Anda di halaman 1dari 4

Beda Busi Panas Dan Busi Dingin

OTOMOTIFNET - Tiap motor (tipe mesin bakar), pasti punya busi. Yakni penghasil percikan bunga api pada sistem pengapian yang berfungsi membakar campuran bahan bakar dan udara di ruang bakar. Pemakaian busi yang tepat akan memperoleh performa mesin optimal. Tapi harus memperhatikan beberapa hal penting, yaitu; suhu lingkungan, kapasitas ruang bakar dan perbandingan kompresi mesin.

Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Pemakaian motor di lingkungan panas atau dingin, akan memberikan radiasi panas terhadap mesin berbeda. Lalu, mesin dengan piston besar, akan memberi panas lebih tinggi dibanding motor ber-cc kecil. Nah, kian besar rasio kompresi ruang bakar, lebih panas ketimbang mesin dengan kompresi rendah. Untuk itu businya kudu sesuai, beber Yuli Santoso, kepala mekanik Suzuki Dewi Sartika di Jaktim. Hal inilah lantas diciptakan busi tipe panas dan dingin. Perbedaan keduanya ada pada panjang insulator. Busi dingin punya ujung insulator lebih pendek, sedang busi panas lebih panjang (gbr.1). Angka tertera pada busi juga sebagai petunjuk tipe busi panas ataupun dingin. Makin besar angkanya, menandakan tipe busi kian dingin dan sebaliknya, imbuh Yuli. Contoh busi NGK berkode C6HSA dengan CR8E (gbr.2). Angka 6 pada kode pertama, menandakan busi panas. Ditambah bisa dilihat dari insulator-nya lebih panjang. Sedang angka 8 pada kode kedua, mendandakan busi dingin (insulator lebih pendek). Busi Panas Punya kemampuan susah melepas panas dan mudah jadi panas dibanding busi standarny a.

Busi tipe ini enggak cocok bila bekerja pada temperatur ruang bakar tinggi. Sangat cocok bila dipakai untuk motor standar (sesuai bawaan pabrik). Jika temperatur ruang bakar mencapai sekitar 850 Celcius, maka akan terjadi proses pre ignition, di mana bahan bakar akan menyala sendiri sebelum busi memercikkan bunga api. Kondisi ini biasa disebut overheating (pemanasan ekstrem). Warna busi putih pucat (gbr.3), tegas Dwi Angga, service advisor Yamaha Pos Pengumben di daerah Jakbar. Busi Dingin Mudah melepas panas dan mudah jadi dingin. Busi tipe ini tak tepat bila bekerja pada temperatur ruang bakar yang rendah. Lebih cocok dipakai untuk motor khusus buat balap (bore-up). Jika temperatur ruang bakar terlalu rendah, hingga di bawah 400 Celcius, maka akan terjadi proses carbon fouling, yakni bahan bakar tak mampu terbakar sempurna sehingga bahan bakar yang tak terbakar akan menumpuk pada busi. Warna busi hitam kering (gbr.4), ulas Safrudin, kepala bengkel Clara Motor II di kawasan Kebon Jeruk, Jakbar. Penumpukan endapan karbon ini akan menyebabkan tumpukan kerak karbon yang lama-lama jadi keras dan bisa jadi sumber panas kedua (arang) setelah busi. Hal inilah yang menyebabkan gejala detonasi atau knocking (ledakan kedua, setelah busi memercikkan bunga api). Nah bila motor Anda masih standar, sebaiknya aplikasi busi sesuai anjuran pabrik. Efek bila aplikasi busi yang tak sesuai, saat start awal mesin susah hidup dan tenaga awal kurang bagus dikarenakan pembakarannya jadi kurang sempurna,

Tiap motor (tipe mesin bakar), pasti punya busi. Yakni penghasil percikan bunga api pada sistem pengapian yang berfungsi membakar campuran bahan bakar dan udara di ruang bakar. Pemakaian busi yang tepat akan memperoleh performa mesin optimal. Tapi harus memperhatikan beberapa hal penting, yaitu; suhu lingkungan, kapasitas ruang bakar dan perbandingan kompresi mesin.

Pemakaian motor di lingkungan panas atau dingin, akan memberikan radiasi panas terhadap mesin berbeda. Lalu, mesin dengan piston besar, akan memberi panas lebih tinggi dibanding motor ber-cc kecil. Nah, kian besar rasio kompresi ruang bakar, lebih panas ketimbang mesin dengan kompresi rendah. Untuk itu businya kudu sesuai, beber Yuli Santoso, kepala mekanik Suzuki Dewi Sartika di Jaktim. Hal inilah lantas diciptakan busi tipe panas dan dingin. Perbedaan keduanya ada pada panjang insulator. Busi dingin punya ujung insulator lebih pendek, sedang busi panas lebih panjang (gbr.1). Angka tertera pada busi juga sebagai petunjuk tipe busi panas ata upun dingin. Makin besar angkanya, menandakan tipe busi kian dingin dan sebaliknya, imbuh Yuli.

Busi Panas Punya kemampuan susah melepas panas dan mudah jadi panas dibanding busi standarnya. Busi tipe ini enggak cocok bila bekerja pada temperatur ruang bakar tinggi. Sangat cocok bila dipakai untuk motor standar (sesuai bawaan pabrik).
Jika temperatur ruang bakar mencapai sekitar 850 Celcius, maka akan terjadi proses preignition, di mana bahan bakar akan menyala sendiri sebelum busi memercikkan bun ga api. Kondisi ini biasa disebut overheating (pemanasan ekstrem).

Busi Dingin
Mudah melepas panas dan mudah jadi dingin. Busi tipe ini tak tepat bila bekerja pada temperatur ruang bakar yang rendah. Lebih cocok dipakai untuk motor khusus buat balap (bore-up). Jika temperatur ruang bakar terlalu rendah, hingga di bawah 400 Celcius, maka akan terjadi proses carbon fouling, yakni bahan bakar tak mampu terbakar sempurna sehingga bahan bakar yang tak terbakar akan menumpuk pada busi. Warna busi hitam ke ring (gbr.4), ulas Safrudin, kepala bengkel Clara Motor II di kawasan Kebon Jeruk, Jakbar. Penumpukan endapan karbon ini akan menyebabkan tumpukan kerak karbon yang lama lama jadi keras dan bisa jadi sumber panas kedua (arang) setelah busi. Hal inilah ya ng menyebabkan gejala detonasi atau knocking (ledakan kedua, setelah busi memercikkan bunga api). Nah bila motor Anda masih standar, sebaiknya aplikasi busi sesuai anjuran pabrik. Efek bila aplikasi busi yang tak sesuai, saat start awal mesin susah h idup dan tenaga awal kurang bagus dikarenakan pembakarannya jadi kurang sempurna,

Anda mungkin juga menyukai