Anda di halaman 1dari 13

PENELITIAN KUALITATIF DAN PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

PENGALAMAN MANTAN PASIEN COVID 19 YANG MENJALANI PERAWATAN


DI RUMAH SAKIT SILOAM BALIKPAPAN

Dosen Pengampu: Syafriani, S.K.M., M.P.H

Oleh:

Fiolita Natasya Tijow (20704002)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2022
PENGALAMAN MANTAN PASIEN COVID 19 YANG MENJALANI PERAWATAN
DI RUMAH SAKIT SILOAM BALIKPAPAN

Tujuan penelitian umum: untuk menganalisis gambaran pengalaman mantan pasien selama
menjalani perawatan penyakit COVID-19 di RS. Siloam Balikpapan.

Tujuan penelitian khusus: untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang perubahan yang dialami
mantan pasien saat terdiagnosis COVID-19, riwayat mantan pasien terkena penyakit COVID-
19 pengalaman berobat mantan pasien COVID-19, perubahan yang dialami keluarga dan
lingkungan anggota keluarga yang terdiagnosis COVID-19, pengalaman mantan pasien
COVID-19 mendapatkan sumber informasi untuk melakukan perawatan, pengalaman isolasi
mandiri di RS. Siloam, serta dukungan keluarga dan harapan

.
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
PADA MANTAN PASIEN COVID-19 YANG DIRAWAT
DI RS. SILOAM BALIKPAPAN

Waktu wawancara : 18 November 2022 , Jam 18:17

Lokasi wawancara : Kost Amelly, Tataaran Patar Tondano

Identitas informan

Umur : 23 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Balikpapan, Kalimantan Timur

Pendidikan terakhir : SMK

Pekerjaan : PT. Trakindo

Penghasilan : > Rp 5.000.000

Lama diagnosa Covid-19 : 3 bulan

Pertanyaan Wawancara

1. Apakah saudara mengetahui Covid-19 ini sebelum dinyatakan positif terkena Covid-19
atau sebelum? Bagaimana pemahaman saudara mengenai Covid-19?
2. Ceritakan bagaimana reaksi saudara ketika mendapat kabar jika saudara dinyatakan
positif Covid-19?
3. Ceritakan bagaimana proses atau kejadian saudara sehingga saudara bisa terkena Covid-
19?
4. Bagaimana respon keluarga atau respon lingkungan sekitar ketika mereka tau saudara
dinyatakan positif Covid-19?
5. Bagaimana tanda dan gejala yang saudara alami sebelum dinyatakan positif dan sesudah
dinyatakan positif Covid-19?
6. Pada saat dinyatakan positif Covid-19, siapa yang menyarankan saudara untuk dilakukan
perawatan di RS. Siloam?
7. Berapa jarak dari rumah sampai ke RS. Siloam?
8. Ceritakan pengalaman saudara selama dirawat dan diisolasi di RS. Siloam?
Probing:
a. Bagaimana sikap tenaga kesehatan dalam melakukan perawatan kepada saudara?
b. Ceritakan bagaimana perasaan saudara selama dirawat di rumah sakit?
c. Apa yang saudara alami semasa perawatan di rumah sakit tersebut? Apakah saudara
mendapat mimpi buruk?
d. Bagaimana keadaan atau suasana di RS. Siloam selama masa perawatan?
e. Apakah rumah sakit tersebut fasilitasnya memadai?
9. Apa motivasi saudara bisa sembuh dari penyakit Covid-19 ini?
10. Ceritakan faktor atau yang mendukung saudara bisa sembuh dari penyakit Covid-19 ini?
11. Apa harapan saudara sebagai mantan pasien Covid-19 yang pernah dirawat di RS. Siloam
Balikpapan ke rumah sakit tersebut?
12. Ceritakan harapan saudara ketika sembuh dari Covid-19?

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM


Tanggal : 18 November 2022

Jam : 18:17 WITA

Informan : Jonly Christian Makaseti

Lokasi : Balikpapan, Kalimantan Timur via video call

Pewawancara : Fiolita Natasya Tijow

Identitas Informan : Jonly, Laki-laki, 23 tahun

Alamat : Balikpapan, Kalimantan Timur

Pendidikan terakhir : SMK

Pekerjaan : PT. Trakindo

Penghasilan : >Rp 5.000.000

Lama diagnosa Covid-19 : 3 bulan

P : Halo beb...

I : Iya halo

P : Pada saat ini eee saya mau mewawancarai bebeb mengenai pengalaman mantan
pasien Covid-19 yang menjalani perawatan di RS. Siloam Balikpapan. Apakah bebeb
bersedia?

I : iya saya bersedia

P : lanjut ke pertanyaan pertama ... apakah bebeb mengetahui tentang Covid-19 ini tu
sebelum dinyatakan positif atau sesudah?

I : Saya sudah mengetahui tentang Covid-19 sebelum saya terinfeksi Covid-19. Jadi
sebelumnya saya sudah mengetahui

P : ohh

I : makasih

P : ehm apa, kan bebeb bilang sudah tau atau tau sebelum terkena toh, eee bagaimana
pemahaman bebeb itu mengenai Covid-19?

I : eee yang saya ketahui dan saya pahami tentang Covid-19. covid-19 adalah penyakit
menular yang dimana penularannya pertama kan di Negara China tempat yang di Kota
Wuhan, ee kemudian untuk infeksi yang terjadi akibat Covid-19 yang saya ketahui ialah
batuk-batuk kemudian badan demam dan rasa sakit pada tenggorokan serta ee ada sesak nafas
ada beberapa pasien yang tertentu. Seperti itu.
P : Okee. Terus pertanyaan kedua, ee ceritakan ee bagaimana ee reaksi bebeb itu ketika
mendapatkan kabar itu ee dinyatakan positif Covid-19? Reaksinya kaget kah atau sedih,
senang. Bagaimana?

I : Iya jadi reaksi saya saat pertama kali saya dinyatakan positif Covid-19 yang saya
rasakan yang pertama sedih, karena dimana saya tidur bersama ee mama dan adik saya
dimana sebelum saya dinyatakan positif saya sudah atau bisa dibilang saya tidur dengan
mereka. Karena waktu itu saya mengalami demam yang tinggi. Jadi saya merasa sedih, saya
takut menularkan penyakit ini terhadap mereka.

P : hm .. oke next ee terus juga bagaimana ee proses atau kejadian bebeb itu sampai bisa
terkena Covid-19? Terkena dari siapa begitu atau bagaimana?

I : ee sejujurnya saya tidak tahu pasti bagaimana saya bisa terdampak dari Covid-19 ini.
Mungkin ada beberapa kasus yang bisa dibilang ee saya sampai kena Covid-19. Yang
pertama pada saat itu ee Covid-19 yang baru-baru awal itukan sangat-sangat besar ya jadi
saya kan kerja di bandara. Di bandara itu ee hampir setiap hari tu ada yang dinamakan tu
pengiriman sampel Covid, nah saya tidak tau itu isinya apa tetapi pada dasarnya saya
mengetahui itu di tulisan box nya. Box pengirimannya itu sudah di tacking dengan tacking
danger atau berbahaya, kemudian sebelum dikirimpun box covid atau box itu sudah
disterilkan terlebih dahulu kan kita tidak tahu apakah ada virus yang ada disitu masih
menempel atau sudah menghilang, kita tidak tahu. Mungkin peluang pertama saya terkena
Covid-19 dari itu, tapi ada peluang kedua maksudnya ada case kedua kenapa saya bisa
terinfeksi Covid-19, jadi saya itu tempat kerja itu berhubungan dengan namanya beacukai
karena dulu saya kerja mengekspor barang. Nah, beacukai ini setiap 6 bulan sekali ee ganti
orangnya ee posnya itu diganti jadi orang baru. Nah pada saat pergantian orang ini pergantian
e yang job di pos bandara ternyata yang pergantian ini waktu itu keluar kota nah ketika balik
mungkin dia sudah kena dari orang di luar kota terus dia membawa virusnya ke area bandara
nah kurang dari 1 minggu sudah ternyata beberapa hari setelah 1 minggu itu dia sudah positif
duluan nah setelah dia positif beberapa hari kemudian saya yang positif. Mungkin peluang
lebih besarnya saya positif dari beacukai, orang-orang beacukai.

P : hm

I : gitu

P : oke. Ee selanjutnya hm bagaimana respon keluarga atau respon dari mama, adik atau
respon lingkungan sekitar ee ketika mereka tau bebeb itu dinyatakan pofitif Covid-19?
Reaksinya bagaimana? Kalau dari keluarga dari teman begitu.

I : kalau dari reaksi keluarga terkhususnya mama, mama sedih ya, mama sampai nangis
karena takut kenapa-kenapa. Kalau adik dia agak takut-takut juga sampe membatasi jarak
untuk memprotek dirinya. Kalau dari lingkungan sekitar saya kurang tahu pada setelah saya
positif 19 eh positif 19, positif Covid-19 saya langsung berkurung diri di kamar kurang lebih
hampir sekitar ee 2 bulan lebih nanti setelah 2 bulan lebih terus kemudian Covid nya sudah
hilang tau-tau kambuh lagi saya langsung dirujuk di rumah sakit Siloam. Nah untuk ee reaksi
dari lingkungan kerja sendiri mereka termasuk aware maksudnya disini mereka peduli
dengan rekan-rekannya yang terkena Covid-19 dengan mengirimkan bantuan berupa
makanan dan obat-obatan serta selalu menanyakan kabar setiap hari. Itu sih, seperti itu.

P : okee, ee next hm pas positif itu ee apa saja tanda dan gejala yang bebeb rasakan itu?

I : mungkin gejala awal yang saya rasakan pertama kali ee di bagian leher saya
maksudnya di area tenggorokan tu terasa seperti sakit seperti tertusuk tusuk jarum, sampai
susah mau batuk sudah sakit banget kemudian yang saya rasakan setelah beberapa hari
sebelum ee terkena covid maksudnya yang betul-betul pyur langsung kena banget itu saya
merasa lemes, kemudan badan saya itu demam kek gitu yang saya rasakan itu. Saya merasa
demam dan tenggorokan saya sakit untuk batuk-batuk sendiri sih saya tidak merasakan waktu
gejala awal.

P : hm ... okee, pas bebeb dinyatakan positif nih ee siapa yang menyarankan bebeb itu
untuk dilakukan ee perawatan di rumah sakit tersebut, di RS. Siloam itu?

I : jadi sebelumnya ee waktu awal-awal saya positif, saya disarankan untuk isolasi
mandiri di rumah aja

P : siapa itu, siapa yang menyarankan?

I : yang menyarankan dari pihak klinik, klinik Juanson, orang dari sana menyarankan
langsung isolasi mandiri di rumah. Nah kemudian ee di rumah yang saya ceritakan
sebelumnya 2 bulan itu berangsur-angsur membaik, karena kita kan hampir 2 minggu sekali
eh 2 minggu setelah covid saya itu PCR ee dinyatakan oleh dokter ini virusnya sudah mau
hilang cuman ada sisa-sisanya, 1 minggu kemudian PCR lagi masih sama hasilnya masih ada
virusnya kemudian minggu ke 3 perusahaan mau PCR lagi ternyata saya kambuh, covid saya
kambuh lagi yang menyebabkan tuh leher saya bengkak ee jadi dirasakan sudah terlalu parah
sampai muntah-muntah ga ada hentinya jadi disarankan oleh dari pihak perusahaan dari boss
itu suruh langsung aja rawat di Siloam. Jadi di bawa di Siloam dicek di Siloam dan
dinyatakan memang masih positif kemudian dirawat selama 10 hari, seperti itu.

P : (diam sejenak) ... okee ... tunggu beb ... ngelag hp ku

I : jangan bilang ga kerekam

P : oke kita lanjut ke ee menceritakan pengalaman bebeb itu selama dirawat dan
diisolasi di rumah sakit hm yang pertama ada bagaimana sikap tenaga kesehatan di sana itu
dalam melakukan perawatan kepada bebeb? Apakah dia baik atau cuek, jutek, kasar atau
bagaimana?

I : hm tenaga kesehatan yang ada di Siloam sendiri kalau bisa saya bilang mereka
pertama sangat ramah, baik, sopan, dan sangat sigap terhadap keluhan-keluhan yang
dikeluhkan oleh pasien dan saya mengalaminya itu dan saya berani jamin tenaga kesehatan
disana itu sangat sigap.
P : oke baik, yang kedua bagaimana perasaan bebeb itu selama dirawat di rumah sakit
ada rasa sedih atau bagaimana?

I : jujur kalau boleh jujur di isolasi di rumah sakit sama isolasi mandiri, jujur isolasi di
rumah sakit itu sangat-sangat jenuh ya, kalaupun di sana ada wifi, tv tapi saya sangat jenuh
karena kan di ruangan tertutup, ga liat matahari betul-betul kek di penjara tapi saya tetap
menikmati nya, saya mencoba menikmati, kalau bisa saya bilang jenuh ya jenuh mungkin
karena terkurung nda liat matahari seperti itu.

P : okay. Dalam hal makanan itu apakah makanan disana enak atau memang tidak ada
rasanya karena penyakit itu? Atau bagaimana?

I : kalau bisa dibilang makanan yang disediakan di rumah sakit Siloam sangat-sangat
enak tetapi memang posisi saya waktu itu betul-betul mungkin covid itu menghantam maag
saya jadi setiap apa yang saya makan pasti saya muntahkan maupun itu bubur, mau itu
makanan keras bahkan mencium baunya aja saya sudah langsung muntah tanpa memakan.
Jadi diakali lah bagaimana caranya supaya ga muntah ternyata saya kurang cocok dengan
obat antibiotik yang yang diberikan yang menyebabkan saya itu muntah-muntah terus tapi
memang sebelum obat itupun saya muntah-muntah. Mungkin memang covidnya menyerang
di maag saya karena saya sendiri punya maag, seperti itu. Makanannya sangat enak-enak
lengkap semuanya ada buah ada minumannya juga dikasi di sana lengkap dan disana bisa
request bisa mau makan apa.

P : oh bisa? hm

I : iyaa.

P : apakah bebeb pernah request makanan itu atau nda?

I : pernah. Saya waktu itu request karena menurut saya tidak bisa makan nasi saya
request makan bubur, tapi oh ternyata sama saja saya tidak bisa makan bubur. Jadi dicari-cari
taulah sama dokter ternyata memang maag nya yang kambuh dan obat yang diberikan pun
kurang cocok seperti itu.

P : jadi penanganannya kek gimana? Kan kalau makan dimuntahkan terus obatnya juga
ga cocok itu gimana?

I : penangannya dokter datang dan dicari tau kenapa muntah-muntah nah dari situ
dokter bisa menyimpulkan ternyata obat antibiotik yang diberikan itu kurang cocok pada
kondisi saya saat itu. Jadi pada saat itu dokter langsung bilang ke suster atau perawat untuk
request ganti obatnya, nah setelah diganti obatnya baru saya agak-agak mendingan ga
muntah-muntah lagi, nah suatu waktu saya muntah memang sudah disediakan kantong plastik
untuk saya muntah.

P : hm oke. Terus bagaimana ee keadaan atau suasana di rumah sakit tersebut selama
masa perawatan? Suasananya kah suram kah atau bagaimana gitu?
I : yang saya rasakan di sana sangat tenang karena pasti setiap pasien, mungkin yang di
lantai saya setiap pasiennya 1 kamar 1 orang ya, tenang suasananya ga ribut terus di setiap
kamar tu ada bel nya jadi kalau misalnya ada yang mau dibutuhkan atau mau membutuhkan
sesuatu bisa tekan bel nanti perawat datang.

P : bearti ee fasilitasnya itu memadai atau nda?

I : fasilitas di RS. Siloam Balikpapan sangat-sangat memadai. Di dalam kamar, kami


disediakan tv kemudian ada wifi nya ada kamar mandinya, lengkap. Pokoknya sangat-sangat
lengkap.

P : oke lengkap yaa. Oke selanjutnya ee motivasi bebeb itu bisa sembuh dari Covid-19
itu apa? Motivasinya atau ga ada?

I : motivasinya masih pengen jadi orang yang sehat, pengen ketemu mama, pengen
ketemu adik, sama pengen ketemu pasangan saya, pengen hidup segar lagi bosan tidur terus,
terkurung terus pokoknya pengen jalan-jalan juga sama saya yakin waktu saya kena covid
saya bakalan ga kenapa-kenapa tapi itu semua cobaan dari Tuhan. Supaya saya juga
merasakan oh seperti ini loh covid, gitu. Jadi kalau bisa dibilang saya alumni covid ya.

P : hehe

I : alumni covid 3 bulan

P : oh berarti ee oh iya selama dirawat di rumah sakit itu berapa lama?

I : ee sesuai dengan regulasi dan ketentuan pada saat itu yaa 10 hari

P : hm 10 hari .. oke, ee terus ee faktor yang mendukung bebeb bisa sembuh itu berarti
mama ya, mama, adik sama pasangan. Begitu?

I : iyaa sama Tuhan Yesus

P : oh okey

I : Tuhan Yesus yang paling pertama

P : sip, mantap. Terus harapan bebeb itu, kan bebeb sebagai pasien covid 19 harapannya
ee untuk rumah sakit tersebut itu apa? Yang pernah bebeb dirawat disitu?

I : harapan saya untuk RS. Siloam selalu menjadi rumah sakit yang terus
mengutamakan atau mengedepankan kepentingan-kepentingan pasien-pasiennya selalu
menghargai pasien-pasiennya serta menjadi rumah sakit yang selalu rumah sakit yang
terbaiklah. Dan pesan saya juga untuk teman-teman yang di luar sana yang masih belum
percaya dengan adanya covid atau meremehkan Covid-19 tolong teman-teman jangan
meremehkan karena saya sendiri mengalami dan merasakannya bahwa covid itu ada
kalaupun anda tidak percaya jangan anda meremehkan. Karena menurut saya sebagai pasien
Covid-19 yang berjuang dan jujur aja sakit hati kalau ada yang bilang covid itu ga ada.
Mungkin dari saya itu aja, tetap jaga kesehatan, stay healthy, tetap pakai masker dan
semangat.

P : berarti itu 11 12 harapan bebeb ketika sembuh itu ya?

I : iya betul

P : okey, hm. Kita kembali ke pengalaman bebeb selama di rumah sakit. Apakah bebeb
itu selama dirawat pernah berfikir kah akan ada hal yang aneh-aneh, pernah berfikir kalau
bebeb itu sudah tidak lama lagi hidup atau bagaimana? Apa adakah?

I : hm sejujurnya ga ada waktu awal-awal karena saat itu saya sudah mengalami
pemulihan, sudah merasa sehat, tapi semua itu berubah ketika saya mengalami namanya
sesak nafas disitu saya benar-benar gelisah seperti tidak bisa bernafas, sulit bernafas dan saya
langsung memikirkan oh apakah saya sudah ga selamat karena untuk bernafas saya susah
bahkan untuk bersendawa pun saya ga bisa. Disitu yang tadinya saya tidur saya langsung
berdiri dari kasur gelisah, jalan kesana kemari, rasa panik sempat lompat-lompat juga di
tempat, saya berfikir apa ada yang nyangkut di leher saya karena sulit bernafas akhirnya saya
tekan bel untuk memanggil suster atau perawat, saya bilang saya ga bisa bernafas, tolong
saya ga bisa bernafas terus dari susternya bilang tenang saya coba akan pake oksigen tapi saat
itu oksigennya yang listrik ya yang dicolok pokoknya semacam itu lah bukan oksigen
tabung, itupun setelah diberikan itu saya lumayan merasa lega dan rasa panik saya mulai
hilang. Kemudian juga saya merasa panik ketika dibilang bahwa saya akan di operasi karena
covid itu menyerang bukan hanya maagnya tapi sampe ke amandel saya mungkin amandel ini
terserang ya karena tadi saya muntah-muntah terus infeksi di bagian tenggorokan, infeksi
leher saya bengkak di sebagian leher sebelah kanan dan pada saat itu dokter bilang kita
tunggu beberapa hari dulu, kalau beberapa hari tidak turun juga kita lakukan operasi, nah
disitu saya sempat panik juga kalau leher saya dioperasi. Begitu, itu aja sih.

P : berarti ada sempat ya berfikiran begitu ya

I : iya sempat

P : hm

I : apalagi waktu saya mengalami covid itu ya bisa dibilang abnormal yang lain 10 hari,
12 hari, saya hampir 3 bulan.

P : oh 3 bulan terdiagnosa gitu kan? 3 bulan terdiagnosa covid baru 10 hari dirawat di
rumah sakit

I : benar sekali seperti itu

P : selama 3 bulan itu terkena Covid-19 itu ya

I : ya selama 3 bulan itu saya positif Covid-19 itu. Jadi dari Januari tgl 19 Januari saya
sembuh itu saya lupa antara sekitar bulanan bulan Maret tapi saya lupa tanggalnya saya
sembuh terus 10 hari sebelum saya dirawat itu saya itu sebenarnya sudah sehat terus waktu
itu Januari harusnya saya PCR ke 3 untuk cek apakah virus ini masih ada atau ga tapi waktu
saat berangkat PCR ke 3 saya kambuh lagi yang tadinya ga muntah-muntah. Jadi disini saya
tekankan ya selama Covid-19 itu saya itu muntah-muntah terus ga pernah ga muntah, apa-apa
muntah apa-apa muntah nah tapi muntah-muntahnya itu waktu di awal-awal saja setelah 2
minggu saya sembuh ga muntah-muntah lagi berjalannya waktu udah enak lah tapi kadang
juga suka halusinasi kalau demamnya naik lagi. Sebelum PCR ke 3 kambuh lagi nih tiba-tiba
tapi yang diserang tuh awalnya leher, leher saya itu bengkak, mungkin saya terlalu banyak
minum obat yang membuat jadilah lambung saya jadi susah menerima. Dari situ dilapor lah
oleh atasan saya oleh orang tua dari atasan saya anjurkan yaudah rujuk aja di Siloam nah
kilas baliknya saya bisa di RS. Siloam ya karena yang tadinya saya sudah sembuh tiba kok
kambuh lagi, jadi takut kenapa-kenapa, makalah disuruh lebih baik ke rumah sakit aja. Kek
gitu.

P : selama 3 bulan itu rumah terus atau ada aktivitas lain pergi ke tempat kerja, pergi
kemana gitu?

I : ya ga mungkin dong selama saya positif selama 3 bulan saya mau keluar kamar. Ga
ada, ga ada aktivitas saya tetap berkurung diri di dalam kamar. Karena saya tidak mau
menginfeksi orang-orang di sekitar saya.

P : bagus-bagus. Biasanya ada tu yang orang lain itu biar positif tetap aja keluyuran
begitu kan. Hm waktu kena covid itu bebeb tau ga virus apa kan ada omicron baru ada lagi tu
banyak macam?

I : yang saya rasa itu saya masih kena covid yang awal-awal sekali ya, karena saya ga
tahu covid apa maksudnya covid jenis apa yang menyerang tubuh saya. Tapi yang saya tahu
mungkin pada saat itu belum ada yang omicron, delta, atau apalah omega atau alpha atau
apakah itu saya belum tahu. Yang saya tahu hanya Covid nineteen gitu aja sudah itu aja
mungkin itu saya terkena di awal-awal banget makanya agak parah sampai sesak nafas.

P : oh berarti itu yang di awal tahun 2020 ya?

I : hm .. iyaa saya positif awal 2021

P : oh awal 2021. Okee. Selama bebeb menjalani perawatan di rumah sakit siapa yang
membiayai atau yang membayar perawatan tersebut?

I : hm rumah sakit ga ada biaya karena memang pasien covid kan jadi saat itu cuman
ngasih BPJS aja. Jadi ga ada biaya sama sekali, ga ada biaya sama sekali yang dikeluarkan.

P : ohh

I : mungkin ada biaya yang saya tidak tahu, mungkin biaya kamar kali ya karena
menurut saya saat itu dapat kamar yang betul-betul VIP buat 1 orang aja, mungkin ada biaya
dari boss saya tapi saya tidak tahu karena saat itu sudah ga fokus soal biaya-biaya yang saya
fokus itu apakah saya ini bisa sembuh atau masih berlanjut, seperti itu.
P : oke. Oh iya pada saat bebeb sampai di rumah sakit bagaimana kondisi di rumah sakit
tersebut? Bersihkah atau bagaimana? Pada saat datang loh ya

I : baik saya akan menjelaskan RS. Siloam itu dari luarnya aja dari jalan masuknya
sudah bersih banget, di dalam pun bersih, sangat-sangat bersih banget jadi ga ada itu semraut
semraut, ga ada. Sudah benar-benar rumah sakit tingkat internasional yaa bersih rumah sakit
nya terus tata ruangnya enak, simple ga bikin bingung. Pokoknya bersihlah.

P : kan sampe di RS. Siloam itu langsung masuk IGD toh? IGD ga sih atau? Masuk
dimana dulu?

I : hm iya IGD waktu itu, saya di cek dulu, dibaring, di cek lehernya oh ada infeksi
terus ditanya, sebelumnya saya sudah jelasin saya positif tapi untuk memastikan lagi, di cek
lagi kan karen kalau saya sudah ga lagi positif saya dikasi masuk ke kamar rawat yang lain
untuk fokus ke leher yang bengkak maksudnya rawat yang normal lah bukan pasien covid.
Nah pada saat itu di cek lagi ohh masih positif jadi langsung dijadikan pasien Covid-19. Jadi
ada ruangan khusus yaitu kamar khusus nah mungkin di kamar khusus itu mungkin ada biaya
dari atasan saya yang meminta saya di ruangan yang khusus yang VIP.

P : berapa lama pindah dari IGD ke kamar itu? Apa hari itu juga atau nunggu berapa
jam?

I : hari itu juga cuman ada sekitar waktu 2 jam atau 1 jam, lupa saya. Saya sempat tidur
dulu, saya juga sudah lupa-lupa dan posisinya lemas banget. Yang saya tahu tidur, tidur,
tidur. Mungkin ada sekitar 1 jam lah saya di IGD.

P : berarti pas hasilnya baru langsung dipindahkan gitu ya

I : iya benar banget seperti itu.

P : untuk datang ke rumah sakit siapa yang ngantar?

I : waktu itu posisinya saya diantar adik kalau ga salah, saya lupa.

P : jarak dari rumah ke rumah sakit dekat, jauh, atau lumayan?

I : dekat mungkin sekitar 1 kilo doang. Adzan stop ...

P : selama di rumah sakit apakah ada komunikasi dengan keluarga lewat video call atau
telpon biasa?

I : jadi selama saya di rumah sakit tepatnya di RS. Siloam ya pasti sebagai seorang anak
dan seorang pasangan saya ada komunikasi dengan keluarga saya, dengan mama, dengan
adik juga. Dengan mama hampir setiap hari telpon ditanya sudah makan kah, gimana kondisi
hari ini, sudah mulai sehat atau belum. Kalau sama adik biasa komunikasi lewat game, main
game. Kalau sama pasangan itu hampir dalam 1 hari itu hampir tiap ajam ada aja telpon tapi
yaa saya memang pada saat itu mohon maaf kesalahan saya memang karena saya agak susah
berkomunikasi maksudnya susah dalam artian bukan saya tidak bisa menghubungi tapi saya
ga bisa lama-lama untuk telpon atau video call karena tangan saya sendiri ada infusnya kalau
gerak sedikit sakit, bengkak, tiba-tiba lemas. Selain itu saya berkomunikasi dengan reka-
rekan saya yang ada di luar contohnya rekan-rekan gereja, saya sempat ikut ibadah pemuda
bahkan saya didoakan dari teman-teman gereja saya. Kemudian ada oma saya telpon tanya
bahkan sampai mendoakan saya pribadi. Jadi kalau dibilang komunikasi, pasti ada, karena
komunikasi itu yang menguatkan kita untuk cepat sembuh, orang-orang di luar sana yang
peduli bikin kita makin termotivasi untuk sembuh. Karena semangat dari mereka dan
semangat dari diri kita juga, kita jadi termotivasi untuk sembuh. Yaa komunikasi itu penting
jadi kalau ada apa-apa memang semua harus dikomunikasikan, karena dengan komunikasi
kita bisa tahu keadaan di luar dan di luar bisa tahu keadaan kita. Mungkin itu saja wawancara
atau yang bisa saya sampaikan tentang pengalaman saya selama Covid-19 baik di isolasi
mandiri di rumah baik itu di RS. Siloam. Terimakasih semoga apa yang saya sampaikan bisa
jadi pembelajaran dan bisa jadi ada makna dan manfaat yang bisa diambil. Memang tidak
semua dapat diambil tapi semoga ada yang bisa diambil. Terimakasi yang bisa saya ucapkan.
Tuhan Yesus memberkati.

P : oke. Terimakasih atas kesediaan bebeb untuk mewawancarai ini. Tetap menjaga
kesehatan karena kan pasti awal mula dari terkena Covid-19 ini sering tidak menerapkan
protokol kesehatan, tidak menerapkan hidup sehat dan sebagainya. Okee terimakasih dan
mohon maaf bila ada salah kata diucapkan terimakasih. Bye-bye.

I : terimakasih. Sama-sama.

Anda mungkin juga menyukai