnya
pendidikan bebas dari unsur politis sehingga pendidikan dapat menjadi lebih baik dan
sesuai dengan harapan.
b. Kurangnya transparansi dari pemerintah terkait pendidikan. Harusnya pemerintah
bersikap trasnparan mengenai pendidikan kepada masyarakat agar masyarakat dapat
lebih yakin pada pemerintah.
10. Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek dewasa ini telah melemparkan sejumlah
kebijakan utamanya yang terkait Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Kebijakan
tersebut memuat program utama, yaitu kemudahan pembukaan program studi baru,
perubahan sistem akreditasi Perguruan Tinggi (PT), kemudahan PTN menjadi PTN
berbadan hukum, dan hak belajar tiga semester di luar program studi (prodi).
Kebijakan yang efektif:
a. Adanya otonomi PTN dan PTS dalam membukan atau mendirikan program studi
(prodi) baru. Otonomi ini diberikan jika PTN dan PTS tersebut memiliki akreditasi A
dan B, dan telah melakukan kerja sama dengan organisasi dan/atau universitas yang
masuk dalam QS Top 100 World Universities.
b. Program reakreditasi yang bersifat otomatis untuk seluruh peringkat dan bersifat
sukarela bagi perguruan tinggi dan prodi yang sudah siap naik peringkat. Akreditasi
yang sudah ditetapkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tetap
berlaku selama 5 tahun namun akan diperbaharui secara otomatis.
c. Kebebasan bagi PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja (Satker) untuk
menjadi PTN Badan Hukum (PTN BH). Kemendikbud akan mempermudah
persyaratan PTN BLU dan Satker untuk menjadi PTN BH tanpa terikat status
akreditasi.
a. Pemberian hak kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar prodi dan
melakukan perubahan definisi Satuan Kredit Semester (sks). Kebijakan ini tidak efektif
karena pembelajaran di luar program studi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan
capaian pembelajaran program studi akan mengurangi kompetensi dari mahasiswa
lulusan program studi tersebut. Waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk
mempelajari kompetensi yang sesuai dengan latar belakang ilmu yang mereka pilih
menjadi berkurang dengan adanya kebijakan ini.