Anda di halaman 1dari 4

Nama : Revika Lestari P

Fakultas : Ilmu Administrasi Pascasarjana STIAMI


NIM : BC212120358
Tugas Mata Kuliah : Management Keuangan Sektor Publik

APA SAUDARA SETUJU DENGAN KEBIJAKA PEMERINTAH TERKAIT


KENAIKAN HARGA BBM? JELASKAN ALASAN SAUDARA

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berjenis Pertalite, Solar, dan
Pertamax pada 3 September 2022 yang lalu diprediksi oleh para ahli di bidang
ekonomi akan menimbulkan dampak sistemik. Kenaikan harga bahan bakar
minyak memang bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. Namun
demikian, ketika kita berfokus pada konteks bisnis, maka terdapat hal-hal yang
dinamis serta dapat terkait antara satu sektor dengan sektor lainnya, di mana
perlu untuk menjadi perhatian dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi, politik,
serta bidang sosial.
Pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM dengan alasan bahwa
70 persen BBM subsidi dalam penyalurannya kepada masyarakat tidak tepat
sasaran.Alasan tersebut justru harus diperhatikan kembali, mengapa bisa terjadi
penyaluran BBM subsidi yang tidak tepat sasaran?
Keputusan menaikkan harga BBM subsidi merupakan solusi yang tidak
solutif karena tidak menyelesaikan pokok permasalahannya yaitu
penyaluran BBM subsidi yang tidak tepat sasaran. Jadi, dengan menaikkan
harga BBM tidak menjamin masyarakat mampu atau perusahaan besar sawit
dan tambang untuk tidak menggunakan BBM subsidi jenis solar
dan Pertalite tanpa ada pengawasan yang ketat, pembatasan yang jelas dan
terperinci serta penindakan berupa sanksi.
Pasal 3 huruf (f) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2007 tentang Energi menyatakan bahwa tujuan dari pengelolaan energi yaitu
untuk tercapainya peningkatan akses masyarakat yang tidak mampu dan/atau
yang tinggal di daerah terpencil terhadap energi untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata.
Pemerintah memberlakukan kenaikan harga bagi bahan bakar minyak
berjenis Pertalite, Solar, dan Pertamax karena adanya desakan untuk menahan
pembengkakan anggaran subsidi. Keputusan ini dipandang beberapa ahli
ekonomi merupakan hal yang paling mungkin untuk dilakukan karena sulitnya
menerapkan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi. Pemerintah
telah mengupayakan adanya pemantauan konsumsi bahan bakar minyak
bersubsidi melalui aplikasi My Pertamina, namun penerapannya tentu tidak
mudah sebab syarat-syarat atau kondisi yang diperlukan untuk menunjang
kebijakan ini masih sulit untuk dipenuhi.
Integrasi dan keterkaitan antar platform serta data-data yang diperlukan
adalah salah satu tantangan yang harus diatasi. Adanya rencana untuk
menerapkan sebuah kebijakan, tentu memerlukan waktu untuk mengkaji,
membuat simulasi dan menganalisis terlebih dahulu terkait seberapa besar
dampak negatif yang mungkin terjadi.
Beberapa hari setelah kenaikan harga bahan bakar minyak yang disubsidi
oleh pemerintah, harga sejumlah komoditi pangan ikut naik. Komoditi pangan
yang ikut mengalami kenaikan harga beberapa hari lalu adalah cabai rawit
merah, cabai hijau, bawang putih, dan bawang merah. Bukan hal yang tidak
mungkin, harga komoditi pangan yang lain juga turut naik. Situasi semacam ini
memang hal yang klasik dan sudah pernah terjadi sebelumnya. Kenaikan harga
umumnya berasal dari biaya penanganan sebelum barang siap untuk
dikonsumsi, salah satunya adalah biaya distribusi.
Cara untuk meningkatkan efisiensi distribusi pada sektor ini tentu tidak
mudah. Kenaikan harga komoditi tersebut cepat atau lambat akan
mempengaruhi aktivitas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang aktivitas
utamanya adalah berjualan makanan.
Beralih pada sisi bisnis transportasi online, adanya penyesuaian atau
kenaikan tarif transportasi online. Persentase kenaikan tarifnya masih lebih
rendah jika dibandingkan dengan persentase kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini dapat dipandang sebagai sisi positif sebab
kenaikan yang tidak terlalu besar, akan menjaga agar konsumen yang selama ini
loyal sebagai pengguna, tidak akan beralih meninggalkan transportasi online.
Adanya prediksi bahwa sebagian konsumen akan beralih menggunakan
kendaraan pribadi berjenis sepeda motor, memang tetap berpotensi untuk terjadi
dengan jumlah relatif tidak signifikan bagi keberlangsungan bisnis
transportasi online.
Terdapat sebuah teori terkenal yang dapat menjelaskan tentang tingkatan
kebutuhan manusia, yakni Teori Hierarki Kebutuhan yang pada tahun 1970
dicetuskan oleh Abraham Maslow. Teori ini sering kali dibahas pada perkuliahan
Perilaku Organisasional, melalui sebuah buku berjudul Organizational
Behavior karya Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. Menurut Maslow
(1970), kebutuhan manusia tersusun atas lima hierarki, yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Teori yang ada,
umumnya merupakan penyederhanaan atau simplifikasi terhadap variasi
keadaaan yang akan dinilai. Tentunya praktik di lapangan dapat menjadi berbeda
karena adanya perubahan jaman serta perilaku di masyarakat.
Pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, masyarakat
kemungkinan akan lebih fokus mengutamakan pemenuhan kebutuhan yang
krusial, yakni kebutuhan primer. Terkait dengan keinginan, umumnya merupakan
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat tersier atau lebih mengarah kepada
pemenuhan penghargaan serta aktualiasi diri. Kebutuhan tersier dapat dipenuhi
jika kebutuhan primer dan sekunder telah terpenuhi.
Teori sederhana ini telah kita pelajari ketika masih mengenyam
pendidikan pada tingkatan sekolah dasar (SD). Hal-hal yang pada dua dekade
lalu kita anggap sebagai sebuah kebutuhan sekunder, saat ini dapat bergeser
menjadi kebutuhan primer karena adanya tuntutan jaman. Adanya perubahan
perilaku di masyarakat terkait bagaimana antar warga saling terhubung, dapat
mempengaruhi terbentuknya pergeseran ini.
Ketika konsumen membeli sebuah produk, kebutuhan dan keinginan
adalah dua hal yang saat ini agak sulit atau bahkan tidak dapat dipisahkan.
Sebagai contoh, kita memerlukan sepeda motor sebagai alat transportasi karena
dianggap sebagai moda transportasi yang efisien.
Dengan dana di bawah Rp 20 juta rupiah, ada beberapa jenis merek dan
model yang dapat dipilih, baik dalam kondisi baru maupun kondisi bekas. Cara
berpikir yang paling umum diterapkan adalah, dengan dana yang ada, kita
dihadapkan pada berbagai pilihan. Adanya sepeda motor yang dapat dipilih
untuk dibeli, menandakan bahwa kebutuhan dapat terpenuhi.
Selanjutnya, ketika konsumen menilai, mencari informasi serta
mencocokkan pada preferensi pribadi, karakteristik pribadi, aspek keinginan
dapat mendominasi. Contoh tersebut menandakan bahwa pada era saat ini,
perbedaan antara kebutuhan dan keinginan semakin menipis.
Sebagai warga yang terdampak akibat kenaikan harga bahan bakar
minyak bersubsidi, tentu kita dituntut agar semakin cerdas menentukan hal apa
yang krusial dan apa yang tidak sehingga kita dapat memilih dengan tepat ketika
perlu membeli suatu barang. Di era digital saat ini, telah banyak informasi di
internet yang dapat diakses terkait produk yang ditawarkan sebuah perusahaan.
Selain itu, ulasan-ulasan mengenai produk tertentu umumnya telah ada
dan dapat diakses sehingga memudahkan kita sebagai pembeli potensial. Jadi
dengan banyaknya informasi, kita dituntut agar lebih jeli dan lebih mandiri dalam
menentukan pilihan-pilihan terkait pembelian produk untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan.

Anda mungkin juga menyukai