Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH PENANAMAN KOMODITAS TEMBAKAU NA-

OOGST TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KECAMATAN


BESUKI KABUPATEN SITUBONDO

Dosen Pengampu

Dr. Muksin, SP, M.Si

Disusun Oleh :

1. Gebi Maulita Saputri ( D41190849 )


2. Syahrotunnailul Musyarrofah ( D41190932 )
3. Lina Aulia Priani ( D41191156 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGROINDUSTRI


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah suatu negara agraris yang memiliki wilayah dengan lahan
petanian yang sangat luas dan penduduknya sebagian besar bermata pencarian
sebagai petani yang mayoritas dikembangkan oleh penduduk di pedesaan. Sektor
pertanian di Indonesia memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
perekonomian daerah dan nasional. Pengembangan potensi yang ada pada sektor
pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang harus terus bersifat berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mewujudkan
kebutuhan hidup tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
mewujudkan kebutuhan hidupnya. Pelaksanaan pembangunan ekonomi saat ini
yang berkeadilan sosial dilakukan tanpa mengorbankan lingkungan, tetapi harus
memikirkan pula kebutuhan hidup generasi berikutnya (Rivai dan Anugrah, 2011).
Sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup upaya untuk pemerataan manfaat
hasil-hasil pembangunan antargenerasi atau pengamanan terhadap kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang digunakan untuk kepentingan
mengejar pertumbuhan ekonomi, mempertahankan kesejahteraan masyarakat yang
berkelanjutan, mempertahankan manfaat pembangunan, menjaga mutu ataupun
kualitas kehidupan manusia antargenerasi (Rahadian, 2016).
. Salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang memiliki komoditas
potensial serta memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan
nasional dan daerah adalah komoditas tembakau (Nicotiana tabacum L.) yang
pertama kali masuk Indonesia kira-kira tahun 1630, kemudian berkembang ke
berbagai daerah di Indonesia. Tembakau merupakan tanaman tropis yang
membutuhkan daerah penanaman yang cukup luas. Tembakau dapat ditanam pada
dataran tinggi maupun rendah. Perbedaan ketinggian tempat mengakibatkan
perbedaan kualitas daun tembakau (Suyana et al., 2010).
Tembakau bisa memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang bisa di
rasakan oleh masyarakat. Peran tembakau terhadap perekonomian Indonesia dapat
ditunjukkan dari besarnya cukai yang disumbangkan sebagai penerimaan negara
dan banyaknya tenaga kerja yang terserap baik dalam tahap penanaman dan
pengolahan tembakau sebelum diekspor atau dibuat rokok, maupun pada tahap
pembuatan rokok (Santoso, 2013). Selain itu, tembakau juga dapat dikatakan
sebagai salah satu komoditas perkebunan komersial yang memiliki harapan
pertanian tinggi keuntungan.
Pada umumnya daun tembakau dimanfaatkan untuk membuat rokok, cerutu
dan bahan utama insektisida. Indonesia dikenal dua jenis tembakau, antara lain
Na-oogst (sebagai bahan cerutu) dan Voor-oogst (sebagai bahan rokok). Terdapat
3 daerah di Indonesia yang produksi tembakaunya di akui oleh dunia, yaitu Deli
Serdang, Klaten, dan Karisidenan Besuki dan Jember merupakan termasuk di
dalamnya. Cerutu terdiri dari tiga bagian: isi (filler), pembalut (binder) dan
pembungkus paling luar (wrapper).
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu daerah penghasil tembakau
yang berkualitas dengan mayoritas jenis tembakau Na-oogst, terutama di
Kecamatan Besuki. Jumlah produksi Kecamatan Besuki juga termasuk yang
terbanyak dari beberapa kecamatan. Hal ini dapat diketahui dari jumlah produksi
pada tahun 2016 di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Besuki (Table 1.).
Table 1.  Luas Tanam, Luas Panen, dan Jumlah Produksi Tanaman Tembakau di
Setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Situbondo 2016
No Luas Tanam Luas Panen Produksi
Kecamatan
. (ha) (ha) (Ton)
1 Sumbermalang  612.00  612.00 175 644.00
2 Jatibanteng  645.00  645.00 73 014.00
3 Banyuglugur  542.00  542.00 67 208.00
4 Besuki  367.00  367.00 224 237.00
5 Suboh  614.00  614.00 1088 622.00
6 Mlandingan  523.00  523.00 436 182.00
7 Bungatan  153.00  153.00 40 698.00
8 Kendit  56.00  56.00 5 656.00
9 Panarukan  77.00  77.00 124 124.00
10 Situbondo - - -
11 Mangaran - - -
12 Panji  47.00  47.00 3 666.00
13 Kapongan - - -
14 Arjasa  271.00  271.00 94 308.00
15 Jangkar  33.00  33.00 1 749.00
16 Asembagus - - -
17 Banyuputih  41.00  41.00 54 234.00
Jumlah 3 981.00 3 981.00 2389 342.00

Dilihat dari data tersebut, Besuki merupakan daerah produksi tembakau


yang menduduki posisi kedua sebanyak 224.237 ton. Pada posisi tersebut masih
bisa dikatakan terbesar walapun tidak sebanding dengan luas tanam dan luas
panen. Pada posisi tertinggi berhasil diraih oleh Kecamatan Suboh dengan jumlah
produksi yang sebanding dengan luas tanam dan luas panen. Perbedaan jumlah
produksi ini dapat menunjukkan bahwa adanya persaingan antarkecamatan.
Kemudian, produksi tanaman tembakau di Indonesia sangatlah tinggi dan
berkualitas dengan ciri khas masing-masing di berbagai daerah sehingga
diperlukan persaingan yang ketat dengan menunjukkan kelebihan dan ciri khas
yang signifikan dari tanaman tembakau yang menjadi pembeda dari lainnya. Oleh
karena itu, tanaman tembakau di Kecamatan Besuki diharapkan lebih meningkat
dan ikut berkompetisi dengan sangat baik sehingga berpengaruh pada kenaikan
atau penurunan pendapatan petani yang bertujuan untuk menyejahterakan petani.
Berdasarkan fakta tersebut, maka perlu dilakukan penelitian secara
mendalam mengenai permasalahn ini sesuai judul “Pengaruh Penanaman
Komoditas Tembakau Na-Oogst terhadap Pendapatan Petani di Kecamatan Besuki
Kabupaten Situbondo”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas terdapat beberapa pokok
permasalahan yang timbul, yaitu :
1. Bagaimana pengaruh penanaman komoditas tembakau Na-Oogst
terhadap pendapatan petani di Kecamatan Besuki Kabupaten
Situbondo?
2. Bagaimana prospek keberlanjutan dari penanaman tembakau jenis Na-
Oogst bagi daerah Besuki terhadap pendapatan petani?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh penanaman komoditas tembakau Na-Oogst
terhadap pendapatan petani di Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.
2. Menggali prospek keberlanjutan dari penanaman tembakau jenis Na-
Oogst bagi daerah Besuki terhadap pendapatan petani.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.2.1 Tembakau
A. Pengertian dan Jenis Tanaman Tembakau
Tembakau merupakan tanaman tropis asli Amerika yang di
budidayakan pertama kali oleh bangsa Indian. Kata tembakau berasal dari kata
Indian tobaco yaitu sebuah pipa yang digunakan untuk merokok daun
tanaman ini. Perkembangan tanaman tembakau di Indonesia diduga
disebarkan dari Mexico melalui Philipina dan disebarluaskan ke seluruh dunia
termasuk Asia (Abdulllah & Soedarmanto, 1979). Tembakau merupakan
family Solanaceae merupakan family tanaman yang besar. Solanaceae terdiri dari
85 genus dan ± memiliki 1800 spesies. Nicotiana meupakan genus yang paling
banyak di budidayakan sehingga dijadikan sebagai induk (Matnawi, 2002).
Tembakau merupakan sub family Nicotiane. Secara botanis tanaman
tembakau dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Personatae
Familia : Solanaceae
Sub Familia : Nicotiane
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotinia tabaccum dan Nicotiana rustica
Tembakau salah satu tanaman perkebunan yang digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan rokok. Tembakau memiliki akar tunggang sepanjang 0,75
m. Selain itu terdapat akar serabut dan bulu-bulu akar (Matnawi, 2002). Bagian
daun tembakau berbentuk ovalis, oblongus, orbicularis, dan ovatus, daun
memiliki tangkai yang menempel langsung pada bagian batang, jumlah daun bisa
mencapai 32 helai dari setiap pohon yang ditanam. Peranan tembakau di dalam
perekonomian Indonesia dapat ditunjukan terutama besarnya cukai yang di
sumbangkan sebagai penerimaan negara dan banyaknya tenaga kerja yang
terserap, baik dalam tahap penanaman tembakau, maupun pada tahap pembuatan
rokok (YKTI, 1992). Dilihat dari aspek usahatani, tembakau merupakan
salah satu komoditas yang menyumbang pendapatan petani, namun fluktuatif
harga yang menyebabkan tembakau tidak menguntungkan petani.
Secara umum tembakau di Indonesia dibagi menurut penggunaannya atas
tipe-tipe sebagai berikut (Abdullah dan Soedarmanto, 1979) :
1. Tembakau cerutu
2. Tembakau Sigaret (putih)
3. Tembakau pipa
4. Tembakau asepan
5. Tembakau rakyat / asli (tipe rajangan)
Sedangkan menurut Matnawi (2002) membedakan jenis dan varietas
tembakau menjadi dua tipe menurut musimnya, yaitu :
1. Tembakau VO (Voor-Oogst)
Tembakau ini biasanya dinamakan dengan sebutan tembakau musim
kemarau atau onberegend. Yaitu, tembakau ini ditanam pada musim
penghujan dan dipanen pada musim kemarau.
2. Tembakau NO (Na-Oogst)
Tembakau jenis ini ditanam pada musim kemarau dan dipanen
pada saat musim penghujan.

B. Budidaya Tanaman Tembakau


1. Syarat Tumbuh Tanaman Tembakau
Matnawi (2002), Tembakau memiliki syarat tumbu masing-masing.
Jenis tembakau cerutu memerlukan sekitar 1500 mm – 2000 mm per tahun,
suhu optimal adalah 22 ᵒC – 33 ᵒC. kelembapan udara 62 % - 85 %.
Keadaan tanah bergantung dari jenis tembakau yang ditanam, syarat mutlak yang
harus terpenuhi dari semua jenis tembakau yang ditanam adalah : tanah harus
cukup longgar, agar akar-akarnya mendapatkan kecukupan air dan udara.
Keberadaan air dan udara dalam tanah mempengaruhi tumbuhnya tanaman
tembakau, sehingga tembakau membutuhkan tanah yang gembur (Abdullah dan
Soedarmanto, 1979)
2. Pesemaian Pemeliharaan Bedengan
Abdullah dan Soedarmanto (1979) memilih tanah pesemaian harus
dilakukan secara teliti. Tanah yang paling baik digunakan adalah tidak
terlalu banyak air, tidak terlalu kering, dan udara di dalamnya baik.
Bedengan pembibitan pada umumnya tidak memiliki keseragaman, umumnya
ukuran lebar 1 m, panjang 3m, dan tinggi 10-20 cm. Persiapan bedengan
meliputi pembersihan akar-akar atau kotoran, tanah dibuat sehalus mungkin,
permukaan dibuat serata mungkin, dan pemberian atap atau naungan harus kuat
(Matnawi, 2002).
Pemupukan dilakukan sebelum dan sesudah penebaran benih, sebelum
ditabur maka perlu diberi pupuk, beberapa pupuk yang digunakan adalah DS
dan ZA, bedengan yang berukuran 10 m² membutuhkan ± 700 gram DS dan 350
gram ZA.
Setiap bedengan dengan luas 10 m² membutuhkan 1 gram benih yang
berisi kurang lebih 12.000 butir benih. 1 Ha membutuhkan benih kira-kira 8-10
gram. Atap dibuat dengan tinggi 100-120 cm dengan maksud tingginya
memungkinkan sinar matahari dan udara masuk dari berbagai celah. Atap yang
biasa digunakan adalah waring (strimin, serambu, kasa) (Matnawi, 2002)
3. Penanaman dan Pemeliharaan
Menanam tembakau bisa pada sawah tegalan, kebun maupun sawah.
Sebelum menanam perlu dilakukan pengolahan tanah guna memperbaiki
struktur dan tekstur tanah yang jelek akibat penanam komoditas sebelumnya.
Areal yang sudah diratakan diberi lubang dengan jarak sebagai berikut (Matnawi,
2002) :
a. Jarak dalam barisan 80 x 80 cm
b. Jarak antar barisan 100 x 100 cm atau
c. Jarak dalam barisan 60 x 60 cm
d. Jarak antar barisan 80 x 80 cm atau
e. Diantara keduanya (70 x 70 cm / 90 x 90 cm)
Pembuatan jarak ini bukanlah perhitungan mutlak, semua
tergantung perhitungan keinginan yang akan dicapai. Setelahitu dilakukan
pemeliharaan tanaman yaitu membuat pengairan. Air yang dipakai untuk
menyirami cukup menggunakan skala sembur yang rendah dan dilakukan
setiap hari setelah berumur 40 hari.
Secara umum tembakau membutuhkan pupuk yang mengandung
nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk tersebut diberikan pada tanaman dengan
tingkatan umur yang berbeda, juga dengan skala yang berbeda, hal itu melihat
situasi dan kondisi kesuburan tanah.
4. Hama Dan Penyakit
Beberapa hama yang menyerang tanaman ini adalah Agrotis ipsilon,
Heliothis sp., Nezara viridula, beberapa yang menyerang di Jawa adalah
penyakit black shank. Penyakit hama yang sering menyerang pada umumnya
yaitu cendawan, misalnya penyakit penyakit karat daun, batang hangus, dan
embun tepung. Selain itu virus dan bakteri juga sering menyerang tanaman ini
misalnya penyakit layu (Bakterium solanacearum), dan penyakit busuk tangkai
(Bacillus aroideae). Penyakit tersebut dapat menyerang tembakau mulai dari
persemaian hingga petik daun (Matnawi, 2002). Setiap hama ataupun penyakit
yang menyerang tanaman tembakau memiliki penanganan sendiri untuk
meminimalisir adanya serangan, salah satunya adalah dengan menggunakan
teknis mekanis ataupun kimiawi.
5. Panen dan Pasca Panen
Tanaman tembakau mulai dipetik pertama kali pada umur 40-50
hari, melakukan pemetikan melihat kondisi daun yang sudah mulaimasak tua
(agak masak), daun yang masak tua ditandai dengan perubahan warna daun yang
semula berwarna hijau berubah sedikit kuning keemasan. Pemetikan
tembakau diklasifikasikan menurut letaknya pada batang, yaitu daun bawah,
daun tengah, dan daun atas, pemetikan dilakukan mulai dari bawah ke atas,
pemetikan lebih baik dilakukan pada pukul 04.30 - 06.00. Jarak waktu pemetikan
antara panen daun bawah dan daun berikutnya adalah 3-5 hari tergantung dari
kondisi dan situasi. Pengolahan daun tembakau yaitu proses pengeringan
terhadap daun basah menuju daun kering (krosok atau rajangan) yang
memenuhi syarat perdagangan untuk bahan baku pembuatan rokok. Proses
pengeringan dapat dilakukan dengan di jemur secara langsung, ada yang di
masukan ke dalam gudang oven (omprongan) (Matnawi , 2002).

2.2.2 Petani Tembakau


Menurut Rodjak dalam penelitian Ester D dan R. Milyaniza (2012), petani
sebagai usaha tani mereka memiliki peranan yang sangat penting dalam hal
pemeliharaan tanaman yang petani tanam dan pengelolaan lahan yang mereka
miliki maupun yang mereka sewa dari petani lain. Dalam hal ini petani juga
berperan dalam hal pengambilan berbagai macan keputusan dan kebijakan yang
bersangkutan dengan lahan serta tanaman sehingga dapat memberikan
penghidupan dan kesejahteraan bagi keluarganya. Petani yang di maksud adalah
seorang atau sekelompok oarang yang bercocok tanam hasil bumi atau
memanfaatkan dalam kegiatan memelihara tanaman dengan tujuan untuk
memperoleh kehidupan dari kegiatan tersebut.
Dilihat dari hubungannya dengan lahan yang diusahakan maka petani
dapat dibedakan atas :
a) Petani pemilik penggarap adalah petani yang memiliki lahan usaha
sendiri serta lahannya tersebut diusahakan atau digarap sendiri petani itu
sendiri, status lahanya disebut lahan milik sendiri.
b) Petani penyewa ialah petani yang menggarap tanah milik oarang lain
atau petani lain dengan status sewa lahan garapan.
c) Petani penyakap (penggarap) merupakan petani yang menggarap tanah
milik petani lain dengan sistem bagi hasil.
d) Petani penggadai adalah petani yang menggarap lahan usaha tani orang
lain dengan sistem gadai yang bersifat sementara.
e) Buruh tani ialah petani pemilik lahan atau tidak memiliki lahan usaha
tani sendiri, petani biasanya bekerja dilahan usaha tani milik orang lain,
petani pemilik atau penyewa biasanya mendapatakan upah berupa uang
atau barang hasil usaha tani tersebut.
Sedangkan menurut Sunarminto dalam penelitian Seka (2019) petani
merupakan pemulia budi daya pangan melalui aktivitas pertanian yang
dilakukannya. Petani dalam pengertian secara umum adalah sebuah
kelompok profesi yang lebih spesifik dari profesi yang lain. petani merupakan
profesi yang sangat natural karena muncul secara otomatis untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan kehidupan mereka sehari – hari, hampir diseluh
konsep budaya manapun tidak dapat dipisahkan dari sektor petanian.
Sedangkan menurut Hanafie (2010) dalam bidang pertanian, bentuk usaha
tani kebanyakan didominasi oleh pertanian rakyat. Dengan demikian, peranan
dan sumber daya manusia sebagai produsen utama dapat ditinjau dalam 3 aspek,
yaitu:
a) Petani sebagai pekerja usaha tani (cultivator)
b) Petani sebagai pemimpin usaha tani (manager)
c) Petani sebagai diri pribadi (person)
Pengolahan hasil daun sampai dengan siap dijual dan di pasarkan
semuanya dilakukan oleh petani sendiri. Tujuan usaha adalah untuk di
perdagangkan dan biasanya untuk dikonsumsi sendiri oleh karena itu tembakau
ini dikenal sebagai tembakau asli rakyat atau rajangan yang merupakan tembakau
hasil lokal.

2.2.3 Pendapatan
Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun.
Efisiensi biaya produksi maka akan mencapai profit (keuntungan) yang
maksimum karena profit merupakan salah satu tujuan penting dalam
berusaha. Ikatan akuntan Indonesia (2002), mendefinisikan pendapatan sebagai
berikut:
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.”
Ada beberapa macam pendapatan yaitu (1) Pendapatan kotor (Gross
income) adalah pendapatan usahatani yang belum dikurangi biaya-biaya, (2)
Pendapatan bersih (net income) adalah pendapatan setelah dikurangi biaya,
(3) Pendapatan pengelola (management income) adalah pendapatan merupakan
hasil pengurangan dari total output dengan total input (Suratiyah, 2008).
Pendapatan usahatani adalah besarnya manfaat atau hasil yang
diterima oleh petani yang dihitung berdasarkan dari nilai produksi dikurangi
semua jenis pengeluaran yang digunakan untuk produksi. Pendapatan total
rumah tangga petani adalah penjumlahan antara pendapatan dari usaha tani,
pendapatan non usaha tani, pendapatan dari bekerja di rumah tangga, pendapatan
bukan hasil bekerja serta pendapatan yang diperoleh dengan meminjam
(kredit). Pendapatan yang siap dibelanjakan akan dialokasikan untuk memperoleh
kepuasan rumah tangga melalui fungsi pengeluaran.
Dalam operasi usahatani, petani akan menerima penerimaan dan
pendapatan usahataninya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi
dengan harga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua
biaya. Dalam menghitung penerimaan perlu diperhatikan keseragaman
pemanenan, frekuensi penjualan dan harga jual serta ukuran waktu
penerimaan.
Total Revenue merupakan hasil kali dari jumlah barang yang dihasilkan
dengan harga yang rumusnya dapat ditulis sebagai berikut :
𝑇R = 𝑃 × 𝑄
Total Cost merupakan penjumlahan dari total biaya tetap dengan total
biaya variabel yang rumusnya dapat ditulis sebagai berikut :
𝑇C = TFC + TVC
Pendapatan atau Laba adalah selisih dari total penerimaan dikurangi
dengan total biaya, atau dapat ditulis sebagai :
Pendapatan /Laba (ᴨ) = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC)
Menurut Boediono (2000) juga, ada 3 macam posisi kemungkinan
pada tingkat output keseimbangan pada seorang produsen, yaitu:
a. Memperoleh laba.
b. Tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi TR = TC.
c. Menderita kerugian TR < TC.
Input-input produksi atau biaya–biaya produksi adalah biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi serta menjadi barang tertentu atau
menjadi produk akhir, dan termasuk di dalamnya dan termasuk di dalamnya
adalah barang yang dibeli dan jasa yang dibayar. Ada beberapa konsep biaya
dalam ekonomi yaitu biaya tetap (FC), biaya total tetap (TFC), biaya variabel
(VC) dan biaya total variabel (TVC) serta biaya tunai dan tidak tunai.
Biaya tetap (FC) yaitu biaya yang masa penggunaannya tidak
berubah walaupun jumlah produksi berubah (selalu sama) atau tidak
terpengaruh oleh besar kecilnya produksi karena tetap dan tidak tergantung
kepada besar kecilnya usaha maka bila diukur per unit produksi biaya tetap
makin lama makin kecil (turun), yang termasuk biaya tetap dalam usahatani
sayuran antara lain tanah, bunga modal, pajak, dan peralatan.
Biaya variabel (VC) yaitu biaya yang selalu berubah tergantung besar
kecilnya produksi. Termasuk biaya ini adalah: biaya sarana produksi,
pemeliharaan, biaya panen, pasca panen, biaya pengolahan dan biaya pemasaran
serta biaya tenaga kerja dan biaya operasional. Biaya tunai meliputi biaya
yang diberikan berupa uang tunai seperti biaya pembelian pupuk, benih/bibit,
obat obatan, dan biaya tidak tunai adalah biaya–biaya yang tidak diberikan
sebagai uang tunai tetapi tidak diperhitungkan seperti biaya tenaga kerja keluarga.
Menurut Jaya (2011), Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi
tiga golongan, yaitu :
1. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang
tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam
waktu satu hari, satu minggu atau satu bulan.
2. Pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total dari hasil
produksiyang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini
merupakan usaha milik sendiri atau keluarga sendiri, nilai sewa kapital
milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.
3. Pendapatan dari usaha lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa
mencurahkan tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan sampingan,
antara lain pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki bunga
dari uang, sumbangan dari pihak lain, pendapatan pensiun, dan lain-lain.

2.2.4 Produksi
Secara umum, produksi dapat diartikan sebagai kegiatan optimalisasi
dari faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, modal dan lain-lainnya oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk berupa barang-barang dan jasa-jasa.
Secara teknis, kegiatan produksi dilakukan dengan mengombinasikan beberapa
input untuk menghasilkan sejumlah output.
Kegiatan produksi melibatkan dua variable yang mempunyai
hubungan fungsional atau saling mempengaruhi, yaitu :
1. Beberapa output yang harus diproduksi
2. Beberapa input yang akan dipergunakan
Dengan demikian, yang disebut fungsi produksi adalah hubungan
fungsional atau sebab akibat antara input dan output.
Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang
menyatakan hubungan antara tingkat output dengan tingkat penggunaan input-
input. Hubungan antara jumlah output Q dengan jumlah input yang dipergunakan
dalam produksi X1, X2, X3, … Xn, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
Q = f (X1, X2, X3, … Xn)
Q = output
X = input
Kegiatan produksi sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi karena
menyangkut kebutuhan manusia. Tanpa adanya produksi persediaan konsumsi
akan menjadi langka dan masyarakat akan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu,manusia harus berusaha memproduksi barang dan
jasa agar alat pemuas kebutuhannya terpenuhi.
Menurut ilmu ekonomi, produksi tidak terbatas pada kegiatan
menghasilkan barang atau jasa, tetapi juga kegiatan yang sifatnya menambah nilai
atau kegunaan barang yang sudah ada menjadi lebih tinggi nilainya
(Anonimous, 2012).
Kegiatan produksi bertujuan untuk menghasilkan/menciptakan suatu
barang, menambah serta meningkatkan nilai guna barang yang sudah ada,
memenuhi kebutuhan manusia serta memperoleh tambahan penghasilan untuk
mendapatkan alat pemuas lainnya.

2.2 Penelitian Terdahulu


Berikut merupakan tinjauan penelitian terdahulu terkait dengan kontribusi
penanaman tembakau terhadap pendapatan petani :
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Judul Metode Hasil
Kontribusi Usahatani Penelitian menggunakan Hasil penelitian ini
Tembakau (nicotiane pendekatan metode menunjukkan bahwa
tobacum) Terhadap deskriptif kuantitatif. rata-rata pendapatan dari
Pendapatan Rumah Teknik pengumpulan usahatani tembakau
Tangga (Petani sampel dengan sebesar Rp 3.453.333,00
Tembakau) di Desa proportionate random per bulan. Konstribusi
Ketandan Kecamatan sampling, pengambilan terhadap total
Lengkong Kabupaten sampel dengan slovin pendapatan rumah
Nganjuk. didapat 75 orang. Teknik tangga yaitu 22,87%.
Binti Arifatus Sa’diyah analisis data dengan Pendapatan dari
(2019) analisis deskriptif, data usahatani tembakau
diinterpretasikan dalam terbilang
bentuk tabel frekuensi. menguntungkan
Konstribusi usahatani sehingga sebagian besar
dihitung kuantitatif dari masyarakat memenuhi
pendapatan usahatani kebutuhan hidup dari
tembakau dibandingkan hasil usahatani
dengan pendapatan total tembakau yang
rumah tangga yang dilakukan.
kemudian dikali 100%.
Konstribusi Usahatani Penelitian menggunakan Hasil penelitian ini
Tembakau (nicotiane pendekatan metode menunjukkan bahwa:
tabacum) Terhadap deskriptif kuantitatif. - Pengelolaan usahatani
Pendapatan Rumah Jumlah sampel diperoleh tembakau di Desa Tieng
Tangga di Desa Tieng dari rumus slovin secara tradisional cukup
Kecamatan Kejajar diperoleh 90 responden baik.
Kabupaten Wonosobo dengan populasi petani - Hambatan dalam
Provinsi Jawa Tengah. tembakau 857 orang. usahatani tembakau
Yusuf Efendi (2014). Analisis data dilakukan berupa cuaca buruk,
dengan editing, coding serangan hama penyakit,
dan tabulasi. besarnya modal, tenaga
kerja langka, dan
kondisi lahan berbukit .
- Rata-rata pendapatan
usahatani tembakau
adalah Rp 982.556/bln,
usahatani sayur Rp
796.233/bln dan non
usahatani Rp 235.556
/bln, serta pendapatan
rumah tangga lain Rp
586.111/bln, pendapatan
total rumah tangga rata-
rata Rp 2.600.456/bln.
- Konstribusi usahatani
tembakau terhadap
pendapatan rumah
tangga sebesar 37,78%.
Konstribusi Usahatani Penelitian menggunakan Hasil penelitian ini
Tembakau Terhadap pendekatan metode menunjukkan bahwa:
Pendapatan Rumah deskriptif kuantitatif. - Faktor pendorong
Tangga di Desa Sampel diperoleh pengembangan
Salamrejo Kecamatan sebanyak 38 petani usahatani tembakau di
Selopampang tembakau. Teknik analisis Desa Salamrejo adalah
Kabupaten Temanggung data berupa analisis tenaga kerja mudah
Jawa Tengah. deskriptif persentase dan didapat dan pemanfaatan
Ariyani Masruroh analisis usahatani. mesin.
(2015). - Faktor penghambat
pengembangan
usahatani tembakau
berupa modal terbatas,
keterbatasan
pengetahuan budidaya
serta petani tidak
mampu mengakses
langsung hasil
produksinya ke pabrik.
- Konstribusi usahatani
tembakau terhadap total
pendapatan rumah
tangga sebesar 58,26% .
Kontribusi Pendapatan Penelitian menggunakan Hasil dari penelitian
Usahatani Tembakau pendekatan metode menunjukkan bahwa
Terhadap Pendapatan deskriptif kuantitatif. usahatani tembakau
Rumah Tangga di Desa Teknik Penentuan memberikan kontribusi
Selopamioro, responden dengan simple signifikan terhadap
Kecamatan Imogiri, random sampling pendapatan rumah
Kabupaten Bantul, sehingga diperoleh 46 tangga yaitu 21,35%,
Yogyakarta. petani tembakau. usahatani bawang merah
Ananto Yahya Putra 35,54%, cabai 5,75%
(2018). dan usahatani padi
8,85%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa
usahatani bawang dapat
digunakan sebagai
alternatif pertanian
tembakau karena lebih
berkontribusi
dibandingkan usahatani
tembakau itu sendiri.

BAB 3
METODE PENELITIAN
Agar dalam menyusun skripsi berhasil dengan baik diperlukan suatu metode
penelitian yang sesuai dengan permasalahan. Metode penelitian dipergunakan
sebagai sarana untuk memperoleh data-data yang lengkap dan dapat dipercaya
kebenarannya. Pembahasan metode penelitian dalam penulisan skripsi ini meliputi
sebagai berikut :

3.1 Lokasi Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi atau obyek penelitiannya di
Desa Besuki Kabupaten Situbondo. Dalam hal ini penulis meneliti para petani
tembakau di salah satu desa pada Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.

3.2 Jenis Penelitian


Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris (empirical
law research) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bekerjanya hukum di
dalam masyarakat. Dalam hal ini, peneliti menggunakan penelitian lapangan, pada
penelitian ini dilakukan secara langsung dimana obyek yang diteliti yaitu para
petani tembakau di Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.

3.3 Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan yang
berupa keterangan-keterangan dari pihak yang terkait. Dalam hal ini, penulis
mengumpulkan data yang menyangkut zakat pertanian, data yang digunakan
merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu para masyarakat
petani tembakau yang ada di salah satu desa pada Kecamatan Besuki Kabupaten
Situbondo.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang
berupa buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.
Sumber data ini merupakan sumber data yang membantu memberikan keterangan
atau data pelengkap sebagai bahan pembanding.
Data ini merupakan data yang didapatkan dari sumber kedua yang
merupakan data pelengkap yang nantinya secara tegas dikolerasikan dengan data
primer.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi beberapa cara:
1. Metode observasi
Observasi yaitu metode atau cara-cara menganalisis serta mengadakan
pencatatan secara sistematis melalui tingkah laku dengan melihat serta mengamati
individu atau kelompok secara langsung. Dalam bukunya Bahder Johan Nasution
observasi yang maksud adalah mengamati semua perubahan-perubahan yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat kemudian dilakukan
penilaian atas fenomena atau prilaku hukum masyarakat tersebut. Dalam
observasi ini data atau fakta sosial akan diperoleh dari pencerminan terhadap
kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, serta juga keseluruhan kemungkinan
interaksi interpersonal dan proses penataan yang dapat diamati, dengan cara ini
memungkinkan peneliti untuk mengkaji segala sesuatunya mendalam dan rinci.
Tujuannya untuk mendapatkan sejumlah besar informasi rinci mengenai sejumlah
kecil orang dan kasus. Observasi ini bertujuan untuk menjawab masalah dalam
penelitian ini dengan mengetahui pengaruh penanaman tembakau Na-Oogst di
kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo
2. Metode Interview (Wawancara)
Wawancara adalah metode pengumpulan informasi dengan bertanya
langsung kepada informan. Maksud dari pengertian diatas adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan terkait. Jenis wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur.
Dalam hal ini mula-mula interviwer menanyakan serentetan pertanyaan
yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dengan mengorek
keterangan lebih jauh. Jenis wawancara semi terstruktur ini digunakan oleh
penulis agar dalam proses wawancara nantinya penulis tidak kebingungan dengan
apa yang akan dibahasnya. Selain itu jenis wawancara semi terstruktur ini
berfungsi untuk memperoleh jawaban yang lebih luas dari informasi yang
diberikan oleh informan. Dalam hal ini, penulis mewawancarai para petani di
salah satu desa pada Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.

3.5 Definisi Operasional


1. Usahatani tembakau adalah kegiatan untuk mengembangkan dan
memelihara tanaman tembakau sehingga menghasilkan produksi
tembakau.
2. Pendapatan bersih usahatani tembakau adalah selisih antara total
penerimaan dengan total biaya produksi yang dinyatakan dengan rupiah
per musim tanam.

3.6 Batasan Operasional


1) Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.
2) Populasi dalam penelitian ini adalah petani tembakau yang ada
berkontribusi terhadap total pendapatan keluarga di Kecamatan Besuki
Kabupaten Situbondo.
3) Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2021.

3.7 Kerangka Pemikiran


Berikut ini merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini :

Tanaman Perkebunan

Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst

Pendapatan Petani

Selesai

Sedangkan Kerangka Pemikiran dalam variabel pada penelitian ini, yaitu


sebagai berikut :
Pendapatan Petani Tembakau Besuki Na-OogstUsahatani
(X) Tembakau Besuki Na-Oogst (Y)

3.8 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Bersasarkan perumusan masalah dan
kajian empiris yang telah di lakukan sebelumnya, maka hipotesis yang di ajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst Berpengaruh Signifikan Terhadap
Pendapatan Petani Di Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.
H2 : Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst Tidak Berpengaruh Signifikan
Terhadap Pendapatan Petani Di Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.
H3 : Pendapatan Dari Usahatani Tembakau Memberikan Sumbangan Pendapatan
Paling Besar Dibandingkan Pendapatan Dari Usahatani Non Tembakau, Usahatani
Non Sawah, Dan Aktivitas Luar Pertanian Terhadap Total Pendapatan Rumah
Tangga Petani.

3.9 Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu alat yang digunakan untuk melakukan
wawancara. Berikut adalah kuesionernya :
1) Mengisi identitas diri (nama, jenis kelamin, usia, alamat, jumlah anggota
keluarga, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, status pemilik/penggarap,
luas lahan, status lahan milik sendiri/sewa, dan nomor HP).
2) Kuesioner :
a. Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst (Y)
1. Berapa lama anda bekerja sebagai petani tembakau?
Jawab : .................................................................................................
2. Apakah alasan anda memilih untuk berusahatani tembakau Besuki Na
Oogst?
Jawab : ....................................................................................
3. Selain menanam tembakau apakah anda mempunyai pekerjaan lain?
Jawab : .................................................................................................
4. Apakah anda berusahatani tanaman lain selain tembakau?
Jawab : .................................................................................................
5. Status kepemilikan lahan dan luas lahan tembakau?
a) Milik sendiri : .............. Ha
b) Menyewa : .............. Ha
c) Lain-lain : .............. Ha
6. Berapa luas lahan yang digunakan untuk menanam tembakau?
Jawab : .................................................................................................
7. Berapa kali penanaman tembakau Besuki Na Oogst dalam satu tahun?
Jawab : .................................................................................................
8. Apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tembakau
Besuki Na Oogst?
Jawab:.....................................................................................................
9. Apakah anda menggunakan varietas unggul dalam penanaman
tembakau Besuki Na Oogst?
Jawab : .................................................................................................
10. Dari mana anda memperoleh bibit tembakau Besuki Na Oogst?
Jawab : ..................................................................................................
11. Berapa lama masa tanam tembakau Besuki Na Oogst dari masa tanam
hingga panen?
Jawab : .................................................................................................
12. Apakah tembakau yang anda hasilkan dibedakan menurut kualitas?
Jawab : .................................................................................................
13. Berapa total produksi tembakau yang Anda hasilkan pada tahun 2014?
Jawab : .................................................................................................
14. Kemana Anda menjual produksi tembakau?
a) Di jual langsung ke konsumen (harga: Rp......................./Kg)
b) Pedagang besar (harga: Rp......................./Kg)
c) Tengkulak (harga: Rp......................./Kg)
d) Pengumpul (harga: Rp......................./Kg)
e) Pengecer (harga: Rp......................./Kg)
f) Lain-lain (harga: Rp......................./Kg)
Jawab : .................................................................................................
15. Berapakah harga tembakau yang anda jual pada tahun ini?
Jawab : ...................................................................................................
16. Berapa rata-rata penghasilan anda dalam satu masa panen?
Jawab : .................................................................................................
17. Dalam usahatani tembakau Besuki Na Oogst ini, membutuhkan
modal biaya yang besar/sedikit?
Jawab : .................................................................................................
18. Apakah selama berusahatani tembakau Besuki Na Oogst anda
memperoleh bantuan dari instansi?
a. Ya b. Tidak
(jika ya, bantuan apa saja?)
Jawab : ...................................................................................................
19. Apakah ada penyuluhan mengenai budidaya tembakau Besuki Na
Oogst?
a. Ya b.tidak
(jika ya, dilakukan berapa kali?)
Jawab : .................................................................................................

b. Pendapatan Petani (X)


1. Berapakah gaji Anda dari hasil usahatani tembakau Besuki Na-
Oogst?
Jawab : ...................................................................................
2. Berapakah total biaya yang dikeluarkan selama menanam sampai
memanen tembakau Besuki Na-Oogst?
Jawab : ...................................................................................
3. Berapa berat total hasil usahatani tembakau Besuki Na-Oogst setelah
dipanen?
Jawab : ...................................................................................

Anda mungkin juga menyukai