Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PRAKTEK PELAYANAN KEFARMASIAN

DEMAM TIFOID

DISUSUN OLEH:

ARUM KHOIRUNISA

NIM M0620011

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga tim
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas dengan judul “Demam Tifoid” pada akhirnya dapat
terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman
mengenai segala hal yang berhubungan dengan penyakit Demam Tifoid sekaligus beserta cara
pengobatannya. Dalam rangka penulisan tugas ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan
kendala. Namun karena dorongan moril dan material serta bimbingan dari berbagai pihak
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas ini.

Tidak lupa pula pada bagian ini, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang
setinggi- tingginya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu tim penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan tugas ini tidak terlepas dari segala kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran kritik dari pembaca
sebagai bahan masukan sehingga dapat berguna baik bagi penulis dikemudian hari. Akhir kata,
penulis mengucapkan terimakasih, semoga mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT, dan
semoga penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

26 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HAL.

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………
ii

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………………..1

A. Latar
Belakang………………………………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………
2

C. Tujuan…………………………………………………………………………………………..2

BAB II : PEMBAHASAN…………………………………………………………………………
3

A. Penyebab Demam
Tifoid……………………………………………………………………….3

B. Gejala-Gejala Demam Tifoid…………………………………………………………………..3

C. Cara Mengobati Demam Tifoid………………………………………………………………..4

D. Cara Mencegah Demam Tifoid………………………………………………………………...5

BAB III : PENUTUP……………………………………………………………………………...6

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………….7

B. Saran……………………………………………………………………………………………7

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit demam akut dan sering kali mengancam jiwa yang
ditularkan melalui rute fecal-oral oleh bakteri Salmonella enterica serotipe typhi. Penyakit ini
dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella
thypi. Penyebaran penyakit ini sangat berkaitan erat dengan kepadatan penduduk, kebersihan
pribadi, sanitasi lingkungan yang kurang baik, dan kurangnya fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau oleh sabagian besar masyarakat (Alba S, 2016). Demam tifoid ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun
di dunia dan menyebabkan 216.000– 600.000 kematian. Studi yang dilakukan di daerah
urban di beberapa negara Asia pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi
dengan biakan darah positif mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada usia
5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–200 per 100.000
penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk (Purba I E,
2016).
Menurut Nafiah F. (2017) demam tifoid pada infeksi Salmonella typhi berhubungan
pula dengan kadar leukosit pasien. Umumnya kadar leukosit pasien demam tifoid ialah
melebihi batas normal. Secara normal, kadar leukosit pada penderita demam tifoid sangat
tinggi atau melebihi ambang batas. Gambaran laboratorium pada demam tifoid yaitu pada
pemeriksaan darah leukosit total terdapat gambaran leukopenia, dapat pula terjadi kadar
leukosit normal atau leukositosis, limfositosis relatif, monositosis, eosinofilia, dan
trombositopenia ringan. Jumlah leukosit sering rendah dan berkaitan dengan demam dan
toksisitas. Leukosit biasanya tidak kurang dari 2.500/µm³ sering ditemukan setelah seminggu
atau dua minggu dari penyakit. Ketika terjadi abses piogenik, leukosit dapat mencapai

i
20.000-25.000/µm³ (Gayatri A, 2017). Jumlah leukosit pada orang dewasa lebih banyak
dibanding anak – anak. Kadar leukosit di dalam darah normal pada orang dewasa didapati
jumlah leukosit rata-rata 4.000- 10.000/mm³. Sedangkan pada anak-anak hanya sekitar
9.000– 12.000/mm³. Sehingga pertahanan tubuh pada anak lebih rendah daripada orang
dewasa dan anak-anak

cenderung lebih mudah terserang penyakit dan sistem imun tubuh anak dan orang dewasa
berbeda(Gandasoebrata, 2013

Data Rekam Medik Di Klinik Rawat Inap Islam Aisyiyah Pandaan angka kejadian
demam tifoid Bulan Januari sampai Februari 2020 sebanyak 98 kasus, dan pada Bulan Maret
sampai April 2020 terdapat 102 kasus. Maka dari uraian kasus diatas jumlah penderita
demam tifoid meningkat. Penelitian yang dilakukan di Klinik Rawat Inap Islam Aisyiyah
Pandaan mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat demam dengan kadar
leukosit pada penderita demam tifoid dan mengingat tingginya angka kesakitan tifoid dengan
akibat yang ditimbulkan maka ada perbedaan gambaran leukosit anak anak dan dewasa
sehingga peneliti menarik akan perbedaan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis ambil dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut.
 Apa penyebab terjangkitnya penyakit demam tifoid?
 Bagaimana gejala-gejala umum penyakit demam tifoid?
 Bagaimana cara mengobati penyakit demam tifoid?
 Bagaimana cara mencegah penyakit demam tifoid?

C. Adapun tujuan penulisan yang penulis ambil dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut.
 Apa penyebab terjangkitnya penyakit demam tifoid?
 Bagaimana gejala-gejala umum penyakit demam tifoid?
 Bagaimana cara mengobati penyakit demam tifoid?

i
 Bagaimana cara mencegah penyakit demam tifoid?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab deman tifoid


Salmonella typhi adalah bakteri penyebab tipes yang perlu diwaspadai. Biasanya
bakteri ini disebarkan melalui:
 Feses dan urine
Bakteri Salmonella typhi biasanya disebarkan melalui makanan atau air yang
telah terkontaminasi. Namun terkadang, bakteri ini juga menyebar melalui kontak
langsung dengan orang yang telah terinfeksi. Di negara berkembang, sebagian besar
masalah ini muncul akibat air minum yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk.
 Orang yang pernah terinfeksi
Sebagian orang yang sembuh dari sakit tifus atau demam tifoid bisa
menyimpan bakteri ini dalam saluran usus atau kantong empedunya. Bakteri ini
bahkan bisa tersimpan hingga bertahun-tahun lamanya. Golongan orang ini disebut
sebagai pembawa (karier) kronis karena bisa menginfeksi orang lain meski tidak lagi
memiliki tanda dan gejala tipes. Anda dapat tertuar sakit tifus dari golongan orang ini.

B. Gejala – gejala demam tifoid


Gejala tipes tergantung pada durasi seseorang mengalaminya. Secara umum, tanda-
tandanya meliputi:
 Demam yang semakin tinggi hingga mencapai 40,5º Celcius
 Sakit kepala
 Tubuh yang lemah

i
 Kelelahan
 Batuk kering
 Penurunan nafsu makan
 Penurunan berat badan
 Sakit perut
 Diare atau sembelit (pengidap hanya bisa mengalami salah satunya)

 Ruam merah pada kulit

Pada tahap lanjut, tipes yang tidak ditangani bisa menyebabkan gejala berupa:

 Penurunan tingkat kesadaran yang ditandai dengan bicara melantur


 Sakit perut yang parah akibat komplikasi perforasi usus
 Gejala perdarahan saluran cerna, seperti muntah atau tinja berwarna hitam, kulit yang
pucat, lesu, dan lain-lain
Mungkin saja ada tanda dan gejala tipes yang tidak disebutkan. Bila Anda memiliki
kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.

C. Cara mengobati demam tifoid


Cara mengobati demam tifoid umumnya akan tergantung pada tingkat keparahan dan
seberapa lama pasien mengalami kondisi ini. Beberapa metode penanganan tipes ini meliputi:
 Obat-obatan
Pilihan obat tipes yang biasa diresepkan oleh dokter dapat berupa:
 Antibiotik
Obat antibiotik merupakan pengobatan tipes yang paling efektif. Pasalnya,
penyakit ini disebabkan oleh bakteri.Umumnya, gejala tipes akan membaik
setelah penderita mengonsumsi antibiotik selama 2-3 hari. Tapi bukan berarti
konsumsinya boleh dihentikan.Obat antibiotik harus dihabiskan sesuai dengan
durasi konsumsi dari dokter, yakni sekitar 7-14 hari. Langkah ini bertujuan
mencegah kondisi resistensi bakteri terhadap antibiotik serta komplikasi.Jenis

i
antibiotik yang paling umum diberikan untuk mengatasi demam tifoid meliputi
doxycycline, ciprofloxacin, dan chloramphenicol.
 Obat penurun demam
Contoh obat ini meliputi paracetamol dan ibuprofen.
 Perawatan mandiri di rumah
Pasien juga bisa melakukan hal-hal berikut untuk mempercepat penyembuhan
demam tifoid:
 Cukup istirahat.

 Banyak minum air putih

 Makan dengan teratur. Bila nafsu makan menurun, pasien dapat mencoba makan
dengan porsi sedikit, tapi lebih sering.
 Jaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan, sehingga pasien juga bisa
mencegah penularan pada orang lain.

D. Cara mencegah demam tifoid


Cara mencegah demam tifoid yang dapat Anda lakukan meliputi:
 Menjalani vaksinasi tifoid.
 Jangan mengonsumsi makanan mentah atau tidak dimasak hingga matang.
 Hanya mengonsumsi air minum dengan kebersihan yang sudah terjamin. Bila tidak
tersedia, konsumsilah air minum dalam kemasan dengan segel yang masih utuh atau
masak dulu air hingga mendidih sebelum diminum.
 Cucilah tangan dengan air bersih dan sabun, misalnya sebelum makan, setelah ke
toilet, dan sesudah bepergian atau berkebun.
 Hindari konsumsi makanan dengan kebersihan yang tidak terjaga, misalnya makanan
yang dijual di pinggir jalan.
 Konsumsi buah yang bisa dikupas, seperti jeruk dan pisang.

i
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebab tifoid dipengaruhi oleh 2 sebab yaitu sebagai berikut :
 Feses dan urine
 Orang yang terinfeksi
Cara mengobati demam tifoid yaitu dengan cara memberi obat – obatan yaitu :
 Antiotik
 Obat penurun demam

B. Saran
Bagi masyarakat terkait karakteristik individu untuk dapat membiasakan
serta membudayakan gerakan cuci tangan dengan sabun baik setelah buang air besar dan
sebelum makan menggunakan air yang mengalir dan sedikitnya dengan enam gerakan
cuci tangan untuk membunuh kuman yangada di tangan. Terkait dengan sanitasi
lingkungan,sebaiknya mulai membiasakan diri untuk buang air besar di jamban pribadi
atau umum, meminimalisir buang air besar sembarangan atau di sungai untuk
mencegah penyakit demam tifoid ini.

i
DAFTAR PUSTAKA

Bhan,M. K., Bahl,R., Bhatnagar,S.(2005)Typhoid fever and paratyphoid fever. Lancet,366:


749-762.https://doi.org/10.1016/S01406736(05)67181-4

Chanh, N. Q., Everest, P., Khoa, T. T., House, D., Murch, S., Parry, C., ...Wain, J.
(2004). A clinical, microbiological, and pathological study of intestinal
perforation associated with typhoid fever. Clinical Infectious Diseases, 39(1), 61–
67. https://doi.org/10.1086/421555

Crump, J. A., Sjölund-Karlsson, M., Gordon, M. A., & Parry, C. M. (2015).


Epidemiology, clinical presentation, laboratory diagnosis, antimicrobial resistance, and
antimicrobial management of invasive Salmonella infections. Clinical Microbiology
Reviews, 28(4), 901–937. https://doi.org/10.1128/CMR.00002-15

Dian. 2007. Studi Biologi Molekuler Resistensi Salmonella Typhi Terhadap Kloramfenikol.
ADLN Digital Colectio

Effa, E. E., Bukirwa,H. (2008). Azitromisin for treating uncomplicated typhoid and
paratyphoid fever (enteric fever). Cochrane Library,8(4), CD006083.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD006083.pub3

i
i

Anda mungkin juga menyukai