Gizi
© unicef. Wilander. 2019
2022
Rencana Kontinjensi
Sub Klaster Gizi Nasional
Menghadapi Bencana
Gempa Bumi
Rencana Kontinjensi
Sub Klaster Gizi Nasional
Dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi
2022
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karuniaNya sehingga penyusunan “Rencana Kontinjensi Sub Klaster
Gizi Nasional Menghadapi Bencana Gempa Bumi” dapat diselesaikan dengan baik.
Pada situasi bencana, berbagai faktor kerentanan meningkatkan risiko terjadinya masalah
gizi dan kesehatan. Respons gizi yang cepat dan tepat sangat penting terhadap kesehatan
dan keselamatan populasi terdampak terutama kelompok rentan.
Dokumen rencana kontunjensi ini disusun sebagai panduan bersama bagi berbagai pihak
untuk merencanakan respon gizi dan mobilisasi berbagai sumber daya pada situasi
bencana, sehingga dapat diminimalisir dampak bencana. Dengan menggunakan skenario
bencana gempa bumi yang berdampak pada Provinsi DKI Jakarta, harapannya dokumen
ini dapat digunakan sebagai panduan bagi sub klaster gizi nasional untuk mendukung
respon gizi yang dilaksanakan oleh Provinsi DKI Jakarta.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan
berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana kontinjensi ini. Semoga dokumen ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam respons gizi pada situasi bencana.
Salah satu permasalahan kesehatan yang dapat terjadi akibat kejadian bencana adalah
permasalahan gizi masyarakat yang terdampak. Situasi darurat bencana/krisis kesehatan
mengakibatkan terganggunya akses masyarakat terdampak akan pemenuhan kebutuhan
makanan yang apabila berlangsung lama dan tidak ditangani akan mengakibatkan penurunan
status gizi, terutama pada kelompok populasi rentan, seperti bayi, balita, anak, ibu hamil, dan
lanjut usia.
Oleh karena itu, diperlukan suatu respon cepat dan tepat untuk mengidentifikasi dan
menangani permasalahan terkait pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat yang terdampak
bencana. Pelayanan kesehatan, khususnya untuk pemenuhan status gizi penyintas
bencana, perlu menjadi perhatian dan prioritas dalam manajemen penanggulangan
bencana/krisis kesehatan. Terpenuhinya asupan gizi penyintas bencana diharapkan
mampu mencegah terjadinya bencana lanjutan seperti wabah penyakit akibat penurunan
status gizi para penyintas bencana.
Kami menyambut baik penyusunan buku Rencana Kontingensi Sub Klaster Gizi Nasional
Menghadapi Bencana Gempa Bumi sehingga dapat memberikan informasi dan panduan
untuk subklaster gizi di daerah dalam melakukan upaya untuk merespon permasalahan
gizi saat tanggap darurat bencana/krisis kesehatan. Selain itu, kami berharap buku ini
dapat menjadi bagian dari rencana kontingensi bidang kesehatan dan rencana
kontingensi penanganan bencana serta acuan bagi para pemangku kepentingan dan
mitra terkait yang terlibat dalam pencegahan dan penanggulangan bencana/krisis
kesehatan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
Gambar 1. Segmen megathrust yang masih tersimpan energi (BPBD, 2021) .............. 10
Gambar 2. Posisi Renkon Sub Klaster Gizi Nasional Pada Mekanisme Dukungan Tanggap
Darurat Bencana ................................................................................................. 11
Gambar 3. Episentrum Kejadian Gempa Bumi Yang Getarannya Dirasakan di DKI
Jakarta. Sumber BMKG ........................................................................................ 12
Gambar 4. Prevalensi Balita Wasted di DKI Jakarta (sumber SSGI, 2021) .................. 18
Gambar 5. Estimasi Jumlah Sasaran Gizi yang Mengungsi ........................................ 20
Gambar 6. Estimasi Kelompok Sasaran Gizi yang Mengungsi Per Kota ...................... 21
Gambar 7. Peta sebaran estimasi sasaran gizi yang Mengungsi. ............................... 22
Gambar 8. Alur respon gizi pada situasi bencana. ................................................... 29
Gambar 9. Struktur Organisasi Sub Klaster Gizi Dalam Sistem Komando Penanganan
Darurat Bencana ................................................................................................. 32
Dalam periode tiga tahun terakhir (1 Januari 2018 – 2 Oktober 2020), terdapat 8.402
kejadian bencana di wilayah Indonesia yang menyebabkan lebih dari 20 juta orang
terdampak dan mengungsi, serta 6.156 orang meninggal, termasuk diantaranya 1.148
orang meninggal akibat COVID-19. Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2020
menyatakan bahwa seluruh provinsi di Indonesia termasuk dalam kategori risiko tinggi
dan sedang. Terdapat 19 provinsi yang termasuk dalam kategori risiko tinggi (56%) dan
15 provinsi lainnya dalam kategori risiko sedang (44%).
Di balik ancaman bahaya alam dan non-alam, terdapat berbagai faktor kerentanan yang
dihadapi di berbagai wilayah yang dapat meningkatkan risiko bencana. Salah satunya
adalah masalah gizi yang terdapat pada wilayah rawan bencana. Diperkirakan terdapat
tujuh juta anak balita mengalami pertumbuhan yang terhambat ( stunting) dan satu juta
anak balita mengalami gizi kurang (wasting) di Indonesia.
Terbatasnya akses terhadap makanan dan layanan kesehatan pada situasi bencana dapat
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bagi bayi dan balita dengan masalah gizi
serta kelompok rentan lainnya. Khususnya pada bencana yang terjadi tiba-tiba (sudden
on-set) seperti gempa bumi, layanan gizi mungkin terdampak dan membutuhkan waktu
untuk kembali normal.
Pada situasi bencana, perempuan, anak perempuan, dan kelompok berisiko lainnya
mungkin menghalami kekerasan berbasis gender. Kekerasan berbasis gender umumnya
muncul di tempat-tempat di mana makanan dan kebutuhan dasar lainya tidak tersedia
secara memadai. Bagi penyintas kekerasan berbasis gender – khususnya mereka yang
terisolasi secara sosial dan/atau memiliki keterbatasan fisik – akses ke layanan dukungan
gizi mungkin akan lebih sulit. Hal ini dapat sangat merugikan bagi penyintas yang
mengalami luka fisik dan atau yang memerlukan terapi atau pengobatan yang harus
dibarengi dengan makanan.
Respon gizi yang cepat dan tepat berperan penting terhadap kesehatan dan keselamatan
populasi terdampak, khususnya kelompok rentan. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan
respon gizi, Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) didukung
oleh Unicef akan menyusun Renkon Sub Klaster Gizi tingkat nasional. Penyusunan
renkon subklaster gizi dilakukan selaras dengan rencana kontinjensi yang disusun oleh
Humanitarian Country Team (HCT) Indonesia dalam mengahadapi ancaman bencana
gempa bumi yang berdampak pada Provinsi DKI Jakarta. Ancaman bahaya yang
digunakan merujuk pada Rencana Kontinjensi Gempa Bumi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta tahun 2021.
Ancaman gempa tersebut berasal dari patahan sunda (Sunda Megatrust) yang berpotensi
menimbulkan gempa sebesar M 8,7 (Gambar 1). Pada patahan tersebut, terdapat
Renkon Renkon
Sub Klaster Gizi HCT
Renkon
Pemda DKI Jakarta
Gambar 2. Posisi Renkon Sub Klaster Gizi Nasional Pada Mekanisme Dukungan Tanggap Darurat Bencana
Meskipun ruang lingkup rencana kontinjensi gizi ini mengacu pada dampak gempa bumi
yang terjadi di DKI Jakarta, rencana kontinjensi ini juga dapat dijadikan sebagai acuan
untuk merencanakan respon gizi di wilayah lainnya yang terdampak oleh gempa yang
berasal dari sumber yang sama. Pada skenario diatas, wilayah lain seperti Provinsi
Banten dan Jawa Barat juga memiliki potensi terdampak. Oleh karena itu, rencana respon
gizi yang disusun ketika bencana tersebut terjadi, perlu mencakup dukungan terhadap
wilayah-wilayah lain yang terdampak.
Gempa bumi merupakan kejadian alam akibat pergeseran lempeng bumi yang
menyebabkan guncangan/getaran tanah. Karakteristik gempa bumi antara lain tidak
dapat diprediksi, berlangsung dalam waktu yang singkat (hitungan detik), lokasi terjadi
di wilayah tertentu dan getarannya dapat terasa hingga jauh, mengakibatkan getaran
dan dapat merobohkan/merusak bangunan. Gempa bumi tidak dapat dicegah dan
berpotensi terjadi lagi di lokasi yang sama. Meskipun kejadiannya tidak dapat dicegah
namun dampak yang diakibatkan dapat dikurangi melalui berbagai upaya pengurangan
risiko bencana.
Gempa terjadi siang hari pada jam kerja dengan magnitude 8,7 SR, pusat gempa bumi
berada di Zona Subduksi Selatan Banten dengan intensitas hingga VIII Modified Mercalli
Intensity (MMI). Guncangan terasa hingga Jakarta dengan tingkat intensitas VI-VII MMI
(dapat menimbulkan kerusakan ringan hingga sedang untuk bangunan dengan konstruksi
yang baik, akan tetapi untuk bangunan yang konstruksinya kurang baik dapat
menimbulkan kerusakan berat). Diasumsikan gempa bumi tidak menimbulkan dampak
tsunami ke wilayah Jakarta. Selain itu, gempa bumi menimbulkan bahaya sekunder yaitu
kebakaran, likuifaksi dan risiko transmisi penyakit menular (lihat Tabel 1).
Dari kejadian tersebut diperkirakan terdapat pengungsi sebanyak 60% dari jumlah
penduduk dan pendatang di DKI Jakarta. Sekitar 10 & mengungsi di lokasi pengungsian
komunal. Sekitar 20 & mengungsi di tempat saudara/kerabat atau lainnya di Jakarta
secara mandiri. Sekitar 30 % berpindah sementara ke kampung halaman atau daerah
lain di luar Provinsi Jakarta tidak menjadi prioritas penanganan Pemerintah Provinsi DKI.
Fasilitas kesehatan dan SDM kesehatan yang terdampak diasumsikan sebanyak 50% dari
yang tersedia. Akses terhadap fasilitas dan ketersediaan SDM serta layanan gizi juga
diperngaruhi oleh terhambatnya transportasi dan rusaknya jalan dan jembatan
dibeberapa wilayah.
Skenario kejadian dan asumsi dampak secara umum dijabarkan pada Tabel 1 dibawah
ini. Skenario kejadian dan asumsi dampak pada aspek penanganan gizi akan dijabarkan
secara terpisah pada bagian berikutnya.
Tabel 1. Skenario Kejadian dan Asumsi Dampak (BPBD DKI Jakarta, 2021)
Aspek Kejadian
Asumsi waktu
Terjadi siang hari saat jam kerja
kejadian
Lokasi Gempa, [Zona subduksi selatan Banten]
Episentrum, dan Magnitudo 8,7 SR
Magnitudo Intensitas VIII MMI
Durasi dan Durasi guncangan 15 detik.
Frekuensi Gempa susulan 3 kali dalam 4 jam.
Bahaya primer Runtuhnya gedung/bangunan
Jumlah sasaran respon gizi di provinsi DKI Jakarta diperkirakan berdasarkan data
penduduk sasaran program kesehatan tahun 2020, prevalensi balita wasted
berdasarkan SSGI tahun 2021 serta asumsi proporsi penduduk yang mengungsi.
Adapun proporsi penduduk yang mengungsi adalah sebagai berikut:
Usia
Anak Gizi Remaja Usia Lanjut
Ibu Bayi 6- Bayi 0- Anak 6- Anak Anak 6- Anak
Ibu Bayi 0 - Kurang & Putri 12- Lanjut Risiko
Kota Melahirkan/ 11 23 23 0-59 59 12-59 Penyandang
Hamil 5 bulan Buruk 18 (60+ Tinggi
nifas bulan Bulan bulan bulan bulan bulan Disabilitas
(Wasted)* tahun tahun) (70+
tahun)
Kepulauan
Seribu 141 134 49 171 361 312 681 632 461 52 272 570 161 36
Kota
Jakarta
Selatan 11,218 10,708 5,134 15,726 31,760 26,627 54,398 49,264 33,538 2,611 25,115 61,523 18,698 709
Kota
Jakarta
Timur 15,608 14,898 7,099 21,832 44,131 37,031 75,687 68,587 46,755 6,585 33,418 71,669 20,360 1,230
Kota
Jakarta
Barat 13,303 12,699 6,281 18,914 38,028 31,746 64,509 58,228 39,314 960 12,686 30,254 10,144 828
Kota
Jakarta
Pusat 4,124 3,936 1,734 5,490 11,243 9,509 19,996 18,262 12,772 4,258 23,332 61,398 18,679 611
Kota
Jakarta
Utara 9,442 9,013 4,441 13,414 26,982 22,541 45,785 41,344 27,930 3,205 16,834 42,896 11,746 928
DKI
Jakarta 53,836 51,389 24,739 75,548 152,505 127,766 261,056 236,317 160,769 17,671 111,657 268,309 79,789 4,341
Sumber: diolah oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dari proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
*) Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021. Kemenkes RI.
*) Open Data Jakarta, 2018. Dapat diakses melalui https://data.jakarta.go.id/dataset/data-disabilitas-dki-jakarta-
berdasarkan-jenis-disabilitasnya diakses pada tanggal 3 Maret 2022.
250,000 236,317
200,000
160,769
152,505
150,000 127,766
111,657
100,000 75,548 79,789
53,836 51,389
50,000 24,739 17,671
4,341
-
Di Provinsi DKI Jakarta, terdapat 330 Puskesmas Kelurahan, 45 orang anggota Tim
Asuhan Gizi yang terlatih, serta 407 Tenaga Gizi (Tabel 4). Berdasarkan rasio jumlah
TAG terlatih pada saat bencana dengan Jumlah anak gizi kurang dan gizi buruk yang
mengungsi (1:394), Kota Jakarta Timur merupakan wilayah prioritas yang
memerlukan dukungan mobilisasi TAG dari luar wilayah (Tabel 5). Untuk penanganan
anak 6-59 bulan, berdasarkan rasio ketersediaan tenaga gizi pada saat bencana
dengan jumlah anak yang mengungsi, diketahui bahwa Kota Jakarta Utara
membutuhkan dukungan mobilisasi tenaga gizi (Tabel 6)
Jumlah
Puskesmas Ketersediaan
kelurahan* Konselor Ketersediaan Ketersediaan
Kota Menyusui** TAG Terlatih* Tenaga Gizi*
6 6 orang/ 2 tim 6
Kepulauan Seribu
77 6 orang 96
Kota Jakarta Selatan
85 9 orang 104
Kota Jakarta Timur 160
75 9 orang 87
Kota Jakarta Barat
Kota Jakarta Pusat 42 9 orang 56
45 6 orang 58
Kota Jakarta Utara
Sumber :
*) Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2022.
**) Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) = 40 orang, Ikatan Konselor Menyusui
Indonesia (IKMI) = 40 orang dan Sentra Laktasi Indonesia (SELASI) = 90 orang.
Tabel 5. Rasio jumlah TAG Terlatih pada saat bencana terhadap Jumlah anak gizi kurang dan gizi buruk yang
mengungsi
Kepulauan Seribu 3 12 1 : 4
Kota Jakarta Selatan 3 898 1 : 299
Kota Jakarta Timur 5 1771 1 : 394
Kota Jakarta Barat 5 670 1 : 149
Kota Jakarta Pusat 5 897 1 : 199
Kota Jakarta Utara 3 822 1 : 274
DKI Jakarta 23 23937
Tugas Sub Klaster Gizi nasional adalah untuk mendukung respon gizi yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam operasi penanganan
darurat bencana, tujuan dari respon gizi adalah untuk mempertahankan status gizi
masyarakat agar mengurangi risiko kesakitan dan kematian akibat masalah gizi pada
masyarakat terdampak khususnya kelompok rentan. Berdasarkan skenario dan asumsi
dampak yang telah ditetapkan, tugas pokok Sub Klaster Gizi adalah:
Alur penanganan gizi pada situasi bencana dilakukan berdasarkan gambar dibawah
ini.
Respon gizi pada bencana gempa bumi di DKI Jakarta bertujuan untuk mendukung
operasi penanganan darurat yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan skenario dan asumsi dampak yang telah ditetapkan, Renkon Sub Klaster
Gizi Nasional diaktifkan apabila:
Berdasarkan skenario dan asumsi dampak yang telah ditetapkan, kegiatan pokok Sub
Klaster Gizi adalah sebagai berikut:
Pada kelompok sasaran yang mengungsi di tempat kerabat, respon gizi dilakukan
melalui distribusi bahan makanan, obat gizi, melalui kunjungan rumah dan atau
distribusi secara komunal melalui Puskemas bekerjasama dengan pos lapangan dan
satuan tugas di Kecamatan dan Kelurahan (lihat bagian 5.1 Komando). Bilamana
memungkinkan, relawan kesehatan dan kader kesehatan perlu dilibatkan untuk
mendukung layanan gizi bagi kelompok sasaran yang mengungsi di tempat kerabat.
Salah satu contoh dari pembelajaran respon Awan Panas Guguran Gunung
Semeru, yang dapat dilakukan adalah dengan mengadopsi pendekatan
KK/Desa/Kelurahan Binaan. Setiap LSM/Mitra dapar berbagi tugas untuk
mendapingi sejumlah KK/Desa/Kelurahan sesuai dengan pembagian wilayah kerja.
Sub Klaster Gizi merupakan salah satu sub klaster dibawah Klaster Kesehatan.
Koordinator Sub Klaster Gizi merupakan Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI, atau staf yang ditunjuk. Terdapat empat bidang intervensi dibawah
Sub Klaster Gizi yaitu bidang PMBA, Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi
Buruk, Suplementasi Gizi dan Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan. Sub Klaster Gizi
Nasional didukung oleh Tim Gerak Cepat (TGC) Gizi Nasional, Tim Manajemen
Informasi dan Tim Logistik Sub Klaster Gizi.
Tim Gerak Cepat Gizi Nasional berfungsi untuk mendukung TGC Gizi Provinsi untuk
mengelola respon gizi. Anggota dari Sub Klaster Gizi adalah instansi/organisasi yang
terlibat dalam penanganan gizi yang berasal dari unsur pemerintah, masyarakat,
termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Profesi akademisi,
swasta dan media. Struktur organisasi Sub Klaster Gizi dalam Sistim Komando
Penanganan Darurat Bencana (SKPDB) dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini.
Tim Manajemen
Informasi Subklaster
Pencegahan dan Gizi
Pemberian Makan
Penanganan Gizi Dukungan Gizi Pada
Bayi dan Anak Suplementasi Gizi
Kurang dan Gizi Kelompok Rentan Tim Logistik Subklaster
(PMBA)
Buruk Gizi
Mitra Subklaster Gizi: LSM, Universitas, Organisasi Profesi, Organisasi Internasional, Dinas Kesehatan yang
berpartisipasi, Klaster/Subklaster terkait
Pada penanganan bencana di Provinsi DKI Jakarta, Sub Klaster Gizi nasional berperan
untuk mendukung respon gizi yang dilaksanakan oleh Sub Klaster Gizi Provinsi DKI
Jakarta. Dukungan dari Sub Klaster Gizi Nasional yang perlu diberikan kepada Sub
Klaster Gizi Provinsi DKI Jakarta antara lain namun tidak terbatas pada:
1. Mengkoordinir mobilisasi sumber daya pemerintah dan mitra sesuai dengan
kebutuhan yang disampaikan oleh Sub Klaster Gizi Provinsi DKI Jakarta.
2. Mendukung pengelolaan respon gizi yang dilakukan oleh Sub Klaster Gizi Provinsi
DKI Jakarta melalui mobilisasi Tim Gerak Cepat Gizi Nasional.
Melalui survei terhadap mitra Sub Klaster Gizi yang terlibat dalam pembuatan rencana
kontinjensi gizi ini, diperoleh informasi tentang potensi keterlibatan instansi/organisasi
dalam mendukung pelaksanaan respon gizi. Informasi tersebut disajikan pada bagian
tugas-tugas di bawah ini.
4.3 Tugas-Tugas
Koordinator Sub Klaster Gizi, TGC dan mitra bertugas untuk memastikan agar data
pascabecana yang dibutuhkan dapat dikumpulkan untuk di analisis dan digunakan
dalam perencanaan intervensi. Pada kajian multi sektor, Koordinator Sub Klaster
Gizi perlu memastikan agar indikator terkait gizi masuk kedalam kajian multi sektor
yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah DKI Jakarta.
NO KEGIATAN WAKTU
1 Mendukung pelaksanaan Rapid Health 0-7 Hari
Assessement (RHA) yang dilakukan oleh Klaster
Kesehatan.
2 Penapisan Balita, Ibu hamil dan Ibu Menyusui. 0-14 Hari
Tabel 8. Potensi Keterlibatan Mitra dalam Pelaksanaan Kajian Dampak Bencana dan Analisis Kebutuhan Gizi
Tabel 10. Kegiatan Kunci Intervensi Pemberian Makan bayi dan Anak
NO KEGIATAN WAKTU
1 Pengelolaan Donasi Produk Pengganti 0-90 Hari
ASI,Makanan Pendamping ASI (MPASI) instan,
Produk Ultra Proses, Botol dan Dot Bayi yang tidak
terkontrol, termasuk:
- Diseminasi surat edaran pemanfaatan susu
formula dan MPASI instan pada situasi bencana.
- Menyebarkan media KIE tentang risiko susu
formula dan MPASI instan pada situasi bencana.
Pembekalan/Standarisasi Dapur PMBA.
2 Penyelenggaraan Dapur Pemberian Makan Bayi dan 0-90 Hari
Anak (PMBA).
3 Melaksanakan dukungan Konseling Menyusui dan 0-90 Hari
PMBA melalui mobilisasi konselor menyusui.
4 Orientasi/Pelatihan Konseling Menyusui/PMBA. 30 – 90
Hari
No Pengelola Penyedi
an Donasi Dapur aan
Instansi/ Produk Pemberian mobilisasi Orientasi/Pelatih Ruang
Organisa Pengganti Makan Bayi konselor an Konseling Ramah
si ASI yang dan Anak menyusui Menyusui/PMBA Ibu dan
tidak (PMBA) Anak
terkontrol (RRIA)
1 AIMI Ya Ya Ya Ya Mungkin
2 Wahana
Visi
Indonesia Ya Ya Ya Ya Ya
3 Poltekkes
Jakarta II Tidak Mungkin Ya Ya Mungkin
4 Laznas
Bangun
Sejahtera
Mitra
Umat
(BSMU) Ya Ya Ya Mungkin Mungkin
5 MDMC Ya Ya Ya Ya Ya
6 BNPB Ya Ya Ya Ya Ya
7 Save The
Children Ya Ya Ya Ya Ya
8 Dompet
Dhuafa Ya Ya Ya Ya Ya
9 SELASI Ya Ya Ya Ya Tidak
10 Unicef Ya Tidak Ya Ya Mungkin
11 IKMI Tidak Ya Ya Ya Mungkin
12 Yayasan
Senyum
Anak Ya Ya Ya Ya Ya
Terdapat tujuh Kegiatan kunci yang menjadi tugas bidang pencegahan dan
penanganan gizi kurang dan gizi buruk. Kelompok sasaran pada intervensi ini
adalah anak usia 0-59 bulan (balita). Tatalaksana gizi kurang dan gizi buruk
yang dilakukan perlu merujuk pada Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi
Buruk Pada Balita. Kegiatan kunci dan waktu pelaksanaannya dapat dilihat pada
Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12. Kegiatan Kunci Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk
NO KEGIATAN WAKTU
1 Mengidentifikasi Fasilitas Kesehatan Rujukan. 0-7 Hari
3 Tatalaksana Gizi Buruk Rawat Inap dan Rawat Jalan. 0-90 Hari
Keterangan:
*) mengacu pada Pedoman Pencegahan Dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita,
Kemenkes RI
Terdapat enam kegiatan kunci yang menjadi tugas bidang Suplementasi Gizi.
Kelompok sasaran intervensi suplementasi gizi adalah balita, ibu hamil, ibu
nifas dan remaja putri.
NO KEGIATAN WAKTU
1 Distribusi dan edukasi Makanan Tambahan (MT) 0-7 hari
Ibu Hamil dan Balita secara menyeluruh.
Terdapat empat kegiatan kunci yang menjadi tugas bidang Dukungan Gizi pada
Kelompok Rentan. Kelompok sasaran intervensi ini adalah lansia, penderita
penyakit kronik, penyandang disabilitas dan ibu hamil dan anak-anak.
Kegiatan pada intervensi ini berupa kegiatan koordinasi dan dukungan teknis
yang diberikan pihak lain untuk memastikan agar kelompok rentan
mendapatkan asupan gizi. Kegiatan kunci dan waktu pelaksanaan kegiatan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini.
Tabel 16. Kegiatan Kunci Intervensi Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan
NO KEGIATAN WAKTU
1 Orientasi dan Pendampingan Pemenuhan Gizi 0-30 hari
Melalui Dapur Umum.
Tabel 17. Potensi Keterlibatan Mitra pada Intervensi Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan
Orientasi dan
Pendampingan
Pengawasan
Pemenuhan Gizi Penyelenggaraan
No Instansi bantuan makanan
Kelompok rentan Dapur Lansia
minuman
Melalui Dapur
Umum
1 AIMI Tidak Tidak Ya
2 Wahana Visi Indonesia Mungkin Tidak tahu Mungkin
3 Poltekkes jakarta II Ya Tidak Mungkin
Laznas Bangun Sejahtera
4 Mitra Umat (BSMU) Ya Mungkin Mungkin
5 MDMC Ya Ya Ya
6 BNPB Ya Ya Ya
7 Save The Children Tidak Tidak Ya
8 Dompet Dhuafa Ya Ya Ya
9 SELASI Mungkin Tidak Mungkin
10 Unicef Tidak Tidak Ya
Yayasan Senyum Anak
11 Indonesia (Kidzsmile) Ya Tidak Mungkin
Koordinator Sub Klaster Gizi bertugas untuk memastikan agar komunikasi risiko dan
pelibatan masyarakat dilakukan oleh mitra Sub Klaster Gizi yang terlibat. Koordinator
Sub Klaster Gizi juga berperan untuk memastikan agar kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan secara efektif melalui penyediaan pedoman, pesan kunci serta prosedur dan
mekanisme pelibatan masyarakat. Kegiatan kunci dan waktu pelaksanaan kegiatan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini.
NO KEGIATAN WAKTU
1 Melakukan kaji cepat komunikasi risiko 0-7 hari
Tabel 19. Potensi keterlibatan mitra pada kegiatan kajian dampak bencana
Koordinator Sub Klaster Gizi bertugas untuk memastikan agar Manajemen Informasi
respon gizi dilaksanakan secara optimal. Kegiatan manajemen informasi dilakukan
oleh Tim Manajemen Informasi Sub Klaster Gizi didukung oleh mitra yang kompeten.
Kegiatan kunci dan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 20
di bawah ini.
NO KEGIATAN WAKTU
1 Membuat Rencana manajemen informasi 0-3 hari
Tabel 21. Potensi keterlibatan mitra untuk mendukung SDM manajemen informasi Sub Klaster Gizi
i. Manajemen Logistik
Koordinator Sub Klaster Gizi bertugas untuk memastikan agar Manajemen Logistik gizi
dilaksanakan secara optimal. Kegiatan manajemen informasi dilakukan oleh Tim
Logistik Sub Klaster Gizi didukung oleh mitra yang kompeten. Kegiatan kunci dan
waktu pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 22 di bawah ini.
NO KEGIATAN WAKTU
1 Membuat rencana logistik gizi. Termasuk 0-7 hari
memastikan akses layanan ke wilayah yang sulit
di jangkau
2 Bekerjasama dengan koordinator masing- 0-90 hari
masing bidang di Sub Klaster Gizi, untuk
memastikan ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan
3 Mengelola penyimpanan dan pendistribusian 3-90 hari
logistik gizi
4 Pencatatan dan pelaporan stok logistik gizi 0-90 hari
Tabel 23. Potensi keterlibatan mitra untuk mendukung SDM manajemen logistik Sub Klaster Gizi
4.1 Administrasi
1) Pada fase awal kejadian gempa bumi atau sebelum sistem komando
penanganan darurat bencana di aktifkan maka seluruh sumberdaya Sub
Klaster Gizi nasional dioptimalkan dimana dana kegiatan berasal dari setiap
lembaga terkait yang mempunyai anggaran penanggulangan bencana;
2) Setelah Sub Klaster Gizi diaktifkan, maka kegiatan respon gizi
menggunakan APBN melalui Dana Siap Pakai (DSP) yang diakses melalui
Klaster Kesehatan; Menggunakan APBD melalui Biaya Tidak Terduga (BTT);
anggaran dari lembaga mitra yang terlibat; dan/atau sumber lain yang sah
dan tidak mengikat.
3) Dana bantuan sumber lain yang tidak mengikat.
4) Mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Estimasi kebutuhan sumberdaya untuk pelaksanaan respon gizi dapat dilihat pada
Lampiran 4.
4.2 Logistik
1) Pada saat awal kejadian bencana, seluruh sumber daya lokal (SDM,
peralatan, transportasi, pergudangan, pangan, dll) dioptimalkan baik dari
sektor pemerintah, lembaga usaha dan juga masyarakat, organisasi profesi,
lembaga pendidikan dan mitra Sub Klaster Gizi; dan
2) Sub Klaster Gizi Nasional dapat meminta atau menerima bantuan dari Dinas
Kesehatan Provinsi terdekat yang tidak terdampak (misalnya Jawa Barat,
Jawa Timur, Lampung) terkait fasilitas, pendampingan logistik, obat dan
perbekalan kesehatan yang diperlukan.
3) Mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5.1 Komando
Respon gizi terhadap bencana gempa bumi di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan
melalui mekanisme klaster yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 75 Tahun 2019 tentang penanggulangan krisis kesehatan. Sumberdaya Sub
Klaster Gizi akan disalurkan oleh Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes melalui Pos
Pendamping Nasional yang merupakan bagian dari perangkat Sistem Komando
Penanganan Darurat Bencana yang akan diaktifkan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Respon gizi terkait dengan pengelolaan pelayanan gizi di RS, pos pelayanan
kesehatan, di puskesmas yang berfungsi harus mengikuti prosedur sistem komando
yang dibuat pada saat bencana terjadi. Pengerahan SDM gizi dapat berasal dari
berbagai unit, koordinasi pentahelix ataupun dengan pelibatan berbagai profesi.
Merujuk pada Rencana Kontinjensi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2021, Pos
Komando Penanganan Darurat Bencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupa tenda
peleton/besar yang menempati semua jalur Jalan Merdeka Selatan yang mengarah ke
Patung Arjuna Wijaya, tepat di depan kantor Gubernur DKI Jakarta.
Pos Pendukung, yang berfungsi membantu kelancaran akses masuk, keluar, dan
mobilisasi/distribusi bantuan dari luar wilayah DKI Jakarta didirikan di:
• Pelabuhan Tanjung Priok.
• Bandar udara Halim PK.
• Tempat strategis lain.
Pos Lapangan didirikan di halaman Kantor Walikota Jakarta Pusat, Jakarta Timur,
Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Bupati Kepulauan Seribu. Masing-
masing Pos Lapangan terhubung dengan Satuan Tugas yang dibentuk di tingkat
kecamatan dan kelurahan.
5.2 Kendali
Pengendalian respon gizi di tingkat nasional dilakukan oleh koordinator Sub Klaster
Gizi melalui pertemuan dan laporan rutin Sub Klaster Gizi. Tim Gerak Cepat Gizi
nasional bertugas untuk memastikan agar dukungan Sub Klaster Gizi di tingkat
nasional selaras dengan rencana operasi Klaster Kesehatan dan rencana operasi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Didukung oleh Pusat Pengendalian Operasi BPBD Provinsi DKI Jakarta, yang
berada di Jl. Kyai Haji Zainul Arifin No.71, RT.10/RW.10, Petojo Utara, Kecamatan
Gambir, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta dengan nomor kontak (112).
• Memimpin pengendalian melalui rapat setiap jam 8 pagi dan jam 8 malam,
dengan agenda rapat secara umum sbb :
• Briefing atau arahan taktis operasional dari Komandan.
• Update singkat dari setiap Bidang dan sub-bidang Operasi.
• Pemecahan masalah dan tantangan harian yang dihadapi.
Untuk menunjang efektivitas rapat harian Posko, data dan informasi dari Pos
Lapangan, Pos Pendukung dan Pos Pendamping perlu dikelola dengan baik dan
tepat waktu.
5.3 Komunikasi
Mitra Sub Klaster Gizi memberikan laporan rutin kepada Koordinator Sub Klaster Gizi
melalui pengisian form siapa melakukan apa dan laporan pada rapat rutin. Koordinator
Sub Klaster Gizi didukung oleh Tim Manajemen Informasi Sub Klaster Gizi bertugas
untuk memberikan laporan perkembangan secara rutin kepada klaster kesehatan.
Struktur dan jalur komunikasi mengikuti struktur organisasi Sub Klaster Gizi Nasional
pada Gambar 9 (Bagian 3.2 Struktur Organisasi Sub Klaster Gizi).
Mengungsi
Kota Ibu Hamil Komunal di Tempat Total
(10%) Kerabat (20%) Mengungsi
Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Mengungsi
Ibu Melahirkan/
Kota Komunal di Tempat Total
nifas
(10%) Kerabat (20%) Mengungsi
Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Tabel 26. Estimasi Jumlah Bayi 0-5 bulan Per Jenis Pengungsian
Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Tabel 27. Estimasi Jumlah Bayi 0-11 Bulan Per Jenis Pengungsian
Kota di
Laki-Laki Perempuan Total
Tempat
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi
Kota di
Laki-Laki Perempuan Total
Tempat
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi
Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Tabel 28. Estimasi Jumlah Bayi 0-24 bulan Per Jenis Pengungsian
Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Mengungsi
Anak Gizi Kurang & Gizi
Kota Komunal di Tempat Total
Buruk (Wasted)
(10%) Kerabat (20%) Mengungsi
Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan SSGI 2021.
Tabel 31. Estimasi Jumlah Usia Lanjut (60+ Tahun) Per Jenis Pengungsian
Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Kota di
Laki-Laki Perempuan Total Tempat
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi
Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Mengungsi
Remaja Putri 12-18
Kota Komunal di Tempat Total
tahun (SMP,SMA,SMK)
(10%) Kerabat (20%) Mengungsi
1) AIMI
2) IKMI
Item Jumlah Kelompok Keterangan/Asumsi Estimasi Satuan Harga Frekuensi Satuan Total (Rp)
Kegiatan/SDM/Obat Sasaran sasaran Perencanaan Kebutuhan (F) Satuan (H) (I)
dan Pebekalan (B) (C) (D) (E) (G) (E x G x H)
Kesehatan
(A)
I. PMBA
Penyelenggaran
Dapur PMBA
Penyediaan 152,505 Bayi 0-23 bulan Kapasitas 1 Dapur 763 Dapur 90 hari
Bahan Makanan melayani 100 Anak per 3,000,000 205,881,750,000
Hari 3 x Makan 2 x snack.
Untuk 50% dari
kebutuhan mengingat
sebagian dapat dipenuhi
dari dapur umum.
Peralatan Dapur 50% dari kebutuhan 763 Paket 1 kali
PMBA (Untuk 2,500,000 1,906,312,500
menyesuaikan
tekstur dan masak)
Peralatan 152,505 Bayi 0-23 bulan 2 set per anak. 50% dari 305,010 Set 1 kali
Makan Baduta kebutuhan 20,000 6,100,200,000
Peralatan 763 Jumlah dapur 5 orang per dapur 3,813 Set 1 kali
personil PMBA 100,000 381,262,500
Mobilisasi Konselor
Menyusui
Mobilisasi 152,505 Bayi 0-23 bulan Diprioritaskan untuk bayi 452 90 hari
konselor sasaran yang wasted (6.9%). 1 300,000 12,215,650,500
baduta untuk konselor 30 anak
Mobilisasi 152,505 Ibu baduta 10% ibu baduta 508 90 hari
konselor ibu baduta membutuhkan konseling 300,000 13,725,450,000
Mobilisasi Tim 17,671 Balita Wasted 1 Tim untuk 50 Anak 353 1 kali
Asuhan Gizi 5,000,000 1,767,100,000
Obat dan 23,937 Balita Wasted 1 Paket per balita wasted 23,937 1 kali
Perbekalan Tata 1,000,000 23,937,000,000
Laksana Gizi Kurang
dan Gizi Buruk
III. Suplementasi
Gizi
MT balita 236,317 Anak 6-59 bulan 3 bungkus kemasan 354,476 Bungkus 3 Hari
primer/sasaran/hari. 2,300 2,445,880,950
Hanya perlu 50% dari
total kebutuhan
MT Ibu hamil 53,836 Ibu Hamil 3 bungkus kemasan 80,754 Bungkus 3 Hari
primer/sasaran/hari. 4,300 1,041,726,600
Hanya perlu 50% dari
total kebutuhan
MT balita kurus 236,317 balita wasted 3 bungkus kemasan 354,476 Bungkus 90 Hari
primer/sasaran/hari. 2,300 73,376,428,500
MT Ibu hamil KEK 53,836 Ibu Hamil KEK 3 bungkus kemasan 80,754 Bungkus 90 Hari
primer/sasaran/hari. 4,300 31,251,798,000
Hanya perlu 50% dari
total kebutuhan
TTD Ibu Hamil 53,836 Ibu Hamil 1 Paket (90 tablet). Hanya 26,918 Paket 1 kali
perlu 50% dari total 20,340 547,512,120
kebutuhan
TTD Remaja Putri 111,657 Remaja Putri 12- 1 Paket (12 tablet Untuk 3 55,829 Paket 1 kali
18 Tahun bulan). Hanya perlu 50% 2,712 151,406,892
dari total kebutuhan
Vitamin A Balita 6- 75,548 Anak 6-11 bulan Paket (dosis 100.000 37,774 Paket 1 kali
11 bulan IU/Kapsul Biru). Hanya 553 20,889,091
perlu 50% dari total
kebutuhan
Vitamin A Balita 160,769 Anak 12-59 bulan Paket (dosis 200.000 80,384 Kapsul 1 kali
12-59 bulan IU/Kapsul Merah). Hanya 553 44,452,573
perlu 50% dari total
kebutuhan
Vitamin A Ibu Nifas 171,295 Ibu Nifas Paket (dosis 200.000 85,648 Kapsul 1 kali
IU/Kapsul Merah). Hanya 553 47,363,068
perlu 50% dari total
kebutuhan
IV. Dukungan
kelompok rentan
V. Komunikasi
Risiko
Materi KIE 3 PMBA, Gizi Buruk, 1 paket untuk masing- 3 Paket 1 kali
Suplementasi Gizi masing intervensi 20,000,000 60,000,000
V. APD penyakit
menular
Alat pelindung diri Personil Dapur 1 Set untuk masing- 4,674 Set 1 kali
(masker, sanitizer, 4,674 Umum, Konselor, masing personil 100,000 467,404,500
sarung tangan) Tim Asuhan Gizi
-
Total
448,883,623,794
Keterangan:
* Kemasan primer (isi 4 biskuit) atau kemasan sekunder (isi 21 kemasan primer). Harga di ekatalog per kg adalah sekitar 40-50ribu (e-katalog
Kemenkes). Kemasan sekunder berat sekitar 840gram. 840gram~1kg harga 1 kemasan sekunder 40-50ribu. Harga per bungkus kemasan
primer Rp.1.900-2.300.-
** Kemasan primer (isi 3 biskuit) atau kemasan sekunder (isi 7 kemasan primer). Harga di ekatalog per kg adalah sekitar 50-60ribu (e-katalog
Kemenkes). Kemasan sekunder berat sekitar 420gram. 1kg~2 kemasan sekunder. harga 1 kemasan sekunder 25-30ribu. Harga per bungkus
kemasan primer Rp. 3.500-4.300.-
*** Per tablet Rp. 226,- (e-katalog Kemenkes)
*** Per kapsul Rp. 553,- (e-katalog Kemenkes)