Anda di halaman 1dari 60

Sub Klaster

Gizi
© unicef. Wilander. 2019

2022

Rencana Kontinjensi
Sub Klaster Gizi Nasional
Menghadapi Bencana
Gempa Bumi
Rencana Kontinjensi
Sub Klaster Gizi Nasional
Dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi

2022

Sub Klaster Gizi Nasional

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 2


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karuniaNya sehingga penyusunan “Rencana Kontinjensi Sub Klaster
Gizi Nasional Menghadapi Bencana Gempa Bumi” dapat diselesaikan dengan baik.
Pada situasi bencana, berbagai faktor kerentanan meningkatkan risiko terjadinya masalah
gizi dan kesehatan. Respons gizi yang cepat dan tepat sangat penting terhadap kesehatan
dan keselamatan populasi terdampak terutama kelompok rentan.

Dokumen rencana kontunjensi ini disusun sebagai panduan bersama bagi berbagai pihak
untuk merencanakan respon gizi dan mobilisasi berbagai sumber daya pada situasi
bencana, sehingga dapat diminimalisir dampak bencana. Dengan menggunakan skenario
bencana gempa bumi yang berdampak pada Provinsi DKI Jakarta, harapannya dokumen
ini dapat digunakan sebagai panduan bagi sub klaster gizi nasional untuk mendukung
respon gizi yang dilaksanakan oleh Provinsi DKI Jakarta.

Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan
berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana kontinjensi ini. Semoga dokumen ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam respons gizi pada situasi bencana.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 3


KATA SAMBUTAN

Kejadian bencana seringkali mengakibatkan dampak pada bidang kesehatan sehingga


menimbulkan krisis kesehatan. Kondisi krisis kesehatan ini harus direspon secara cepat dan tepat
untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan serta melindungi masyarakat dari berbagai
macam dampak kesehatan.

Salah satu permasalahan kesehatan yang dapat terjadi akibat kejadian bencana adalah
permasalahan gizi masyarakat yang terdampak. Situasi darurat bencana/krisis kesehatan
mengakibatkan terganggunya akses masyarakat terdampak akan pemenuhan kebutuhan
makanan yang apabila berlangsung lama dan tidak ditangani akan mengakibatkan penurunan
status gizi, terutama pada kelompok populasi rentan, seperti bayi, balita, anak, ibu hamil, dan
lanjut usia.

Oleh karena itu, diperlukan suatu respon cepat dan tepat untuk mengidentifikasi dan
menangani permasalahan terkait pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat yang terdampak
bencana. Pelayanan kesehatan, khususnya untuk pemenuhan status gizi penyintas
bencana, perlu menjadi perhatian dan prioritas dalam manajemen penanggulangan
bencana/krisis kesehatan. Terpenuhinya asupan gizi penyintas bencana diharapkan
mampu mencegah terjadinya bencana lanjutan seperti wabah penyakit akibat penurunan
status gizi para penyintas bencana.

Untuk melakukan respon terhadap permasalahan gizi pada keadaan darurat


bencana/krisis kesehatan diperlukan rencana kontingensi. Melalui penyusunan rencana
kontingensi diharapkan pemerintah sudah dapat mengidentifikasi dan mempersiapkan
upaya-upaya yang harus dilakukan apabila terjadi situasi darurat bencana/krisis
kesehatan dengan mengaktifkan rencana kontingensi tersebut menjadi rencana operasi.

Kami menyambut baik penyusunan buku Rencana Kontingensi Sub Klaster Gizi Nasional
Menghadapi Bencana Gempa Bumi sehingga dapat memberikan informasi dan panduan
untuk subklaster gizi di daerah dalam melakukan upaya untuk merespon permasalahan
gizi saat tanggap darurat bencana/krisis kesehatan. Selain itu, kami berharap buku ini
dapat menjadi bagian dari rencana kontingensi bidang kesehatan dan rencana
kontingensi penanganan bencana serta acuan bagi para pemangku kepentingan dan
mitra terkait yang terlibat dalam pencegahan dan penanggulangan bencana/krisis
kesehatan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

Jakarta, 22 Maret 2022

Dr. dr. Eka Jusup Singka, M.Sc

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 4


DAFTAR ISTILAH

AHA Centre ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on


disaster management
AIMI Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia
ASI Air Susu Ibu
BMKG Badan Meteorologi dan Geofisika
BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BPS Bada Pusat Statistik
IKMI Ikatan Konselor Menyusui Indonesia
JOCCIA Joint Operations and Coordination Centre for International
Assistance
KEK Kurang Energi Kronik
Kemenkes Kementerian Kesehatan
KLB Kejadian Luar Biasa
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MDMC Muhammadiyah Disaster Management Center
MMI Modified Mercalli Intensity
MNCC Multi-National Coordination Centre
MPASI Makanan Pendamping ASI
MT Makanan Tambahan
POLRI Polisi Republik Indonesia
Poltekkes Politeknik Kesehatan
Pusdatin Pusat Data dan Informasi
SELASI Sentra Laktasi Indonesia
SKPDB Sistim Komando Penanganan Darurat Bencana
SSGI Studi Status Gizi Indonesia
TAG Tim Asuhan Gizi
TGC Tim Gerak Cepat
TNI Tentara Nasional Indonesia
TTD Tablet Tambah Darah
Unicef United Nations International Childre’s Emergency Fund
WNA Warga Negara Asing
WNI Warga Negara Indonesia

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 5


DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 9


BAB II. SITUASI ...................................................................................................................... 12
2.1 Karakteristik Bahaya Bencana Gempa Bumi (BPBD DKI Jakarta, 2021) ............ 12
2.2 Skenario kejadian dan asumsi dampak ........................................................................... 13
2.2.1. Situasi umum (BPBD DKI Jakarta, 2021) ............................................................................................ 13
2.2.2. Skenario dan asumsi dampak terhadap sektor gizi ......................................................................... 18

BAB III. TUGAS POKOK SUB KLASTER GIZI................................................................. 27


BAB IV. PELAKSANAAN ........................................................................................................ 30
4.1 Konsep Operasi ......................................................................................................................... 30
4.1.1 Respon Gizi Pada Pengungsian Komunal ......................................................................................................31
4.1.2 Respon Gizi Pada Kelompok Sasaran yang Mengungsi di Tempat Kerabat ......................................31

4.2 Struktur Organisasi Sub Klaster Gizi ................................................................................ 31


4.3 Tugas-Tugas ............................................................................................................................... 32

BAB V. ADMINISTRASI & LOGISTIK ............................................................................... 44


4.1 Administrasi ............................................................................................................................... 44
4.2 Logistik ......................................................................................................................................... 44

BAB VI. KOMANDO, KENDALI DAN KOMUNIKASI ..................................................... 45


5.1 Komando ..................................................................................................................................... 45
5.2 Kendali ......................................................................................................................................... 45
5.3 Komunikasi ................................................................................................................................. 46

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 6


DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skenario Kejadian dan Asumsi Dampak (BPBD DKI Jakarta, 2021) ............... 13
Tabel 2. Estimasi Jumlah Sasaran Gizi yang Mengungsi ........................................... 19
Tabel 3. Pengembangan skenario dan asumsi dampak terhadap sektor gizi ............... 23
Tabel 4. Rekapitulasi Jumlah Puskesmas dan SDM Gizi Terlatih yang tersedia sebelum
bencana ............................................................................................................ 25
Tabel 5. Rasio jumlah TAG Terlatih pada saat bencana terhadap Jumlah anak gizi
kurang dan gizi buruk yang mengungsi ................................................................. 25
Tabel 6. Rasio jumlah tenaga gizi pada saat bencana terhadap Jumlah anak 6-59 bulan
yang mengungsi. ................................................................................................ 26
Tabel 7. Kegiatan Kunci Kajian Dampak dan Analisis Kebutuhan Gizi ......................... 33
Tabel 8. Potensi Keterlibatan Mitra dalam Pelaksanaan Kajian Dampak Bencana dan
Analisis Kebutuhan Gizi ........................................................................................ 33
Tabel 9. Kegiatan Kunci Koordinasi dan Perencanaan Respon Gizi............................. 34
Tabel 10. Kegiatan Kunci Intervensi Pemberian Makan bayi dan Anak ....................... 34
Tabel 11. Potensi Keterlibatan Mitra pada intervensi PMBA ...................................... 35
Tabel 12. Kegiatan Kunci Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi
Buruk ................................................................................................................ 36
Tabel 13. Potensi Keterlibatan Mitra pada intervensi Gizi Kurang dan Gizi Buruk ......... 37
Tabel 14. Kegiatan Kunci Intervensi Suplementasi Gizi ............................................ 38
Tabel 15. Potensi keterlibatan mitra pada intervensi suplementasi gizi ...................... 39
Tabel 16. Kegiatan Kunci Intervensi Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan ............... 39
Tabel 17. Potensi Keterlibatan Mitra pada Intervensi Dukungan Gizi Pada Kelompok
Rentan .............................................................................................................. 40
Tabel 18. Kegiatan kunci Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat ...................... 41
Tabel 19. Potensi keterlibatan mitra pada kegiatan kajian dampak bencana ............... 41
Tabel 20. Kegiatan Kunci Manajemen Informasi Respon Gizi .................................... 42
Tabel 21. Potensi keterlibatan mitra untuk mendukung SDM manajemen informasi Sub
Klaster Gizi ......................................................................................................... 42
Tabel 22. Kegiatan Kunci Manajemen Logistik Gizi .................................................. 43
Tabel 23. Potensi keterlibatan mitra untuk mendukung SDM manajemen logistik Sub
Klaster Gizi ......................................................................................................... 43
Tabel 24. Estimasi Jumlah Ibu Hamil Per Jenis Pengungsian .................................... 47
Tabel 25. Estimasi Jumlah Ibu Melahirkan Per Jenis Pengungsian ............................. 47
Tabel 26. Estimasi Jumlah Bayi 0-5 bulan Per Jenis Pengungsian .............................. 48
Tabel 27. Estimasi Jumlah Bayi 0-11 Bulan Per Jenis Pengungsian ............................ 48
Tabel 28. Estimasi Jumlah Bayi 0-24 bulan Per Jenis Pengungsian ............................ 49
Tabel 29. Estimasi Jumlah Anak 0-59 Bulan Per Jenis Pengungsian ........................... 50
Tabel 30. Estimasi Jumlah Balita Wasted ............................................................... 51
Tabel 31. Estimasi Jumlah Usia Lanjut (60+ Tahun) Per Jenis Pengungsian ............... 51
Tabel 32. Estimasi Jumlah Usia Lanjut Risiko Tinggi (70+ Tahun) Per Jenis Pengungsian
........................................................................................................................ 52
Tabel 33. Estimasi Jumlah Remaja Putri Per Jenis Pengungsian ................................ 52
Tabel 34. Estimasi Jumlah Penyandang Disabilitas Per Jenis Pengungsian .................. 53

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 7


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Segmen megathrust yang masih tersimpan energi (BPBD, 2021) .............. 10
Gambar 2. Posisi Renkon Sub Klaster Gizi Nasional Pada Mekanisme Dukungan Tanggap
Darurat Bencana ................................................................................................. 11
Gambar 3. Episentrum Kejadian Gempa Bumi Yang Getarannya Dirasakan di DKI
Jakarta. Sumber BMKG ........................................................................................ 12
Gambar 4. Prevalensi Balita Wasted di DKI Jakarta (sumber SSGI, 2021) .................. 18
Gambar 5. Estimasi Jumlah Sasaran Gizi yang Mengungsi ........................................ 20
Gambar 6. Estimasi Kelompok Sasaran Gizi yang Mengungsi Per Kota ...................... 21
Gambar 7. Peta sebaran estimasi sasaran gizi yang Mengungsi. ............................... 22
Gambar 8. Alur respon gizi pada situasi bencana. ................................................... 29
Gambar 9. Struktur Organisasi Sub Klaster Gizi Dalam Sistem Komando Penanganan
Darurat Bencana ................................................................................................. 32

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 8


BAB I. PENDAHULUAN

Dalam periode tiga tahun terakhir (1 Januari 2018 – 2 Oktober 2020), terdapat 8.402
kejadian bencana di wilayah Indonesia yang menyebabkan lebih dari 20 juta orang
terdampak dan mengungsi, serta 6.156 orang meninggal, termasuk diantaranya 1.148
orang meninggal akibat COVID-19. Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2020
menyatakan bahwa seluruh provinsi di Indonesia termasuk dalam kategori risiko tinggi
dan sedang. Terdapat 19 provinsi yang termasuk dalam kategori risiko tinggi (56%) dan
15 provinsi lainnya dalam kategori risiko sedang (44%).

Di balik ancaman bahaya alam dan non-alam, terdapat berbagai faktor kerentanan yang
dihadapi di berbagai wilayah yang dapat meningkatkan risiko bencana. Salah satunya
adalah masalah gizi yang terdapat pada wilayah rawan bencana. Diperkirakan terdapat
tujuh juta anak balita mengalami pertumbuhan yang terhambat ( stunting) dan satu juta
anak balita mengalami gizi kurang (wasting) di Indonesia.

Terbatasnya akses terhadap makanan dan layanan kesehatan pada situasi bencana dapat
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bagi bayi dan balita dengan masalah gizi
serta kelompok rentan lainnya. Khususnya pada bencana yang terjadi tiba-tiba (sudden
on-set) seperti gempa bumi, layanan gizi mungkin terdampak dan membutuhkan waktu
untuk kembali normal.

Pada situasi bencana, perempuan, anak perempuan, dan kelompok berisiko lainnya
mungkin menghalami kekerasan berbasis gender. Kekerasan berbasis gender umumnya
muncul di tempat-tempat di mana makanan dan kebutuhan dasar lainya tidak tersedia
secara memadai. Bagi penyintas kekerasan berbasis gender – khususnya mereka yang
terisolasi secara sosial dan/atau memiliki keterbatasan fisik – akses ke layanan dukungan
gizi mungkin akan lebih sulit. Hal ini dapat sangat merugikan bagi penyintas yang
mengalami luka fisik dan atau yang memerlukan terapi atau pengobatan yang harus
dibarengi dengan makanan.

Respon gizi yang cepat dan tepat berperan penting terhadap kesehatan dan keselamatan
populasi terdampak, khususnya kelompok rentan. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan
respon gizi, Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) didukung
oleh Unicef akan menyusun Renkon Sub Klaster Gizi tingkat nasional. Penyusunan
renkon subklaster gizi dilakukan selaras dengan rencana kontinjensi yang disusun oleh
Humanitarian Country Team (HCT) Indonesia dalam mengahadapi ancaman bencana
gempa bumi yang berdampak pada Provinsi DKI Jakarta. Ancaman bahaya yang
digunakan merujuk pada Rencana Kontinjensi Gempa Bumi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta tahun 2021.

Ancaman gempa tersebut berasal dari patahan sunda (Sunda Megatrust) yang berpotensi
menimbulkan gempa sebesar M 8,7 (Gambar 1). Pada patahan tersebut, terdapat

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 9


segmen yang masih menyimpan energi dan berpotensi menyebabkan ancaman gempa
dan berdampak pada wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Gambar 1. Segmen megathrust yang masih tersimpan energi (BPBD, 2021)

Dokumen rencana kontingensi merupakan dokumen yang dapat diperbaharui sesuai


dengan situasi dan kondisi terkini. Hal ini dimaksudkan agar dokumen renkon lebih
mendekati kondisi sebenarnya. Harapannya dokumen ini dapat dijadikan sebagai
panduan bersama dalam penyusunan rencana respon Sub Klaster Gizi Nasional ketika
terjadi bencana gempa bumi di Provinsi DKI Jakarta. Dokumen ini akan digunakan
sebagai panduan bagi Sub Klaster Gizi Nasional untuk mendukung respon gizi yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta provinsi (Gambar 2).

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 10


Rencana Kontinjensi Menghadapi
Ancaman Gempa Bumi

Renkon Renkon
Sub Klaster Gizi HCT

Renkon
Pemda DKI Jakarta

Gambar 2. Posisi Renkon Sub Klaster Gizi Nasional Pada Mekanisme Dukungan Tanggap Darurat Bencana

Meskipun ruang lingkup rencana kontinjensi gizi ini mengacu pada dampak gempa bumi
yang terjadi di DKI Jakarta, rencana kontinjensi ini juga dapat dijadikan sebagai acuan
untuk merencanakan respon gizi di wilayah lainnya yang terdampak oleh gempa yang
berasal dari sumber yang sama. Pada skenario diatas, wilayah lain seperti Provinsi
Banten dan Jawa Barat juga memiliki potensi terdampak. Oleh karena itu, rencana respon
gizi yang disusun ketika bencana tersebut terjadi, perlu mencakup dukungan terhadap
wilayah-wilayah lain yang terdampak.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 11


BAB II. SITUASI

2.1 Karakteristik Bahaya Bencana Gempa Bumi (BPBD DKI Jakarta,


2021)

Gempa bumi merupakan kejadian alam akibat pergeseran lempeng bumi yang
menyebabkan guncangan/getaran tanah. Karakteristik gempa bumi antara lain tidak
dapat diprediksi, berlangsung dalam waktu yang singkat (hitungan detik), lokasi terjadi
di wilayah tertentu dan getarannya dapat terasa hingga jauh, mengakibatkan getaran
dan dapat merobohkan/merusak bangunan. Gempa bumi tidak dapat dicegah dan
berpotensi terjadi lagi di lokasi yang sama. Meskipun kejadiannya tidak dapat dicegah
namun dampak yang diakibatkan dapat dikurangi melalui berbagai upaya pengurangan
risiko bencana.

Dalam periode tahun 2018-2020,


terdapat empat kejadian gempa bumi
yang getarannya dirasakan di DKI
Jakarta yang berasal dari Samudra
Hindia selatan pulau Jawa (Gambar 3).
Pada tahun 2018 Gempa Bumi
berkekuatan 6,1 SR yang terjadi pada
tgl 23 Januari. Pada Tahun 2019
terdapat dua kejadian Gempa Bumi
yang berkekuatan 4.9 SR dan 6.9 SR.
Pada Tahun 2022, Gempa Bumi yang
dirasakan terjadi pada tanggal 14
Januari.

Gambar 3. Episentrum Kejadian Gempa Bumi Yang Getarannya


Dirasakan di DKI Jakarta. Sumber BMKG

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 12


2.2 Skenario kejadian dan asumsi dampak

Gempa terjadi siang hari pada jam kerja dengan magnitude 8,7 SR, pusat gempa bumi
berada di Zona Subduksi Selatan Banten dengan intensitas hingga VIII Modified Mercalli
Intensity (MMI). Guncangan terasa hingga Jakarta dengan tingkat intensitas VI-VII MMI
(dapat menimbulkan kerusakan ringan hingga sedang untuk bangunan dengan konstruksi
yang baik, akan tetapi untuk bangunan yang konstruksinya kurang baik dapat
menimbulkan kerusakan berat). Diasumsikan gempa bumi tidak menimbulkan dampak
tsunami ke wilayah Jakarta. Selain itu, gempa bumi menimbulkan bahaya sekunder yaitu
kebakaran, likuifaksi dan risiko transmisi penyakit menular (lihat Tabel 1).

Dari kejadian tersebut diperkirakan terdapat pengungsi sebanyak 60% dari jumlah
penduduk dan pendatang di DKI Jakarta. Sekitar 10 & mengungsi di lokasi pengungsian
komunal. Sekitar 20 & mengungsi di tempat saudara/kerabat atau lainnya di Jakarta
secara mandiri. Sekitar 30 % berpindah sementara ke kampung halaman atau daerah
lain di luar Provinsi Jakarta tidak menjadi prioritas penanganan Pemerintah Provinsi DKI.

Fasilitas kesehatan dan SDM kesehatan yang terdampak diasumsikan sebanyak 50% dari
yang tersedia. Akses terhadap fasilitas dan ketersediaan SDM serta layanan gizi juga
diperngaruhi oleh terhambatnya transportasi dan rusaknya jalan dan jembatan
dibeberapa wilayah.

2.2.1. Situasi umum (BPBD DKI Jakarta, 2021)

Skenario kejadian dan asumsi dampak secara umum dijabarkan pada Tabel 1 dibawah
ini. Skenario kejadian dan asumsi dampak pada aspek penanganan gizi akan dijabarkan
secara terpisah pada bagian berikutnya.

Tabel 1. Skenario Kejadian dan Asumsi Dampak (BPBD DKI Jakarta, 2021)

Aspek Kejadian
Asumsi waktu
Terjadi siang hari saat jam kerja
kejadian
Lokasi Gempa, [Zona subduksi selatan Banten]
Episentrum, dan Magnitudo 8,7 SR
Magnitudo Intensitas VIII MMI
Durasi dan Durasi guncangan 15 detik.
Frekuensi Gempa susulan 3 kali dalam 4 jam.
Bahaya primer Runtuhnya gedung/bangunan

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 13


Intensitas VI-VII MMI di Jakarta (dapat menimbulkan kerusakan
Intensitas bahaya ringan hingga sedang untuk bangunan dengan konstruksi yang baik,
primer akan tetapi untuk bangunan yang konstruksinya kurang baik dapat
menimbulkan kerusakan berat)
Aspek Dampak Primer dan Sekunder
Cakupan wilayah
Seluruh Kota dan Kabupaten di Provinsi DKI Jakarta
terdampak bahaya
- Likuifaksi terjadi setelah gempa mengguncang wilayah Jakarta
bagian utara.
- Kebakaran di beberapa lokasi
- Gempa susulan, dengan magnitudo yang lebih kecil.
- Jika penanganan darurat bencana tidak dilakukan dengan baik,
ada ancaman penyebaran penyakit menular dan gangguan
Bahaya sekunder keamanan.

Jakarta adalah ibukota negara dan sekaligus pusat perekonomian,


gempa bumi ini mempunyai dampak khusus terhadap pemerintahan
dan perekonomian nasional, yang tidak menjadi bagian dari
Rencana Kontinjensi ini.

- Setiap bahaya sekunder ini menambah jumlah korban meninggal


dan luka-luka, serta kerusakan.
- Likuefaksi terjadi segera setelah gempa bumi di beberapa
kelurahan di Jakarta Utara yang dekat pesisir pantai.
- Kebakaran di beberapa wilayah, terjadi segera setelah gempa
Intensitas dan
bumi yang disebabkan sambungan atau tabung gas bocor,
cakupan wilayah
hubungan arus pendek, kompor meldak dan penyebab lainnya.
terdampak bahaya
- Gempa bumi susulan dirasakan di seluruh wilayah Jakarta dalam
sekunder
kurun waktu 1 minggu setelah gempabumi utama, dengan
intensitas yang melemah dan frekuensi yang menurun.

Meningkatnya risiko penyebaran Covid-19 di lokasi pengungsian.

Aspek Asumsi Total Sebelum


Terdampak (Total dan Persentase)
Dampak Kejadian Kejadian
1. Aspek ● Meninggal dunia: dalam 24 jam 11.077.053 jiwa
kependudukan pertama sekitar 5.000 orang meninggal, -Laki-laki
sementara 10,000 orang diperkirakan 5.575.724,
hilang dan terperangkap di dalam Perempuan
gedung dan bangunan yang runtuh. 5.501.329)
Pada hari ke-14, korban meninggal
yang ditemukan meningkat menjadi
16.000 jiwa.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 14


● Luka-luka: sekitar 50.000 jiwa, dengan
rincian sebagai berikut:
o Luka berat: 5.000 jiwa, termasuk
sekitar 2.000 orang
membutuhkan perawatan patah
tulang.
o Luka sedang: 15.000 jiwa.
o Luka ringan: 30.000 jiwa.
● Mengungsi: 60 % dari jumlah
penduduk dan pendatang di
Jakarta), dengan rincian:
o Sekitar 10 % mengungsi di lokasi
pengungsian komunal.
o Sekitar 20 % mengungsi di
tempat saudara/kerabat atau
lainnya di Jakarta secara mandiri
o 30 % berpindah sementara ke
kampung halaman atau daerah
lain di luar Provinsi Jakarta tidak
menjadi prioritas penanganan
Pemerintah Provinsi DKI.

Catatan: pengungsi perlu dipilah: Laki-laki,


perempuan, anak-anak, lansia, penyandang
kebutuhan khusus.

● Jumlah korban meninggal serta


penyintas yang luka-luka atau
mengungsi termasuk sejumlah
pendatang:
o Warga Negara Indonesia (WNI):
500.000 jiwa
o Warga Negara Asing (WNA):
4.380 jiwa (laki-laki 2.736 jiwa
dan perempuan 1.644 jiwa)
2. Aspek Fisik, Rumah dan fasilitas tinggal lain
Sarana dan terdampak, (termasuk apartemen, rumah
Prasarana susun, ruko, kost, hotel, wisma, asrama dan
penjara/rumah tahanan): 70 % (atau sekitar
1.750.000 bangunan), dengan rincian:
o Rusak berat dan roboh 10%
o Rusak sedang 20%
Rusak ringan 40%
Sarana dan Prasarana terdampak :

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 15


Tiang Sutet / Gardu Listrik (70%) 17 tower listrik
BTS Telekomunikasi (70%) 614 tower
komunikasi
Media informasi publik : TV, radio, media cetak
(50%)
Pipa air PDAM (70%)
Drainase dan sanitasi (70%)
SPBU (40%) 351 SPBU
Fasilitas Satuan Pendidikan terdampak :
Fasilitas Kesehatan :
rumah sakit (50%) 196 RS
Klinik (50%) 406 Klinik
Puskesmas (40%)
Rumah bersalin (40%)
Posyandu (40%)
Praktek dokter,perawat, bidan (50%)
Apotek (50%)
Fasilitas Pertamanan dan Ruang Terbuka
:
RPTRA (40%) 156 RPTRA
Taman / Kebun Publik (40%) 3248 lap/tempat
Taman Makam (40%)
Fasilitas Keagamaan/keyakinan dan
Tempat Ibadah :
masjid / mushola, gereja, vihara, klenteng 5.343 tempat
(40%) ibadah
Fasilitas dan Infrastruktur Transportasi :
Transportasi darat (Terminal Bus, Halte Bus 19 terminal
Transjakarta, Stasiun KRL/LRT/MRT) bus/angkot, 48
stasiun KA
Transportasi laut (Pelabuhan, Dermaga) 5 Pelabuhan
Transportasi udara (Bandara Udara, helipad) 1 bandara
Jalan (jalan kota/kabupaten, provinsi, nasional,
tol) dan jembatan
Aspek Ekonomi Bisnis dan Perkantoran :
Bangunan/kawasan perkantoran dan bisnis
Bangunan dan Keberfungsian perbankan 835 bank
Jakarta Stock Exchange
Bangunan perkantoran negara (TNI, POLRI, 2524 gedung
Pemadam Kebakaran, Kementerian, Dinas) pemerintah, 58
Kantor Kedutaan,
182 kantor polisi,

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 16


91 kantor
Damkar
Bangunan perkantoran publik (Balai Kota, 733 hydran
Kantor Walikota, Kantor Camat, Kantor Lurah)
Pasar modern
Pasar tradisional
Pabrik/Kawasan Industri 15 tower air
Pusat/Gelanggang Olahraga
Gedung Serbaguna
Tempat wisata dan cagar budaya/museum
Gedung bioskop/teater/seni
Restoran, café, bar, lounge
Jasa hiburan lainnya.
Aspek Titik-titik pengelolaan sampah (termasuk
Lingkungan sampah umum/anorganik, organik dan medis):
tempat pembuangan debris reruntuhan,
tempat pembuangan sementara, tempat
pembuangan akhir
sumber daya air (sumur, sungai, danau, air
tanah, dll)

tanah
udara (debu, asap, kualitas udara)
hutan dan keanekaragaman hayati (termasuk
spesies langka, terancam, dan/atau dilindungi)
Banjir Kanal/Tanggul sungai

Aspek Layanan Layanan publik - Pelayanan pemerintahan


Pemerintah yang terganggu termasuk termasuk di
kecamatan dan desa, berikut ini (tapi tidak
terbatas pada):
Informasi publik
Emergency & safety
Kesehatan & Kebidanan
Pendidikan
Keamanan
Dukcapil & Relinking families
Pendataan pemukiman
Klaim Jaminan sosial
Administrasi pemerintahan
Pengurusan administrasi penting lainnya

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 17


2.2.2. Skenario dan asumsi dampak terhadap sektor gizi

Di DKI Jakarta, terdapat


beberapa masalah gizi
diataranya balita gizi kurang
dan gizi buruk (wasted).
Berdasarkan hasil Studi
Status Gizi Indonesia (SSGI),
prevalensi balita wasted di
Jakarta adalah 6.9%.
Wilayah yang memiliki
prevalensi tertinggi adalah Gambar 4. Prevalensi Balita Wasted di DKI Jakarta
(sumber SSGI, 2021)
Kota Jakarta Timur (8.7%),
diikuti dengan Kepulauan
Seribu (7.7%), Kota Jakarta utara (7.0%), Kota Jakarta Barat (6.6%), dan yang paling
kecil adalah Kota Jakarta Pusat dan Kota Jakarta Selatan (4.8%).

Jumlah sasaran respon gizi di provinsi DKI Jakarta diperkirakan berdasarkan data
penduduk sasaran program kesehatan tahun 2020, prevalensi balita wasted
berdasarkan SSGI tahun 2021 serta asumsi proporsi penduduk yang mengungsi.
Adapun proporsi penduduk yang mengungsi adalah sebagai berikut:

o Sekitar 10 % mengungsi di lokasi pengungsian komunal.


o Sekitar 20 % mengungsi di tempat saudara/kerabat atau lainnya di Jakarta
secara mandiri.
o 30 % berpindah sementara ke kampung halaman atau daerah lain di luar
Provinsi Jakarta tidak menjadi prioritas penanganan Pemerintah Provinsi
DKI sehingga tidak dimasukan kedalam estimasi sasaran gizi pada renkon
Sub Klaster Gizi.

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, diperoleh estimasi jumlah kelompok sasaran


gizi yang mengungsi adalah sebanyak 730.089 jiwa. Rincian estimasi tersebut
disajikan pada Tabel 2 di bawah ini. Kota yang memiliki jumlah sasaran gizi yang paling
tinggi pada setiap kelompok sasaran adalah Kota Jakarta Timur (Gambar 6).
Termasuk jumlah anak gizi kurang dan gizi buruk yaitu sebanyak 75,687 balita dari 23,
937 balita gizi buruk di DKI Jakarta. Rincian kelompok sasaran berdasarkan gender
dan jenis pengungsian disediakan Lampiran 1.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 18


Tabel 2. Estimasi Jumlah Sasaran Gizi yang Mengungsi

Usia
Anak Gizi Remaja Usia Lanjut
Ibu Bayi 6- Bayi 0- Anak 6- Anak Anak 6- Anak
Ibu Bayi 0 - Kurang & Putri 12- Lanjut Risiko
Kota Melahirkan/ 11 23 23 0-59 59 12-59 Penyandang
Hamil 5 bulan Buruk 18 (60+ Tinggi
nifas bulan Bulan bulan bulan bulan bulan Disabilitas
(Wasted)* tahun tahun) (70+
tahun)
Kepulauan
Seribu 141 134 49 171 361 312 681 632 461 52 272 570 161 36
Kota
Jakarta
Selatan 11,218 10,708 5,134 15,726 31,760 26,627 54,398 49,264 33,538 2,611 25,115 61,523 18,698 709
Kota
Jakarta
Timur 15,608 14,898 7,099 21,832 44,131 37,031 75,687 68,587 46,755 6,585 33,418 71,669 20,360 1,230
Kota
Jakarta
Barat 13,303 12,699 6,281 18,914 38,028 31,746 64,509 58,228 39,314 960 12,686 30,254 10,144 828
Kota
Jakarta
Pusat 4,124 3,936 1,734 5,490 11,243 9,509 19,996 18,262 12,772 4,258 23,332 61,398 18,679 611
Kota
Jakarta
Utara 9,442 9,013 4,441 13,414 26,982 22,541 45,785 41,344 27,930 3,205 16,834 42,896 11,746 928
DKI
Jakarta 53,836 51,389 24,739 75,548 152,505 127,766 261,056 236,317 160,769 17,671 111,657 268,309 79,789 4,341

Sumber: diolah oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dari proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
*) Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021. Kemenkes RI.
*) Open Data Jakarta, 2018. Dapat diakses melalui https://data.jakarta.go.id/dataset/data-disabilitas-dki-jakarta-
berdasarkan-jenis-disabilitasnya diakses pada tanggal 3 Maret 2022.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 19


300,000
261,056 268,309

250,000 236,317

200,000
160,769
152,505
150,000 127,766
111,657
100,000 75,548 79,789
53,836 51,389
50,000 24,739 17,671
4,341
-

Gambar 5. Estimasi Jumlah Sasaran Gizi yang Mengungsi

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 20


Gambar 6. Estimasi Kelompok Sasaran Gizi yang Mengungsi Per Kota

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 21


Gambar 7. Peta sebaran estimasi sasaran gizi yang Mengungsi. Peta Interaktif dapat
diakses secara daring melalui tautan ini.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 22


Berdasarkan skenario dan asumsi dampak pada sektor pelayanan publik yang telah
dijelaskan di atas, skenario dikembangkan lebih spesifik terhadap aspek-aspek
penanganan gizi pada situasi bencana. Pengembangan skenario dan asumsi
dampaknya pada sektor dan kelompok sasaran gizi dijabarkan pada tabel dibawah
ini.

Tabel 3. Pengembangan skenario dan asumsi dampak terhadap sektor gizi

Aspek Skenario kejadian & Asumsi Dampak


Penanganan/Intervensi
Pemberian Makan Bayi dan • Dapur umum belum (seluruhnya)
Anak menyediakan makanan bayi dan anak (6-24
(kelompok sasaran Baduta, bulan).
ibu/pengasuh baduta) • Ibu enggan memberikan ASI karena
banyaknya donasi susu formula dan makanan
MPASI instan, stres serta tidak adanya privasi
di pengungsian.
• Kasus diare pada anak meningkat secara
signifikan akibat konsumsi susu formula serta
keterbatasan suplai air bersih dan kondisi
lingkungan yang tidak memadai.
• Suplai makanan segar terganggu karena
akses pasar dan transportasi yang terhambat.
• Konselor Menyusui di Provinsi DKI Jakarta
hanya memenuhi kurang dari 50% dari
kebutuhan.
• Peralatan makan dan penyiapan MPASI tidak
tersedia.

Pencegahan dan • Anak gizi kurang dan anak gizi buruk


Penanganan Gizi Kurang terdampak dan mengungsi. Sebagian di
dan Gizi Buruk (kelompok antaranya berada di lokasi yang sulit untuk di
sasaran balita) jangkau.
• Penanganan anak gizi buruk terkendala
karena fasilitas kesehatan tidak beroperasi di
beberapa wilayah.
• Belum ada mekanisme rujukan kasus gizi
buruk pada situasi bencana
• Terdapat kekurangan stok mineral mix untuk
penanganan balita gizi buruk yang tersedia di
buffer stok Dinkes Provinsi DKI Jakarta.
• Tim Asuhan Gizi (TAG) di Provinsi DKI Jakarta
hanya memenuhi kurang dari 50% dari
kebutuhan.
• Penanganan anak gizi buruk pada beberapa
wilayah yang sulit dijangkau terkendala akses

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 23


akibat jalan yang tertutup dan lokasi yang
terisolir (kepulauan).

Suplementasi Gizi • Gempa bumi terjadi setelah >30 hari dari


(kelompok sasaran Ibu pelaksanaan program suplementasi Vitamin A
Hamil, Ibu Menyusui, Ibu pada balita.
Nifas, Remaja Putri) • Terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan
diare di wilayah terdampak.
• Dapur umum baru beroperasi 3 hari pasca
gempa.
• Suplementasi gizi pada beberapa wilayah
yang sulit dijangkau terkendala akses akibat
jalan yang tertutup dan lokasi yang terisolir
(kepulauan).
• Terbatasnya lokasi pergudangan dan
transportasi.

Dukungan kelompok rentan • Sebagian donasi makanan minuman instan


lainnya (kelompok sasaran mendekati/ sudah kadaluarsa.
Lansia, Penderita penyakit • Banyak penyandang disabilitas kesulitan
kronik, perempuan dan mendapatkan akses bantuan pangan.
anak perempuan) • Banyak penderita penyakit kronik yang belum
mendapatkan asupan gizi sesuai dengan
penyakitnya.
• Perempuan, anak perempuan, dan kelompok
berisiko lainnya dilaporkan menghalami
kekerasan berbasis gender di pengungsian.

Di Provinsi DKI Jakarta, terdapat 330 Puskesmas Kelurahan, 45 orang anggota Tim
Asuhan Gizi yang terlatih, serta 407 Tenaga Gizi (Tabel 4). Berdasarkan rasio jumlah
TAG terlatih pada saat bencana dengan Jumlah anak gizi kurang dan gizi buruk yang
mengungsi (1:394), Kota Jakarta Timur merupakan wilayah prioritas yang
memerlukan dukungan mobilisasi TAG dari luar wilayah (Tabel 5). Untuk penanganan
anak 6-59 bulan, berdasarkan rasio ketersediaan tenaga gizi pada saat bencana
dengan jumlah anak yang mengungsi, diketahui bahwa Kota Jakarta Utara
membutuhkan dukungan mobilisasi tenaga gizi (Tabel 6)

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 24


Tabel 4. Rekapitulasi Jumlah Puskesmas dan SDM Gizi Terlatih yang tersedia sebelum bencana

Jumlah
Puskesmas Ketersediaan
kelurahan* Konselor Ketersediaan Ketersediaan
Kota Menyusui** TAG Terlatih* Tenaga Gizi*

6 6 orang/ 2 tim 6
Kepulauan Seribu

77 6 orang 96
Kota Jakarta Selatan

85 9 orang 104
Kota Jakarta Timur 160

75 9 orang 87
Kota Jakarta Barat
Kota Jakarta Pusat 42 9 orang 56

45 6 orang 58
Kota Jakarta Utara

330 160 orang 45 org 407


DKI Jakarta

Sumber :
*) Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2022.
**) Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) = 40 orang, Ikatan Konselor Menyusui
Indonesia (IKMI) = 40 orang dan Sentra Laktasi Indonesia (SELASI) = 90 orang.

Tabel 5. Rasio jumlah TAG Terlatih pada saat bencana terhadap Jumlah anak gizi kurang dan gizi buruk yang
mengungsi

Ketersediaan TAG Terlatih Jumlah Anak Gizi


(orang) Pada saat Kurang dan Gizi
Kota Rasio (B:C)
Bencana* Buruk yang
(B) Mengungsi (C)

Kepulauan Seribu 3 12 1 : 4
Kota Jakarta Selatan 3 898 1 : 299
Kota Jakarta Timur 5 1771 1 : 394
Kota Jakarta Barat 5 670 1 : 149
Kota Jakarta Pusat 5 897 1 : 199
Kota Jakarta Utara 3 822 1 : 274
DKI Jakarta 23 23937

*) 50% dari jumlah sebelum bencana

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 25


Tabel 6. Rasio jumlah tenaga gizi pada saat bencana terhadap Jumlah anak 6-59 bulan yang mengungsi.

Jumlah Anak 6-59


Ketersediaan Tenaga Gizi
bulan yang
Kota Pada saat Bencana* Rasio (B:C)
Mengungsi
(B)
(C)

Kepulauan Seribu 3 632 1 : 211


Kota Jakarta Selatan 48 49264 1 : 1026
Kota Jakarta Timur 52 68587 1 : 1319
Kota Jakarta Barat 44 58228 1 : 1339
Kota Jakarta Pusat 28 18262 1 : 652
Kota Jakarta Utara 29 41344 1 : 1426
DKI Jakarta 204 236317

*) 50% dari jumlah sebelum bencana

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 26


BAB III. TUGAS POKOK SUB KLASTER GIZI

Tugas Sub Klaster Gizi nasional adalah untuk mendukung respon gizi yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam operasi penanganan
darurat bencana, tujuan dari respon gizi adalah untuk mempertahankan status gizi
masyarakat agar mengurangi risiko kesakitan dan kematian akibat masalah gizi pada
masyarakat terdampak khususnya kelompok rentan. Berdasarkan skenario dan asumsi
dampak yang telah ditetapkan, tugas pokok Sub Klaster Gizi adalah:

1. Kajian dampak dan analisis kebutuhan gizi.


Bertujuan untuk mengidentifikasi dampak bencana terhadap kelompok sasaran
gizi dan kelompok rentan.

2. Koordinasi dan Perencanaan operasi (respon) gizi.


Mekanisme koordinasi penanganan gizi bertujuan untuk menghindari terjadinya
tumpang tindih kegiatan di antara mitra/instansi yang bergerak di dalam
penanganan gizi serta untuk meningkatkan efektivitas respon gizi. Rencana
respon gizi dikembangkan berdasarkan kajian dampak dan analisa kebutuhan
gizi dan dapat diperbaharui secara berkala seiring dengan ketersediaan hasil
kajian terbaru.

3. Intervensi respon gizi yang terdiri dari:


a. Intervensi pemberian makan bayi dan anak.
Pada saat bencana, standar emas PMBA, yang dimulai, dari Inisiasi
Menyusu Dini dalam satu jam pertama setelah kelahiran, Pemberian Air
Susu Ibu (ASI) Eksklusif selama enam bulan pertama, dan pemberian
Makanan Pendamping ASI berkualitas dimulai usia 6 bulan, dan terus
memberikan ASI hingga dua tahun atau lebih, sangat penting untuk
melindungi gizi dan kesehatan ibu, bayi dan anak. Tujuan dari dukungan
kepada kelompok tersebut di atas adalah untuk memberikan
perlindungan dari masalah kekurangan gizi dan berbagai penyakit lain
yang mungkin timbul sebagai dampak bencana.

b. Intervensi pencegahan dan penanganan balita gizi kurang dan


gizi buruk.
Pada saat terjadi bencana, risiko kesakitan dan kematian pada balita
dengan gizi kurang meningkat secara signifikan. Oleh karena itu,
pencegahan dan penanganan yang dilakukan secara cepat dan tepat
akan menyelamatkan jiwa, dan mencegah terjadinya penurunan status
gizi balita, khususnya balita dengan gizi buruk atau gizi kurang.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 27


c. Intervensi suplementasi gizi.
Pada situasi bencana, pemenuhan zat gizi mikro pada anak balita, ibu
hamil dan ibu nifas, serta balita dengan penyakit infeksi tertentu,
berperan penting untuk melindungi gizi dan kesehatan ibu, bayi dan
anak. Tujuan dari dukungan kepada kelompok tersebut adalah untuk
memberikan perlindungan dari berbagai masalah kekurangan zat gizi
mikro yang mungkin timbul sebagai dampak bencana.

d. Dukungan gizi pada kelompok rentan.


Dukungan gizi bagi kelompok rentan yaitu ibu hamil, ibu menyusui,
lansia, penderita penyakit kronik dan penyandang disabilitas dilakukan
dengan memastikan agar kebutuhan gizi kelompok rentan tersebut
dapat dipenuhi melalui dapur umum yang dilakukan oleh
Kemensos/Dinsos serta instansi/organisasi lain yang memiliki intervensi
dapur umum pada situasi bencana. Selain itu, dukungan ini juga
mencakup pengawasan donasi makanan dan minuman untuk
menimalisir risiko kesakitan dan kematian akibat dukungan donasi
makanan minuman yang tidak sesuai standar.

e. Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat terkait layanan


gizi.
Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat merupakan komponen
respon gizi yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi risiko pada situasi
bencana bertujuan untuk memberikan informasi tepat bagi masyarakat
agar dapat mengambil tindakan yang efektif dan efisien dalam
menghadapi risiko-risiko masalah gizi yang mungkin timbul pada situasi
bencana.

4. Manajemen informasi respon gizi.


Manajemen informasi respon gizi mencakup kegiatan analisis yang dilakukan
secara sistimatis dan terus menerus terhadap masalah gizi serta faktor-faktor
yang berpengaruh. Analisis yang dilakukan antara lain analisis tren status gizi
masyarakat di daerah terdampak, serta analisis kesenjangan respon gizi.

5. Manajemen logistik gizi.


Manajemen logistik gizi dalam situasi bencana bertujuan untuk memastikan
ketersediaan alat dan bahan untuk mendukung kegiatan respon gizi.
Manajemen logistik gizi merupakan bagian dari manajemen logistik, obat dan
perbekalan kesehatan.

Alur penanganan gizi pada situasi bencana dilakukan berdasarkan gambar dibawah
ini.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 28


Gambar 8. Alur respon gizi pada situasi bencana.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 29


BAB IV. PELAKSANAAN

4.1 Konsep Operasi

Respon gizi pada bencana gempa bumi di DKI Jakarta bertujuan untuk mendukung
operasi penanganan darurat yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan skenario dan asumsi dampak yang telah ditetapkan, Renkon Sub Klaster
Gizi Nasional diaktifkan apabila:

1. Ditetapkannya status tanggap darurat bencana Gempa Bumi oleh Pemerintah


Provinsi DKI Jakarta, atau
2. Diaktifkannya Klaster Kesehatan oleh Pusat Krisis Kesehatan.

Organisasi penanganan darurat bencana gempa bumi di Provinsi DKI Jakarta


melaksanakan operasi penanganan darurat bencana gempa bumi mulai hari “H” jam
“J” selama 90 (sembilan puluh) hari. Operasi penanganan darurat bencana
gempabumi berlangsung selama 24 (dua puluh empat) jam setiap harinya dan 7
(tujuh) hari dalam seminggu. Jangka waktu keberadaannya dapat diperpanjang atau
diperpendek sesuai dengan kebutuhan dan bersifat sementara selama keadaan
darurat bencana diberlakukan. Mekanisme komando dan kendali respon gizi selama
operasi tanggap darurat di jelaskan pada Bab V.

Berdasarkan skenario dan asumsi dampak yang telah ditetapkan, kegiatan pokok Sub
Klaster Gizi adalah sebagai berikut:

1. Kajian dampak dan analisis kebutuhan gizi.


2. Koordinasi dan Perencanaan operasi (respon) gizi.
3. Intervensi respon gizi yang terdiri dari:
a. Intervensi Pemberian Makan Bayi dan Anak.
b. Intervensi pencegahan dan penanganan balita gizi kurang dan gizi
buruk.
c. Intervensi suplementasi gizi.
d. Dukungan gizi pada kelompok rentan.
e. Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat terkait layanan gizi.
4. Manajemen informasi respon gizi.
5. Manajemen logistik gizi.

Berdasarkan jenis pengungsian, strategi pelaksanaan respon gizi perlu dibedakan


antara intervensi pada pengungsian komunal (33%) dengan intervensi pada
kelompok sasaran gizi yang mengungsi di tempat kerabat (67%).

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 30


4.1.1 Respon Gizi Pada Pengungsian Komunal

Pada pengungsian komunal, layanan gizi dilakukan di titik-titik pengungsian.


Perencanaan dan pelaksanaan layanan perlu berkoordinasi dengan Sub Klaster Gizi di
masing-masing kabupaten/kota dan Puskesmas di wilayah operasi. Selain pemenuhan
gizi korban terdampak, Sub Klaster Gizi nasional perlu memberikan dukungan
kapasitas (surge capacity) bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskemas agar
dapat beroperasi kembali, sehingga layanan gizi dapat kembali dilakukan melalui
layanan rutin setelah masa tanggap darurat berakhir.

4.1.2 Respon Gizi Pada Kelompok Sasaran yang Mengungsi di Tempat


Kerabat

Pada kelompok sasaran yang mengungsi di tempat kerabat, respon gizi dilakukan
melalui distribusi bahan makanan, obat gizi, melalui kunjungan rumah dan atau
distribusi secara komunal melalui Puskemas bekerjasama dengan pos lapangan dan
satuan tugas di Kecamatan dan Kelurahan (lihat bagian 5.1 Komando). Bilamana
memungkinkan, relawan kesehatan dan kader kesehatan perlu dilibatkan untuk
mendukung layanan gizi bagi kelompok sasaran yang mengungsi di tempat kerabat.

Salah satu contoh dari pembelajaran respon Awan Panas Guguran Gunung
Semeru, yang dapat dilakukan adalah dengan mengadopsi pendekatan
KK/Desa/Kelurahan Binaan. Setiap LSM/Mitra dapar berbagi tugas untuk
mendapingi sejumlah KK/Desa/Kelurahan sesuai dengan pembagian wilayah kerja.

4.2 Struktur Organisasi Sub Klaster Gizi

Sub Klaster Gizi merupakan salah satu sub klaster dibawah Klaster Kesehatan.
Koordinator Sub Klaster Gizi merupakan Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI, atau staf yang ditunjuk. Terdapat empat bidang intervensi dibawah
Sub Klaster Gizi yaitu bidang PMBA, Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi
Buruk, Suplementasi Gizi dan Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan. Sub Klaster Gizi
Nasional didukung oleh Tim Gerak Cepat (TGC) Gizi Nasional, Tim Manajemen
Informasi dan Tim Logistik Sub Klaster Gizi.

Tim Gerak Cepat Gizi Nasional berfungsi untuk mendukung TGC Gizi Provinsi untuk
mengelola respon gizi. Anggota dari Sub Klaster Gizi adalah instansi/organisasi yang
terlibat dalam penanganan gizi yang berasal dari unsur pemerintah, masyarakat,
termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Profesi akademisi,
swasta dan media. Struktur organisasi Sub Klaster Gizi dalam Sistim Komando
Penanganan Darurat Bencana (SKPDB) dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 31


STRUKTUR ORGANISASI SUB KLASTER GIZI DALAM SKPDB
Posko Penanganan
Darurat Bencana (PDB)
Nasional/ Posko PDB DKI Jakarta
BNPB/Pospenas

Klaster-klaster Klaster Kesehatan / Dinas Kesehatan Tim Gerak Cepat


Penaggulangan Pusat Krisis Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (TGC) Gizi Provinsi
benbcana lainnya

Tim Data & Informasi

Tim Logistik Kesehatan

Tim Promosi Kesehatan


Subklaster Subklaster
Subklaster Subklaster
Disaster Victim Pengendalian Subklaster
Layanan Subklaster Gizi Kesehatan
Identification Penyakit dan Kesehatan Jiwa
Kesehatan Reproduksi
(DVI) Kesling
Tim Gerak Cepat
(TGC) Gizi Nasional

Tim Manajemen
Informasi Subklaster
Pencegahan dan Gizi
Pemberian Makan
Penanganan Gizi Dukungan Gizi Pada
Bayi dan Anak Suplementasi Gizi
Kurang dan Gizi Kelompok Rentan Tim Logistik Subklaster
(PMBA)
Buruk Gizi

Mitra Subklaster Gizi: LSM, Universitas, Organisasi Profesi, Organisasi Internasional, Dinas Kesehatan yang
berpartisipasi, Klaster/Subklaster terkait

Arahan Koordinasi Dukungan


Gambar 9. Struktur Organisasi Sub Klaster Gizi Dalam Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana

Pada penanganan bencana di Provinsi DKI Jakarta, Sub Klaster Gizi nasional berperan
untuk mendukung respon gizi yang dilaksanakan oleh Sub Klaster Gizi Provinsi DKI
Jakarta. Dukungan dari Sub Klaster Gizi Nasional yang perlu diberikan kepada Sub
Klaster Gizi Provinsi DKI Jakarta antara lain namun tidak terbatas pada:
1. Mengkoordinir mobilisasi sumber daya pemerintah dan mitra sesuai dengan
kebutuhan yang disampaikan oleh Sub Klaster Gizi Provinsi DKI Jakarta.
2. Mendukung pengelolaan respon gizi yang dilakukan oleh Sub Klaster Gizi Provinsi
DKI Jakarta melalui mobilisasi Tim Gerak Cepat Gizi Nasional.

Melalui survei terhadap mitra Sub Klaster Gizi yang terlibat dalam pembuatan rencana
kontinjensi gizi ini, diperoleh informasi tentang potensi keterlibatan instansi/organisasi
dalam mendukung pelaksanaan respon gizi. Informasi tersebut disajikan pada bagian
tugas-tugas di bawah ini.

4.3 Tugas-Tugas

Kegiatan kunci respon gizi terdiri dari komponen-komponen berikut ini.

a. Kajian dampak dan analisis kebutuhan gizi

Koordinator Sub Klaster Gizi, TGC dan mitra bertugas untuk memastikan agar data
pascabecana yang dibutuhkan dapat dikumpulkan untuk di analisis dan digunakan
dalam perencanaan intervensi. Pada kajian multi sektor, Koordinator Sub Klaster
Gizi perlu memastikan agar indikator terkait gizi masuk kedalam kajian multi sektor
yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah DKI Jakarta.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 32


Tabel 7. Kegiatan Kunci Kajian Dampak dan Analisis Kebutuhan Gizi

NO KEGIATAN WAKTU
1 Mendukung pelaksanaan Rapid Health 0-7 Hari
Assessement (RHA) yang dilakukan oleh Klaster
Kesehatan.
2 Penapisan Balita, Ibu hamil dan Ibu Menyusui. 0-14 Hari

3 Memastikan indikator terkait Gizi masuk dalam 0-30 Hari


kajian multi sektor
4 Melaksanakan survei cepat gizi. 45-90 Hari

Terdapat 13 organisasi/instansi yang berpotensi terlibat dalam pelaksanaan


kegiatan kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi. Informasi
tersebut disajikan pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Potensi Keterlibatan Mitra dalam Pelaksanaan Kajian Dampak Bencana dan Analisis Kebutuhan Gizi

Survey Cepat Gizi


Penapisan/Skrining (misal: Survey
No Instansi/Organisasi RHA Gizi Status Gizi PMBA)
Asosiasi Ibu Menyusui
1 Indonesia (AIMI) Mungkin Mungkin Ya
2 Wahana Visi Indonesia Ya Tidak Ya
Politeknik Kesehatan
3 (Poltekkes) Jakarta II Tidak Tahu Tidak Tahu Mungkin
4 Nutrition International Mungkin Mungkin Mungkin
Laznas Bangun Sejahtera
5 Mitra Umat (BSMU) Ya Mungkin Ya
6 MDMC Ya Ya Ya
7 BNPB Ya Ya Ya
8 Save The Children Ya Ya Ya
9 Dompet Dhuafa Ya Ya Ya
10 SELASI Mungkin Tidak Ya
11 Unicef Ya Ya Ya
12 IKMI Ya Ya Ya
Yayasan Senyum Anak
13 Indoensia (Kidzsmile) Mungkin Tidak Ya

b. Koordinasi Sub Klaster Gizi & Perancanaan Respon Gizi

Koordinator Sub Klaster Gizi bertugas memastikan berjalanya koordinasi Sub


Klaster Gizi dan menyusun perencanaan respon gizi. Rencana respon gizi
disusun bersama mitra Sub Klaster Gizi berdasarkan hasil kajian dampak
bencana dan data pasca bencana lainnya yang relevan. Tim Gerak Cepat Gizi
bertugas mendukung Dinkes DKI Jakarta untuk membuat rencana respon gizi
dan memastikan rencana respon Sub Klaster Gizi nasional selaras dengan
prioritas respon Dinkes DKI Jakarta.
Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 33
Tabel 9. Kegiatan Kunci Koordinasi dan Perencanaan Respon Gizi

NO KEGIATAN PELAKU WAKTU


1 Melaksanakan koordinasi Sub• Koordinator 0-90 Hari
Klaster Gizi tingkat nasional. Sub Klaster
Gizi
2 Mendukung Dinkes DKI Jakarta• TGC Gizi 0-90 Hari
untk membuat Rencana Diperbaharui
Operasi/Respon Gizi. secara berkala
3 Melakukan mobilisasi TGC gizi• Koordinator
untuk mendukung TGC gizi Provinsi Sub Klaster
dan Kota. Gizi
2 Mendukung pelaksanaan koordinasi• TGC Gizi 0-90 Hari
sub klaster di tingkat Provinsi dan
Kota.
3 Berpartisipasi dalam koordinasi• Koordinator 0-90 Hari
Klaster Kehatan. Sub Klaster
Gizi

c. Intervensi Pemberian Makan Bayi dan Anak

Dikoordinir oleh Bidang PMBA Sub Klaster Gizi, kegiatan-kegiatan PMBA


dilakukan oleh mitra Sub Klaster Gizi untuk mendukung respon gizi Dinkes DKI
Jakarta khususnya pada kelompok sasaran bayi dan anak usia 0-23 bulan
(baduta) serta pengasuhnya. Terdapat enam kegiatan kunci intervensi
PMBA sebagaimana yang disajikan pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Kegiatan Kunci Intervensi Pemberian Makan bayi dan Anak

NO KEGIATAN WAKTU
1 Pengelolaan Donasi Produk Pengganti 0-90 Hari
ASI,Makanan Pendamping ASI (MPASI) instan,
Produk Ultra Proses, Botol dan Dot Bayi yang tidak
terkontrol, termasuk:
- Diseminasi surat edaran pemanfaatan susu
formula dan MPASI instan pada situasi bencana.
- Menyebarkan media KIE tentang risiko susu
formula dan MPASI instan pada situasi bencana.
Pembekalan/Standarisasi Dapur PMBA.
2 Penyelenggaraan Dapur Pemberian Makan Bayi dan 0-90 Hari
Anak (PMBA).
3 Melaksanakan dukungan Konseling Menyusui dan 0-90 Hari
PMBA melalui mobilisasi konselor menyusui.
4 Orientasi/Pelatihan Konseling Menyusui/PMBA. 30 – 90
Hari

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 34


5 Memastikan ibu menyusui dan balita memiliki akses 0-90 Hari
terhadap Ruang Ramah Ibu dan Anak (RRIA).
6 Koordinasi lintas sub klaster dan lintas klaster untuk 0-90 Hari
mendukung intervensi PMBA, antara lain:
- Dengan Klaster Perlindungan dan Pengungsian
terkait pengelolaan donasi susu formula,
pelaksanaan Dapur PMBA dan penyelenggaraan
RRIA.
- Dengan Tim logistik klaster kesehatan untuk
memastikan ketersediaan dukungan logistik
(transportasi, pergundangan, dll).

Terdapat 12 organisasi/instansi yang berpotensi terlibat dalam pelaksanaan


intervensi PMBA. Informasi tersebut disajikan pada Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Potensi Keterlibatan Mitra pada intervensi PMBA

No Pengelola Penyedi
an Donasi Dapur aan
Instansi/ Produk Pemberian mobilisasi Orientasi/Pelatih Ruang
Organisa Pengganti Makan Bayi konselor an Konseling Ramah
si ASI yang dan Anak menyusui Menyusui/PMBA Ibu dan
tidak (PMBA) Anak
terkontrol (RRIA)
1 AIMI Ya Ya Ya Ya Mungkin
2 Wahana
Visi
Indonesia Ya Ya Ya Ya Ya
3 Poltekkes
Jakarta II Tidak Mungkin Ya Ya Mungkin
4 Laznas
Bangun
Sejahtera
Mitra
Umat
(BSMU) Ya Ya Ya Mungkin Mungkin
5 MDMC Ya Ya Ya Ya Ya
6 BNPB Ya Ya Ya Ya Ya
7 Save The
Children Ya Ya Ya Ya Ya
8 Dompet
Dhuafa Ya Ya Ya Ya Ya
9 SELASI Ya Ya Ya Ya Tidak
10 Unicef Ya Tidak Ya Ya Mungkin
11 IKMI Tidak Ya Ya Ya Mungkin
12 Yayasan
Senyum
Anak Ya Ya Ya Ya Ya

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 35


Indonesia/
Kidzsmile

d. Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Terdapat tujuh Kegiatan kunci yang menjadi tugas bidang pencegahan dan
penanganan gizi kurang dan gizi buruk. Kelompok sasaran pada intervensi ini
adalah anak usia 0-59 bulan (balita). Tatalaksana gizi kurang dan gizi buruk
yang dilakukan perlu merujuk pada Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi
Buruk Pada Balita. Kegiatan kunci dan waktu pelaksanaannya dapat dilihat pada
Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Kegiatan Kunci Intervensi Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk

NO KEGIATAN WAKTU
1 Mengidentifikasi Fasilitas Kesehatan Rujukan. 0-7 Hari

2 Tatalaksana Gizi Kurang. 0-90 Hari

3 Tatalaksana Gizi Buruk Rawat Inap dan Rawat Jalan. 0-90 Hari

4 Memastikan Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan 0-90 Hari


untuk Tatalaksana Gizi Kurang dan Gizi Buruk.

5 Penugasan Tim Asuhan Gizi (TAG) terlatih. 0-90 Hari

6 Pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan gizi buruk. 0-90 Hari

7 Koordinasi lintas subklaster /klaster untuk mendukung 0-90 Hari


intervensi pencegahan dan penanganan gizi kurang dan
gizi buruk. Termasuk Dengan Tim logistik klaster
kesehatan untuk meastikan ketersediaan dukungan logistik
(transportasi, pergundangan, dll).

Terdapat 13 organisasi/instansi yang memiliki potensi untuk mendukung


pencegahan dan penanganan gizi kurang dan gizi buruk. Daftar
organisas/instansi dan potensi keterlibatannya dapar dilihat pada tabel 13
dibawah ini.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 36


Tabel 13. Potensi Keterlibatan Mitra pada intervensi Gizi Kurang dan Gizi Buruk

No Instansi/Organisasi Tata Tata Orientasi Penugasan Pemberdayaan


Laksana Laksana Tata Laksana (mobilisasi) masyarakat
Gizi Gizi Gizi Buruk Tim Asuhan dalam
Kurang* Buruk* Pada Balita * Gizi (TAG) pencegahan
gizi buruk
1 AIMI Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin Ya
2 Wahana Visi Tidak Tidak Tidak Mungkin Ya
Indonesia
3 Poltekkes jakarta II Ya Ya Ya Tidak Mungkin
4 Nutrition International Mungkin Tidak Tidak Tidak Ya
5 Laznas Bangun Ya Ya Mungkin Mungkin Ya
Sejahtera Mitra Umat
(BSMU)
6 MDMC Ya Ya Ya Ya Ya
7 BNPB Ya Ya Ya Ya Ya
8 Save The Children Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin
9 Dompet Dhuafa Ya Tidak Tidak Ya Ya
10 SELASI Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
11 Unicef Mungkin Ya Ya Ya Ya
12 IKMI Ya Ya Ya Ya Ya
13 Yayasan Senyum Tidak Tidak Tidak Tidak Mungkin
Anak
Indonesia/Kidzsmile

Keterangan:
*) mengacu pada Pedoman Pencegahan Dan Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita,
Kemenkes RI

e. Intervensi Suplementasi Gizi

Terdapat enam kegiatan kunci yang menjadi tugas bidang Suplementasi Gizi.
Kelompok sasaran intervensi suplementasi gizi adalah balita, ibu hamil, ibu
nifas dan remaja putri.

Pengadaan Makanan Tambahan serta suplemen gizi merupakan peran utama


dari Kemenkes. Peran mitra Sub Klaster Gizi dalam melakukan edukasi terkait
suplementasi penting untuk dilakukan agar Suplementasi gizi dapat
dilaksanakan secara optimal. Pemberian suplemen gizi dilakukan merujuk pada
pedoman dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Kegiatan
kunci dan waktu pelaksanaannya dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 37


Tabel 14. Kegiatan Kunci Intervensi Suplementasi Gizi

NO KEGIATAN WAKTU
1 Distribusi dan edukasi Makanan Tambahan (MT) 0-7 hari
Ibu Hamil dan Balita secara menyeluruh.

2 Distribusi dan edukasi Makanan Tambahan (MT) 8-45 hari


Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) dan Balita
gizi kurang (setelah ada hasil skrining).

3 Suplementasi Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu 8-45 hari


Nifas.

4 Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi 8-90 hari


Ibu hamil dan Remaja Putri.

5 Koordinasi lintas sub klaster /klaster untuk 0-90 hari


mendukung intervensi pencegahan dan
penanganan gizi kurang dan gizi buruk.

6 Memastikan ketersedian obat dan perbekalan 0 -90 hari


kesehatan. Termasuk Dengan Tim logistik klaster
kesehatan untuk meastikan ketersediaan
dukungan logistik (transportasi, pergundangan,
dll).

Terdapat 12 organisasi/instansi yang berpotensi terlibat dalam pelaksanaan


suplementasi gizi. Informasi tersebut disajikan pada Tabel 15 di bawah ini.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 38


Tabel 15. Potensi keterlibatan mitra pada intervensi suplementasi gizi

Distribusi Distribusi dan


Distribusi Distribusi dan
dan Edukasi
dan edukasi Edukasi
edukasi MT Suplementasi
MT Ibu Suplementasi
No Instansi/Organisasi Ibu Hamil Vitamin A
Hamil dan TTD Ibu hamil
KEK dan pada Bayi,
Balita secara dan Remaja
Balita gizi Balita dan Ibu
menyeluruh* Putri
kurang** Nifas
1 AIMI Mungkin Tidak Tidak Tidak
2 Wahana Visi Indonesia Ya Ya Tidak Mungkin
3 Poltekkes jakarta II Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin
4 Nutrition International Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin
5 Laznas Bangun Sejahtera
Mitra Umat (BSMU) Ya Ya Tidak Tidak
6 MDMC Ya Ya Ya Ya
7 BNPB Mungkin Ya Ya Ya
8 Save The Children Tidak Mungkin Mungkin Mungkin
9 Dompet Dhuafa Ya Ya Tidak Tidak
10 SELASI Ya Mungkin Mungkin Mungkin
11 Unicef*** Ya Ya Ya Ya
12 IKMI Ya Ya Tidak Tidak
Keterangan:
*) pada 3 hari pertama
**) setelah ada hasil skrining
***) Fokus pada edukasi bukan penyediaan dan distribusi

f. Intervensi Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan

Terdapat empat kegiatan kunci yang menjadi tugas bidang Dukungan Gizi pada
Kelompok Rentan. Kelompok sasaran intervensi ini adalah lansia, penderita
penyakit kronik, penyandang disabilitas dan ibu hamil dan anak-anak.

Kegiatan pada intervensi ini berupa kegiatan koordinasi dan dukungan teknis
yang diberikan pihak lain untuk memastikan agar kelompok rentan
mendapatkan asupan gizi. Kegiatan kunci dan waktu pelaksanaan kegiatan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16. Kegiatan Kunci Intervensi Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan

NO KEGIATAN WAKTU
1 Orientasi dan Pendampingan Pemenuhan Gizi 0-30 hari
Melalui Dapur Umum.

2 Memastikan Asupan Gizi yang Sesuai Bagi 0-90 hari


Penderita Penyakit Kronik.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 39


3 Memastikan penyandang disabilitas memiliki akses 0-90 hari
terhadap asupan gizi.

4 Pengawasan bantuan makanan minuman meliputi 0-90 hari


masa kadaluarsa, jenis-jenis makanan/minuman
yang diwaspadai.

5 Penyelengaraan dapur lansia. 0-90 hari

Terdapat 11 organisasi/instansi yang berpotensi terlibat dalam pelaksanaan


kegiatan dukungan gizi pada kelompok rentan. Informasi tersebut disajikan
pada Tabel 17 di bawah ini.

Tabel 17. Potensi Keterlibatan Mitra pada Intervensi Dukungan Gizi Pada Kelompok Rentan

Orientasi dan
Pendampingan
Pengawasan
Pemenuhan Gizi Penyelenggaraan
No Instansi bantuan makanan
Kelompok rentan Dapur Lansia
minuman
Melalui Dapur
Umum
1 AIMI Tidak Tidak Ya
2 Wahana Visi Indonesia Mungkin Tidak tahu Mungkin
3 Poltekkes jakarta II Ya Tidak Mungkin
Laznas Bangun Sejahtera
4 Mitra Umat (BSMU) Ya Mungkin Mungkin
5 MDMC Ya Ya Ya
6 BNPB Ya Ya Ya
7 Save The Children Tidak Tidak Ya
8 Dompet Dhuafa Ya Ya Ya
9 SELASI Mungkin Tidak Mungkin
10 Unicef Tidak Tidak Ya
Yayasan Senyum Anak
11 Indonesia (Kidzsmile) Ya Tidak Mungkin

g. Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat

Koordinator Sub Klaster Gizi bertugas untuk memastikan agar komunikasi risiko dan
pelibatan masyarakat dilakukan oleh mitra Sub Klaster Gizi yang terlibat. Koordinator
Sub Klaster Gizi juga berperan untuk memastikan agar kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan secara efektif melalui penyediaan pedoman, pesan kunci serta prosedur dan
mekanisme pelibatan masyarakat. Kegiatan kunci dan waktu pelaksanaan kegiatan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 40


Tabel 18. Kegiatan kunci Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat

NO KEGIATAN WAKTU
1 Melakukan kaji cepat komunikasi risiko 0-7 hari

2 Melakukan diseminasi pesan kunci respon gizi 7-90 hari

3 Membuat mekanisme pelibatan masyarakat dan 0-7 hari


umpan balik

Terdapat 13 organisasi/instansi yang berpotensi terlibat dalam pelaksanaan


kegiatan kaji cepat komunikasi risiko dan diseminasi pesan kunci respon gizi.
Informasi tersebut disajikan pada Tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19. Potensi keterlibatan mitra pada kegiatan kajian dampak bencana

Kaji cepat Diseminasi pesan


No Instansi/Organisasi komunikasi risiko kunci respon gizi
1 AIMI Ya Ya
2 Wahana Visi Indonesia Ya Ya
4 Nutrition International Mungkin Mungkin
Laznas Bangun Sejahtera
5 Mitra Umat (BSMU) Mungkin Tidak
6 MDMC Ya Ya
7 BNPB Ya Ya
8 Save The Children Ya Ya
9 Dompet Dhuafa Tidak Ya
10 SELASI Tidak Mungkin
11 Unicef Ya Ya
12 IKMI Ya Ya
Yayasan Senyum Anak Indonesia
13 (Kidzsmile) Ya Ya

h. Manajemen Informasi Respon Gizi

Koordinator Sub Klaster Gizi bertugas untuk memastikan agar Manajemen Informasi
respon gizi dilaksanakan secara optimal. Kegiatan manajemen informasi dilakukan
oleh Tim Manajemen Informasi Sub Klaster Gizi didukung oleh mitra yang kompeten.
Kegiatan kunci dan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 20
di bawah ini.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 41


Tabel 20. Kegiatan Kunci Manajemen Informasi Respon Gizi

NO KEGIATAN WAKTU
1 Membuat Rencana manajemen informasi 0-3 hari

2 Membuat pemetaan sasaran gizi 0-30 hari

3 Membuat pemetaan mitra Sub Klaster Gizi, 3-90 hari


siapa melakukan apa dimana

4 Membuat pemetaan kesenjangan intervensi 3-90 hari


gizi

Terdapat 8 organisasi/instansi yang berpotensi untuk memberikan dukungan


SDM manajemen informasi. Informasi tersebut disajikan pada Tabel 21 di
bawah ini.

Tabel 21. Potensi keterlibatan mitra untuk mendukung SDM manajemen informasi Sub Klaster Gizi

Dukungan SDM Manajemen


No Instansi/Organsasi Informasi
1 AIMI Ya
2 Wahana Visi Indonesia Mungkin
3 Poltekkes jakarta II Mungkin
Laznas Bangun Sejahtera Mitra Umat
4 (BSMU) Mungkin
5 MDMC Ya
6 BNPB Ya
7 Dompet Dhuafa Ya
8 SELASI Mungkin

i. Manajemen Logistik

Koordinator Sub Klaster Gizi bertugas untuk memastikan agar Manajemen Logistik gizi
dilaksanakan secara optimal. Kegiatan manajemen informasi dilakukan oleh Tim
Logistik Sub Klaster Gizi didukung oleh mitra yang kompeten. Kegiatan kunci dan
waktu pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 22 di bawah ini.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 42


Tabel 22. Kegiatan Kunci Manajemen Logistik Gizi

NO KEGIATAN WAKTU
1 Membuat rencana logistik gizi. Termasuk 0-7 hari
memastikan akses layanan ke wilayah yang sulit
di jangkau
2 Bekerjasama dengan koordinator masing- 0-90 hari
masing bidang di Sub Klaster Gizi, untuk
memastikan ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan
3 Mengelola penyimpanan dan pendistribusian 3-90 hari
logistik gizi
4 Pencatatan dan pelaporan stok logistik gizi 0-90 hari

5 Berkoordinasi dengan klaster kesehatan untuk 30-90 hari


pemusnahan obat dan perbekalan apabila
diperlukan

Terdapat 6 organisasi/instansi yang berpotensi untuk memberikan dukungan


SDM manajemen logistik gizi. Informasi tersebut disajikan pada Tabel 21 di
bawah ini.

Tabel 23. Potensi keterlibatan mitra untuk mendukung SDM manajemen logistik Sub Klaster Gizi

Dukungan SDM Manajemen


No Instansi/Organsasi Logistik
1 Wahana Visi Indonesia Ya
Laznas Bangun Sejahtera Mitra Umat
2 (BSMU) Mungkin
3 MDMC Ya
4 BNPB Ya
5 Dompet Dhuafa Ya
6 SELASI Mungkin

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 43


BAB V. ADMINISTRASI & LOGISTIK

4.1 Administrasi

1) Pada fase awal kejadian gempa bumi atau sebelum sistem komando
penanganan darurat bencana di aktifkan maka seluruh sumberdaya Sub
Klaster Gizi nasional dioptimalkan dimana dana kegiatan berasal dari setiap
lembaga terkait yang mempunyai anggaran penanggulangan bencana;
2) Setelah Sub Klaster Gizi diaktifkan, maka kegiatan respon gizi
menggunakan APBN melalui Dana Siap Pakai (DSP) yang diakses melalui
Klaster Kesehatan; Menggunakan APBD melalui Biaya Tidak Terduga (BTT);
anggaran dari lembaga mitra yang terlibat; dan/atau sumber lain yang sah
dan tidak mengikat.
3) Dana bantuan sumber lain yang tidak mengikat.
4) Mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Estimasi kebutuhan sumberdaya untuk pelaksanaan respon gizi dapat dilihat pada
Lampiran 4.

4.2 Logistik

1) Pada saat awal kejadian bencana, seluruh sumber daya lokal (SDM,
peralatan, transportasi, pergudangan, pangan, dll) dioptimalkan baik dari
sektor pemerintah, lembaga usaha dan juga masyarakat, organisasi profesi,
lembaga pendidikan dan mitra Sub Klaster Gizi; dan
2) Sub Klaster Gizi Nasional dapat meminta atau menerima bantuan dari Dinas
Kesehatan Provinsi terdekat yang tidak terdampak (misalnya Jawa Barat,
Jawa Timur, Lampung) terkait fasilitas, pendampingan logistik, obat dan
perbekalan kesehatan yang diperlukan.
3) Mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 44


BAB VI. KOMANDO, KENDALI DAN KOMUNIKASI

5.1 Komando

Respon gizi terhadap bencana gempa bumi di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan
melalui mekanisme klaster yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 75 Tahun 2019 tentang penanggulangan krisis kesehatan. Sumberdaya Sub
Klaster Gizi akan disalurkan oleh Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes melalui Pos
Pendamping Nasional yang merupakan bagian dari perangkat Sistem Komando
Penanganan Darurat Bencana yang akan diaktifkan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Respon gizi terkait dengan pengelolaan pelayanan gizi di RS, pos pelayanan
kesehatan, di puskesmas yang berfungsi harus mengikuti prosedur sistem komando
yang dibuat pada saat bencana terjadi. Pengerahan SDM gizi dapat berasal dari
berbagai unit, koordinasi pentahelix ataupun dengan pelibatan berbagai profesi.

Merujuk pada Rencana Kontinjensi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2021, Pos
Komando Penanganan Darurat Bencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupa tenda
peleton/besar yang menempati semua jalur Jalan Merdeka Selatan yang mengarah ke
Patung Arjuna Wijaya, tepat di depan kantor Gubernur DKI Jakarta.

Pos Pendamping Nasional didirikan berdekatan dengan Pos Komando, dengan


kelengkapan sebagai berikut:
• Perwakilan Kementerian/Lembaga terkait.
• Multi-National Coordination Centre (MNCC) bagi koordinasi militer asing dan TNI.
• Desk Relawan yang menangani relawan.
• Joint Operations and Coordination Centre for International Assistance (JOCCIA)
yang dikelola bersama oleh AHA Centre dan UNOCHA.

Pos Pendukung, yang berfungsi membantu kelancaran akses masuk, keluar, dan
mobilisasi/distribusi bantuan dari luar wilayah DKI Jakarta didirikan di:
• Pelabuhan Tanjung Priok.
• Bandar udara Halim PK.
• Tempat strategis lain.

Pos Lapangan didirikan di halaman Kantor Walikota Jakarta Pusat, Jakarta Timur,
Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Bupati Kepulauan Seribu. Masing-
masing Pos Lapangan terhubung dengan Satuan Tugas yang dibentuk di tingkat
kecamatan dan kelurahan.

5.2 Kendali

Pengendalian respon gizi di tingkat nasional dilakukan oleh koordinator Sub Klaster
Gizi melalui pertemuan dan laporan rutin Sub Klaster Gizi. Tim Gerak Cepat Gizi
nasional bertugas untuk memastikan agar dukungan Sub Klaster Gizi di tingkat
nasional selaras dengan rencana operasi Klaster Kesehatan dan rencana operasi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 45


Merujuk pada Rencana Kontinjensi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2021,
mekanisme pengendalian operasi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta sebagai berikut:

Didukung oleh Pusat Pengendalian Operasi BPBD Provinsi DKI Jakarta, yang
berada di Jl. Kyai Haji Zainul Arifin No.71, RT.10/RW.10, Petojo Utara, Kecamatan
Gambir, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta dengan nomor kontak (112).

Untuk mempermudah rentang kendali dan memperlancar koordinasi, Komandan


Posko melakukan hal-hal berikut:

• Mengaktifkan Pos Lapangan yang merupakan koordinasi di tingkat Kecamatan


sebagai pos perbantuan dan pendampingan Pos kelurahan.

• Memaksimalkan kelurahan tangguh bencana. Selain itu dibentuk pula Satuan


Tugas di kecamatan dan kelurahan.

• Memimpin pengendalian melalui rapat setiap jam 8 pagi dan jam 8 malam,
dengan agenda rapat secara umum sbb :
• Briefing atau arahan taktis operasional dari Komandan.
• Update singkat dari setiap Bidang dan sub-bidang Operasi.
• Pemecahan masalah dan tantangan harian yang dihadapi.

Untuk menunjang efektivitas rapat harian Posko, data dan informasi dari Pos
Lapangan, Pos Pendukung dan Pos Pendamping perlu dikelola dengan baik dan
tepat waktu.

5.3 Komunikasi

Mitra Sub Klaster Gizi memberikan laporan rutin kepada Koordinator Sub Klaster Gizi
melalui pengisian form siapa melakukan apa dan laporan pada rapat rutin. Koordinator
Sub Klaster Gizi didukung oleh Tim Manajemen Informasi Sub Klaster Gizi bertugas
untuk memberikan laporan perkembangan secara rutin kepada klaster kesehatan.
Struktur dan jalur komunikasi mengikuti struktur organisasi Sub Klaster Gizi Nasional
pada Gambar 9 (Bagian 3.2 Struktur Organisasi Sub Klaster Gizi).

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 46


LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah kelompok sasaran gizi berdasarkan jenis pengungsian

Proporsi pengungsi yang diperkirakan tinggal di pengungsian komunal dan di tempat


kerabat adalah 33% berbanding 67%. Gradasi warna dari merah ke hijau menunjukan
nilai dari yang tertinggi (merah) ke nilai yang terendah (hijau).

Tabel 24. Estimasi Jumlah Ibu Hamil Per Jenis Pengungsian

Mengungsi
Kota Ibu Hamil Komunal di Tempat Total
(10%) Kerabat (20%) Mengungsi

Kepulauan Seribu 469 47 94 141

Kota Jakarta Selatan 37,393 3,739 7,479 11,218

Kota Jakarta Timur 52,027 5,203 10,405 15,608

Kota Jakarta Pusat 13,746 1,375 2,749 4,124

Kota Jakarta Barat 44,344 4,434 8,869 13,303

Kota Jakarta Utara 31,473 3,147 6,295 9,442

DKI Jakarta 179,452 17,945 35,890 53,836

Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Tabel 25. Estimasi Jumlah Ibu Melahirkan Per Jenis Pengungsian

Mengungsi
Ibu Melahirkan/
Kota Komunal di Tempat Total
nifas
(10%) Kerabat (20%) Mengungsi

Kepulauan Seribu 447 45 89 134

Kota Jakarta Selatan 35,694 3,569 7,139 10,708

Kota Jakarta Timur 49,661 4,966 9,932 14,898

Kota Jakarta Pusat 13,121 1,312 2,624 3,936

Kota Jakarta Barat 42,329 4,233 8,466 12,699

Kota Jakarta Utara 30,043 3,004 6,009 9,013

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 47


DKI Jakarta 171,295 17,130 34,259 51,389

Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Tabel 26. Estimasi Jumlah Bayi 0-5 bulan Per Jenis Pengungsian

Bayi 0-5 Bulan Mengungsi


di
Kota Tempat
Laki-Laki Perempuan Total
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi
Kepulauan
Seribu 89 75 164 16 33 49
Kota Jakarta
Selatan 8,688 8,425 17,113 1,711 3,423 5,134
Kota Jakarta
Timur 12,200 11,465 23,665 2,366 4,733 7,099
Kota Jakarta
Pusat 2,863 2,918 5,781 578 1,156 1,734
Kota Jakarta
Barat 10,680 10,258 20,938 2,094 4,188 6,281
Kota Jakarta
Utara 7,569 7,235 14,804 1,480 2,961 4,441

DKI Jakarta 42,088 40,375 82,463 8,246 16,493 24,739

Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Tabel 27. Estimasi Jumlah Bayi 0-11 Bulan Per Jenis Pengungsian

Bayi 0-11 Bulan Mengungsi

Kota di
Laki-Laki Perempuan Total
Tempat
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi

Kepulauan Seribu 386 349 735 74 147 221


Kota Jakarta
Selatan 35,321 34,212 69,533 6,953 13,907 20,860

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 48


Bayi 0-11 Bulan Mengungsi

Kota di
Laki-Laki Perempuan Total
Tempat
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi

Kota Jakarta Timur 49,554 46,885 96,439 9,644 19,288 28,932

Kota Jakarta Pusat 12,027 12,054 24,081 2,408 4,816 7,224

Kota Jakarta Barat 42,840 41,145 83,985 8,399 16,797 25,196

Kota Jakarta Utara 30,435 29,082 59,517 5,952 11,903 17,855

DKI Jakarta 170,563 163,727 334,290 33,429 66,858 100,287

Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Tabel 28. Estimasi Jumlah Bayi 0-24 bulan Per Jenis Pengungsian

Bayi 0-23 bulan Mengungsi


di
Kota Tempat
Laki-Laki Perempuan Total
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi

Kepulauan Seribu 617 586 1,203 120 241 361


Kota Jakarta
Selatan 53,798 52,070 105,868 10,587 21,174 31,760

Kota Jakarta Timur 75,404 71,698 147,102 14,710 29,420 44,131

Kota Jakarta Pusat 18,875 18,603 37,478 3,748 7,496 11,243

Kota Jakarta Barat 64,653 62,106 126,759 12,676 25,352 38,028

Kota Jakarta Utara 45,967 43,973 89,940 8,994 17,988 26,982

DKI Jakarta 259,314 249,036 508,350 50,835 101,670 152,505

Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 49


Tabel 29. Estimasi Jumlah Anak 0-59 Bulan Per Jenis Pengungsian

Anak 0-59 bulan Mengungsi


di
Kota Tempat
Laki-Laki Perempuan Total
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi

Kepulauan Seribu 1,135 1,135 2,270 227 454 681


Kota Jakarta
Selatan 92,173 89,152 181,325 18,133 36,265 54,398

Kota Jakarta Timur 128,901 123,388 252,289 25,229 50,458 75,687

Kota Jakarta Pusat 34,092 32,561 66,653 6,665 13,331 19,996

Kota Jakarta Barat 109,620 105,411 215,031 21,503 43,006 64,509

Kota Jakarta Utara 77,796 74,822 152,618 15,262 30,524 45,785

DKI Jakarta 443,717 426,469 870,186 87,019 174,037 261,056

Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 50


Tabel 30. Estimasi Jumlah Balita Wasted

Mengungsi
Anak Gizi Kurang & Gizi
Kota Komunal di Tempat Total
Buruk (Wasted)
(10%) Kerabat (20%) Mengungsi

Kepulauan Seribu 175 17 35 52

Kota Jakarta Selatan 8,704 870 1,741 2,611

Kota Jakarta Timur 21,949 2,195 4,390 6,585

Kota Jakarta Pusat 3,199 320 640 960

Kota Jakarta Barat 14,192 1,419 2,838 4,258

Kota Jakarta Utara 10,683 1,068 2,137 3,205

DKI Jakarta 17,671

Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan SSGI 2021.

Tabel 31. Estimasi Jumlah Usia Lanjut (60+ Tahun) Per Jenis Pengungsian

Usia Lanjut (60+ tahun) Mengungsi


di
Kota Tempat
Laki-Laki Perempuan Total
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi

Kepulauan Seribu 888 1,012 1,900 190 380 570


Kota Jakarta
Selatan 98,193 106,882 205,075 20,508 41,015 61,523

Kota Jakarta Timur 117,126 121,771 238,897 23,890 47,779 71,669

Kota Jakarta Pusat 45,134 55,714 100,848 10,085 20,170 30,254

Kota Jakarta Barat 97,088 107,571 204,659 20,466 40,932 61,398

Kota Jakarta Utara 69,877 73,108 142,985 14,299 28,597 42,896

DKI Jakarta 428,306 466,058 894,364 89,436 178,873 268,309

Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 51


Tabel 32. Estimasi Jumlah Usia Lanjut Risiko Tinggi (70+ Tahun) Per Jenis Pengungsian

Usia Lanjut Risiko Tinggi (70+ tahun) Mengungsi

Kota di
Laki-Laki Perempuan Total Tempat
Komunal Kerabat Total
(10%) (20%) Mengungsi

Kepulauan Seribu 235 302 537 54 107 161


Kota Jakarta
Selatan 29,190 33,138 62,328 6,233 12,466 18,698
Kota Jakarta
Timur 31,755 36,112 67,867 6,787 13,573 20,360

Kota Jakarta Pusat 14,708 19,106 33,814 3,381 6,763 10,144

Kota Jakarta Barat 27,872 34,392 62,264 6,226 12,453 18,679

Kota Jakarta Utara 18,307 20,846 39,153 3,915 7,831 11,746

DKI Jakarta 122,067 143,896 265,963 26,596 53,193 79,789

Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Tabel 33. Estimasi Jumlah Remaja Putri Per Jenis Pengungsian

Mengungsi
Remaja Putri 12-18
Kota Komunal di Tempat Total
tahun (SMP,SMA,SMK)
(10%) Kerabat (20%) Mengungsi

Kepulauan Seribu 907 91 181 272

Kota Jakarta Selatan 83,716 8,372 16,743 25,115

Kota Jakarta Timur 111,392 11,139 22,278 33,418

Kota Jakarta Pusat 42,287 4,229 8,457 12,686

Kota Jakarta Barat 77,774 7,777 15,555 23,332

Kota Jakarta Utara 56,113 5,611 11,223 16,834

DKI Jakarta 372,189 37,219 74,438 111,657

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 52


Sumber: diolah oleh Pusdatin Kemenkes dari proyeksi Penduduk indonesia 2010-
2035 dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Tabel 34. Estimasi Jumlah Penyandang Disabilitas Per Jenis Pengungsian

Kota Penyandang Disabilitas Mengungsi


Laki-laki Perempuan Total di
Tempat Total
Komunal
Kerabat Mengungsi
(10%)
(20%)
Kepulauan Seribu 75 46 121 12 24 36
Kota Jakarta
1,592 1,168 2,760 276 552 828
Barat
Kota Jakarta
1,159 876 2,035 204 407 611
Pusat
Kota Jakarta
1,324 1,038 2,362 236 472 709
Selatan
Kota Jakarta
2,329 1,770 4,099 410 820 1,230
Timur
Kota Jakarta
1,770 1,324 3,094 309 619 928
Utara
DKI Jakarta 8,249 6,222 14,471 1,447 2,894 4,341

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 53


Lampiran 3. Pedoman dan Referensi Terkait

1) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 59 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat
dan Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana. Jakarta, 2011.
2) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penanganan Gizi Dalam
Penanggulangan Bencana. Jakarta 2018.
3) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan
Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita, Kemenkes 2019 dan Buku Saku
Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita bagi Tenaga Kesehatan.
Jakarta, 2020.
4) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
(PMK) No 75 tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan, Jakarta
2020.
5) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Pemberian
Makanan Tambahan Berupa Biskuit Bagi Balita Kurus dan Ibu Hamil Kurang
Energi Kronis (KEK), Jakarta 2019.
6) Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi Pada Masa Tanggap Darurat, Kemenkes RI,
Jakarta 2019
7) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016
Tentang Standar Produk Suplementasi Gizi.
8) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
9) Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Buku Saku Petugas lapangan penanggulangan krisis kesehatan.
Jakarta, 2020.
10) Sphere Project, The Sphere Handbook: Humanitarian Charter and Minimum
Standards in Disaster Response. Geneva, 2018
11) UNICEF. Committed to Nutrition. A Toolkit For Action. Fulfilling UNICEF’s Core
Commitments for Children in Humanitarian Action. Geneva, 2017.
12) UNICEF. Including Children with Disabilities in Humanitarian Action. New York.
2018
13) World Vision International. Supporting Breastfeeding in Emergencies: The Use
of Baby-Friendly Tents. 2011.

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 54


Lampiran 3. Database Konselor Menyusui

1) AIMI

2) IKMI

Database konselor IKMI dapat diakses melalui tautan berikut:


https://ikmi.or.id/daftar-konselor/

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 55


Lampiran 4. Estimasi Kebutuhan Sumberdaya Respon Gizi. Format Excel dapat diunduh melaui tautan ini.

Item Jumlah Kelompok Keterangan/Asumsi Estimasi Satuan Harga Frekuensi Satuan Total (Rp)
Kegiatan/SDM/Obat Sasaran sasaran Perencanaan Kebutuhan (F) Satuan (H) (I)
dan Pebekalan (B) (C) (D) (E) (G) (E x G x H)
Kesehatan
(A)

I. PMBA
Penyelenggaran
Dapur PMBA

Penyediaan 152,505 Bayi 0-23 bulan Kapasitas 1 Dapur 763 Dapur 90 hari
Bahan Makanan melayani 100 Anak per 3,000,000 205,881,750,000
Hari 3 x Makan 2 x snack.
Untuk 50% dari
kebutuhan mengingat
sebagian dapat dipenuhi
dari dapur umum.
Peralatan Dapur 50% dari kebutuhan 763 Paket 1 kali
PMBA (Untuk 2,500,000 1,906,312,500
menyesuaikan
tekstur dan masak)
Peralatan 152,505 Bayi 0-23 bulan 2 set per anak. 50% dari 305,010 Set 1 kali
Makan Baduta kebutuhan 20,000 6,100,200,000

Peralatan 763 Jumlah dapur 5 orang per dapur 3,813 Set 1 kali
personil PMBA 100,000 381,262,500

Mobilisasi Konselor
Menyusui
Mobilisasi 152,505 Bayi 0-23 bulan Diprioritaskan untuk bayi 452 90 hari
konselor sasaran yang wasted (6.9%). 1 300,000 12,215,650,500
baduta untuk konselor 30 anak
Mobilisasi 152,505 Ibu baduta 10% ibu baduta 508 90 hari
konselor ibu baduta membutuhkan konseling 300,000 13,725,450,000

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 56


Item Jumlah Kelompok Keterangan/Asumsi Estimasi Satuan Harga Frekuensi Satuan Total (Rp)
Kegiatan/SDM/Obat Sasaran sasaran Perencanaan Kebutuhan (F) Satuan (H) (I)
dan Pebekalan (B) (C) (D) (E) (G) (E x G x H)
Kesehatan
(A)

Konseling Kit 508 Konselor 1 Konselor 1 Kit 508 1 kali


300,000 152,400,000

II. Pencegahan dan


Penanganan Gizi
Kurang dan Gizi
Buruk
Pita LiLa 261,056 Anak 0-59 bulan 1 Pita LiLA untuk 10 Anak 26,106 1 kali
10,000 261,056,000

Mobilisasi Tim 17,671 Balita Wasted 1 Tim untuk 50 Anak 353 1 kali
Asuhan Gizi 5,000,000 1,767,100,000

Obat dan 23,937 Balita Wasted 1 Paket per balita wasted 23,937 1 kali
Perbekalan Tata 1,000,000 23,937,000,000
Laksana Gizi Kurang
dan Gizi Buruk

III. Suplementasi
Gizi
MT balita 236,317 Anak 6-59 bulan 3 bungkus kemasan 354,476 Bungkus 3 Hari
primer/sasaran/hari. 2,300 2,445,880,950
Hanya perlu 50% dari
total kebutuhan
MT Ibu hamil 53,836 Ibu Hamil 3 bungkus kemasan 80,754 Bungkus 3 Hari
primer/sasaran/hari. 4,300 1,041,726,600
Hanya perlu 50% dari
total kebutuhan
MT balita kurus 236,317 balita wasted 3 bungkus kemasan 354,476 Bungkus 90 Hari
primer/sasaran/hari. 2,300 73,376,428,500

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 57


Item Jumlah Kelompok Keterangan/Asumsi Estimasi Satuan Harga Frekuensi Satuan Total (Rp)
Kegiatan/SDM/Obat Sasaran sasaran Perencanaan Kebutuhan (F) Satuan (H) (I)
dan Pebekalan (B) (C) (D) (E) (G) (E x G x H)
Kesehatan
(A)

Hanya perlu 50% dari


total kebutuhan

MT Ibu hamil KEK 53,836 Ibu Hamil KEK 3 bungkus kemasan 80,754 Bungkus 90 Hari
primer/sasaran/hari. 4,300 31,251,798,000
Hanya perlu 50% dari
total kebutuhan
TTD Ibu Hamil 53,836 Ibu Hamil 1 Paket (90 tablet). Hanya 26,918 Paket 1 kali
perlu 50% dari total 20,340 547,512,120
kebutuhan
TTD Remaja Putri 111,657 Remaja Putri 12- 1 Paket (12 tablet Untuk 3 55,829 Paket 1 kali
18 Tahun bulan). Hanya perlu 50% 2,712 151,406,892
dari total kebutuhan

Vitamin A Balita 6- 75,548 Anak 6-11 bulan Paket (dosis 100.000 37,774 Paket 1 kali
11 bulan IU/Kapsul Biru). Hanya 553 20,889,091
perlu 50% dari total
kebutuhan

Vitamin A Balita 160,769 Anak 12-59 bulan Paket (dosis 200.000 80,384 Kapsul 1 kali
12-59 bulan IU/Kapsul Merah). Hanya 553 44,452,573
perlu 50% dari total
kebutuhan

Vitamin A Ibu Nifas 171,295 Ibu Nifas Paket (dosis 200.000 85,648 Kapsul 1 kali
IU/Kapsul Merah). Hanya 553 47,363,068
perlu 50% dari total
kebutuhan

IV. Dukungan
kelompok rentan

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 58


Item Jumlah Kelompok Keterangan/Asumsi Estimasi Satuan Harga Frekuensi Satuan Total (Rp)
Kegiatan/SDM/Obat Sasaran sasaran Perencanaan Kebutuhan (F) Satuan (H) (I)
dan Pebekalan (B) (C) (D) (E) (G) (E x G x H)
Kesehatan
(A)

Penyelenggaraan Lansia > 60 tahun Kapasitas 1 Dapur 1,740 Dapur 14 hari


dapur kelompok 348,098 & > 70 tahun melayani 100 lansia per 3,000,000 73,100,580,000
rentan Difabel Hari 3 x Makan 2 x snack.
50% dari kebutuhan

V. Komunikasi
Risiko
Materi KIE 3 PMBA, Gizi Buruk, 1 paket untuk masing- 3 Paket 1 kali
Suplementasi Gizi masing intervensi 20,000,000 60,000,000

V. APD penyakit
menular
Alat pelindung diri Personil Dapur 1 Set untuk masing- 4,674 Set 1 kali
(masker, sanitizer, 4,674 Umum, Konselor, masing personil 100,000 467,404,500
sarung tangan) Tim Asuhan Gizi

-
Total
448,883,623,794
Keterangan:
* Kemasan primer (isi 4 biskuit) atau kemasan sekunder (isi 21 kemasan primer). Harga di ekatalog per kg adalah sekitar 40-50ribu (e-katalog
Kemenkes). Kemasan sekunder berat sekitar 840gram. 840gram~1kg harga 1 kemasan sekunder 40-50ribu. Harga per bungkus kemasan
primer Rp.1.900-2.300.-
** Kemasan primer (isi 3 biskuit) atau kemasan sekunder (isi 7 kemasan primer). Harga di ekatalog per kg adalah sekitar 50-60ribu (e-katalog
Kemenkes). Kemasan sekunder berat sekitar 420gram. 1kg~2 kemasan sekunder. harga 1 kemasan sekunder 25-30ribu. Harga per bungkus
kemasan primer Rp. 3.500-4.300.-
*** Per tablet Rp. 226,- (e-katalog Kemenkes)
*** Per kapsul Rp. 553,- (e-katalog Kemenkes)

Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 59


Rencana Kontinjensi Sub Klaster Gizi Nasional 60

Anda mungkin juga menyukai