Anda di halaman 1dari 9

NewsLoading...

SEDEKAH.INFO

Select Here

Home / Makalah / Pendidikan / MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PAI

MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PAI

Admin 4:29 AM Makalah , Pendidikan

Dalam pemilihan media visual yang akan digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar seorang
guru dituntut untuk mampu benar-benar memilih media visual yang sesuai dengan tema pembahasan.
Pemilihan media ini dengan mmperhatikan prinsip-prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan,
dan keseimbangan.

A. Pendahuluan

Pembelajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahuan, sikap dan keterampilan para
siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru pada hakikatnya
mempelajari lambang-lambang verbal dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya.
Oleh karena itu, pembelajaran dikatakan efektif apabila penerima pesan (siswa) dapat memahami
makna yang disampaikan oleh guru sebagai lingkungan belajarnya.

Silberman menyatakan bahwa kita dapat memberi tahu para peserta didik tentang apa yang perlu
mereka ketahui dengan cepat. Tetapi mereka bahkan akan lebih cepat melupakan apa yang kita
beritahukan kepada mereka.[1] Hal ini merupakan isyarat akan pentingnya satu rekayasa agar
penyampaian informasi kepada peserta didik selain dapat dicerna juga haruslah memberikan kesan yang
kuat. Inilah salah satu alasan dikembangkannya pemanfaatan media dan ilmu teknologi pembelajaran.
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar dewasa ini bukan lagi merupakan suatu hal yang baru
dalam dunia pendidikan. Karena dengan adanya media, akan lebih meningkatkan daya serap siswa
dalam memahami pesan-pesan pembelajaran. Kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting
dalam proses belajar mengajar. Karena dalam kegiatan belajar mengajar, ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat dianjurkan karena untuk
mempertinggi kualitas pembelajaran.[2] Media pembelajaran juga digunakan dalam upaya peningkatan
atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar.[3] Selain itu media juga merupakan sarana
yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan
penglihatan. Dengan adanya media dapat mempercepat proses pembelajaran karena dapat
mempercepat pemahaman murid.[4]

Guna meningkatkan hasil belajar peserta didiknya, guru harus selalu berupaya dengan berbagai strategi,
termasuk diantaranya adalah dengan menggunakan media belajar yang efektif dan menyenangkan bagi
peserta didik. Media belajar merupakan sarana bagi guru untuk mempermudah penyampaian ilmu
pengetahuan kepada peserta didiknya. Media belajar juga merupakan sarana bagi peserta didik untuk
mempermudah pencapaian hasil belajar yang diinginkan. Media belajar yang tepat akan membuat
peserta didik lebih termotivasi, lebih aktif, dan lebih mudah mencerna ilmu pengetahuan yang diberikan
oleh gurunya selama proses pembelajaran, serta membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan.

Wiranata menjelaskan bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indera
memiliki komposisi sebagai berikut: 75% melalui penglihatan (visual), 13% melalui pendengaran (audio),
6% melalui sentuhan, dan 6% melalui penciuman dan pengecap.[5] Begitu dominannya pengetahuan
yang diperoleh seseorang melalui visual membuat media pembelajaran visual menjadi sangat penting
kedudukannya dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu makalah ini akan membahas tentang
penggunaan media visual dalam pembelajaran PAI.

B. Pembahasan

1. Pengertian Media Visual

Media visual adalah media yang menyampaikan informasi dalam bentuk gambar atau secara visual
sehingga tidak terdapat suara. Media visual ada berbagai jenisnya meliputi modul, poster, buku, gambar,
grafik dan lain sebagainya. Kegunaan media visual dalam pembelajaran sangat banyak sekali salah
satunya adalah membantu mengoptimalkan para tipe pembelajar bergaya visual, sehingga media visual
itu sangat berpotensi dan mempunyai banyak manfaat dalam mewujudkan gambaran abstrak menjadi
gambaran nyata.[6]

Media Visual artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat
panca-indera mata. Media visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media
visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan serta dapat pula menumbuhkan
minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Media visual memiliki beberapa fungsi dan manfaat. Fungsi media visual adalah untuk menarik
perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan jika tidak
divisualkan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap melalui media
penglihatan (media visual), terutama media visual yang menarik, dapat mempercepat daya serap
peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.[7] Salah satu keuntungan penggunaan
media pembelajaran visual adalah bentuknya dapat dibuat semenarik mungkin agar anak tertarik untuk
mempelajarinya.

2. Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip Media Visual

Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Secara garis besar unsur-unsur yang
terdapat pada media visual adalah sebagai berikut:[8]

a. Garis, adalah kumpulan dari titik-titik. Dengan demikian terdapat banyak sekali jenis-jenis garis
diantaranya garis lurus, lengkung dan lain-lain.

b. Bentuk, adalah sebuah bentuk konsep simbol yang dibangun atas garis-garis atau gabungan garis
dengan konsep-konsep lainnya. Seperti contoh hubungan garis-garis lurus yang membentuk sebuah
bagunan simetris.

c. Warna, digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan, juga untuk membangun
keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi tingkat realisme dan menciptakan respon emosional tertentu.

d. Tekstur, digunakan untuk menimbulkan kesan kasar dan halus, juga untuk memberikan penekanan
seperti halnya warna.

Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektivitas bahan-bahan
visual dan grafik itu. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan gagasan-
gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksama, dan menggunakan teknik-teknik dasar
visualisasi objek, konsep, informasi, atau situasi. Meskipun perancang media pembelajaran bukan
seorang pelukis dengan latar belakang professional, ia sebaiknya mengetahui beberapa prinsip dasar
dan penuntun dalam rangka memenuhi kebutuhan penggunaan media berbasis visual.

Adapun prinsip-prinsip dalam media pembelajaran visual yang harus diperhatikan antara lain prinsip
kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, dan keseimbangan.[9]

a. Kesederhanaan

Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual.
Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan
visual itu. Pesan atau informasi yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan
visual yang mudah dibaca dan mudah dipahami, demikian pula teks yang menyertai bahan visual harus
dibatasi (misalnya antara 15 sampai dengan 20 kata). Kata-kata harus memakai huruf yang sederhana
dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam satu tampilan ataupun
serangkaian tampilan visual. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkat tetapi padat, dan mudah dimengerti.
b. Keterpaduan

Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual yang ketika
diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu
sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal
yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.

c. Penekanan

Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan
memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan
menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan
kepada unsur terpenting.

d. Keseimbangan

Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi
keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris. Keseimbangan yang keseluruhannya simetris disebut
keseimbangan formal. Keseimbangan seperti ini menampakkan dua bayangan visual yang sama dan
sebangun. Oleh karena itu, keseimbangan formal cenderung tampak statis. Sebaliknya, keseimbangan
informal –tidak keseluruhan simetris- memberikan kesan dinamis dan dapat menarik perhatian.
Pengembangan visual dengan keseimbangan informal memerlukan daya imajinasi yang lebih tinggi dan
keinginan bereksperimen dari perancang visual.

Media visual yang tepat dalam proses pembelajaran akan membawa keberhasilan karena pada dasarnya
media visual memiliki 4 fungsi. Pertama, fungsi atensi yaitu mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi dan pelajaran. Kedua, fungsi afektif yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Ketiga,
fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi yang terkandung
dalam gambar. Keempat fungsi kompensasi yaitu dapat mengakomodasi siswa yang lemah dalam
menerima materi melalui teks dan verbal.[10]

3. Jenis-jenis Media Visual dalam Pembelajaran

a. Media yang tidak diproyeksikan[11]

1) Media realita adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa
dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realita ini adalah dapat memberikan
pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari tentang tempat ibadah umat Islam dalam
membahas tentang materi shalat jumat siswa diajak untuk mengunjungi salah satu masjid terdekat dari
lokasi sekolah.

2) Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti
dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti
realita. Misal untuk mempelajari ibadah haji ada replika ka’bah, hujir Ismail dll.
3) Media Grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi
dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu
fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis
media grafis adalah: gambar/foto, sketsa, bagan/chart, diagram dan grafik.

b. Media proyeksi

1) Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas
tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa).
Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy/OHT) dan perangkat
keras (Overhead projector/OHP).

2) Film bingkai atau slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai
2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film
bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus.
Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk
menyajikan dibutuhkan proyektor slide.

4. Kelebihan Dan Kelemahan Media Visual [12]

a. Kelebihan

Media gambar adalah media yang paling sering dipilih untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
karena media gambar memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah :

1) Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media
verbal semata.

2) Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau
peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anak-anak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu
gambar atau foto dapat mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas lewat
gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin atau bahkan menit yang lalu
kadang-kadang tak dapat dilihat seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini.

3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak
mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.

4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia beberapa saja,
sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman.

5) Murah harganya

6) Mudah didapat atau dibuat.


major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-
fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">7) Mudah digunakan tanpa
memerlukan peralatan khusus.

b. Kelemahan

Adapun beberapa kelemahan media gambar diantarnya adalah:

1) Gambar atau foto hanya menekankan presepsi indra mata. Semata-mata hanya medium visual

2) Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3) Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar.

4) Ukuran gambar seringkali kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar

5) Memerlukan ketersediaan sumber ketrampilan dan kejelian guru untuk dapat memanfaatkannya.

5. Urgensi Unsur Visual Pada Pembelajaran

Dalam serangkaian eksperimen laboratorium untuk meneliti kondisi apakah pemanfaatan ilustrasi baik
dalam bentuk gambar, tulisan maupun vokal teks bisa memberikan makna berarti pada pembelajaran.
[13] Ditemukan bahwa seseorang belajar lebih baik,

a. dari kata-kata dan gambar, dibandingkan dengan kata-kata saja.

b. ketika materi tambahan ditempatkan terpisah, bukan disertakan dalam materi utama

c. ketika kalimat keterangan ditempatkan dekat dengan gambar, bukan terpisah

d. ketika kata-kata ditampilkan dalam bentuk percakapan, bukan dalam bentuk formal

Penjelasan yang mungkin untuk penemuan ini adalah bahwa pembelajaran lebih bermakna ketika
informasi diserap via dua saluran (auditori dan visual), ketika seseorang memberikan perhatian yang
sama tingginya pada kalimat dan gambar, dan ketika mereka mengintegrasikan representasi verbal
dengan representasi virtual. Dengan demikian terbukti bahwa unsur-unsur visual mempengaruhi
ketersampaian sebuah pesan (materi) dalam proses pembelajaran.

Penelitian lain menemukan bahwa penyertaan grafis tidak selalu menguntungkan dalam akuisisi
pengetahuan. Penggunaan grafis yang tepat dapat mendukung pembelajaran, sementara penggunaan
grafis yang tidak tepat dapat mengganggu konstruksi model mental.[14] Gambar-gambar dapat
memfasilitasi pembelajaran hanya jika pembelajar memiliki pengetahuan yang minim dan jika materi
divisualisasikan dengan cara yang tepat. Penggunaan media visual, semisal power point, yang dibuat
tanpa pertimbangan yang baik tidak akan bermakna banyak bagi peserta didik. Dalam perspektif
teknologi pendidikan perancangan materi instruksional yang menyertakan teks dan gambar, bentuk
visualisasi yang digunakan pada suatu gambar mestilah dipertimbangkan dengan sangat seksama.
C. Kesimpulan

Dengan media pembelajaran pelaksanaan proses belajar mengajar akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat lebih di pahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih
baik, metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan, dan guru tidak kehabisan
tenaga, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan serta mendemonstrasikan.

Selain itu, dapat menjadikan perkembangan berpikir siswa, dimulai dari berpikir kongkrit menuju ke
berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks atau hal-hal yang abstrak
dapat di kongkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat di sederhanakan. Dan juga membuat konkrit
konsep yang abstrak, membawa objek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar siswa,
menampilkan objek yang terlalu besar, menampilkan objek yang tak dapat diamati dengan mata
telanjang, mengamati gerakan yang terlalu cepat, memungkinkan keseragaman pengamatan dan
persepsi bagi pengalaman belajar siswa, membangkitkan motifasi belajar, menyajikan informasi belajar
secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.

Ada bermacam-macam media visual yang dapat digunakan oleh guru diantaranya adalah media tidak
terproyeksi yang meliputi media realita, model dan media grafis ; serta media yang terproyeksikan
seperti OHP dan Slide. Penggunaan animasi, visualisasi, eksperimen virtual dalam suatu pembelajaran
aktif tidak menjamin efek positif pada pembelajaran. Guna meningkatkan pembelajaran,
pendidik/instruktur mestilah memiliki rencana penggunaan gambar-gambar dan animasi berdasarkan
prinsip-prinsip berikut :

1. Siswa belajar lebih banyak dari gambar-gambar dan kata-kata, dibandingkan dengan kata-kata
saja

2. Gambar hanya memfasilitasi pembelajaran jika pembelajar memiliki pengetahuan yang sedikit
dan jika subjek terkait divisualisasikan dengan cara yang tepat.

3. Animasi menjadi lebih efektif jika pembelajar dapat mengendalikan kecepatan dan arahnya, tapi
walaupun ada suatu animasi yang memungkinkan kendali penuh bagi pengguna, penyertaan lebih
banyak dukungan dan panduan mestilah dipertimbangkan jika ingin difungsikan sebagai perangkat yang
efektif bagi pembelajaran.

4. Lebih jauh, ketika mengajarkan sains, tidaklah cukup untuk menampilkan eksperimen virtual.
Pelajar mestilah berpartisipasi dalam sebuah eksperimen langsung.
DAFTAR PUSTAKAArsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta : PT Remaja Grafindo Persada, 1997.
Efendy, Lutful, Media Pembelajaran Menggunakan Gambar, dalam
http://lutfulpembelajaranmedia.blogspot.com/2013/07/ diakses pada 30 April 2014. El-Unnaity, Uni,
Aspek Komunikasi Visual Dalam Pembelajaran, dalam http://murni-uni.blogspot.com/2011/05/aspek-
komunikasi-visual-dalam.html, diakses 28 April 2014 Putra ,Winata, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
UT, 2005. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. IV, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. R. E. Mayer, The
Promise of Multimedia Learning: Using the Same Instructional Design Methods Across Different Media.
Learning and Instruction: The Journal of the European Association for Research on Learning and
Instruction, 13(2), 2003.

Schnotz, W., & Bannert, M. (2003). Construction and Interference in Learning From Multiple
Representations. Learning and Instruction: The Journal of the European Association for Research on
Learning and Instruction, 13(2). Silberman, Mel, Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Terj.
Sarjuli dkk. Yogyakarta : YAPPENDIS, 2007. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Cet. IV,
Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2001. Usman, Asyiruddin dan Asnawir, Media Pembelajaran, Cet. I,
Jakarta: Ciputat Press, 2002.

[1] Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Terj. Sarjuli dkk. Yogyakarta:
YAPPENDIS 2007, hlm. xxi

[2] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Cet. IV, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2001),
hlm. 3.

[3] Asyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, Cet. I, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 19[4]
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. IV, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 180.

[5] Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: UT, 2005, hal. 55.

[6] Uni El-Unnaity, Aspek Komunikasi Visual Dalam Pembelajaran, dalam http://murni-
uni.blogspot.com/2011/05/aspek-komunikasi-visual-dalam.html, diakses 28 April 2014

[7] Mayer, R. E. The Promise of Multimedia Learning: Using the Same Instructional Design Methods
Across Different Media. Learning and Instruction: The Journal of the European Association for Research
on Learning and Instruction, 13(2), (2003). Hlm. 125-140.[8] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta:
PT Remaja Grafindo Persada, 1997, hlm.109-110.[9] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Ibid.

[10] Ibid. Hlm. 4

[11] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Ibid.

[12] Lutful Efendy, Media Pembelajaran Menggunakan Gambar, dalam


http://lutfulpembelajaranmedia.blogspot.com/2013/07/ diakses pada 30 April 2014
[13] Mel Silberman, Active Learning, Ibid.[14] Schnotz, W., & Bannert, M. (2003). Construction and
interference in learning from multiple representations. Learning and Instruction: The Journal of the
European Association for Research on Learning and Instruction, 13(2), 141-156.

Anda mungkin juga menyukai